Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Usaha Kecil Pada PT.BPRS Puduarta Insani Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN USAHA KECIL PADA BPRS

PUDUARTA INSANI MEDAN

Skripsi

Diajukan oleh : Liza Risky Tryvenny

060501018

Ekonomi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze factors that affect demand for small business financing that is distributed by BPR Syariah Puduarta Insani in Medan within 5 years, starting in 2000-2005. The dependent variable in this study is the small business funding disbursed, while the independent variables are mudharabah savings, investment deposits mudharabah, and the percentage rate of profit sharing.

This research used multiple resgession with Ordinary Least Squared (OLS) method, the data using multiple linier regresion method of analysis tools processed by using the computer programme Eviews 6.0

Estimation results from this study show that all independent variables are the amount of savings mudharabah positive effect on small business financing channeled significant at alpha 1%, deposit mudharabah negative impact on small business financing that is channeled, the percentage rate for the negative impact on small business financing distributed.

Keyword : small business financing that is channeled, mudharabah savings deposits, time deposits of mudharabah, the percentage rate of profit sharing.


(3)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan usaha kecil yang disalurkan oleh BPR Syariah Puduarta Insani Medan dalam kurun waktu 5 tahun, mulai dari tahun 2000 – 2005. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah pembiayaan usaha kecil yang disalurkan (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah tabungan mudharabah (X1), deposito investasi mudharabah (X2), dan persentase tingkat

bagi hasil (X3).

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Square (OLS), dengan menggunakan metode regresi linier berganda dengan alat analisis yang dipakai untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 6.0.

Hasil estimasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas yaitu, jumlah tabungan mudharabah (X1) berpengaruh positif terhadap

pembiayaan usaha kecil yang disalurkan (Y) yang signifikan pada alfa 1%, deposito mudharabah (X2) berpengaruh negatif terhadap pembiayaan usaha kecil

yang disalurkan (Y), persentase tingkat bagi hasil (X3) berpengaruh negatif

terhadap pembiayaan usaha kecil yang disalurkan (Y).

Kata Kunci : Pembiayaan usaha kecil yang disalurkan, tabungan mudharabah, deposito mudharabah, persentase tingkat bagi hasil.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil a’lamin, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan dan memanjatkan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Skripsi ini diberi judul “ analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan usaha kecil pada PT.BPRS PUDUARTA INSANI MEDAN ”

yang disusun berdasarkan hasil riset yang penulis peroleh selama penulis melakukan penelitian di BPRS PUDUARTA INSANI Medan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan oleh berbagai pihak. Kepada keluarga terkhususnya Ayahanda Zainal Aripin dan Ibunda Linda serta adinda Ayu Selviany yang selalu memberikan kekuatan lahir dan batin kepada penulis dan tidak henti-hentinya mendorong serta memanjatkan doa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, PhD, selaku Sekertaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen


(5)

Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs.Rujiman,selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan saran yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Ibu Ilyda Sudardjat, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan masukan dan saran yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak H. Saparuddin Siregar,SE,AK, M.Ag yang telah meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya untuk membantu penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis beserta staff administrasi pada Fakultas Ekonomi, khususnya untuk Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Sahabat-sahabat terdekatku di Fakultas Ekonomi yang telah membantu dan mendukung penulis Mbak Monika Andrasari, Azhari, Wiman, Iqbal, Arief, Zia, Saed, Delvin, Indah,Gawi, Fuad, Giger, Icut, Sigit, dan anak-anak syar.co, terima kasih atas kebersamaan dan karena telah memberikan warna dalam persahabatan, serta mambantu dalam memperlancar proses penyelesaian skripsi penulis.

9. Kepada Opung doli dan boru, uwak wati dan uwak lanang, ayuk ,abang serta semua sepupu-sepupu dan keponakan terdekat yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

10.Kepada vio dan leta yang selalu menemani penulis dalam keadaan senang maupun susah, hujan maupun terik selalu bersama-sama.


(6)

11.Kepada staff dan karyawan PT.BPR Syariah Puduarta Insani Medan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Seluruh rekan-rekan angkatan 2006, adik-adik angkatan 2007, 2008 dan 2009 (Ika,Vany,Nanda,Endang,Nina,Salsa,Rina,Vera,Ira,Asty,Michelle) dan orang-orang yang terkasih yang telah memberikan dorongan dan nasehat serta saran-sarannya kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis menerima saran yang sehat dan konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini.

Semoga kita semua diberkahi Allah SWT dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2010 Hormat Penulis,

(Liza Risky Tryvenny) NIM: 060501018


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAC ... i

ABSTRAK ……….. ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Hipotesis ... 9

1.4 Tujuan Penelitian... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pengertian Bank ... 11

2.2 Bank Umum dan Jenis Kegiatan Usahanya ... 16

2.2.1 Bank Konvensional ... 17

2.2.2 Bank Syariah ... 18

2.3 Pengertian Bank Perkreditan (BPR) ... 19

2.3.1 Asas BPR ... 19

2.3.2 Fungsi BPR ... 20

2.3.3 Tujuan BPR ... 20

2.3.4 Sasaran BPR ... 20

2.3.5 Usaha BPR ... 20

2.4 Pengertian Badan Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ... 21

2.4.1 Tujuan BPRS ... 23

2.4.2 Kegiatan Usaha BPRS ... 24

2.4.3 Produk – produk BPR Syariah ... 24

2.4.4 Jasa Perbankan Lainnya ... 27

2.4.5 Badan – badan pengembang BPR Syariah ... 27

2.5 Pengertian Usaha Kecil ... 28

2.6 Konsep Usaha Kecil ... 28

2.7 BPR Syariah dalam pengembangan Usaha Kecil ... 29

2.8 Bagi Hasil/Profit Sharing ... 32

2.9 Hasil Penelitian Terdahulu... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Lokasi Penelitian ………. ... 36


(8)

