Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Jumlah Tabungan Masyarakat Pada BPR Syariah Puduarta Insani

(1)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENINGKATAN JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT

PADA BPR SYARIAH PUDUARTA INSANI

SKRIPSI Diajukan Oleh : VENI RAHMI YUSMI

070501036

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Veni Rahmi Yusmi NIM : 070501036

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Jumlah Tabungan Masyarakat Pada BPR Syariah Puduarta Insani

Tanggal,

Pembimbing Skripsi

(Kasyful Mahalli SE, MS.I) NIP. 19671111 200212 1001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari : Tanggal :

Nama : Veni Rahmi Yusmi NIM : 070501036

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Jumlah Tabungan Masyarakat Pada BPR Syariah Puduarta Insani

Ketua Departemen Pembimbing Skripsi

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) ( Kasyful Mahali,SE,M.Si) NIP. 19730408 199802 1 00 NIP.19671111 200212 1 001

Penguji I Penguji I

(Irsyad Lubis, SE, M. Soc.Sc,) (Ellyda Sudradjat,S.Si.M.Si) NIP.19710503 200312 1 003 NIP. 19730325 200801 2 007


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK Nama : Veni Rahmi Yusmi

NIM : 070501036

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Jumlah Tabungan Masyarakat Pada BPR Syariah Puduarta Insani

Tanggal,

Ketua

(Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D) NIP. 197105032003121003

Tanggal,

Dekan

(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec) NIP. 19550810 198303 1 004


(5)

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze factors - factors that affect an increasing number of public savings on BPR Syariah Puduarta Insani. The data used in this study is time series data (periodic data) from the years 1996 to 2010. The independent variables used in this study is income per capita, Mudharabah and Number peduduk Muslims. The method used is ordinary least squere method (OLS) using the analysis tools to process data that is using eviews 6.0.

Based on the estimation show significant variabelt income perkapita at a=1%. While the Mudharabah and Number Muslim Population significant a=5%.

Based on the indefication of determinants obtainet that the R Squere of 0.9198.this means that 91.98 % variable dependent on the amount of sevings can be explained jointly by the independent variable is income per capita , Mudharabah, and Number muslim population . While the rest of 8.02 % more influenced by other variables not included in the model estimation


(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah tabungan masyarakat pada BPR Syariah Puduarta Insani. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series ( data berkala)dari tahun 1996 – 2010. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan perkapita, mudharabah dan jumlah peduduk muslim. Metode yang di gunakan adalah metode ordinary least squere (OLS) dengan mengunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu mengunakan eviews 6.0 .

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan variabel pendapatan perkapita signifikan pada a=1% sedangkan Mudharabah dan jumlah penduduk muslim signifikan pada a= 5 %

Berdasarkan identifikasi determinan di peroleh bahwa nilai R Squere sebesar 0,9198. hal ini berarti 91,98% variabel dependen jumlah tabungan masyarakat dapat di jelaskan secara bersama- sama oleh variabel independen yaitu pendapatan perkapita, mudharabah dan jumlah penduduk muslim. Sedangkan sisanya sebesar 8,02 % lagi di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikut sertakan dalam model estimasi.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamin. Tak ada kata yang dapat mengalahkan nikmatnya mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT tidak akan pernah memutuskan doa dan harapan hamba- Nya, dan tak terhingga nikmat yang senantiasa Allah SWT berikan baik berupa kesempatan, kesehatan,kemudahan, petunjuk dan hidayah yang menjadi sumber kekuatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari program Strata I Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Jumlah Tabungan Masyarakat Pada BPR Syariah Puduarta Insani”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat, materil, maupun sumbangan pemikiran. Oleh sebab itu pula pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan penulis yang sedalam-dalamnya terutama kepada “Kedua Orangtua penulis Ayahanda Drs Yusirman dan ibunda Misna yang selama ini telah memberi dukungan baik berupa materi, semangat, dan doa yang tidak ternilai harganya”dan juga kepada abang Aria Gustufadli SE serta adik-adik ku tercinta Tomi IL- Hadi, Firkal Hadi, Suci Permata Sari dan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada:


(8)

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Irsyad Lubis,SE, M.Soc, Sc, Ph.D selaku ketua program studi

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Jonathan Sinuhaji, MSi(Alm) sebagai dosen wali penulis 6. Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberi bimbingan dan masukan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

7. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D dan ibu Ilyda Sudradjat, S.Si, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan petunjuk dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

9. Buat sahabat-sahabat penulis yang telah banyak memberikan dorongan, membantu, Menemani dam memberikan semangat bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan saran maupun kritikan yang membangun sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan di lain kesempatan. Semoga kiranya dapat


(9)

bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan Wassalamualaikum Wr. Wb .

Medan, Juli 2011


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAC...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesa ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian. ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Bank ... 8

2.1.1 Pengertian Bank ... 8

2.1.2 Jenis- jenis Bank ... 8

2.1.3 Sumber dana pihak Bank ... 9

2.1.4 Beda Bank Syariah dan Konvensional... 10

2.1.5 Ciri – ciri Bank Islam ... 12

2.1.6 Prinsip – prinsip Bank Syariah ... 14


(11)

2.1.8 Tujuan Pendirian BPR Syariah dalam rangka restrukturisasi

perekonomian indonesia...16

2.1.9 Produk – produk BPR Syariah...16

21.10 Tujuan dan Strategi usaha BPR Syariah...19

2.2 Pendapatan Perkapita...20

2.2.1 Pengertian Pendapatan Perkapita ... 20

2.2.2 Konsep Pendapatan ... 21

2.2.3 Metode perhitungan Pendapatan Nasional ... 26

2.2.4 Faktor- faktor lain yang mempengaruhi pendapatan perkapita ... 27

2.3 Mudharabah ... 30

2.3.1 Pengertian Mudharabah ... 30

2.3.2 Perbedaan Bagi Hasil Pada Bank syariah dan Konvensional... 31

2.3.3 Mudhorabah dalam Perbankan ... 33

2.3.4 Rukun Mudharabah ... 35

2.3.5 Macam-macam Mudharabah ... 37

2.3.6 Manfaat Mudharabah...39

2.3.7. Resiko Mudharabah...39

2.4 Jumlah Penduduk Muslim...40

BAB III METODE PENELITIAN...42

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 42

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 42

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4 Pengolahan Data ... 42

3.5 Model Analisis Data ... 43

3.6 Test of Goodness Fit (Uji Kesesuaian) ... 44

3.6.1 Koefesien Determinasi (R. Sequare) ... 44

3.6.2 Uji t-statistik (Partial test) ... 45

3.6.3 Uji f-statistik (Overall test) ... 47


(12)

3.7.1 Multikolinearitas ... 48

3.7.3 Uji Autokolerasi ... 49

3.8 Defenisi Variabel Operasional ... 49

BAB IV HASIL PEMBAHASAN ... 53

4.1 Sejarah Berdirinya BPR Syariah Puduarta Insani ... 53

4.1.1 Visi dan Misi BPR Syariah Puduartata Insani...54.

4.1.2 Produk – Produk Usaha...54

4.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Masing – Masing Bidang... 4.2 Keterangan Variabel Independen dan Dependen ... 66

4.2.1 Pendapatan Perkapita Medan ... 66

4.2.2 Tingkat Mudharabah... 68

4.2.3 Jumlah Penduduk Muslim ... 69

4.2.4 Jumlah Tabungan Masyarakat ... 71

4.3 Interpretasi Model... 72

4.4 Uji Kesesuain (Test OF Goodness Fit) ... 74

4.4.1 Uji Kesesuain Determinasi (R – S quere) ... 74

4.4.2 Uji t – Statistik ( Partial Test)... 74

4.4.3 Uji F – Statistik ( Simultan Test) ... 78

4.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 80

4.5.1 Uji Multikoleaneritas ... 80

4.5.2 Uji Autokorelasi ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

2.1 Perbedaan Bank konvensional dengan bank syariah ...12

3.2 Perbedaan bunga dan bagi hasil...33

4.3 Jumlah pendapatan perkapita masyrakat medan...67

4.4 Tingkat Mudharabah... 69

4.5 Jumlah Penduduk Muslim...70

4.6 Tingkat tabungan Masyarakat pada BPR Syariah Puduarta Insani...71 viii


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

3.1: Kurva Uji t-statistik ... 46

3.2: Kurva Uji F-statistik ... 48

3.3: Kurva Uji Durbin Watson ... 50

4.1: Kurva Uji t-statistik Variabel Pendapatan Perkapita ... 76

4.2: Kurva Uji t-statistik Variabel Tingkat Mudharabah ... 77

4.3.: Kurva Uji t-statistik Variabel Jumlah Penduduk Muslim ... 78

4.4.: Kurva Uji F-statistik Variabel Pendapatan Perkapita ... 80

4.5.: Kurva Uji Durbin Watson ... 83


(15)

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze factors - factors that affect an increasing number of public savings on BPR Syariah Puduarta Insani. The data used in this study is time series data (periodic data) from the years 1996 to 2010. The independent variables used in this study is income per capita, Mudharabah and Number peduduk Muslims. The method used is ordinary least squere method (OLS) using the analysis tools to process data that is using eviews 6.0.

