2. Bank Syariah Yaitu bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam penghimpunan dana maupun
dalam rangka penyaluran dananya memberikan atau mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.
Pada dasarnya ketiga fungsi utama perbankan adalah : 1. Menerima titipan dana,
2. Meminjamkan uang 3. Jasa pengiriman uang
Ketiga fungsi tersebut boleh dilakukan, kecuali bila dalam melaksanakan fungsi perbankan melakukan hal-hal yang dilarang syariah. Dalam praktik perbankan
konvensional yang dikenal saat ini, fungsi tersebut dilakukan berdasarkan system bunga. Bank Konvensional memang tidak serta merta identik dengan riba, namun kebanyakan
praktik bank konvensional dapat digolongkan sebagai transaksi ribawi. Dalam definisi riba: sebab illat atau tujuan hikmah perlarangan riba diidentifikasi
praktik perbankan konvensional yang tergolong riba. Riba fadl ditemui dalam transaksi jual beli valuta asing yang tidak dilakukan secara tunai. Riba nasi’ah dapat ditemui dalam
transaksi pembayaran kredit dan pembayaran tabungan deposito giro. Riba jahiliyah dapat ditemui dalam transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya
Maka jelas bahwa perbankan konvensional bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah dalam melaksanakan beberapa kegiatannya. Karena itu perlu upaya untuk
memperkenalkan produk dan praktik perbankan yang berdasarkan prinsip syariah.
2.2 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat BPR
Universitas Sumatera Utara
Bank Perkreditan Rakyat BPR menurut Undang-Undang UU Perbankan No.7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam
bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Seangkan pada UU Perbankan
No.10 tahun 1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasar prinsip syariah.
Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia
No.3136KEPDIR1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini, secara teknis BPR syariah bisa diartikan
sebagai lembaga keuangan yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah islam.
2.3 Sejarah Berdirinya BPR Syariah
Status hukum BPR diakui prtama kali dalam pakto tanggal 27 Oktober 1988, sebagai bagian dari Paket Kebijakan Keuangan, Moneter, dan Perbankan. Secara historis, BPR
adalah penjelmaan dari banyak lembaga keuangan, seperti Bank Desa, Bank Pasar, Lembaga Perkreditan Desa LPD, Badan Kredit Desa BKD, Badan Kredit Kecamatan
BKK dan atau lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Sejak dikeluarkan UU No.7 tahun 1992 tentang pokok perbankan, keberadaan lembaga-lembaga keuangan
tersebut diperjelas melalui izin menteri keuangan. Berdirinya BPR Syariah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh berdirinya lembaga-lembaga
keungan tersebut.
Lebih jelasnya
keberadaan BPR
Syariah dipertegas dengan munculnya pemikiran untuk mendirikan bank syariah pada tingkat
nasional. Bank syariah yang dimaksut adalah Bank Muamalat Indonesia BMI yang
Universitas Sumatera Utara
berdiri tahun 1992. Namun jangkauan BMI terbatas pada wilayah-wilayah tertentu, misalnya di kabupaten, kecamatan dan desa. Oleh karena itu peran BPR Syariah
diperlukan untuk menangani masalah keuangan masyaraat di wilayah tersebut.
2.3.1 Tujuan BPR Syariah
Adapun tujuan yang dikehendaki BPR Syariah adalah: 1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islm, terutama masyarakat golongan
ekonomi lemah yang pada umumnya berada dipedesaan. 2. Menambah lapangan kerja terutama ditingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi. 3. Membina semagat ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai. Untuk mencapai tujuan operasionalisasi BPR Syariah tersebut diperlukan strategi
operasional sebagai berikut: 1. BPR Syariah tidak bersifat menunggu terhadap datangnya fasilitas, melainkan
bersifai aktif dengan melakukan sosialisasi kepada usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang
baik. 2. BPR Syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek
dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil. 3. BPR Syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat
kompetitifnya produk yang akan dideri pembiayaan.
