Bakteri Staphylococcus aureus Bakteri Staphylococcus epidermidis Bakteri Pseudomonas aeruginosa

3.14.5.1 Bakteri Staphylococcus aureus

Ke dalam cawan petri dimasukkan 0,1 ml inokulum, kemudian ditambahkan 20 ml media nutrient agar steril yang telah dicairkan dan ditunggu hingga suhu mencapai 45 o C, dihomogenkan dan dibiarkan sampai media memadat. Setelah itu ditanamkan silinder logam. Selanjutnya masing-masing silinder logam dimasukkan gel sebanyak 0,1 g yang dilarutkan dengan satu tetes air suling steril dengan berbagai konsentrasi. Kemudian diinkubasi pada suhu 36- 37 o C selama 18-24 jam. Selanjutnya diameter daerah hambat di sekitar silinder logam diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali Ditjen POM, 1995.

3.14.5.2 Bakteri Staphylococcus epidermidis

Ke dalam cawan petri dimasukkan 0,1 ml inokulum, kemudian ditambahkan 20 ml media nutrient agar steril yang telah dicairkan dan ditunggu hingga suhu mencapai 45 o C, dihomogenkan dan dibiarkan sampai media memadat. Setelah itu ditanamkan silinder logam. Selanjutnya masing-masing silinder logam dimasukkan gel sebanyak 0,1 g yang dilarutkan dengan satu tetes air suling steril dengan berbagai konsentrasi. Kemudian diinkubasi pada suhu 36- 37 o C selama 18-24 jam. Selanjutnya diameter daerah hambat di sekitar silinder logam diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali Ditjen POM, 1995.

3.14.5.3 Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Ke dalam cawan petri dimasukkan 0,1 ml inokulum, kemudian ditambahkan 20 ml media nutrient agar steril yang telah dicairkan dan ditunggu hingga suhu mencapai 45 o C, dihomogenkan dan dibiarkan sampai media memadat. Setelah itu ditanamkan silinder logam. Selanjutnya masing-masing silinder logam dimasukkan gel sebanyak 0,1 g yang dilarutkan dengan satu tetes air suling steril dengan berbagai konsentrasi. Kemudian diinkubasi pada suhu 36- 37 o C selama 18-24 jam. Selanjutnya diameter daerah hambat di sekitar silinder logam diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali Ditjen POM, 1995.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak

Hasil karakterisasi ekstrak daun kecapi dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Hasil karakterisasi ekstrak daun kecapi No Parameter Hasil 1 Kadar air 16,49 2 Kadar sari larut dalam air 62,97 3 Kadar sari larut dalam etanol 27,02 4 Kadar abu total 2,18 5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,15 Penetapan kadar air dilakukan untuk mengetahui berapa kadar air ekstrak, karena air merupakan media yang baik untuk tumbuhnya jamur. Penetapan kadar sari larut air untuk mengetahui kadar senyawa yang bersifat polar, sedangkan kadar sari larut dalam etanol dilakukan untuk mengetahui senyawa yang terlarut dalam etanol, baik polar maupun non polar. Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa anorganik dalam ekstrak, misalnya logam K, Ca, Na, Pb, Hg, silika, sedangkan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa yang tidak larut dalam asam, misalnya silika, logam-logam berat seperti Pb, Hg.