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 36

3.4 Pengolahan Data ... 37

3.5 Model Analisis Data ... 37

3.6 Test of goodnees of fit (uji kesesuaian) ... 38

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-square) ………... 38

3.6.2 Uji Normalitas ………. 39

3.6.3 Uji F-statistik (Uji Serempak) ………. 39

3.6.4 Uji t- statistic (Uji Parsial) ……….. 40

3.7 Uji Penyimpangan Klasik ... 42

3.7.1 Uji Multikolinearitas ……… 42

3.7.2 Autokorelasi ... 43

3.8 Defenisi Operasional ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 47

4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Deli Serdang ... 47

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi ... 48

4.1.3 Kondisi Demografi ... 49

4.1.4 Struktur Perekonomian Kota Medan ... 50

4.2 Sejarah Singkat Berdirinya PT. BPR Syariah Puduarta Insani Medan ... 52

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 53

4.4 Operasional Perusahaan ... 58

4.4.1 Pengerahan Dana Masyarakat ... 58

4.4.1.1 Tabungan Wadiah ... 58

4.4.1.2 Tabungan Mudharabah ... 58

4.4.1.3 Deposito Investasi Mudharabah ... 59

4.4.2 Produk penyaluran Dana Kepada Masyarakat ... 59

4.4.2.1 Pembiayaan Mudharabah ... 59

4.4.2.2 Pembiayaan Murabahah ... 59

4.4.2.3 Pembiayaan Al-Bai Bitsaman Ajil ... 60

4.5 Prinsip dan Cara Pembagian Bagi Hasil ... 60

4.5.1 Prinsip Bagi Hasil ... 60

4.5.2 Cara Pembagian Imbalan Bagi Hasil ... 61

4.6 Analisis dan Pembahasan ... 62

4.6.1 Interpretasi Model ... 62

4.6.2 Test of Goodness of Fit ... 63

4.6.2.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 63

4.6.2.2 Uji F-statistik (overall) ... 64

4.6.2.3 Uji t-statistik (uji parsial) ... 65

4.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 68


(9)

4.6.3.2 Autokorelasi ... 71

4.6.3.3 Uji Durbin Watson (DW-Test) ... 71

BAB V PENUTUP ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3 LAMPIRAN 4


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman 4.1 Regresi Model AR(1) ... 73 4.2 Uji LM Test ... 74


(11)

DAFTAR SINGKATAN

BPR = Badan Perkreditan Rakyat

BPRS = Badan Perkreditan Rakyat Syariah DAS = Daerah Aliran Sungai

DIMI = Deposito Investasi Mudharabah Insani ISED = Institute for Syariah Economic Development L/C = Letter of Credit

LDR = Loan Deposits Ratio

LPP = Laju Pertumbuhan Penduduk NPLs = Non Performing Loans OLS = Ordinary Least Square ONH = Ongkos Naik Haji

PMK = Pembiayaan Modal Kerja

PPKM = Pembiayaan bagi Pengusaha Kecil Mikro SDI = Sumber Daya Insani

YPPBS = Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Bank Syariah ZIS = Zakat, Infaq, Shadaqah


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1 Kurva Pembiayaan usaha kecil BPRS Puduarta Insani ... 7

2.1 Skema Pengelolaan Dana DP3 ... 32

2.2 Skema Jenis Akad Nasabah dengan Bank ... 33

3.1 Kurva Uji t-statistik ... 40

3.2 Kurva Uji F-statistik ... 42

3.3 Kurva DW statistik ... 44

4.1 Struktur Organisasi BPRS Puduarta Insani ... 54

4.2 Uji F-Statistik ... 65

4.3 Uji T statistik Tabungan (X1) ... 66

4.4 Uji T statistik Deposito Mudharabah (X2) ... 67

4.5 Uji T statistic tingkat persentase bagi hasil (X3) ... 68


(13)

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze factors that affect demand for small business financing that is distributed by BPR Syariah Puduarta Insani in Medan within 5 years, starting in 2000-2005. The dependent variable in this study is the small business funding disbursed, while the independent variables are mudharabah savings, investment deposits mudharabah, and the percentage rate of profit sharing.

This research used multiple resgession with Ordinary Least Squared (OLS) method, the data using multiple linier regresion method of analysis tools processed by using the computer programme Eviews 6.0

Estimation results from this study show that all independent variables are the amount of savings mudharabah positive effect on small business financing channeled significant at alpha 1%, deposit mudharabah negative impact on small business financing that is channeled, the percentage rate for the negative impact on small business financing distributed.

Keyword : small business financing that is channeled, mudharabah savings deposits, time deposits of mudharabah, the percentage rate of profit sharing.


(14)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan usaha kecil yang disalurkan oleh BPR Syariah Puduarta Insani Medan dalam kurun waktu 5 tahun, mulai dari tahun 2000 – 2005. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah pembiayaan usaha kecil yang disalurkan (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah tabungan mudharabah (X1), deposito investasi mudharabah (X2), dan persentase tingkat

bagi hasil (X3).

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Square (OLS), dengan menggunakan metode regresi linier berganda dengan alat analisis yang dipakai untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 6.0.

Hasil estimasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas yaitu, jumlah tabungan mudharabah (X1) berpengaruh positif terhadap

pembiayaan usaha kecil yang disalurkan (Y) yang signifikan pada alfa 1%, deposito mudharabah (X2) berpengaruh negatif terhadap pembiayaan usaha kecil

yang disalurkan (Y), persentase tingkat bagi hasil (X3) berpengaruh negatif

terhadap pembiayaan usaha kecil yang disalurkan (Y).

Kata Kunci : Pembiayaan usaha kecil yang disalurkan, tabungan mudharabah, deposito mudharabah, persentase tingkat bagi hasil.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian. Dewasa ini perkembangan perekonomian di Indonesia semakin meningkat seiring dengan semakin majunya sistem informasi yang bergerak cepat sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan semakin pesatnya laju pembangunan, pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan dimana peningkatan tersebut perlu dibarengi pula dengan penambahan sarana dan prasarana sebagai penunjang tercapainya kemakmuran bagi penduduk Indonesia.

Majunya perekonomian di Indonesia tidak lepas dari peran masyarakat yang melakukan usaha di bidang perekonomian atau bisnis baik itu usaha dengan ruang lingkup usaha yang besar, menengah maupun kecil. Setiap kegiatan usaha tersebut sebagian besar memerlukan bantuan dari pemerintah melalui jasa-jasa Bank dan Lembaga Keuangan lain seperti bantuan modal, pinjaman, kerjasama dagang, simpanan dan sebagainya. Untuk meningkatkan kinerja ekonomi, maka prioritas pemerintah dalam upaya mengembangkan perekonomian masyarakat salah satunya adalah memberikan dukungan perluasan akses terhadap kredit sebagai jawaban terhadap kelesuan dunia Perbankan dan Lembaga Keuangan lainnya beberapa tahun terakhir ini. Hal itu ditempuh mengingat bahwa permasalahan yang dihadapi di dalam sektor perekonomian adalah upaya pemberdayaan pengembangan usaha dan


(16)

perekonomian masyarakat terutama usaha skala menengah dan kecil sehingga bantuan permodalan dan akses kredit dirasakan sangat membantu bagi masyarakat dan pemerintah dalam hal pengembangan perekonomian di Indonesia. Oleh sebab itu pemerintah melalui jasa dan peran perbankan dalam hal membantu masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha pada khususnya dan kegiatan ekonomi pada umumnya memberikan bantuan berupa kredit atau pinjaman modal bagi para pelaku usaha baik usaha dengan skala besar, menengah maupun kecil (Ahmad dan Abdul, 2008).

