Nash Khilafah

Nash Khilafah

Aku telah berjanji pada diriku ketika memasuki pembahasan ini untuk tidak berpegang pada sembarang dalil melainkan ia benar-benar dianggap shahih oleh kedua mazhab, dan mengabaikan setiap dalil yang hanya diriwayatkan oleh satu mazhab saja. Lalu aku mulai menelaah masalah perselisihan antara Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib, apakah khilafah (kekhalifahan) pada dasarnya adalah hak Ali bila dilihat dari sisi nas seperti yang diklaim oleh mazhab Syi'ah, atau ia ditentukan oleh syura seperti yang dikatakan oleh mazhab Sunnah.

Seandainya mereka yang menelaah masalah ini benar-benar tulus untuk mencari sebuah kebenaran, mereka akan dapati bahwa nas yang mengatakan Ali sebagai khalifah adalah nas yang tak terbantahkan, seperti sabda Nabi SAWW: "Siapa yang menganggap aku sebagai maulanya (pemimpinnya) maka inilah Ali sebagai maulanya". Hadis ini beliau SAWW ucapkan sekembalinya beliau dari hajinya yang terakhir yang dikenal dengan hujjatul-wada'. Usai pengangkatan, berduyun-duyun orang datang mengucapkan tahniah atau selamat kepada Ali, termasuk Abu Bakar dan Umar sendiri. Mereka berkata: "Selamat untukmu wahai Putera Abu Thalib. Kini kau adalah maulaku dan maula setiap orang mukmin, laki-laki dan perempuan" 57 .

Hadis ini telah disepakati keabsahannya oleh Sunnah dan Syi'ah. Referensi yang kusebutkan dalam telaahku ini adalah referensi yang berasal dari Ahlu Sunnah saja. Itupun bukan semua. Karena yang semestinya adalah jauh lebih banyak dari apa yang kusebutkan. Agar dapat memperoleh dalil-dalil yang lebih rinci aku mengajak para pembaca untuk menelaah kitab Al-Ghadir karya al-Allamah al-Amini. Buku ini setebal tiga belas jilid. Dan penulisnya telah

57 Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 4 hal. 241; Siyar al-Alamin Oleh Imam Ghazali hal. 12; Tazkirah al-Khawas Oleh Ibnu al-Jauzi hal. 29; ar-Riyadh Nadhirah jil. 2 hal. 169; Kanzul Ummal jil. 6 hal. 397; Al-Bidayah wan Nihayah Oleh Ibnu KAtsir jil. 5 hal. 212; Tarikh Ibnu Asakir jil. 2 hal. 50; Tafsir ar-Razi jil. 3 hal. 63; Al-Hawi Lil Fatawi Oleh Suyuthi jil. 1 hal. 112.

mendaftarkan nama para perawi hadis ini dari golongan Ahlu Sunnah cukup banyak. Adapun ijma' yang dinyatakan sebagai dasar dipilihnya Abu Bakar di Saqifah Bani Sa'idah,

lalu kemudian ia dibaiat di masjid adalah pernyataan yang tidak kokoh. Bagaimana hal itu bisa dikatakan sebagai ijma' sementara sejumlah pemuka sahabat seperti Ali, Abbas dan anggota Bani Hasyim yang lain tidak ikut serta membaiatnya. Begitu juga Usamah bin Zaid, Zubair, Salman al-Farisi, Abu Zar al-Ghaffari, Miqdad bin al-Aswad, Ammar bin Yasir, Huzaifah bin Yaman, Khuzaimah bin Thabit, Abu Buraidah al-Aslami, Barro' bin Azib, Ubai bin Ka'ab, Sahal bin Hunaif, Sa'ad bin Ubadah, Qais bin Sa'ad, Abu Ayyub al-Anshori, Jabir

bin Abdullah, Khalid bin Sa'ad dan lain sebagainya 58 .

Dimana ijma' yang dikatakan itu wahai hamba-hamba Allah? Seandainya hanya Ali yang tidak membaiat, itu sudah cukup bukti tercelanya ijma' seumpama itu. Hal ini karena beliau adalah satu-satunya calon khalifah yang ditunjuk oleh Rasul SAWW, seandainya kita tolak pengertian secara eksplisit nash-nash tentang kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.