Based on the estimation show significant variabelt income perkapita at a=1%. While the Mudharabah and Number Muslim Population significant a=5%.

Based on the indefication of determinants obtainet that the R Squere of 0.9198.this means that 91.98 % variable dependent on the amount of sevings can be explained jointly by the independent variable is income per capita , Mudharabah, and Number muslim population . While the rest of 8.02 % more influenced by other variables not included in the model estimation


(16)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah tabungan masyarakat pada BPR Syariah Puduarta Insani. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series ( data berkala)dari tahun 1996 – 2010. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan perkapita, mudharabah dan jumlah peduduk muslim. Metode yang di gunakan adalah metode ordinary least squere (OLS) dengan mengunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu mengunakan eviews 6.0 .

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan variabel pendapatan perkapita signifikan pada a=1% sedangkan Mudharabah dan jumlah penduduk muslim signifikan pada a= 5 %

Berdasarkan identifikasi determinan di peroleh bahwa nilai R Squere sebesar 0,9198. hal ini berarti 91,98% variabel dependen jumlah tabungan masyarakat dapat di jelaskan secara bersama- sama oleh variabel independen yaitu pendapatan perkapita, mudharabah dan jumlah penduduk muslim. Sedangkan sisanya sebesar 8,02 % lagi di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikut sertakan dalam model estimasi.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase. Dalam rangka mencapai tujuan ini tidak terlepas dari proses yang membutuhkan wawasan pemikiran yang luas, tenaga, waktu, dan dana. Proses ini berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan dan pada akhirnya pembangunan ini harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara baru berkembang dipusatkan pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi tetapi tidak dapat ditutupi adanya kondisi keterbelakangan masyarakat yang terlihat dibidang ekonomi, yaitu terdapatnya banyak hal-hal yang merupakan hambatan. Seperti: lingkaran kemiskinan tak berujung pangkal sebab utama adalah kekurangan serta keterbatasan yang amat parah dalam pendapatan, modal, dan ketrampilan. Kekurangan modal untuk investasi disebabkan tabungan masyarakat yang rendah, sedangkan produktivitas yang rendah terutama akibat kurangnya ketrampilan dan modal. Dalam hal ini disebabkan karena rendahnya pendapatan, sehingga sulit untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami peningkatan secara signifikan. ( Samuelson,1992: 439)

Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari lalu lintas pembayaran uang. Industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis karena dapat dikatakan sebagai urat nadi perekonomian.


(18)

Dalam hal ini masyarakat banyak menaruh harapan kepada bank untuk menjadi tempat penyimpanan dana yang aman bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta maupun perorangan. Bank juga diharapkan bisa melakukan kegiatan prekereditan dan berbagai jasa keuangan yang dapat melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme perekonomian. Dengan memberikan kredit kebeberapa sektor perekonomian bank, diharapkan dapat melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.

Salah satu sektor yang beperan vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.

Kemudian bank juga di kenal sebagai tempat untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat menukar uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran. (Kashmir,2004:23)

Peran perbankan tersebut pada umumnya terbagi atas dua. Pertama Bank sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efisien bagi nasabah. untuk ini bank menyediakan uang tunai, tabungan dan kartu kredit. Kedua, dengan menerima tabungan atau simpanan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik perekonomian suatu negara akan meningkat.

Di Indonesia terdapat dua jenis bank yang melakukan aktivitas yang berbeda, yaitu Bank konvensional dengan konsep bunga dan bank Syariah dengan konsep bebas bunga serta bagi hasil. Bagi bank yang berdasarkan prinsip Syariah


(19)

tidak di kenal dengan bunga dalam memberikan jasa simpanan maupun pinjaman. Di bank ini jasa bank yang di berikan disesuaikan dengan hukum Islam. Prinsip pembiayaan Syariah yang diterapkan oleh bank Syariah adalah salah satunya pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil. (Kashmir,2004:25)

Seiring dengan perputaran waktu perkembangan bank syariah mengalami booming pada era reformasi yang ditandai dengan perubahan UU No. 7 tahun 1992 menjadi UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum jenis-jenis usaha yang dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. (Wirdyaningsi ,2005).

Menurut Antonio (2001) terdapat perbedaan mendasar antara bank konvensional dengan bank syariah. Pertama, dari segi akad dan aspek legalitas akad yang dilakukan bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukrawi karena akad yang di lakukan berdasarkan hukum islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dengan bank, maka bank Syariah dapat merujuk kepada UU No.3 tahun 2006 yang memberikan kewenangan kepada Pengadilan Agama untuk menangani perkara perbankan Syariah yang penyelesaiannya berdasarkan hukum islam. Kedua, Stuktur organisasi bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, tapi unsur yang membedakan adalah keharusan adanya dewan pengawas syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Ketiga, bisnis dan usaha yang dibiayai yaitu bisnis dan usaha yang dilakukan tidak lepas dari saringan syariah.

Keempat, lingkungan kerja dan corporate culture: dalam hal etika sifat amanah dan shiddiq melandasi setiap karyawan sehingga tercipta profesionalisme yang berdasarkan islam.


(20)

Perkembangan bank Syariah di Indonesia sekarang ini cukup berkembang pesat dalam dunis bisnis perbankan, namun dengan seiringnya perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah ini, bentuk perbankan lain juga berkembang pesat di tengan-tengah masyarakat. Hadirnya Bank Prekreditan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan sebuah lembaga perbankan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya ke masyarakat dalam berbagai bentuk produk yang ada di BPR Syariah. Salah satunya BPR Syariah Puduarta Insani yang berada di jln. Pekan Raya No. 13 A Medan.

BPR Syariah ini selain digunakan untuk melayani masyarakat kecil, juga sebagai alternatif bagi masyarakat untuk memanfaatkan jasa perbankan dengan prosedur-prosedur hukum agama (Islam) yang selama tidak dimiliki oleh bank umum maupun BPR jenis lainnya. Seperti halnya jenis BPR Syariah memiliki karekteristik yang spesifik apabila dibandingkan dengan bank umum. Penyediaan

kredit murah yang merupakan unsur penting untuk mendorong kegiatan dan perekenomian. (Muhamad:2006)

Dalam beberapa hal, keberadaan BPR Syariah tersebut secara teknis usaha sesungguhnya tidak berbeda dengan BPR lain. BPR dan BPR Syariah yang membedakan yaitu tidak menempatka sistem bunga sebagai pijakan peminjaman (kredit) melainkan mengunakan sistem bagi hasil sebagai dasarnya.

Selain itu BPR Syariah juga salah satu dalam memobilisasi dana dari masyarakat melalui tabungan ini akan digunakan untuk membiayai pembangunan dengan penyaluran kredit demi terciptanya suatu iklim investasi yang sehat, sejalan dengan meningkatnya pembangunan akan membawa pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan


(21)

berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan perkapita masyarakat, diharapkan kecendrungan masyarakat untuk menabung bertambah besar, diiringi dengan pelayanan Bank Syariah yang mengunakan sistem bagi hasil yang tentunya menimbulkan gairah untuk menyimpan dananya di bank. Selain itu jumlah penduduk muslim juga mempengaruhi peningkatan jumlah tabungan pada BPR Syariah, khusunya BPR Syariah Puduarta Insani.dimana penduduk muslim lebih cenderung menabung di BPR Syariah. Pada tahun 1996 BPR Syariah jumlah penduduk muslimnya 1.223.621 jiwa dan meningkat setiap tahunnya sampai pada tahun 2010 mencapai 1.503.426.

Khusus mengenai pendapatan perkapita masayarakat Mudharabah dan peningkatan jumlah tabungan pada BPR Syariah, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah tabungan masyarakat. Untuk medan masih perlu dianalisa seberapa besarkah faktor pendapatan perkapita masyarakat,

Mudharabah dan jumlah penduduk muslim dalam mempengaruhi kenaikan atau penurunan jumlah tabungan. Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis mencoba membahas dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Jumlah Tabungan Masyarakat PT BPR Syariah Puduarta Insani”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah Pendapatan Perkapita berpengaruh terhadap peningkatan jumlah tabungan masyarakat BPR Syariah Puduarta Insani?


(22)

2. Apakah Tingkat Mudharabah berpengaruh terhadap peningkatan jumlah tabungan masyarakat BPR Puduarta Insani ?

3. Apakah Jumlah Penduduk Muslim berpengaruh terhadap peningkatan jumlah tabungan masyarakat BPR Syariah Puduarta Insani?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan Perkapita berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah tabungan masyarakat pada BPR Syariah Puduarta Insani.