Bank sebagai perantara dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana kepada masyarakat yang kekurangan dana. Dengan kata lain dengan jasa bank, dana yang menganggur dari masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dapat digunakan oleh masyarakat yang membutuhkan dana dalam pembiayaan berbagai kegiatan ekonomi. Kegiatan bank sehari-hari tidak terlepas dari bidang keuangan sama seperti halnya dengan perusahaan lainnya. Kegiatan pihak perbankan secara sederhana dapat kita katakan sebagai tempat melayani segala kebutuhan nasabahnya.

Perbankan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, memegang peranan yang penting didalam kehidupan perekonomian. Dimana setiap usaha, baik itu sektor industri, perdagangan, pertanian, perhubungan dan lain-lain baik kecil, sedang, maupun besar memerlukan kredit untuk pengembangan usaha.

Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian suatu negara karena fungsi utama bank adalah


(17)

sebagai wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien. Dimana hal ini sesuai dengan kegiatan utama suatu bank yaitu menghimpun dana melalui simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit ataupun pinjaman.

Beragamnya jenis kegiatan usaha akan mengakibatkan beragam pula kebutuhan jenis perkembangannya. Dalam prakteknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat. Pembagian jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dilihat dari berbagai segi antara lain segi kegunaan, tujuan kredit, jangka waktu, jaminan dan sektor usaha yang akan dibiayai tersebut.

Salah satu yang menjadi permasalahan bagi kebanyakan orang terhadap kegiatan usaha lembaga keuangan perbankan tersebut jika dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan hukum Islam bukanlah dari segi fungsi lembaga tersebut melainkan dari konsep usahanya serta teknik operasional usahanya yang menyangkut jenis-jenis perjanjian yang digunakan. Dapat diyakini bahwa kegiatan usaha yang diinspirasikan oleh sistem ekonomi kapitalis ini adalah dengan jalan menarik keuntungan usahanya terutama dari bunga kredit yang dimanfaatkannya melalui dana simpanan masyarakat yang kemudian dipinjamkan kembali kepada masyarakat dengan tambahan berupa bunga. Dalam pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga deposito, tabungan, dan giro, Bank Konvensional memberikan pinjaman dengan mensyaratkan pembayaran bunga yang besarnya tetap dan ditentukan terlebih dahulu di awal transaksi (fixed and predetermined rate). Padahal nasabah


(18)

yang mendapatkan pinjaman itu tidak mendapatkan keuntungan yang fixed and predetermined rate juga, karena dalam bisnis selalu ada kemungkinan rugi, impas atau untung yang besarnya tidak dapat ditentukan dari awal. Jadi mengenakan tingkat bunga untuk suatu pinjaman merupakan tindakan yang memastikan sesuatu yang tidak pasti, karena itu diharamkan.

Dalam hal ini, Indonesia sebagai salah satu negara dengan mayoritas penduduknya adalah beragama Islam, dapat menggunakan suatu sistem perbankan dan kegiatan ekonomi yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi umat. Bank Syariah lahir dengan konsep dan filosofi yang berbeda dengan pasar keuangan konvensional. Bank Syariah lahir dengan konsep dan filosofi interest free, yang melarang penerapan bunga dalam semua transaksi perbankan karena termasuk kategori riba. Terkait dengan hal tersebut, terdapat dalil yang melarang sistem riba, “…dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (Terjemahan QS. Al-Baqarah: 275).

Perkembangan ekonomi syariah cukup pesat beberapa tahun belakangan terutama pada sektor perbankan. Gagasan adanya lembaga perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam berkaitan erat dengan gagasan terbentuknya ekonomi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al- Hadist. Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan-kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Perbedaan utama antara kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada sistem pemberian imbalan atau jasa dari dana (Sri, 2005).


(19)

Bank Perkreditan Rakyat merupakan salah satu bidang perbankan yang mulai menerapkan sistem ekonomi syariah. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah ataupun muamalah Islam. BPR Syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum, dan secara khusus mengisi peluang terhadap kebijaksanaan Bank Konvensional dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of interest). Selanjutnya BPR Syariah secara luas dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasil atau sistem perbankan Islam.

Pada dasarnya aktivitas Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) tidak jauh berbeda dengan BPR pada umumnya, perbedaannya terletak pada konsep dasar operasionalnya yang berlandaskan pada ketentuan-ketentuan Islam. Hal pokok yang menjadi faktor pembeda BPR Syariah dengan BPR konvensial yaitu adanya insentif bunga pada BPR konvensional dan insentif bagi hasil pada BPR Syariah.

Bank Indonesia menyediakan fasilitas pembiayaan likuiditas bagi BPR Syariah dalam bentuk Pembiayaan Modal Kerja (PMK-BPRS) dan Pembiayaan bagi Pengusaha Kecil dan Mikro (PPKM) dengan plafon sebesar maksimal satu kali jumlah modal disetor BPR Syariah untuk kategori BPR Syariah yang berturut-turut sehat selama dua tahun terakhir.

Fasilitas pembiayaan modal kerja bagi pengembangan BPRS dari fasilitas pembiayaan likuiditas Bank Indonesia tersebut memberikan kontribusi besar kepada BPR Syariah, terutama untuk memenuhi permintaan


(20)

pembiayaan usaha modal kerja dari nasabah pengusaha kecil dan makro, sesuai arah dan sasaran yang hendak dicapai untuk pengembangan usaha ekonomi produktif yang dikembangkan pengusaha kecil dan mikro di pedesaan.

Sejak dialihkannya penyediaan fasilitas pembiayaan tersebut dari Bank Indonesia kepada lembaga lain, akses BPR Syariah untuk memperoleh sumber pendanaan selain dari penghimpunan dana dari masyarakat lebih banyak diperoleh dari kerjasama pembiayaan dari Bank Umum Syariah untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah BPR Syariah (Ahmad dan Abdul, 2008).

Salah satu fasilitas pembiayaan yang disalurkan Bank Indonesia kepada pengusaha kecil Kotamadya Medan dalam mengembangkan sistem ekonomi syariah di kota Medan yaitu dengan didirikannya beberapa BPR Syariah, salah satunya yaitu PT.BPRS Puduarta Insani yang didirikan tahun 1996. Dengan berdirinya PT. BPRS Puduarta Insani akan memberikan kemudahan pelayanan jasa perbankan terutama bagi pengusaha atau pedagang golongan ekonomi lemah sehingga akan mampu menggali potensi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan keuntungan serta mengembangkan perekonomian di daerah Medan dan sekitarnya.