2.3.2 Usaha – Usaha BPR Syariah
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, sebagai lembaga keuangan syariah, BPR Syariah dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa dengan bank- bank umum syariah. Dalam
usaha pengerahan dana masyarakat, BPRS dapat memberikat jasa-jasa keuangan dalam bentuk, antara lain:
1. Simpanan Amanah Disebut simpanan amanah, sebab dalam hal bank penerima titipan amanah dari
nasabah. Disebut dengan titipan amanah karena bentuk perjanjian adalah wadiah,yaitu titipan yang tidak menanggung risiko. Namun denikian bank akan
memberikan bonus dari bagi hasil keuntungan yang diperoleh bank melalui pembiayaan kepada nasabah.
2. Tabungan Wadiah Dalam tabungan ini bank menerima tabungan dari nasabah dalam bentuk
tabungan bebas. Sedangkan akad yang diikat oleh bank dengan nasabah dalam bentuk wadiah. Titipan nasabah tersebut tidak menanggung risiko kerugian, dan
bank memberikan bonus kepada nasabah. Bonus tabungan wadiahitu dapat diperhitungkan secara harian dan dibayarkan kepada nasabah oada setiap bulan.
3. Deposito Wadiah Mudharabah Dalam produk ini bank menerima deposito berjangka dari nasabahnya. Akad yang
dlakukan ada yang berbentuk wadiah dan dapat pula berbentuk mudharabah. Lazimnya jangka waktu deposito ini adalah 1, 2, 6, 12 bulan dan seterusnya
sebagai bentuk penyertaan modal sementara. Maka nasabah deposan mendapat bonus keuntungan dari bagi hasil yang diperoleh bank dari pembiayaan kredit
yang dilakukannya kepada nasabah-nasabah lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Fasilitas pengerahan dana tersebut juga dapat dipergunakan untuk menitipkan sedekah, infak, zakat, aqiqah, tabungan haji, tabungan kurban, tabungan
pendidikan, tabungan kepemilikan kendaraan, tabungan kepemilikan rumah, bahkan bisa juga untuk sarana penitipan dana-dana mesjid, dana pesantren,
yayasan dan lain sebagainya. Sementara, dalam menyalurkan dana masyarakat BPR Syariah dapat memberikan
jasa-jasa keuangan seperti: 1 Pembiayaan Mudharabah
Dalam pembiayaan ini, bank mengadakan akad dengan nasabah pengusaha. Bank menyediakan pembiayaan modal usaha bagi proyek yang dikelola oleh
pengusaha. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah diikat oleh bank dan pengusaha tersebut.
2 Pembiayaan Musyarakah Dalam pembiayaan ini, bank dengan pengusaha mengadakan perjanjian. Bank dan
pengusaha berjanji bersama-sama membiayaai suatu proyek yang juga dikelola secara bersama-sama. Keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut akan dibagi
sesuai dengan penyertaan masing-masing pihak. 3 Pembiayaan Bai’Bithaman Ajil
Dalam pembiayaan ini, bank mengikat perjanjian dengan nasabah. Bank menyediakan dana untuk pembelian sesuatu barang aset yang dibutuhkan oleh
nasabah guna mendukung usaha atau proyek yang sedang diusahakan. Namun begitu, sesuai UU Perbankan No. 10 tahun 1998, BPR Syariah hanya dapat
melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2 Memberikan kredit. 3 Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lainnya. Pembatasan usaha BPR Syariah secara lebih tegas dijelaskan dalam pasal 27 SK
Direktur BI No.3236KEPDIR1999. Menurut surat keputusan ini, kegiatan operasional BPR Syariah adalah:
1 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi: a. transaksi jual-beli berdasarkan prinsip:
- Murabaha - Istisna
- Ijarah - Salam
- jual beli lainnya b. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:
- Mudharabah - Musyarakah
- bagi hasil lainnya c. Pembiayaan lain berdasarkan prinsip:
- Rahn
Universitas Sumatera Utara
- Qardh Dibanding bank umum syariah, kegiatan operasional yang dapat dilakukan BPR
Syariah lebih terbatas.BPR Syariah dilarang untuk: - Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing,
- Melakukan penyertaan modal, - Melakukan usaha peransuransian.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kredit Pembiayaan
Pengertian kredit menurut undang-undang perbankan No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pinjaman melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga. Sementara kredit dalam Bank syariah disebut dengan pembiayaan. Dimana
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk megembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur denga uang. Yang membedakan
kredit yang diberikan oleh Bank konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh Bank syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi Bank konvensional
keuntungan yang diperoleh melalui bunga, sedangkan bagi Bank syariah berupa imbalan.