2. Mudharabah berpengaruh negatif terhadap peningkatan jumlah tabungan masyarakat yang terhimpun pada BPR Syariah Puduarta Insani.

3. Jumlah Penduduk Muslim berpengaruh positif terhadap peningkatan jumlah tabungan masyarakat pada BPR Syariah Puduarta Insani.

1.4 Tujuan penelitian

Adapun tujuan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan perkapita terhadap peningkatan jumlah tabungan masyarakat pada BPR Syariah Puduarta Insani.

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh mudharabah terhadap peningkatan jumlah tabungan masyarakat pada BPR Syariah Puduarta Insani. 3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Jumlah Penduduk Muslim


(23)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai peningkatan jumlah tabungan pada BPR Syariah Puduarta Insani .

2. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat merupakan bahan masukan bagi peneliti lainnya untuk menganalisa masalah yang berkenaan dengan tabungan khususnya pada BPR Syariah Puduarta Insani.

3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, khususnya mahasiswa-mahasiswi Departement Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.


(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 BANK

2.1.1 Pengertian Bank

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dan serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. (Kasmir: 2008).

Selain bank umum terdapat juga bank syariah, dalam dunia perbankan saat ini perbankan syariah sudah tidak dianggap lagi sebagai tamu asing, karena bank syariah sudah membuktikan kinerjanya pada dunia perbankan di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir, khususnya untuk BPR Syariah .

UU No.10/1998 memuat ketentuan baru mengenai pengelolaan bank berdasarkan hukum islam, yang disebut dengan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Jadi pengertian bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

2.1.2 Jenis-Jenis Bank

Berdasarkan UU No 14/1967 pasal 3 menyebutkan bahwa menurut fungsinya, bank dapat dibedakan atas :


(25)

a. Bank sentral, yaitu bank Indonesia yang diatur melalui undang-undang tersendiri yaitu UU No.13/1968.

b. Bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.

c. Bank tabungan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan, dan usahanya terutama memperbungakan dananya dalam bentuk dalam kertas berharga seperti cek, giro, bilyet giro, dan lain-lain.

2.1.3 Sumber Dana Pihak Bank

Adapun sumber dana pihak bank salah satunya adalah dana pihak ketiga, yaitu dana dari masyarakat luas dalam bentuk:

1. Simpanan Giro

Salah satu produk yang di tawarkan kepada masyarakat menghimpun dana dari bank syariah adalah giro. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 01/DSN-MUI/IV/2000 giro yang di benarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Giro wadiah adalah simpanan dana yang bersifat titipan yang penarikannya dapat di lakukan sestiap saat dengan mengunakan cek, bilyet giro, sarana pemerintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindah bukuan dan terhadap titipan tersebut tidak di persyaratkan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian sukarela. Giro mudharabah


(26)

di lakukan berdasarkan kesepakatan dengan mengunakan cek, bilyat giro, dan terhadap investasi tersebut di berikan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di muka.

2. Tabungan

Menurut fatwa DSN-MUI:02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan yang dibenarkan menurut prinsip syariah adalah tabungan wadiah dan mudharabah. Tabungan wadiah yaitu simpanan dana nasabah pada bank, yang bersifat titipan dan penarikannya dapat di lakukan setiap saat dan terhadap titipan tersebut bank tidak di persyaratkan untuk memberikan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian bonus secara sukarela. Tabungan mudharabah adalah simpanan dana nasabah pada bank yang bersifat investasi dan penarikannya tidak dapat di lakukan setiap saat dan terhadap investasi tersebut di berikan bagi hasil sesuai dengan nisbah (keuntungan) yang telah di sepakati di muka.

3. Deposito

Menurut fatwa dewan dewan syariah nasional No:03/DSN-MUI/IV/2000, menetapkan bahwa deposito yang dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang berdasarkan mudharabah. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank. Deposito merupakan produk bank yang memang di tujukan untuk kepentingan investasi dalam surat-surat berharga, sehingga dalam perbankan Syariah akan memakai prinsip mudharabah.


(27)

2.4.1 Beda Bank Syariah dan Konvensional

Bank umum menerapkan dua cara dalam menjalankan usahanya dibidang jasa perbankan,yaitu:

a) Bank konvensional, mayoritas bank yang berkembang di Indonesia merupakan bank yang berorientasi pada prinsip konvensional.hal ini tidak terlihat dari sejarah bangsa indonesia, dimana asal mula bank indonesia oleh bangsa Belanda.

b) Bank berdasarkan prinsip syariah, bank yang berdasarkan prinsip syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dana mengenakan atas dasar prinsip Syariah


(28)

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah

NO ITEM BANK KONVENSIONAL BANK SYARIAH

1. Bunga berbasis bunga berbasis revenue/profit loss sharing

2. Resiko Anti risk Risk sharing

3. Operasional Beroperasi dengan pendekatan sektor keuangan, tidak terkait langsung dengan sektor rill

Beroperasi dengan pendekatan sektor riil

4. Produk Produk tunggal (kredit) multi produk(jual beli ,bagi hasil, jasa)

5. pendapatan Pendapatan yang di terima deposan tidak terkait dengan pendapatan yang di peroleh bank dari terkait

Pendapatan yang di terima deposan terkait langsung dengan pendapatan yang di peroleh bank dari pembiayaan

6. Negative spread

Mengenal negative spread Tidak mengenal negative spread

7. Dasar hukum Bank indonesia dan pemerintah Al-quran, sunnah, fatwa ulama, bank Indonesia dan pemerintah

8. Falsafah Berdasarkan atas bunga (riba) Tidak berdasarkan bunga (riba), spekulasi (maisir) dan ketidak jelasan (gharar)

9. Operasional a).Dana masyarakat (dana pihak ketiga) berupa titipan simpanan yang harus di bayar bunganya pada saat jatuh tempo

b).Penyaluran dana pada sektor yang menguntungkan ,aspek halal tidak menjadi pertimbangan agama

a).Dana masyarakat (dana pihak ketiga) berupa titipan (wadiah dan investasi (mudharabah) yang baru akan mendapatkan hasil jika di usahakan terlebih

b).Penyaluran dana (financing) pada usaha yang halal dan menguntungkan

10. Aspek sosial Tidak di ketahui secara tegas Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi 11. Organisasi Tidak memiliki dewan pengawas

syariah (DPS)

Harus memiliki dewan pengawas syariah

12 Uang Uang adalah komoniti selain sebagai alat pembayaran

Uang bukanlah komoniti tetapi hanyalah alat

Sumber : Radoni dan Hamid (2008)

2.1.5 Ciri-Ciri Bank Islam

Bank islam sangat berbeda dengan bank konvensional pada bank umumnya. Perbedaaan ini dapat di lihat dari ciri-cirinya. Perbedaan tersebut di


(29)

lihat dari beberapa hal, yaitu: Beban biaya, beban biaya yang disepakati diantara para pihak untuk transaksi pembiayaan, disebut dengan istilah biaya administrasi.

Tidak mengunakan persentase, dalam hal pembebanan kewajiban membayar dalam semua kontrak dalam bank Islam selalu dihindarkan penggunaan persentase. Sebab penggunaan persentase mempunyai potensi yang besar untuk melipat gandakan secara otomatis beban biaya dan pokok pinjaman yang karena sesuatu hal terlambat dibayar.

Tidak ada keuntungan yang pasti, pada dasarnya yang dilarang dalam kegiatan syariah adalah mencantumkan keuntungan yang pasti, yang ditetapkan pada waktu pengikatan kontrak pembiayaan. Sedangkan yang diperkenankan dalam sistem muamalah islami adalah kontrak yang di lakukan baik dalam bentuk pembiayaan al-mudharabah maupun al-musyorakah yang pada hakikatnya merupakan sistem yang didasarkan pada penyertaan dengan sistem bagi hasil.

Yang mana pembiyaan mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara bank Islam dan nasabah di mana bank Islam menyediakan dana untuk penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan usahanya. Sedangkan pembiyaan musyarakah adalah penyertaan bank Islam sebagai pemilik modal dalam usaha yang mana antara resiko dan keuntungan ditanggung bersama secara berimbang dengan porsi penyertaan.

Dalam simpanan digunakan prinsip al-wadi’ah, yaitu kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan oleh penabung dianggap sebagai titipan. Jual beli uang yag sama dilarang, pada dasarnya


(30)

kegiatan transaksi yang dilarang dalam operasionalisasi bank Islam adalah seolah-olah melakukan jual beli atau sewa menyewa uang dari bentuk mata uang yang sama dengan memperoleh keuntungan darinya. Jual beli yang dilarang ini seperti jual beli rupiah dengan rupiah.

Jaminan kebendaan terhadap utang, bank Islam pada dasarnya tidak mengutamakan jaminan kebendaan dari peminjam, sebab barang yang dijamin pembelianya oleh bank masih menjadi milik bank sepenuhnya selama utang peminjam belum lunas.