Berikut adalah grafik yang menggambarkan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh PT.BPRS Puduarta Insani Medan.


(21)

Gambar 1.1 Kurva Pembiayaan usaha kecil BPR Syariah Puduarta Insani

Dimana :

Y = pembiayaan yang disalurkan X1 = tabungan

X2 = deposito

X3 = tingkat bagi hasil

Dari gambar di atas dapat dilihat setiap bulannya semakin meningkat kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada BPR Syariah ini. Dengan meningkatnya masyarakat yang mempercayakan sedikit penghasilannya maka pembiayaan yang disalurkan pun meningkat.

Apabila keuntungan yang diperoleh di dalam usaha yang dijalankan kecil maka akan mengakibatkan terganggunya kegiatan operasional perusahaan sehari-hari atau terlambat sehingga menimbulkan kerugian pada perusahaan. Hal ini secara tidak langsung memberi penjelasan ada tidaknya perubahan suatu usaha apabila usaha tersebut

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000

Y X1 X2 X3


(22)

mendapat pembiayaan dari satu pihak dan sebaliknya apakah terdapat perubahan dari suatu usaha apabila modal yang dikelola berasal dari modal sendiri.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat suatu penelitian dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan usaha kecil pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Puduarta Insani Medan”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan pada alasan pemilihan judul yang telah diuraikan diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu :

1. Bagaimanakah pengaruh antara jumlah tabungan yang dihimpun oleh BPRS terhadap jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada usaha kecil di kota Medan ?

2. Bagaimanakah pengaruh antara deposito mudharabah yang dihimpun oleh BPRS terhadap jumlah pembiayaan usaha kecil yang disalurkan ?

3. Bagaimanakah total bagi hasil berpengaruh terhadap jumlah pembiayaan usaha kecil yang disalurkan ?


(23)

1.3Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah dan uraian teoritis di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Jumlah tabungan yang dihimpun berpengaruh positif terhadap jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada usaha kecil di kota Medan.

2. Jumlah deposito mudharabah berpengaruh positif terhadap jumlah pembiayaan usaha kecil yang disalurkan.

3. Tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap jumlah pembiayaan usaha kecil yang disalurkan.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Puduarta Insani Medan berperan dalam membantu usaha kecil melalui penyaluran dana pembiayaan. 2. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi penyaluran


(24)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah ataupun bagi instansi-instansi yang terkait.

2. Sebagai bahan studi literatur tambahan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

3. Sebagai bahan studi literatur bagi mahasiswa/mahasiswi ataupun peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 4. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan


(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Bank

Dalam pembicaraan sehari-hari bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Kasmir, 2007:23).

Bila dilihat dari fungsinya, defenisi Bank dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

1. Bank dilihat dari segi penerima kredit. Dalam pengertian ini bank menerima uang dan dana-dana lainnya dari masyarakat serta mencerminkan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditannya secara pasif dengan penghimpunan uang dari pihak ketiga.

2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit. Berarti bahwa bank melaksanakan operasi secara aktif. Jadi fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi kredit, tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.


(26)

3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang (Sri, 2005:9).

Menurut UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari:

a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut: 1. Dilihat dari Segi Fungsinya

a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank). b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam


(27)

lalu lintas pembayaran. Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.

Jenis bank dapat dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah : a. Bank Milik Pemerintah

Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah antara lain: Bank Negara Indonesia 46 (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN),dan Bank Pemilik Daerah(BPD) baik tingkat I maupun tingkat II di masing-masing propinsi.

b. Bank Milik Swasta

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendirinya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putra, Bank Internasional Indonesia, Bank Danamon, Bank Niaga, dan lainnya.


(28)

c. Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh adalah: Bank Umum Koperasi Indonesia.

d. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh bank asing antara lain: ABN AMRO bank, Bank of America, Bank of Tokyo, City Bank, Standard Chartered Bank, Hongkong Bank, European Asian Bank, dan lainnya.

e. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain: Mitshubishi Buana Bank, Sanwa Indonesia Bank, Sumitomo Niaga Bank, dan lainnya.

3. Dilihat dari Segi Status

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat maka bank umum dapat dibagi ke dalam 2 macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.

Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk,


(29)

modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-panilaian dengan kriteria tertentu.

Status bank yang dimaksud adalah : a. Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

b. Bank non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, di mana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas Negara.

4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu:


(30)

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda. Bank Konvensional merupakan Bank yang menerapkan sistem insentif berupa tingkat bunga kepada nasabahnya.

b. Bank yang berdasarkan prinsip Syariah

Bank berdasarkan prinsip Syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun di luar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah bank yang berdasarkan prinsip Syariah sudah berkembang pesat sejak lama. Bank berdasarkan prinsip Syariah artinya menjalankan usaha di bidang jasa perbankan menurut aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam, dengan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil.

2.2 Bank Umum dan Jenis Kegiatan Usahanya

Pada pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 bahwa Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Sehingga Bank Umum dapat saja berspesialisasi pada bidang ataupun jenis kegiatan tertentu tanpa harus menjadi suatu kelompok tertentu.

Dengan adanya penyederhanaan ini maka diharapkan dapat memudahkan bank dalam memilih kegiatan-kegiatan perbankan sesuai dengan karakter masing-masing bank tanpa harus merepotkan dengan perizinan tambahan.


(31)

Lebih lanjut dijelaskan, dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank Umum adalah “sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”.

Dalam melaksanakan kegiatannya bank dibedakan antara kegiatan Bank Umum dengan kegiatan Bank Perkreditan Rakyat. Kegiatan Bank Umum lebih luas dari Bank Perkreditan Rakyat. Artinya produk ditawarkan oleh bank umum lebih beragam, hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat mempunyai keterbatasan tertentu, sehingga kegiatannya lebih sempit.

Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah:

a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk: Simpanan Giro, Simpanan Tabungan, dan Simpanan Deposito. b. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk:

Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, Kredit Perdagangan. c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti: Transfer

(Kiriman Uang), Inkaso (Collection), Kliring (Clearing), Safe Deposite Box, Bank Garansi, Letter of Credit (L/C), jual beli surat-surat berharga, dan jasa-jasa lainnya (Kasmir, 2007).

