BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak
Hasil karakterisasi ekstrak daun kecapi dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Hasil karakterisasi ekstrak daun kecapi
No Parameter
Hasil 1
Kadar air 16,49
2 Kadar sari larut dalam air
62,97 3
Kadar sari larut dalam etanol 27,02
4 Kadar abu total
2,18 5
Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,15
Penetapan kadar air dilakukan untuk mengetahui berapa kadar air ekstrak, karena air merupakan media yang baik untuk tumbuhnya jamur. Penetapan kadar
sari larut air untuk mengetahui kadar senyawa yang bersifat polar, sedangkan kadar sari larut dalam etanol dilakukan untuk mengetahui senyawa yang terlarut
dalam etanol, baik polar maupun non polar. Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa anorganik dalam ekstrak, misalnya logam K,
Ca, Na, Pb, Hg, silika, sedangkan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa yang tidak larut dalam asam,
misalnya silika, logam-logam berat seperti Pb, Hg.
4.2 Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kecapi
Simplisia daun kecapi 600 gram diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96 cukupkan sampai volume 6 liter, diharapkan
senyawa-senyawa aktif yang terkandung di dalamnya dapat tersari sempurna. Hasilnya diperoleh ekstrak etanol daun kecapi 66,34 gram.
4.3 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kecapi Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa dengan Metode Difusi Agar.
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis
dan Pseudomonas aeruginosa. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak akan menghasilkan diameter daerah hambat yang semakin besar. Hasil pengukuran
diameter daerah hambat ekstrak etanol daun kecapi dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan
Staphylococcus aureus , Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas
aeruginosa. Konsentrasi
Ekstrak etanol mgml
Diameter daerah hambatan mm Staphylococcus
aureus Staphylococcus
epidermidis Pseudomonas
aeruginosa 500
19,03 19,13
19,03 400
16,16 17,86
17,13 300
15,10 16,13
15,43 200
14,13 15,10
15,10 100
14,06 14,10
14,03 90
12,56 13,13
12,50 80
10,43 11,23
11,36 70
- -
- 60
- -
- 50
- -
- 40
- -
- 30
- -
-
20 -
- -
10 -
- -
Blanko -
- -
Keterangan: = hasil rata-rata tiga kali pengukuran, - = tidak ada hambatan
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menentukan diameter zona hambat, diameter zona hambat yang semakin meningkat pada kenaikan
konsentrasi. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi terhadap ekstrak etanol daun kecapi memiliki korelasi positif terhadap peningkatan
diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Dari data di atas
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kecapi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas
aeruginosa . sedangkan pada blanko tidak menunjukkan aktivitas antibakteri
terhadap ketiga bakteri yang digunakan. Aktivitas antibakteri dapat disebabkan adanya kandungan senyawa kimia yaitu tanin, saponin dan flavonoida.
Pada konsentrasi ekstrak 100 mgml efektif digunakan sebagai aktivitas antibakteri terhadap ketiga bakteri uji diatas. Batas daerah hambat dinilai efektif
apabila memiliki diameter daya hambat lebih kurang 14 mm sampai 16 mm Ditjen POM, 1995.
4.4 Hasil Evaluasi Formula 4.4.1 Hasil pemeriksaan stabilitas sediaan