Ijarah Muntahiyyah Bittamlik IMBT

hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqh.16 c. Menurut uiama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad, karena akad al-Ijarah, menurut mereka, tidak boleh diwariskan. Sedangkan menurut jumhur ulama, akad al-Ijarah tidak bata dengan wafatnya salah seorang yang berakad, karena manfaat, menurut mereka, boleh diwariskan dan al-ijarah sama dengan jual beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad. d. Menurut Ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dari salah satu pihak, seperti rumah yang disewakan disita negara karena terkait utang yang banyak, maka akad al-Ijarah batal. Uzur-uzur yang dapat membatalkan akad al-Ijarah itu, menurut ulama Hanafiyah adalah salah satu pihak jatuh muflis, dan berpindah tempatnya penyewa, misalnya, seseorang digaji untuk menggali sumurdisuatu desa, sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke desa lain. Akan tetapi, menurut jumhur ulama, uzur yang boleh membatalkan akad al-Ijarah itu hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir.

B. Ijarah Muntahiyyah Bittamlik IMBT

16 Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedi hukum Islam, Jakarta; Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996 jilid 6. Hal 663 1. Pengertian ijarah muntahiyyah bittamlik IMBT Banyak persepsi mengenai definisi dari istilah al-ijarah al- muntahiyah bittamlik IMB yaitu, M. Syafi’I Antonio dalam bukunya mengatakan bahwa al-ijarah al-muntahiyah bittamlik IMB adalah sebuah istilah modern yang tidak terdapat dikalangan fuqaha terdahulu. Definisinya: Istilah ini tersusun dari dua kata; a. at-ta’jiir al-ijaaroh sewa b. at-tamliik kepemilikan Pertama : at-ta’jiir menurut bahasa; diambil dari kata al-ajr ,yaitu imbalan atas sebuah pekerjaan, dan juga dimaksudkan dengan pahala.Adapun al-ijaaroh: nama untuk upah, yaitu suatu yang diberikan berupa upah terhadap pekerjaan. Kedua: at-tamliik secara bahasa bermakna: menjadikan orang lain memiliki sesuatu. Adapun menurut istilah ia tidak keluar dari maknanya secara bahasa. Dan at-tamliik bisa berupa kepemilikan terhadap benda, kepemilikan terhadap manfaat, bisa dengan ganti atau tidak. Sebagaimana ungkapan di bawah ini : Jika kepemilikan terhadap sesuatu terjadi dengan adanya ganti maka ini adalah jual beli. Jika kepemilikan terhadap suatu manfaat dengan adanya ganti maka disebut persewaan. Jika kepemilikan terhadap sesuatu tanpa adanya ganti maka ini adalah hibahpemberian. Adapun jika kepemilikan terhadap suatu manfaat tanpa adanya ganti maka disebut pinjaman. Dari kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi “al ijarah al muntahia bit tamlik ” persewaan yang berujung kepada kepemilikan yang terdiri dari dua kata tersebut adalah; kepemilikan suatu manfaat jasa berupa barang yang jelas dalam tempo waktu yang jelas, diikuti dengan adanya pemberian kepemilikan suatu barang yang bersifat khusus dengan adanya ganti yang jelas. Ungkapan “ kepemilikan suatu manfaat jasa”, bermakna ijaaroh sewa menyewa. Sedangkan, Ungkapan “diikuti dengan adanya pemberian kepemilikan suatu barang”, ini bermakna jual beli. Maka ini yang disebut persewaan yang berujung kepada kepemilikan al ijarah al muntahia bit tamlik. Al-Ba’i wa al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan rangkaian dua buah akad, yakni akad al-ba’i dan akad al-ijarah muntahia bi al-tamlik. Al- ba’i merupakan akad jual beli, sedangkan al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan kombinasi sewa menyewa ijarah dan jual beli atau hibah di akhir masa sewa. Ijarah muntahia bi al-tamlik adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode, sehingga transaksi ini diakhiri dengan kepemilikan objek sewa. 17 Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional DSN No.7DSN- MUIIII2002 al-ijarah al muntahiyah bittamlik adalah perjanjian sewa beli yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang di sewa, kepada penyewa, setelah selesai masa sewa. Selain fatwa DSN, BI juga mengatur hal tentang akad produk bank syariah di