2.2.1 Bank Konvensional

Bank Konvensional artinya menjalankan usaha dibidang jasa perbankan menurut cara yang lazim atau biasa, dengan memperoleh keuntungan berupa bunga.


(32)

Bank berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu:

1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu.

2. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu.

2.2.2 Bank Syariah

Bank berdasarkan prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip Syariah adalah sebagai berikut :

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah). 2. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah).

3. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).

4. Pembiayaan dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah waiqtina).

Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip Syariah dasar hukumnya adalah Al-Quran dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan prinsip


(33)

Syariah mengharamkan pengunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip Syariah bunga adalah riba (Mhd. Syafi’I Antonio, 2001).

2.3 Pengertian Bank Perkreditan (BPR)

Secara umum BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.

Status BPR diberikan kepada lembaga-lembaga lainnya yang sesuai Undang-Undang Perbankan nomor 7 tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh masyarakat, maksudnya keberadaan lembaga yang dimaksud diakui. Oleh karena itu, Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga tersebut. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka persyaratan dan tatacara pemberian status lembaga-lembaga tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2.3.1 Asas BPR

Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli).


(34)

2.3.2 Fungsi BPR

Penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Bukan hanya penyalur kredit kepada para pengusaha mikro, kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat.

2.3.3 Tujuan BPR

Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2.3.4 Sasaran BPR

Melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para rentenir.

2.3.5 Usaha BPR

Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah (udin.staff.gunadarma.ac.id):

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.


(35)

3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over likuiditas.

Kegiatan-kegiatan Bank Perkreditan Rakyat

a. Menghimpun dana dalam bentuk: Simpanan Tabungan, Simpanan Deposito.

b. Menyalurkan dana dalam bentuk: Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, Kredit Perdagangan.

c. Larangan-larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat adalah sebagai berikut: Menerima Simpanan Giro, Mengikuti Kliring, Melakukan Kegiatan Valuta Asing, Melakukan Kegiatan Perasuransian.

2.4. Pengertian Badan Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

BPRS adalah salah satu lembaga Perbankan yang mempunyai peran penting bagi aktifitas perekonomian. Peran strategisnya diwujudkan sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup masyarakat. Sebagai lembaga perbankan, BPRS menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary/lembaga perantara dari dua pihak, yakni pihak kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana (fungsi spesifik financial intermediary: agent of trust, agent of development, and agent of success). Berkaitan dengan fungsi bank, BPRS


(36)

bergerak dibidang jasa pelayanaan untuk memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BPRS berdiri berdasarkan UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pada pasal 1 (butir 4) UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Ahmad dan Abdul, 2008: 38-39).

Pada saat ini kehadirannya telah mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan terutama bagi pengusaha kecil dan mikro dalam rangka membantu pengembangan usaha dan peningkat kesejahteraan masyarakat. Pengusaha kecil dan mikro yang selama ini terbiasa memperoleh pinjaman modal kerja dari perorangan maupun lembaga simpan pinjam lainnya, saat ini mulai melirik BPR Syariah sebagai salah satu lembaga keuntungan yang dapat membantu usaha mereka dan diharapkan sesuai dengan harapan masyarakat. Dalam pelaksanaan operasionalnya usaha BPR Syariah telah dihadapkan pada kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat masih belum memiliki pengetahuan dan informasi yang memadai tentang produk dan sistem operasional bank syariah. Faktor internal dan eksternal dalam pelaksanaan operasional BPR Syariah juga turut menentukan keberhasilan dan bermanfaatnya BPR Syariah di tengah masyarakat. Dukungan dan kepercayaan seluruh masyarakat, regulasi yang kondusif bagi pelaksanaan operasional BPR Syariah, dan peran aktif semua pihak sangat diharapkan meningkat.


(37)

2.4.1 Tujuan BPRS

Adapun tujuan berdirinya BPR Syariah antara lain adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah.

2. Mengurangi urbanisasi.

3. Menambah lapangan kerja, terutama di kecamatan-kecamatan. 4. Meningkatkan pendapatan perkapita.

5. Membina semangat ukhuwah Islamiah melalui kegiatan ekonomi.

6. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan bagi masyarakat.

7. Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi.

8. Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah dan sederhana.

9. Menempung dan menghimpun tabungan masyarakat.

Dengan demikian BPRS dapat turut memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut mendidik rakyat dalam berhemat dan menabung, dengan menyediakan tempat yang dekat, aman dan mudah untuk menyimpan uang bagi penabung kecil.

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola


(38)

dikelola dengan baik, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik kembali lagi simpanannya di bank.

2.4.2 Kegiatan Usaha BPRS

Kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat Syariah sama halnya dengan kegiatan BPR Konvensional pada umumnya.

2.4.3 Produk-produk BPR Syariah

Produk-produk yang ditawarkan oleh BPR Syariah secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Mobilitas Dana Masyarakat

Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti menerima simpanan wadi’ah, menyediakan fasilitas tabungan dan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat dipergunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, mempersiapkan ongkos naik haji (ONH), merencanakan qurban, aqiqah, khitanan, mempersiapkan pendidikan, pemilikan rumah, kendaraan dan lain-lain (Ahmad dan Abdul, 2008:45-46).

a. Simpanan amanah

Bank menerima titipan amanah (trustee account) berupa dana infaq, shadaqah dan zakat. Akad penerimaan titipan ini adalah wadi’ah yaitu titipan yang tidak menanggung resiko. Bank akan memberikan kadar profit dari bagi hasil yang didapat bank melalui pembiayaan kepada nasabah.


(39)

b. Tabungan wadi’ah

Bank menerima tabungan (saving account); baik pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan dana ini adalah wadi’ah, yaitu titipan-titipan yang tidak menanggung risiko kerugian, dan bank akan memberikan kadar profit kepada penabung yang diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap bulan.

c. Deposito wadi’ah atau deposito mudharabah

Bank menerima deposito berjangka (time and invesment account); baik pribadi maupun badan/lembaga. Akad penerima deposito adalah wadi’ah atau mudharabah, di mana bank menerima dana masyarakat berjangka satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dua belas bulan dan seterusnya sebagai penyertaan sementara pada bank. Deposan yang akad depositonya wadi’ah mendapatkan nisbah bagi hasil keuntungan lebih kecil dari mudharabah bagi hasil yang diterima bank dalam pembiayaan/kredit nasabah yang dibayar setiap bulan.