Pendapatan non halal, sebagaimana kehidupan masyarakat di Indonesia yang cukup heterogen ini, bank islam tidak dapat lepas dari kondisi tersebut. Bisa jadi bank Islam tidak dapat mengindarkan diri sama sekali dengan transaksi bunga yang telah mengakar sekian tahun lamanya. Oleh karena itu pendapatan non halal ini diperuntukkan bagi muslim yang terkena musibah atau yang bersifat sosial.

2.1.6 Prinsip-Prinsip Bank Syariah

Dalam UU No 10 Th 1998, bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut :

a) Prinsip keadilan, prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan keuntungan, yang disepakati antara bank dengan nasabah.

b) Prinsip kesedarajatan, bank syariah menepatkan nasabah penyimpan dana dan nasabah penguna dana.

c) Prinsip ketentraman, produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah islam, antara lain tidak adanya unsur riba


(31)

serta penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman lahir dan bathin.

2.1.7 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut undang-undang (UU) perbankan No.7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang di persamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan pada UU perbankan No. 10 tahun 1998, di sebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank malaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah.

Pelaksanaan BPR yang melakukan kegiatan ushanya berdasarkan prinsip syariah selanjutnya di atur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.31/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang bank prekreditan rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal ini ,secara teknis BPR syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan yang operasinya mengunakan prinsip-prinsip Syariah Islam.

2.1.8 Tujuan Pendirian BPR Syariah Dalam Rangka Restrukturisasi Perekonomian Indonesia

Berdirinya BPR Islam di Indonesia selain didasari oleh tuntutan bermu’amalah secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian kuat umat Islam di Indonesia juga sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, perbankan secara umum. Secara khusus adalah mengisi


(32)

peluang terhadap kebijaksanaan yang membebaskan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (Rate Interest) yang kemudian di kenal dengan bank tampa bunga. (Warkum Sumitro; 1997)

Menurut Radoni dan Hamid (2008;44) adapun yang menjadi tujuan BPR Syariah antara lain:

• Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam terutama masyarakat golongan ekonomi lemah

• Mengurangi urbanisasi

• Menambah lapangna kerja, terutama di kecamatan – kecamatan • Meningkatkan pendapatan perkapita

• Membina semngat ukhuwa islamiah melalui kegiatan ekonomi

• Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan masyarakat pedesaan

• Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan

• Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan sederhana

• Menampung dan menghimpun tabungan masyarakat. Dengan demikian BPR syariah dapat turut memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut mendidik rakyat dalam berhemat dan menabung. 2.1.9 Produk – produk BPR syariah

Produk-produk yang di tawarkan oleh BPR Syariah secara garis besar adalah sebagai berikut (Rahadoni dan Hamid)


(33)

a. Memobilisasi dana masyarakat

Bank akan mengarahkan dana masyarakat dalam berbagau bentuk seperti menerima simpanan wadiah, menyediakan fasilitas tabungandan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, mempersiapkan ongkos naik haji (ONH), merencanakan kurban,

aqiqah, khitanan ,mempersiapkan pendidikan, pemilik rumah, kendaraan dan lain-lain .

1. Simpanan amanah

Bank menerima titipan amanah (trustee account) berupa dana

infaq,shadaqah dan zakat. Akad penerimaan titipan ini adalah wadiah

yaitu titipan yang menanggung resiko. Bank akan memberikan profit dari bagi hasil yang di dapat bank melalui pembiayaan pada nasabah.

 Tabungan wadiah

Bank menerima tabungan (saving account). Akad penerimaan dana ini juga wadiah dimana bank memberikan profit kepada penabung yang diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap bulan.

 Deposito wadiah dan deposito mudharabah

 Bank menerima deposito berjangka (time investment account), akad penerimaan deposito adalah wadiah atau mudharabah di mana bank menerima dana masyarakat berjangka satu bulan, tiga bulan, senam bulan dan seterusnya sebagai pertanyaan sementara pada bank. Deposan yang akad deposito wadiahnya mendapat nisbah bagi hasil keuntungan lebih kecil dari pada mudharabah bagi hasil bank yang di


(34)

terima bank dalam pembiayaan / kredit nasabah yang di bayar setiap bulan.

b. penyaluran dana

Menurut Radoni dan Hamid (2008;46) penyaluran dana BPR Syariah sebagai berikut:

 Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjajjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan pengelola dana (bank) yang keuntungan di bagi menurut rasio / nisbah yang telah di sepakati bersama di muka. Apabila terjadi kerugian maka pengusaha menanggung kerugian dana, sedangkan bank menanggung pelayanan material dan kehilangan imbalan kerja.

 Pembiayaan musyarakah

Pembiayaan musyarakah merupakan suatu perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal dari kedua bela pihak digabungkan untuk usaha tertentu yang dikelola secara bersama- sama, kenuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan di muka .

 Pembiayaan Bai’bitsaman ajil

Proses jual beli antara bank dengan nasabah dimana bank akan menalangi lebih dahulu kepada nasabah dalam pembelian suatu barang tertentu .

 Pembiayaan mudharabah

Suatu perjajian yang di sepakati antara bank dan nasabah , di mana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau


(35)

modal kerja lainnya yang di butuhkan nasabah yang akan di bayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank.

 Pembiayaan Qardhul hasan

Pembiayaan yang merupakan perjajian antara bank dengan nasabah yang layak menerima pembiayaan kebajikan di mana nasabah yang menerima hanya membayar pokoknya dan di anjurkan memberikan ZIS

c. Jasa Perbankan lainnya

secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk memperlancar pembayaran dalam bentuk proses taransfer dan inkaso, pembayaran rekening air, listrik, telepon dan angsuran KPR dan lain-lainnya . bank juga mempersiapkan bentuk pelayanan yang sifatnya bentuk talangan dana (bridging financing) yang berdasarkan atas pembiayaan Bai’salam.

2.1.10 Tujuan dan Strategi Usaha BPR Syariah

Tujuan operasionalisasi BPR Syariah adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan

2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi.

3. Membina Ukhuwah Islmiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai.


(36)

Untuk mencapai tujuan operasional BPR Syariah tersebut, di perlukan strategi operasional sebagai berikut:

a.BPR Syariah tidak bersifat menunggu (pasif) terhadap datangnya permintaan fasilitas ,melainkan bersifat aktif dengan melakukan solisitasi / penelitian kepada usaha – usaha yang berskala kecil yang perlu di bantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.

b. BPR Syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil c. BPR Syariah mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.

2.2 PENDAPATAN PERKAPITA

2.2.1 Pengertian Pendapatan Perkapita

Faktor pertama yang mempengaruhi jumlah tabungan masyarakat yaitu pendapatan perkapita. Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam suatu waktu tertentu yang umum digunakan biasanya satu bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan suatu standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat berdasarkan pendapatan sering digolongkan kedalam beberapa golongan yaitu: masyarakat berpendapatan rendah, masyarakat berpendapatan menengah serta masyarakat berpendapatan tinggi.

Pendapatan masyarakat ini secara langsung berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, pendidikan, kehidupan moral dan rasa harga diri atau status sosial seseorang dibandingkan orang lain yang mempunyai golongan pendapatan


(37)

berbeda. Tingkat pendapatan juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menabung. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuannya untuk menabung.

Pendapatan perkapita dari berbagai negara, pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarkat terus menerus bertambah dalam jangka panjang. Analisisis tersebut menunjukan bahwa pendapatan perkapita bisa di gunakan untuk tiga tujuan (Sadono Sukirno:2006), yaitu:

• Menentukan tingkat kesejahteraan yang di capai suatu negara pada suatu tahun tertentu.

• Menggambarkan tingkat kelajuan atau kecepatan pembangunan ekonomi dunia di berbagai negara.

• Menunjukan jurang pembangunan di antara berbagai negara.

2.2.2 Konsep Pendapatan

Tolak ukur yang paling banyak di pakai untuk mengukur keberhasilan suatu perekonomian antara lain adalah pendapatan nasional, produk nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayan luar negeri. (Soediono, 1992:15). Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai ouput nasional yang di hasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. (Rahardja, 2001:17).

Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang beberapa efisiensi sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga


(38)

kerja, barang modal, uang, dan kemampuan kewirausahawan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Maka semakin besar pendapatan nasional suatu negara semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.

Yang kedua, output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara, dimana alat ukur yang dipakai untuk mengukur tingkat kemakmuran adalah output nasional perkapita. Nilai output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output perkapita makin besar, maka tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi.

Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya. Selain perhitungan pendapatan nasional, perhitungan pendapatan suatu daerah (region) diperlukan guna mengetahui perbedaan pembangunan yang dilaksanakan antara suatu daerah dengan daerah lainnya.

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah seluruh nilai tambah dari seluruh produk yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang melakukan kegiatan usahanya disuatu daerah tanpa melihat kepemilikan atas faktor produksi yang dipakai. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (input). Hasil perhitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.