Indonesia. PBI 746PBI2005 telah menetapkan syarat untuk berbagai produk perbankan syariah, baik berupa penghimpunan maupun penyaluran dana. Di bidang penghimpunan dana, telah diatur simpanan yang bersifat titipan, yakni: Giro Wadi’ah dan Tabungan Wadi’ah. Juga simpanan yang bersifat investasi, yakni: Giro Mudharabah, Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah. Di bidang penyaluran dana, PBI dimaksud telah mengatur di Bagian Kedua – Penyaluran Dana Pasal 6 – 18 PBI 746PBI2005: Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Ijarah Muntahiya Bit Tamlik, dan Qardh. Menurut Sunarto Zulkifli dalam bukunya mengatakan bahwa transaksi IMBT merupakan pengembangan transaksi ijarah untuk 17 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktek, Gema Insani Press:Jakarta 2001 Hal. 48 mengakomodasi kebutuhan pasar. Sehingga ketentuannya mengikuti ketentuan Ijarah. 18 Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah berlaku pula dalam akad al-ijarah al-muntahiyah bittamlik. Pihak yang melakukan al- ijarah al-muntahiyah bittamlik harus melaksanakan akad ijarah sampai selesai terlebih dahulu, sebelum melakukan akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian hibah. Perjanjian untuk melakukan akad al-ijarah al-muntahiyah bittamlik harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad, yang hukumnya tidak mengikat, jika ingin dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah selesai. 19 2. Bentuk IMBT Ijarah Muntahiyah Bittamlik IMBT memiliki banyak bentuk, tergantung apa yang disepakati kedua pihak yang berkontrak. 20 Dalam Ijarah 18 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta : Zikrul Hakim, 2007 cet ke-3, hal. 48 19 HB. Tamam Ali, dkk. Ekonomi Syariah Dalam Sorotan: Tinjauan dari Berbagai Perspektif dan Dilengkapi dengan Praktek-praktek Ekonomi Syariah yang Telah Difatwakan, Jakarta : Yayasan amanah Masyarakat Ekonomi Syariah MES, TT hal. 171 20 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah bagi Bankir Praktisi Keuangan, Jakarta : Tazkiya Institute, 1999 cet ke-1, hal. 182 Muntahiyah Bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini : 21 1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa. 2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewaakan tersebut pada akhir masa sewa. Kedua cara pemindahan hak milik ini terjadi secara bertahap selama periode sewa, yaitu ketika dilakukannya pembayaran cicilan selama periode sewa. Transaksi yang disebut dengan al-ijarah al muntahiyah bittamlik IMB adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual-beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan al ijarah biasa. 3. Manfaat dan Resiko yang harus diantisipasi Manfaat dan transaksi al-ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang pokok. Adapun risiko yang munkin terjadi dalam al- ijarah adalah sebagai berikut: 22 Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja. 21 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktek, Gema Insani Press:Jakarta 2001 Hal. 48 22 Abdul Manan, Ekonomi Islam teori dan praktek,s PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997 Hal. 145 Rusak; aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa pemeliharaan harus dilakukan oleh bank Berhenti; nasabah berhenti ditengah kontrak dan tidak dan tidak mau membeli aset tersebut. Akibatnya, bank harus menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada nasabah Adapun manfaat dari transaksi al-ijarah al muntahiyah bittamlik yang diterima pihak nasabah adalah 23 Nasabah dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan. Nasabah dapat terbantu dalam menjalankan usahanya sektor produktif atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya sektor konsumtif. Adapun risiko yang mungkin dihadapi nasabah dalam al-ijarah al muntahiyah bittamlik ini adalah tidak berbeda dengan yang di alami oleh bank. Karena nasabah kerap memiliki masalah dalam hidupnya. Maka nasabah harus memanajemen keuangan yang ia miliki agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

C. Kombinasi Skema Akad IMBT