2. Penyaluran Dana

Menurut Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, 2008 ; penyaluran dana BPRS adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan pengelola dana (bank) yang keuntungan dibagi menurut rasio/nisbah yang telah disepakati


(40)

bersama di muka. Apabila terjadi kerugian maka pengusaha menanggung kerugian dana, sedangkan bank menanggung pelayanan material dan kehilangan imbalan kerja.

b. Pembiayaan musyarakah

Pembiayaan musyarakah adalah suatu perjanjian antara pengusaha dengan bank, di mana modal dari kedua belah pihak digabungkan untuk usaha tertentu yang dikelola secara bersama-sama, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan di muka.

c. Pembiayaan bai bitsaman ajil

Pembiayaan bai bitsaman ajil adalah proses jual beli antara bank dengan nasabah, di mana bank akan menganalangi lebih dahulu kepada nasabah dalam pembelian suatu barang tertentu yang dibutuhkan kemudian nasabah akan membayar harga dasar barang dan keuntungan yang disepakati bersama.

d. Pembiayaan murabahah

Pembuiayaan murabahah adalah suatu perjanjian yang disepakati antara bank dengan nasabah, di mana bank menyediakan pembiayaan bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah yang akan dibayar kembali sebesar harga jual bank.

e. Pembiayaan qardhul hasan

Pembiayaan qardhul hasan adalah perjanjian antara bank dengan nasabah yang layak menerima pembiayaan kebajikan di


(41)

mana nasabah yang menerima hanya membayar pokoknya dan dianjurkan untuk memberikan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS).

2.4.4 Jasa Perbankan Lainnya

Secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk memperlancar pembiayaan dalam bentuk proses transfer dan inkaso, pembayaran rekening air, listrik, telepon, angsuran KPR, dan lainnya. Bank juga mempersiapkan bentuk pelayanan yang sifatnya bentuk talangan dana (bridging financing) yang didasarkan atas akan pembiayaan bai salam.

2.4.5 Badan-badan pengembang BPR Syariah

Dalam rangka mengembangkan BPR Syariah, terbentuk suatu badan yang menyelenggarakan pendidikan dan memberikan technical assistance untuk BPR Syariah yang baru tumbuh, yaitu yayasan Institut for Syariah Economic Development (ISED) dan yayasan Pendidikan dan Pengembangan Bank Syariah (YPPBS).

Yayasan ISED secara berkesinambungan akan terus melaksanakan program pendirian atau pemberian bantuan teknis pendirian BPR-BPR Syariah di Indonesia terutama di daerah potensial. Adapun kegiatan YPPBS meliputi:

1. Membantu proses pendirian 2. Memberikan technical assistance

3. Pendidikan basic untuk para sarjana yang baru lulus dari perguruan tinggi, maupun intermediate bagi para praktisi yang telah memiliki minimal 2 tahun pengalaman disektor perbankan.


(42)

2.5 Pengertian Usaha Kecil

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah dinyatakan bahwa Usaha Kecil adalah usaha yang mempunyai beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha tersebut didirikan.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah). (http:www.depperin.go.id).

2.6 Konsep Usaha Kecil

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil menyatakan bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Usaha kecil dalam hal ini meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil informal adalah usaha kecil yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat-alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun dan berkaitan dengan seni budaya.

Di Indonesia saat ini sebenarnya belum ada batasan dan kriteria yang baku mengenai usaha kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kriteria


(43)

menurut titik permasalahan yang dituju. Ada yang menggunakan nilai asset dan volume usaha sebagai batasan, serta ada yang menggunakan kriteria fungsi kerja.

Deperindag menggunakan batasan modal, yaitu kurang dari 25 juta rupiah adalah pengusaha kecil, sedangkan Kadin menentukan batasan pengusaha kecil dalam beberapa jenis kegiatan dengan tolak ukur yang berbeda-beda seperti nilai peralatan, nilai modal sebagai berikut:

a. Pengusaha kecil dibidang industri adalah yang memiliki nilai mesin dan peralatan kurang dari 100 juta rupiah.

b. Pengusaha kecil di bidang perdagangan eceran adalah yang memiliki nilai persediaan dan tempat usaha kurang dari 25 juta rupiah.

Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri memberikan defenisi usaha kecil dari segi jumlah tenaga kerjanya yaitu antara 6-19 orang. Dan Depkeu mendefenisikan usaha kecil sebagai badan usaha atau perorangan yang memiliki asset/aktiva setinggi-tingginya 300 juta rupiah per tahun. Sementara itu menurut Bank Indonesia (BI) usaha kecil adalah sesuatu perusahaan atau perorangan yang mempunyai total modal 600 juta rupiah, tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati (Martono, 2002).

2.7 Bank Perkreditan Rakyat Syariah Dalam Pengembangan Usaha Kecil

Dengan diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999, Bank Indonesia tidak diperkenankan lagi menyalurkan pembiayaan likuiditas kepada perbankan, dan mengalihkannya kepada lembaga lain yang dirujuk oleh Pemerintah dan Bank Indonesia.


(44)

Sistem perbankan yang berdasarkan syariah Islam dalam operasionalnya selalu berbasis pada prinsip berbagi resiko dan berbagi hasil. Dimana dalam hal ini BPR Syariah mempunyai potensi di dalam pengembangan usaha kecil yaitu:

1. BPR Syariah tidak membatasi dirinya hanya untuk bersedia meminjamkan dananya kepada sektor usaha yang mulai mapan saja, atau kepada orang yang dapat menyediakan jaminan yang untuk memastikan pembayaran kembali utang pokok dan bunganya saja, seperti yang berlaku pada BPR konvensional. Tetapi juga lebih cenderung untuk membuka diri kepada pengusaha kecil sehingga pengusaha kecil tidak perlu ragu-ragu dalam hal melakukan inovasi guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi usahanya, karena adanya dukungan secara pasti dari pihak BPR Syariah.

2. BPR Syariah selalu menerapkan kerjasama dengan prinsip kemitraan dalam menjalin hubungan dengan para pengusaha. Pembiayaan yang diberikan oleh BPR Syariah selalu disertai dengan pemberian konsultasi, pembinaan, dan pengawasan.

Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, disamping melalui penerapan prinsip berbagi resiko dan bagi hasil secara konsisten, maka diperlukan juga infrastruktur yang memungkinkan pihak BPR Syariah untuk dapat berhubungan lebih dekat bahkan keterlibatan bank secara langsung dengan aktivitas usaha nasabahnya.

Pola pembiayaan yang dijalankan oleh BPR Syariah mempunyai karakteristik yang spesifik bila dibandingkan dengan BPR konvensional. Dimana pada BPR konvensional penilaian kelayakan pembiayaan hanya didasarkan pada


(45)

bisnis semata, lain halnya dengan yang terjadi pada BPR Syariah. Dimana pada BPR Syariah penilaian kelayakan pembiayaan selain pada bisnis juga harus mempertimbangkan dari segi Syariahnya. Dengan kata lain, bahwa usaha tersebut selain layak dibiayai dari segi bisnis juga harus layak dari segi Syariahnya.