(39)

a. Perhitungan Atas Dasar Harga Berlaku.

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang harus dihasilkan oleh unit-unit produksi didalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. Dilihat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor, maka penilaian Nilai Produksi Bruto (NPB) atau output dilakukan sebagai berikut.

Untuk sektor-sektor primer yang diproduksinya bisa diperoleh secara langsung dari alam seperti pertanian, pertambangan, dan penggalian. Pertama kali dicari kuantum pro dengan satuan standar yang biasa digunakan, setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan satuan dan kualitas yang dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten dengan kota provinsi dengan kabupaten dan kota propinsi lainnya. Selain itu, diperlukan juga data harga perunit/satuan dari barang yang dihasilkan. Harga yang dipergunakan adalah harga produsen yaitu harga yang diterima oleh produsen atau harga yang terjadi pada transaksi yang pertama antara produsen dengan konsumen.

1. Untuk sektor-sektor skunder terdiri dari sektor industri, listrik, air, gas, air minum, serta sektor bangunan, perhitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan.

2. Untuk sektor-sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah, dan jasa perusahaan


(40)

serta pemerintah dan jasa-jasa. Untuk menghitung kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan. Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antar indikator harga masing-masing komoditi/jasa pada tahun yang bersangkutan.

b. Perhitungan Atas Dasar Harga Konstan.

Perhitungan atas dasar harga konstan ini menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat struktur perekonomian suatu kabupaten/daerah dari tahun ketahun.

Pada dasarnya dikenal empat cara perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Revaluasi.

Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Dalam prakteknya, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya yang digunakan, karena mencakup komponem input yang


(41)

sangat banyak disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut.

2. Ekstrapolasi

Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalihkan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan atau indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan janis kegiatan subsektor dan sektor yang dihitung. Ekstrapolasi dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

3. Deflasi.

Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan sebagainya. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.


(42)

4. Deflasi Berganda.

Dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya antara, sedangkan nilai tambah yang diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponem input terbesar. Kenyataan sangat sulit malakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponem terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia dengan baik.

2.2.3 Metode Perhitungan Pendapatan Nasional

a) Metode langsung.

Yaitu metode perhitungan dengan menggunakan data daerah tingkat II secara terpisah sama sekali dengan data propinsi sehingga hasil perhitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah tersebut.

b) Metode tidak langsung.

Yaitu dengan cara mengalokir pendapatan propinsi manjadi pendapatan regional dengan memakai berbagai macam indikator peroduksi sebagai alokatornya. Perhitungan dengan metode langsung dapat dilakukan dengan mempergunakan tiga macam pendekatan yaitu:

1. pendekatan produksi, yaitu bertujuan menghitung nilai tambah barang dan jasa diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan


(43)

biaya antara dari masing-masing total produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor.

2. pendekatan pendapatan, yaitu nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah, gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak langsung netto. Dalam sektor pemerintah dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan.

3. pendekatan pengeluran, yaitu bertitik tolak pada penggunaan, maka total suplai dari barang dan jasa digunakan untuk:

- Kosumsi rumah tangga. - Kosumsi pemerintah. - Perubahan stock.

- Pembentukan modal tetap bruto. - Ekspor netto.

- Kosumsi lembaga swasta yang non profit.

2.2.4 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendapatan perkapita

Dalam bentuk yang lebih spasifik, nilai pendapatan perkapita sebagai indeks untuk menunjukkan perbandingan tingkat kesejahteraan dan jurang tingkat kesejahteraan dikritik dan perbandingan secara demikian mengabaikan adanya perbedaan dalam hal-hal berikut di antara berbagai negara.

a. Komposisi umur penduduk, di negara berkembang proporsi penduduk di bawah umur dan orang-orang lebih muda akan lebih tinggi di negara maju. Dengan demikian, perbandingan pendapatan setiap keluarga dikedua golongan negara itu tidalah seburuk seperti yang digambarkan dengan


(44)

membandingkan tingkat pendapatan perkapita mereka. Apabila satu keluarga terdiri dari 6 orang berpendapatan US$1000 dan satu keluarga lain berpendapatan US$ 500 terdiri dari tiga keluarga, maka besar kemungkinan keluarga yang terdiri dari enam orang tersebut mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Ini disebabkan karena beberapa jenis perbelanjaan seperti pembayaran air dan listrik, perumahan dan barang-barang lain secara bersama tidak banyak berbeda diantara kedua keluarga tersebut.

b. Distribusi pendapatan masyarakat

Di samping tingkat pendapatan, distribusi pendapatan merupakan faktor penting lainnya yang menentukan keadaan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Faktor ini tidak diperhatikan dalam membandingkan kesejahteraan masyarakat dan perubahannya dari masa ke masa, jika indeks yang di gunakan pendapatan perkapita.

c. Pola pengeluaran masyarakat

Pola pengeluaran masyarakat diberbagai negara kadang-kadang berbeda dan perbedaan ini menyebabkan dua negara yang sama pendapatan perkapitanya belum tentu menikmati kesejahteraan sama. misalnya dua orang yang berpendapatan sama, tetapi salah seorang diantaranya harus mengeluarkan biaya pengangkutan yang lebih tiggi untuk bekerja, harus berpakain lebih rapi dan sebaginya, tidak dapat dikatakan sebagai mencapai tingkat kesejahteraan yang sama tingginya.


(45)

Masyarakat dengan pendapatan perkapita yang sama, tingkat kesejahteraannya akan sangat berbeda apabila komposisi produksi nasionalnya sangat berlainan .suatu masyarakat akan mengecap tingkat kesejahteraan yang lebih rendah dari yang dicerminkan oleh pendapatan perkapitanya apabila proporsi pendapatan nasional yang berupa pengeluaran untuk pertahanan dan untuk pembentukan modal lebih tiggi daripada di negara lain yang lebih tinggi pendapatan perkapitanya.

e. Perbedaan masa lapang

Ketidaksempurnaan pendapatan perkapita sebagai alat pembanding kesejahteraaan masyarakat bersumber pula dari perbedaan masa lapang yang dinikmati berbagai masyarakat. dalam hal ini pendapatan perkapita sebagai indeks tingkat kesejahteraan dikritik dengan alasan bahwa dua masyarakat yang berpendapatan rata- rata sama besarnya, tidak dapat di anggap mempunyai kesejahteraan yang sama apabila masa kerja untuk memperoleh pendapatan itu berbeda. jadi yang di maksud masa lapang di sini yaitu tingkat kesejahteraan di negara maju dan negara berkembang, dan ini di gambarkan oleh perbedaan dalam pendapatan perkapita mereka.

f. Keadaan pengangguran

Di samping menaikan tingkat pendapatan masyarakat tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah untuk menciptakan kesempatan kerja .pambangunan ekonomi yang dilaksanakan bukan saja harus berusaha agar pendapatan bertambah, tetapi harus sanggup juga mengurangi penganguran yang terdapat di negara berkembang. Tujuan ini hanya akan


(46)

di capai apabila pertambahan kesempatan kerja berkembang lebih cepat dari pertambahan tenaga kerja. menilai kesuksesan usaha pembangunan berdasarkan kepada data perkembangan pendapatan perkapita tidak akan menunjukan apakah tujuan menciptakan kesempatan kerja sebanyak seperti yang diharapkan tersebut dapat di capai.

Ketidak sempurnaan dari pendapatan per kapita sebagai alat pembanding alat pembanding tingkat kesejahteraan bersumber pula dari perbedaan masa lapang yang di nikmati berbagai masyarakat. Dalam hal ini pendapatan perkapita sebagai indeks tingkat kesejahteraan dikritik dengan alasan bahwa dua masyarakat yang berpendapatan rata-rata sama besarnya, tidak dapat dianggap mempunyai kesejahteraan yang sama apabila masa bekerja untuk memperoleh pendapatan itu berbeda. Pada umumnya orang berpendapat bahwa penduduk negara-negara berkembang mempunyai lebih banyak masalah lapang dari pada di negara-negara maju. Apabilah masa lapang tersebut di pandang sebagai suatu bentuk kesejahteraan, maka perbedaan tingkat kesejahteraan diantara negara-negara maju dan negara-negara berkembang adalah lebih kecil dari pada yang di gambarkan oleh perbedaan dalam pendapatan perkapita mereka.

2.3 Mudharabah

2.3.1 Pengertian Mudharabah

Faktor yang kedua yaitu yang mempengaruhi tabungan masyarakat sistem mudharabah adalah tabungan pemilik dana yang penyetorannya dan penarikannya dapat di lakukan sesuai yang telah di sepakati sebelummya. Pada simpanan


(47)

mudharabah tidak di berikan bunga, sebagai pembentukan laba bagi bank islam tetapi di berikan bagi hasil.

Secara teknis pengertian mudaharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah di bagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, dan apabila rugi di tanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalain si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab terhadap kerugian tersebut.