2.4.1 Jenis-jenis Pembiayaan
Dalam Bank syariah pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagai menjadi:
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
produksi, perdagangan dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, maupun investasi
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk dipakai memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi: a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan antaranya:
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan untuk
keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal capital
goods serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. • Pembiayaan modal kerja
. Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja
tersebut, bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah, di mana bank bertindak sebagai penyandang dana shahibul
maal, sedangkan nasabah sebagai pengusaha mudharib. Skema pembiayaan semacam ini disebut dengan mudharanah trust financing. Fasilitas ini dapat diberikan untuk
jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta
porsi bagi hasil yang belum dibagikan yang menjadi bagian bank.
a. Pembiayaan Likuiditas Cash Financing
Universitas Sumatera Utara
Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbul akibat terjadinya ketidaksesuaian mismatched antara cash inflow dan cash
outflow pada perusahaan nasabah Bank syariah dengan pembiayaan ini menyediakan
fasilitas dalam bentuk qardh timbal balik atau yang disebut compensating balance. Melalui fasilitas ini nasabah harus membuka rekening giro, dan bank tidak memberikan
bonus atas giro tersebut. Bila nasabah mangalami situasi mismatched, nasabah dapat menarik dana melebihi saldo yang tersedia sehingga menjadi negatif sampai maksimum
jumlah yang disepakati dalam akad. Atas fasilitas ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun, kecuali sebatas biaya administrasi pengelolaan fasilitas tersebut.
b. Pembiayaan piutang receivable Financing
Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual barangnya dengan kredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya melebihi kapasitas modal kerja yang
dimilikinya
Bagi bank syariah, untuk kasus pembiayaan piutang seperti tersebut di atas hanya dapat dilakukan dalam bentuk al qardh di mana bank tidak boleh meminta imbalan,
kecuali biaya administrasi. Untuk kasus anjak piutang, bank dapat memberikan fasilitas pengambil-alihah piutang, yaitu yang disebut hiwalah. Tetapi untuk fasilitas ini pun bank
tidak dibenarkan meminta imbalan kecuali biaya layanan atau biaya administrasi dan biaya penagihan. Dengan demikian, bank syariah meminjamkan uang qardh sebesar
piutang yang tertera dalam dokumen piutang wesel tagih atau promes yang diserahkan kepada bank tanpa potongan. Hal itu adalah bila ternyata pada saat jatuh tempo hasil
tagihan itu digunakan untuk melunasi hutang nasabah kepada bank. Tetapi bila ternyata
Universitas Sumatera Utara
piutang tersebut tidak ditagih, maka nasabah harus membayar kembali hutangnya itu kepada bank. Selain itu, sebagian ulama memberikan jalan keluar berupa pembelian surat
hutang bai’ al dayn , tetapi sebagian ulama melarangnya
c. Pembiayaan Persediaan Inventory Financing
Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk me-menuhi kebutuhan pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan menggunakan prinsip jual-beli
al bai’ dalam dua tahap. Tahap pertama, bank mengadakan membeli dari suplier secara tunai barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada
nasabah pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang disepakati bersama, antara bank dengan nasabah.
• Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha,
ataupun pendirian proyek baru.
Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah: 1. Untuk pengadaan barang-barang modal;
2. Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah; 3. Berjangka waktu menengah dan panjang
Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas projected
cash flow yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehinga akan dapat
Universitas Sumatera Utara
diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Kemudian, barulah disusun jadwal amortisasi yang merupakan angsuran pembayaran kembali
pembiayaan.
• Pembiayaan konsumtif
.Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan menggunakan:
1. Al bai’ bi tsaman ajil salah satu bentuk murabahah atau jual-beli dengan angsuran 2. Al ijarah al muntahia bit tamlik atau sewa beli
3.Al musyarakah mutanaqhishah atau descreasing participation, dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipa-sinya
4. Ar Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. Sedangkan kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan
pembiayaan komersil. Seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokoknya tergolong fakir atau miskin, dan oleh karena itu ia wajib diberikan zakat atau shadaqah,
atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan al qardh al hasan, yaitu pinjaman dengan kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apa pun.
2.5 Prinsip Bagi Hasil