Dalam pengembangan usaha kecil potensi BPR Syariah dalam hal ini bergantung pada beberapa faktor antara lain sebagai berikut:

a. Perkembangan dana-dana investasi mudharabah yang memiliki jangka waktu sesuai dengan siklus usaha yang dibiayai BPR Syariah.

b. Perkembangan jumlah pemilik dana yang lebih suka menanamkan dananya di bank dalam bentuk investasi dari pada menyimpannya dalam bentuk simpanan.

c. Perkembangan kualitas Sumber Daya Insani (SDI), baik dikalangan para pengelola BPR Syariah maupun para pengelola usaha.

d. Perkembangan jumlah pengusaha yang hanya bersedia bersyariah.

e. Perkembangan infrastruktur, termasuk peraturan perbankan yang lebih sesuai dengan karakteristik sistem perbankan syariah.

Jadi dalam hal ini, keunggulan BPR Syariah terletak pada resiko dan bagi hasil yang melandasi sistem operasionalnya, sehingga dengan prinsip itu BPR Syariah tidak harus terpaku hanya memberikan pembiayaan kepada usaha kecil bahkan kepada pengusaha pemula sekalipun. Dengan prinsip berbagi resiko dan berbagi hasil, maka kala usaha mengalami kerugian akibat krisis ekonomi misalnya, maka akan terasa lebih ringan bagi perorangan dan perusahaan secara individu sehingga usaha pemulihan ekonomi dapat menjadi lebih cepat (Ahmad dan Abdul, 2008).


(46)

2.8Bagi Hasil/Profit Sharing

Bagi hasil atau profit sharing adalah prinsip pembagian laba yang diterapkan dalam kemitraan kerja, dimana posisi bagi hasil ditentukan pada saat akad kerjasama. Jika usaha mendapatkan keuntungan, porsi bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, namun jika terjadi kerugian maka porsi bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi masing-masing pihak. Dasar yang digunakan dalam perhitungan bagi hasil adalah berupa laba bersih usaha, setelah dikurangi dengan biaya operasional (Fadhila dalam Erik Rio Indrawan, 2006).

Bagi hasil juga dapat diartikan sebagai suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan nasabah, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip bagi hasil ini adalah mudharabah dan musyarakah (Muhammad dalam Erik Rio Indrawan, 2006).

Hubungan ini terlihat pada skema berikut:

Shahibul Mal Mudharib

Shahibul Mal Mudharib

Gambar 2.1: Skema Pengelolaan Dana DP3

Dalam perkembangannya para pengguna dana Bank Islam tidak saja membatasi dirinya pada satu akad, yaitu mudharabah saja. Sesuai dengan jenis dan nature usahanya, mereka ada yang memperoleh dana dengan sistem pengkongsian, sistem jual beli, sewa menyewa dan lain-lain. Oleh karena itu, hubungan Bank

Penabung Bank


(47)

Islam dengan nasabahnya menjadi sangat kompleks karena tidak hanya berurusan dengan satu akad, namun dengan berbagai jenis akad. Hubungan ini digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Antonio, 2001: 138

Gambar 2.2: Skema Jenis Akad Nasabah Dengan Bank

Besarnya bagi hasil ini ditentukan di awal perjanjian. Berbeda dengan bunga, persentase bagihasil ini belum tentu sama tiap bulannya. Sedangkan nominal yang diterima tentunya menyesuaikan dengan besarnya keuntungan yang didapat oleh peminjam itu sendiri. Konsekuensi dari konsep ini adalah adanya untung dan rugi. Jika hasil usaha peminjam menunjukkan keuntungan yang besar, maka bagi hasilnya pun akan besar dan sebaliknya jika keuntungan kecil atau bahkan merugi maka pihak peminjam harus ikut pula menanggung kerugian tersebut.

Bank Islam dengan sistem bagi hasilnya sebagai alternatif pengganti dari penerapan sistem bunga ternyata dinilai telah berhasil menghindarkan dampak negatif dari penerapan sistem bunga seperti:

a. Pembebanan pada nasabah berlebih-lebihan dengan beban bunga berbunga (compound interest) bagi nasabah yang tidak mampu membayar pada saat jatuh tempo.

Penabung Bank Nasabah

Peminjam Shahibul Maal Shahibul Maal

Akad :

Mudharabah, musyarakah

Akad mudharabah Murabahah, bai as-salam


(48)

b. Timbulnya pemerasan atau eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah. c. Terjadinya konsentrasi kekuatan ekonomi ditangan kelompok elit, para

bankir dan pemilik modal.

d. Kurangnya peluang bagi kekuatan ekonomi lemah untuk mengembangkan potensi usahanya.

Selain mampu menghindarkan dari dampak negatif penerapan bunga, Bank Islam dengan sistem bagi hasil dinilai mampu mengalokasikan sumber daya dan sumber dana secara efisien inilah merupakan modal utama untuk menghadapi persaingan pasar dan perolehan laba.

Pada dasarnya Bank Syariah dengan perbankan Konvensional. Jika Bank Syariah tidak mampu memberikan tingkat keuntungan yang memadai, maka berdasarkan perhitungan oportunity cost, orang tidak bersedia menaruhkan uangnya di Bank Syariah. Hal ini bergantung pada tingkat suku bunga (Muhammad dalam Erik Rio Indrawan, 2006).

2.9Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis ingin melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan pembiayaan usaha kecil pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Puduarta Insani Medan.

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Sri Mulia Hati Harahap (2000) dari Universitas Sumatera Utara metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda dengan menggunakan program penghintungan SPSS 12.0, untuk menganalisis hubungan antara penghimpunan DP3 dengan penyaluran dana pembiayaan usaha kecil. Hasil dari penelitian ini adalah tabungan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pembiayaan usaha


(49)

kecil,dengan asumsi apabila tabungan yang dihimpun bertambah maka jumlah pembiayaan usaha kecil yang disalurkan pun meningkat. Begitu pula dengan jumlah deposito Mudharabah dan Giro wadiah, maka dengan signifikannya variabel-variabel tersebut terhadap pembiayaan usaha kecil ini menunjukkan bahwa semua jumlah DP3 yang telah dihimpun oleh bank benar-benar disalurkan melalui pembiayaan usaha kecil yang diberikan oleh bank kepada masyarakat. Dan ini mengindikasikan bahwa bank telah menjalankan fungsi intermediatensinya sebagai lembaga keuangan khususnya dalam perbankan syariah.