2.3.2 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga pada Bank Syariah dan Konvensional

Adapun perbedaan bagi hasil dan bunga pada bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut:

1. Bagi hasil adalah pembagian keuntungan yang berdasarkan nisbah dalam perjanjian antara deposan mudharib.nisbah bagi hasil ini mencerminkan imbalan yang berhak di terima antara kedua bela pihak yaitu mudharib (pengelola) dan shahibul al-mal (pemilik harta) yang bermudharabah. Mudharib mendapat imbalan atas kerjanya, sedangkan shahbul al-mal mendapat penyertaan atas modalnya.(Muhammad,1999).

Bagi hasil yang di maksud berbeda dengan bunga. Pada sistem bunga, nasabah akan mendapatkan hasil yang sudah pasti berupa persentase tertentu dari saldo yang di simpannya di bank tersebut. Berapapun keuntungan usaha pihak bank, nasabah akan mendapatkan hasil yang sudah pasti. Lain halnya dengan sistem bagi hasil, tidak seperti itu. Bagi hasil di hitungan dari hasil


(48)

usaha pihak bank dalam mengelola uang nasabah. Bank dan nasabah membuat perjanjian bagi hasil berupa persentase tertentu untuk nasabah. Bank dan nasabah membuat perjanjian bagi hasil berupa persentase tertentu untuk nasabah dan untuk bank, perbandingan ini di sebut dengan nisbah. Misalnya, 60 % keuntungan untuk pihak nasabah dan 40 % keuntungan untuk pihak bank. berdasarkan sistem bagi hasil yang di maksud, nasabah dan tidak bisa mengetahui berapa hasil yang pastinya mereka terima. Sebab bagi hasil baru akan di bagikan kalau hasil usahanya sudah bisa ditentukan pada akhir periode. namun dengan sistem bagi hasil, nasabah dan bank akan membagi keuntungan secara lebih adil dari sistem bunga, yaitu pihak bank bank dan pihak nasabah selalu membagi adil sesuai dengan nisbah yang telah di sepakati ketika mendatangani akad sebagai tanda persetujuan pembagian hasil. (Zainudin ali 2008)

2.Badr ad al ayni dalam bukunya umdatul qari syarah shahih al bukhari mengatakan prinsip riba atau bunga adalah penambahan. Menurut syariah, riba berarti penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis rill (matba’a al amira, 1310 II, Vol V, hlm 436). Bunga atau riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan pembesaran yang di terima pemberi pinjaman dari peminjam dari jumlah pinjaman pokok sebagai imbalan karena menaguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu tertentu. Secara umum riba adalah pengambilan tambahan yang harus di bayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam islam. (Antonio,1999.59)


(49)

3.2

Perbedaan bunga dan bagi hasil

Bunga Bagi hasil

a.Penentuan bunga di buat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

b.Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang di pinjamkan

c.Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

d.Jumlah pembayaran atau keadaan sedang booming.

e.Eksistensi bunga di ragukan (kalau tidak di kecam) oleh semua agama termasuk islami.

a.Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil di buat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung atau rugi

b.Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang di peroleh .

c.Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan .Apabila usaha merugi ,kerugian akan di tanggung bersama oleh kedua bela pihak .

d.Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan .

e.Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

Sumber:Zainudin Ali (2008)

Dalam kegiatan menghimpun dana terdiri dari dalam bentuk giro berdasarkan mudharabah dan dalam bentuk tabungan berdasarkan mudharabah. (Burhanudin 2005)

2.3.3 Mudharabah Dalam Perbankan

Syarat-syarat utama yang menyangkut perjanjian mudharabah bagi perbankan islam adalah:

a. Bank menerima dana dari masyarakat atas dasar mudharabah dengan kata lain bentuk mudharabah antara nasabah penyimpan dana dan bank adalah bentu mudharabah yang tidak terbatas. Namun demikian perjanjiantersebut bukan tidak terbatas sama sekali ,perjanjian mudharabah tidak dapat diterapkan untuk kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh islam seperti


(50)

spekulasi dan kegiatan yang menghasilkan barang-barang dan jasa yang melanggar hukum.

b. Bank berhak menanamkan dana yang di depositokan oleh nasabah langsung dalam bentuk investasi dan untuk keperluan overhead cost dari bank itu sendiri dan atau menawarkan dana itu kepada pengusaha bank . c. Bank boleh menggabungkan keuntungan dari investasi-investasi lain dan

berbagi keuntugan bersih dengan para penyimpan dana berdasarkan perbandingan yang sudah di tentukan sebelumnya

Berbeda dengan perjanjian mudharabah antara nasabah penyimpan dana. Apabila dana dana itu disediakan oleh bank bagi para nasabah, bank mempunyai hak untuk menentukan syarat-syarat atas penggunaan dana tersebut yang menyangkut jenis dari kegiatan-kegiatan itu, jangka waktu, lokasi dari proyek-proyek yang di biayai.

Bank tidak di perkenankan meminta jaminan apapun dari nasabah yang bersangkutan, yang bertujuan untuk menjamin modal (dari bank yang di berikan kepada nasabah) dalam hal terjadi kerugian. Apabila terdapat ketentuan atau syarat yang demikian itu tercantum dalam perjanjian mudharabah, maka hal itu mengakibatkan perjanjian mudharabah menjadi batal.

Nasabah berbagi keuntungan dengan bank sesuai dengan perbandingan yang telah di setujui sebelumnya, yaitu sebelum fasilitas mudharabah itu di berikan oleh bank. Sampai investasi itu menghasilkan keuntungan, bank di perbolehkan membayar gaji nasabah yang bersangkutan (demi menunjang biaya hidup diri dan keluarganya, belum dapat ditunjang oleh penerimaan keuntungan


(51)

yang di peroleh dari proyek yang di kelolanya, gaji tersebut di tentukan berdasarkan tingkat gaji yang berlaku di pasar)

2.3.4 Rukun mudharabah

Faktor-faktor yang harus ada dalam rukun mudharabah yaitu:

a. Pelaku, jelaslah bahwa rukun mudharabah sama dengan jual beli di tambah satu faktor tambahan yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas, dalam mudharabah, harus ada minimal dua pelaku .pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib al-mal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau amil). Tanpa kedua pelaku, maka akad mudharabah tidak akan ada.

b. Objek. Merupakan kosekuensi logis dari tindakan yang di lakukan oleh para pelaku. pemilik modal menyerahkan menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah, .modal yang di serahkan bisa berbentuk uang atau barang yang di rinci berapa nilai uangnya .sedangkan kerja yang di serahkan berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skil dan lain-lain.

c. Persetujuan. Faktor ketiga yakni persetujuan kedua bela pihak merupakan konsekuensi dari prinsip sama-sama rela. Di sini kedua bela pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja.


(52)

d. Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak di terima oleh kedua bela pihak yang bermudharabah. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua bela pihak mengenai cara pembagian keuntungan.

Beberapa yang menjadi ketentuan umum mudharabah adalah sebagai berikut. Jumlah modal yang di serahkan kepada nasabah selalu pengelola modal :

a. Harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau berupa barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal di serahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.

b. Hasil dan pengelolaannya modal pembiayaan mudharabah dapat di perhingtungan dengan dua cara: perhintungan dari pendapatan proyek dan perhitungan di perhitungkan dari keuntungan proyek.

c. Hasil usaha di bagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang di sepakati. Bank selaku pemilik modal menangung seluruh kerugian, kecuali akibat kelalain dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak

berhak mencampuri urusan pekerjaan atau nasabah. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, dapat dikenakan sanksi admidrasi.


(53)

2.3.5Macam-macam Mudharabah.

Ada beberapa macam mudharabah seperti yang diuaraikan dibawah ini yaitu:

a. Mudharabah mutlaqa, dalam mudharabah mutlaqa tidak ada pembatasan bagi bank dalam mengunakan dana yang di himpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis apa dan yang di salurkannya, atau mensyaratkan dananya untuk di peruntukan bagi nasabah tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana ini ke bisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan. Dari penerapan mudharabah mutlaqa ini dikembangkan produk tabungan dan deposito, sehingga terdapat jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan .

Jadi pengertian mudharabah mutlaqa adalah Mudharabah mutlaqah: pemilik dana memberikan keleluasaan penuh kepada pengelola untuk mengunakan dana tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Pengelola bertanggung jawab untuk mengelola usaha sesuai dengan pratek kebiasaan usaha normal yang sehat.

Mudharabah dan deposito mudharabah. Ketentuan umum dalam produk ini adalah :

• Bankwajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan atau pembagian keuntungan secara risikon yang dapat menimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus di cantumkan dalam akad.


(54)

• Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagi bukti penyimpanan, serta kartu ATM atau alat lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan setifikat atau tanda penyimpanan ( bilyet) deposan kepada deposan. Tabungan mudharabah dapat di ambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

• Deposito mudharabah hanya dapat di cairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah di sepakati. Deposito yang di perpanjang, setelah jatuh tempo akan di perlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu di buat akan baru.

Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

b. Mudharabah muqayyanah adalah pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam pengunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya. Pengelola menggunakan modal tersebut dengan tujuan yang dinyatakan secara khusus, yaitu untuk menghasilkan keuntungan. Mudharabah muqayyanah ini terbagi dua yaitu: • Mudharabah muqayyanah on balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat – syrat tertentu yang harus di patuhi oleh bank. Misalkan di syaratkan di gunakan untuk bisnis tertentu atau di syaratkan di gunakan dengan akad tertentu, atau di syaratkan untuk nasabah tertentu. • Mudharabah muqayyanah off balance sheet


(55)

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha .

2.3.6 Manfaat Mudharabah

1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan nasabah masih meningkat

2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negatif spread.

4. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.

5. Bank akan lebih selektif dan hati – hati (prudent) mencari usaha yang benar - benar halal,aman dan menguntungkan karena keuntungan yang kongkritdan benar- benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

6. Prinsip bagi hasil berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan tetap menagih nasabah satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

2.3.7 Resiko Mudharabah

Resiko yang terdapat pada mudharabah seperti

1.Sid streaming : nasabah mengunakan dana itu bukan seperti yang di sebut dalam kontrak

2. Lalai dan kesalahan yang di sengaja


(56)

2.4 Jumlah Penduduk Muslim

Peranan kaum muslimin yang sangat besar terhadap kelangsungan dan perkembangan pemikiran ekonomi . Berbagai pratik dan kebijakan ekonomi yang berlangsung pada masa Rasulullah Saw. Dan al - Khulafa al- Rasyidun merupakan contoh empiris yang dijadikan pijakan bagi para cendikiawan muslim dalam melahirkan teori- teori ekonominya. Satu hal yang jelas, fokus perhatian mereka tertuju pada pemenuhan, kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan ,yang tidak lain merupakan objek utama yang menginspirasikan pemikiran ekonomi islam sejak awal.

Persoalan – persoalan seperti formalisasi agama dan manipulasi agama dikarenakan para pelakunya mengalami kurangnya kepercayaannya kepada tuhan. Akhirnya mengakibatkan seenaknya saja ia bertindak yang keluar dari jalur agama.hal ini dikeranakan kurang imannya kepada Allah Swt. khusunya yang beragama islam.

Tapi pada kota Medan khusunya penduduk beragama islam cukup signifikan pertambahannya dari tahun ke tahun berdasarkan dari Badan Pusat Statistik . hal ini dapat kita lihat meningkatnya penduduk yang beragama islam di kota medan dari tahun ke tahun . mulai dari tahun 1996 penduduk yang beragama islam di kota medan sebanya 1.238.621 jiwa tapi mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 1999 sebanyak 1.235.558 jiwa.Tapi dari tahun yang 2000 sampai tahun 2010 mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2010 sebesar 1.503.426.

Penduduk Muslim juga mempengaruhi peningkatan jumlah tabungan masyarakat karena mendorong orang yang beragama islam untuk menabung pada


(57)

Perbankan Syariah hal ini di akibatkan karena adanya perbedaan sistem perbankan syariah dan konvensional.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Pendapatan Perkapita, Mudharabah, dan Jumlah Penduduk Muslim pada BPR Syariah Puduarata Insani terhadap jumlah tabungan masyarakat .

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data berkala atau time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka selama kurun waktu 15 tahun (1996 – 2011) . Sedangkan sumber data diperoleh langsung dari BPR Syariah Puduarta Insani dan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website, artikel dan jurna-jurnal. 3.3Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan Skripsi ini Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari BPR Syariah Puduarta Insani, Badan Pusat Statistik, dan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), yang diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan pencatatan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah disebutkan di atas.

3.4Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, Penulis melakukan pengolahan data dengan metode statistika menggunakan program komputer E-Views 6.0 untuk mengolah data


(59)

dalam penulisan Skripsi ini. Disamping itu penulis juga menggunakan program

Microsoft Office Word 2007 dalam penulisan penelitian dan Microsoft Excel 2007

sebagai program pembantu, dengan tujuan untuk meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data jika dibandingkan dengan pencatatan ulang secara manual.

3.5Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah model Ekonometrika, dan metode yang digunakan adalah OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuadrat terkecil biasa. Metode ini dikemukakan oleh Carls Friedrich Gauss. Data yang digunakan, dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda. Variabel-variabel independent yang mempengaruhi variabel dependen dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut :

Y = f(X1,X2 ,X3)……….………...(1)

Kemudian fungsi tersebut dispesifikasikan ke dalam bentuk model persamaan regresi linier sebagai berikut:

1.Y = α + β1X1+ β2X2 +β3X3 + µ …………....………..(2)

Keterangan :

Y= Jumlah Tabungan Masyarakat (Juta Rupiah) α= Intercept/Konstanta

X1= Pendapatan Perkapita ( Juta Rupiah) X2= Tingkat Mudharabah (dalam persen) X3= Jumlah Penduduk Muslim (orang) β1β2 β3= Koefisien regresi


(60)

Berdasarkan model analisis di atas, maka dibuat kriteria sebagai berikut :

Artinya jika X1 (Pendapatan Perkapita) meningkat maka Y (jumlah tabungan masyarakat) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Artinya jika X2 (Tingkat Mudharabah) menurun maka Y (jumlah tabungan masyarakat) akan mengalami penurunan, ceteris paribus.

, Artinya jika X3 (Jumlah Penduduk Muslim) meningkat maka Y( jumlah Penduduk Muslim) akan mengalami kenaikan,cateris paribus.

3.6Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

Uji kesesuaian (Test of Goodness Fit) dilakukan untuk mengetahui kesesuian garis regresi sampel mencocokan data. Untuk menganalisa model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mendeteksi ketepatan paling baik dari garis regresi. Uji ini digunakan untuk melihat sebarapa besar variabel-variabel bebas secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel terikat dimana nilai koefisien determinasi (R2) adalah antara 0 sampai dengan 1 (0≤R2≤1).

Koefisien determinasi bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat, sebaliknya nilai koefisien


(61)

determinasi 1 berarti ada hubungan sempurna antara variabel bebas dengan terikat.

3.6.2 Uji t-statistik (Partial Test)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan, dalam uji ini digunakan kriteria sebagai berikut:

H0 : bi = b Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-I nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

t-hitung

Dimana:

b1= Koefisien variabel independen ke-i b= Nilai hipotesis nol

Sbi= Simpangan baku dari variabel independen ke-i Kriteria pengambilan keputusan:

H0:β = 0 H0 diterima (t* < t-tabel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independen.


(62)

Dalam program Eviews:

a. Probabilitas Xi > 0,01 bila α = 1% b. Probabilitas Xi > 0,05 bila α = 5% c. Probabilitas Xi > 0,10 bila α = 10%

Ha:bi ≠ 0 Ha diterima (t* > t-table) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Dalam program Eviews:

a. Probabilitas Xi < 0,01 bila α = 1% b. Probabilitas Xi < 0,05 bila α = 5% c. Probabilitas Xi < 0,10 bila α = 10%

Ho diterima

Ha diterima

Ha diteriama

-tα/2 0 tα/2 Gambar 3.1


(63)

3.6.3 Uji F-statistik (Overall Test)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai F-statistik dapat diperoleh dengan rumus:

F-hitung

=

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel bebas dan intercept n = Jumlah sampel

Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : β1 = β2 = β3= 0 H0 diterima ( F – statiatik < F – tabel ) artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh nyata atau tidak signikan terhadap varibel independen

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 Ha diterima (F- statistik > F-tabel) artinya variabel independen secara simultan berpengaruh nyata atau signifiksn terhadap variabel dependen

Pengujian ini dilakukan untuk membadingkan nilai F-statistik dengan F- tabel dengan kriteria sebagai berikut:

Ho diterima jika F-statistik < F- tabel Dalam program Eviews:

a. Probabilitas Y > 0,01 bila α = 1%


(64)

c. Probabilitas Y > 0,10 bila α = 10% Artinya variabel-variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat

Ha diterima jika Fstatistik > F- tabel Dalam program Eviews:

a. Probabilitas Y < 0,01 bila α = 1%

b. Probabilitas Y < 0,05 bila α = 5%

c. Probabilitas Y < 0,10 bila α = 10%

Artinya variabel bebas memepengaruhi variabel terikat

Ho diterima Ha diterima

0

Gambar 3.2 Kurva Uji F-statistik

3.7Uji Penyimpangan asumsi klasik 3.7.1 Multikolinieritas

Multikolinaeritas adalah uji untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linier) diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R2 dari tiap masing- masing variabel, nilai F-statistik, nilai t-statistik serta standart error.