Adalah fakta bahwa bai'at pada Abu Bakar terjadi tanpa syuro atau musyawarah. Bai'at itu diambil ketika orang-orang sekitarnya, terutama ahlul halli wal 'aqdi, sedang bingung dan sibuk dalam mengurus jenazah Nabi SAWW. Saat itu penduduk kota Madinah sedang berkabung atas wafatnya Nabi mereka. Kemudian tiba-tiba dipaksa untuk membai'at sang

khalifah 59 . Hal ini dapat kita rasakan dari cara mereka mengancam untuk membakar rumah Fatimah apabila penghuni yang berada di dalamnya enggan memberikan baiat. Nah,

bagaimana dapat kita katakan bahwa pemilihan sang khalifah tersebut terjadi secara musyawarah dan ijma'?

Umar sendiri pernah berkata bahwa bai'at yang diambil waktu itu adalah tergesa-gesa, dan Allah telah memelihara kaum muslimin dari kejahatannya. Beliau juga berkata bahwa siapa saja yang mengulangi cara bai'at seperti itu, ia mesti dibunuh, atau --paling tidak-- bai'atnya tidak sah dan tidak diakui.

58 Tarikh Thabari, Ibnu Atsir, Suyuthi, al-Istia'b dll. 59 Tarikh al-Khulafah Oleh Ibnu Qutaibah jil. 1 hal. 18.

Imam Ali pernah berkata tentang haknya ini, yang antara lain: "Demi Allah, Ibnu Abi Qahafah (Abu Bakar) telah memakainya (hak khilafahku) sedangkan beliau tahu bahwa kedudukanku dengan khilafah ini bagaikan kedudukan kincir dengan roda" 60 (Nahjul Balaghah).

Sa'ad bin Ubadah pemuka kaum Anshar yang menyerang Abu Bakar dan Umar di hari Saqifah dan berusaha mati-matian untuk mencegah mereka dari jabatan khilafah, namun tak mampu karena sakit dan tak dapat berdiri, pernah berkata setelah kaum Anshar membai'at Abu Bakar: "Demi Allah, sekali-kali aku tidak akan membai'at kalian sampailah kulemparkan anak-anak panahku dan kulumurkan tombakku serta kupukulkan pedangku dan kuperangi kalian bersama-sama keluarga dan kaumku. Demi Allah, seandainya manusia dan jin berkumpul untuk membai'at kalian niscaya aku tetap tidak akan memberikannya, sampai aku berjumpa dengan Tuhanku!" Sa'ad bin Ubadah tidak shalat sama-sama mereka dan tidak ikut serta kumpul bersama mereka bahkan tidak mau haji bersama-sama mereka. Seandainya ada sekelompok orang yang mau memerangi mereka niscaya ia akan membantunya. Dan seandainya ada orang yang membai'atnya untuk memerangi mereka niscaya ia akan perangi. Begitulah sikap Sa'ad terhadap Abu Bakar sampai beliau wafat di Syam pada periode pemerintahan Umar. 61

Apabila bai'at tersebut dilakukan secara tergesa-gesa dimana Allah telah pelihara kaum muslimin dari keburukannya, seperti yang disinyalir oleh Umar sendiri, arsitektur rencana ini dan tahu akibat yang akan diderita oleh kaum muslimin karenanya; dan apabila khilafah ini merupakan "pakaian" Abu Bakar saja, (seperti yang diibaratkan oleh Imam Ali karena dia bukan empunya yang sah); dan apabila bai'at ini diambil secara zalim seperti yang dikatakan oleh Sa'ad bin Ubadah, pemuka Anshar yang memisahkan diri dari jamaah karenanya; dan apabila bai'at ini tidak sah secara syariat mengingat sahabat-sahabat yang besar seperti Abbas paman Nabi tidak memberinya, lalu apa dasar dan alasan keabsahan khilafah Abu Bakar? Jawabnya: tidak ada alasan yang diberikan oleh kalangan Ahlu Sunnah Wal Jamaah.

60 Syarh Nahjul Balaghah Oleh Muhammad Abduh jil. 1 hal. 34. 61 Tarikh al-Khulafa' jil. 1 hal. 17.

Dengan demikian maka benarlah alasan dan hujjah Syi'ah dalam hal ini, karena nash tentang kekhalifahan Ali nyata ada dalam Ahlu Sunnah sendiri. Namun mereka telah menakwilkannya karena ingin memelihara "kemuliaan" sahabat. Tetapi bagi orang yang insaf dan adil, dia tidak akan memperoleh sembarang alasan kecuali harus menerima kenyataan nash ini; terutama apabila ia ketahui rangkaian peristiwa yang menyelubungi sejarah ini. 62

62 Lihat as-Saqifah Wal Khilafah Abduh Fattah Abdul Maksud dan as-Saqifah Shaikh Muhammad Ridha al- Muzaffar.