BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam yang bersumber pada wahyu Illahi dan Sunnah Rasul mengajarkan umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih baik di
dunia maupun di akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat inilah yang dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Hal ini berarti
bahwa dalam mengajarkan kehidupan di dunia tidak dapat dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan umatnya untuk
bekerja keras serta saling membantu sesuai dengan prinsip-prinsip ajarannya. Dalam kehidupan sehari – hari, masyarakat memiliki kebutuhan – kebutuhan
yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh
karenanya, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat muncullah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan non bank. Lembaga perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur dalam syariah
Islam, yakni bagian muamalah sebagai bagian yang mengatur hubungan sesama manusia. Oleh karena itu, pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan
sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun menjadi wajib untuk diadakan.
1
Lembaga pembiayaan merupakan salah satu fungsi bank, selain fungsi menghimpun dana dari masyarakat. Fungsi inilah yang lazim disebut sebagai
intermediasi keuangan financial intermediary function. Hal ini diatur dalam pasal 1 ayat 1 UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Pembiayaan dikucurkan melalui dua jenis bank, yaitu Bank Konvensional maupun Bank Syariah. Sistem bunga yang diterapkan dalam perbankan konvensional
telah mengganggu hati nurani umat Islam di dunia tanpa kecuali umat Islam di
Indonesia. Bunga uang dalam fiqih dikategorikan sebagai riba yang demikian
merupakan sesuatu yang dilarang oleh syariah haram . Alasan mendasar inilah yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan bebas bunga, salah satunya adalah
Bank Syariah.
2
Dalam penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau masyarakat, bank syariah menawarkan beberapa macam produk perbankan. Yaitu diantaranya,
pembiayaan sewa beli ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bi tamlik adalah akad sewa suatu barang antara bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi
kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia usaha
1
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 14-15
2
Aris Dwi Suryadi, SH diunduh pada tanggal 18 Februari 2010 dari http:arisdwisuryadi.blogspot.com200901praktek-pembiayaan-dalam-perbankan.html
dikenal dengan finance lease Harga sewa dan harga beli ditetapkan bersama diawal perjanjian. Dalam pembiayaan ini yang menjadi obyek sewa diisyaratkan harus
barang yang bermanfaat dan dibenarkan oleh syariat dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur, pembiayaan sewa beli ini dapat dilakukan dengan cara:
pertama lembaga pembiayaan atau perusahaan leasing yang berdasarkan syariah Islam membeli aset yang akan dibeli oleh nasabah, setelah terbeli maka, lembaga
tersebut menyewakan aset itu dalam jangka waktu dan harga yang ditentukan dalam perjanjian kedua belah pihak.
Bahkan IMBT adalah akad yang belum ada pada masa Rasulullah, Akad ini pertama didapatkan pada tahun 1846 masehi di Inggris, dan yang memulai
bertransaksi dengan akad ini adalah seorang pedagang alat-alat musik di inggris, dia menyewakan alat musiknya yang diikuti dengan memberikan hak milik barang
tersebut, dengan maksud adanya jaminan haknya itu. Setelah itu tersebarlah akad seperti ini dan pindah dari perindividu ke pabrik-pabrik, dan yang pertama kali
menerapkannya adalah pabrik sanjar penyedia alat-alat jahit di inggris. Selanjutnya
berkembang, dan tersebar akad ini dengan bentuk khusus di pabrik-pabrik besi yang membeli barang-barang yang sudah jadi, lalu menyewakannya Kemudian setelah itu
tersebar akad semacam ini dan pindah ke Negara-negara dunia, hingga ke Amerika Serikat pada tahun 1953 masehi.Lalu tersebar dan pindah ke Negara Perancis pada
tahun 1962 masehi.Terus tersebar dan pindah ke Negara-negara Islam dan Arab pada tahun 1397 hijriyah.
3
Penggunaan akad ini semakin banyak digunakan pada masa sekarang ini sebagai salah satu pilihan akad yang dapat digunakan untuk melakukan pembiayaan
yang berkenaan dengan sewa yang diakhiri dengan hak kepemilikan oleh nasabah. Bertumpu pada uraian yang penulis paparkan di atas, penulis memandang
perlu mengadakan penelitian untuk melakukan suatu pembahasan yang komparatif tentang kelebihan dan kekurangan peralihan kepemilikan dalam pembiayaan Al-
ijarah al-muntahia bit-tamlik IMBT. Pembahasan ini dituangkan dalam sebuah
skripsi berjudul: “KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN PADA IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK IMBT; STUDI
KOMPARATIF PT. BANK MUAMALAT SYARIAH INDONESIA DAN BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM.”
B. Pembatasan dan Perumusan Permasalahan