(65)

d =

∑et2 ∑(et – et – 1)2

Adapun multikolinieritas ditandai dengan: a. Standart error tidak terhingga

b. Tidak ada satupun atau sangat sedikit t-statistik yang signifikan pada α = 1 %, α = 5 %, α = 10 %

c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori d. R2 sangat tinggi

Pengujian yang lain dapat digunakan untuk melihat multikolinieritas antar variabel adalah dengan menggunakan uji parsial (Wahyu Ario Pratomo dan Paidi Hidayat, 2007: 90). Suatu model regresi liner akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel bebas dari suatu model estimasi.

3.7.1 Uji Autokorelasi

Uji ini merupakan hubungan variabel-variabel dari serangkaian yang tersusun dalam rangkaian waktu. Autokorelasi juga menunjukkan hubungan nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Autokorelasi dapat terjadi jika kesalahan pengganggu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya.

Untuk menguji apakah hasil-hasil estimasi tidak mengandung autokorelasi, maka dipergunakan Uji Durbin-Watson (D.W), dimana terlebih dahulu harus ditentukan besarnya nilai kritis dari du dan dl berdasarkan jumlah pengamatan dari variabel bebasnya.


(66)

Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho : ρ = 0, tidak ada gejala autokorelasi

Ha : ρ ≠ 0, ada gejala autokorelasi Dengan kriteria sebagai berikut:

Ho diterima jika (du < d < 4 − dl)

Artinya data pengamatan tidak terdapat autokorelasi. Ha ditolak jika (d < dl) atau (d > 4 − dl)

Artinya data pengamatan memiliki gejala autokorelasi

Autokolerasi (−) Autokolerasi (+)

Ho diterima

di du 2 4-du 4-di

Gambar 3.3

Kurva Uji Durbin Watson 3.8 Defenisi Variabel Operasional

1. Tingkat tabungan masyarakat adalah dana pihak ketiga yang terhimpun pada BPR Syariah Puduarta Insani.

2. Tingkat pendapatan perkapita adalah PDRB perkapita pendapatan di Medan yang dinyatakan dalam juta / tahun.

3. Tingkat mudharabah adalah pembiayaan bagi hasil yang dilakukan antara peminjam dan pemilik modal dengan kesepakatan yang telah ditetapkan sejak awal yang dinyatakan dalam bentuk persen.


(67)

4. Jumlah Penduduk Muslim adalah perhitungan orang yang beragama islam khususnya di medan yang dinyatakan dalam bentuk jiwa(orang)


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Syafi’i, 2001

.

Bank Syariah Dari Teori Kepraktik. Jakarta : Gema Insani

Press

Antonio, Syafi’i , 2006. Bank Syariah. Yogyakarta : Ekonesia

Badan Pusat Statistik (BPS), (1989-2008), Sumatera Utara Dalam Angka, Medan : Badan Pusat Statistik.

Dewi, Gemala, Wirdayaningsih dan Yeni Salma Barlinti, 2007. Hukum Perikatan Islam Di Indonesia. Jakarta : Kencana

Gujarati, Damodar, 1999. Ekonometrika Dasar, Jakarta : Penerbit Erlangga. Hilman, Imam, 2003. Perbankan Syariah Masa Depan. Jakarta : Senayan Abadi Publising

Karim, Adiwarman A, 2004. Bank Islam : Analisis dan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmir, 2008. Pemasaran bank. Jakarta: Kencana

Kasmir, 1998. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Nata, Abuddin, 2002. Problematika Politik Islam di Indonesia. Jakarta : PT.Gramedia Widisarana Indonesia

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat . 2007, Pedoman Prakti Penggunaan Eviews dan Ekonometrika. USU Press : Medan

Paul A. Samuelson, dan William D, Nordhaus, 1992. Makro Ekonomi, Edisi ke XIV. Jakarta : Erlangga


(2)

Rindjin, Ketut, 2000. Pengantar Perbankan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Rodoni,Ahmad dan Abdul Hamid.2008.Lembaga Keuangan Syariah, jakarta:Zikrul Hakim

Sumitro, Warkum.1997. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait,Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

Sutedi, Adrian, 2009. Perbankan Syariah. Jakarta : Ghalia Indonesia

http:// bukit asri mesjidku. Blogspot. Com / 2009 /2/perbedaan fundamental sistem bunga dan bagi hasil/23 april 2011


(3)

LAMPIRAN

No Tahun Jumlah Tabungan Masyarakat

Rp(000)

Pendapatan Perkapita Rp(000)

Tingkat Mudhabah

(%)

Jumlah Penduduk Muslim (jiwa)

1 1996 40.558 32.960.144,7 4.29% 1.238.621

2 1997 73.447 35.615.818,1 10.99% 1.363.148

3 1998 69.563 5.212.763 13.75% 1.378.612

4 1999 156.028 5.657.328 6.65% 1.235.556

5 2000 435.024 7.242.864 5.13% 1.270.478

6 2001 564.544 8.909.796 9.84% 1.308.194

7 2002 723.387 10.116.545 10.57% 1.333.546

8 2003 1.046.307 14.453.544 10.95% 1.361.195

9 2004 2.004.596 1.649.758 7.79% 1.210.026

10 2005 1.937.290 21.015.995 8.97% 1.267.736

11 2006 2.795.751 23.629.976 7.20% 1.370.289

12 2007 3.778.884 26.619.468 6.10% 1.425.765

13 2008 6.717.249 31.071.834 5.69% 1.450.125

14 2009 11.014.474 34.259.820 2.79% 1.475.235


(4)

2.Lampiran Hasil Regres Model Persamaan 1 Dependent Variable: Y

Method: Least Squares Date: 06/22/11 Time: 12:17 Sample: 1996 2010

Included observations: 15

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -16476268 6535181. -2.521165 0.0284 X1 0.161714 0.050268 3.217033 0.0082 X2 -358188.8 129496.4 -2.766014 0.0184 X3 14.37341 5.424211 2.649862 0.0226 R-squared 0.919821 Mean dependent var 2839682. Adjusted R-squared 0.897954 S.D. dependent var 3815462. S.E. of regression 1218838. Akaike info criterion 31.08787 Sum squared resid 1.63E+13 Schwarz criterion 31.27669 Log likelihood -229.1590 Hannan-Quinn criter. 31.08586 F-statistic 42.06416 Durbin-Watson stat 2.214834 Prob(F-statistic) 0.000003

3.Lampiran Hasil Regres Model Persamaan 2 Dependent Variable: X1

Method: Least Squares Date: 06/22/11 Time: 12:18 Sample: 1996 2010

Included observations: 15

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -78576743 29899083 -2.628065 0.0221 X2 -1532169. 597832.9 -2.562872 0.0249 X3 79.30786 21.12253 3.754657 0.0027 R-squared 0.690860 Mean dependent var 16576327 Adjusted R-squared 0.639337 S.D. dependent var 11655017 S.E. of regression 6999448. Akaike info criterion 34.53742 Sum squared resid 5.88E+14 Schwarz criterion 34.67903 Log likelihood -256.0306 Hannan-Quinn criter. 34.53591 F-statistic 13.40869 Durbin-Watson stat 0.436723 Prob(F-statistic) 0.000873


(5)

4.Lampiran Model Persamaan 3

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 06/22/11 Time: 12:19 Sample: 1996 2010

Included observations: 15

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5.880654 14.46907 -0.406429 0.6916

X1 -2.31E-07 9.01E-08 -2.562872 0.0249

X3 1.28E-05 1.15E-05 1.115450 0.2865

R-squared 0.390847 Mean dependent var 7.574667

Adjusted R-squared 0.289322 S.D. dependent var 3.223006

S.E. of regression 2.717051 Akaike info criterion 5.013827

Sum squared resid 88.58837 Schwarz criterion 5.155438

Log likelihood -34.60371 Hannan-Quinn criter. 5.012319

F-statistic 3.849742 Durbin-Watson stat 1.173391

Prob(F-statistic) 0.051093

5. Lampiran Model Persamaan 4

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 06/22/11 Time: 12:19 Sample: 1996 2010

Included observations: 15

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1177798. 73243.32 16.08062 0.0000

X1 0.006811 0.001814 3.754657 0.0027

X2 7317.420 6560.059 1.115450 0.2865

R-squared 0.566588 Mean dependent var 1346131.

Adjusted R-squared 0.494353 S.D. dependent var 91221.04

S.E. of regression 64866.25 Akaike info criterion 25.17490

Sum squared resid 5.05E+10 Schwarz criterion 25.31651

Log likelihood -185.8117 Hannan-Quinn criter. 25.17339

F-statistic 7.843645 Durbin-Watson stat 0.961136


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Veni Rahmi Yusmi

Nim : 070501036

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Fakultas : Ekonomi

Adalah benar telah membuat skripsi dengan judul:” Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Peningkatan Jumlah Tabungan Masyarakat Pada BPR Syariah Puduarta Insani” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,

Yang membuat pernyataan

(Veni Rahmi Yusmi)