Fauzi Fahdi Nasution (2001) yang meneliti mengenai analisa kebijaksanaan bagi hasil tabungan pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Syariah Puduarta Insani, hasil dari penelitian ini yaitu jumlah transaksi nasabah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan terhadap jumlah keuntungan yang diperoleh nasabah,saldo tabungan berpengaruh signifikan terhadap variabel jumlah keuntungan yang diperoleh nasabah.

Keinginan menabung pada masyarakat di BPR Syariah Puduarta Insani lemah karena tingkat pengetahuan masyarakat akan pengertian konsep bank syariah masih rendah.

Lalu menurut penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Erik Rio Indrawan (2006) yang meneliti mengenai pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga terhadap simpanan mudharabah (studi kasus di BPR syariah Bangun Drajat Warga Yogyakarta). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh tidak signifikan terhadap volume simpanan mudharabah di BPRS


(50)

syariah Yogyakarta, sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah di BPR syariah.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Puduarta Insani Medan yang beralamatkan di Jalan Pekan Raya No.13A Tembung.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data berkala atau time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka selama kurun waktu 5 tahun dalam bentuk kuartalan yaitu dari kuartal I 2005 – kuartal IV 2009. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi dokumen dengan mempelajari berbagai tulisan baik melalui buku, jurnal, majalah dan situs internet untuk mendukung penelitian. Sedangkan sumber datanya berasal dari laporan keuangan BPR Syariah Puduarta Insani.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan Skripsi ini Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari BPR Syariah Puduarta Insani dan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan pencatatan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah disebutkan di atas.


(52)

3.4 Pengolahan Data

Penulis melakukan pengolahan data dengan metode statistik menggunakan program eviews 6.0 dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah model Ekonometrika, dan metode yang digunakan adalah OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuatdrat terkecil biasa. Metode ini dikemukakan oleh Carls Friedrich Gauss. Data-data yang digunakan, dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda.

Model estimasi regresi linear dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Y= α+β1X1+β2X2+β3X3µ

Dimana :

Y = Jumlah pembiayaan usaha kecil (Rp)

α = konstanta

β1;β2;β3 = koefisien regresi

X1 = Jumlah tabungan yang dihimpun (Rp)

X2 = Jumlah deposito mudharabah yang dihimpun (Rp) X3 = Tingkat bagi hasil (%)

µ = Kesalahan pengganggu (Term of error) n = 20


(53)

Berdasarkan model analisis di atas, maka hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1 X

Y

>0, artinya semakin besar X1 (jumlah tabungan yang dihimpun) maka

semakin besar pula dana Y (pembiayaan usaha kecil) yang disalurkan, cateris paribus. 2 X Y ∂ ∂

>0, artinya semakin besar X2 (jumlah deposito mudharabah yang

dihimpun) maka semakin besar pula dana Y (pembiayaan usaha kecil) yang disalurkan, cateris paribus.

3 X

Y

>0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (tingkat bagi hasil) maka Y

(pembiayaan usaha kecil) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

3.6 Test Goodness of fit

Uji goodness of fit adalah salah satu metode uji nonparametrik yang paling sering digunakan. Selain dapat digunakan baik untuk data skala nominal maupun ordinal, uji ini juga dapat digunakan untuk data selang atau rasio. Uji signifikan pertama meliputi kesamaan frekuensi yang diharapkan. Kegunaan uji goodness of fit ini adalah untuk menentukan seberapa tepat frekuensi yang teramati cocok dengan frekuensi yang diharapkan.

3.6.1 Koefisien determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variasi variabel-variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variasi variabel dependen. Nilai R2 digunakan antara 0 sampai 1 (0< R2<1).


(54)

3.6.2 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memastikan µ (term of error) tersebar normal. Jika

µ tersebut normal maka koefisien OLS(β OLS) juga tersebar normal dengan demikian Y juga tersebar normal, karena adanya hubungan linier antara µ,β,dan

Y. untuk sebaran µ dapat digunakan uji JB(Jarque Berra) error term atauµ disebut normal jika nilai JB lebih rendah atau sama dengan nilai kritis tabel chi-square (derajat bebas,alpha).

Hipotesis yang dipakai adalah H0 diterima dan Ha ditolak jika nilai JB

lebih besar dari tabel chi-square, berarti sebaran error(µ) dan Y tidak normal dan H0 ditolak. Sedangkan Ha diterima jika nilai JB lebih kecil dari nilai tabel

chi-square berarti sebaran error(µ) dan Y normal.

3.6.3 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel independen secara individu (parsial) dan variabel dependen signifikan atau tidak. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = b

Ha : bi≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0

ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata ( signifikan ) terhadap variabel dependen. Rumus untuk memperoleh nilai t-hitung :


(55)

Dimana:

bi : Koefisien variabel independen ke i

b : Nilai hipotesis nol

Sbi : Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria Pengambilan Keputusan :

Ho : β = 0 H0 diterima (t* < t tabel) artinya variabel independen secara parsial

tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β≠ 0 Ha diterima (t* > t tabel) variabel independen secara parsial

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Kurva Uji t-statistik dapat ditunjukkan sebagai berikut


(56)

3.6.4 Uji F-statistik (Uji Serempak)

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen secara serempak (bersama-sama) terhadap variabel dependen.

Rumus untuk menghitung F-statistik :

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen ditambah intersep dari suatu model persamaan

n = Jumlah sampel Hipotesis :

Ho : b1 = b2 = ……… = bk = 0 (tidak ada pengaruh).

Ha : b1 ≠ 0 ……… i = 1 (ada pengaruh).

Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak, yang berarti nilai variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan :

H0: β1= β2= β3 = 0

Ho diterima ( F-hitung < F-tabel ), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha: β1≠ β2≠ β3 ≠ 0

Ha diterima ( F-hitung > F-tabel ), artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(57)

3.7 Uji Penyimpangan Klasik

Uji penyimpangan asumsi klasik dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinierity, dan heteroskedastisitas dalam estimasi karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut maka uji t dan uji F yang dilakukan sebelumnya tidak valid dan secara statistic mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.

3.7.1 Uji Multikolinearitas

Istilah multikolinearitas mula-mula dikemukakan oleh Ragmer Fisher yang mempunyai arti hubungan linear bsempurna antar variabel, variabel independen dalam suatu model regresi. Multikolinearitas timbul akibat sifat-sifat yang terkadang dalam kebanyakan variabel ekonomi berubah bersama-sama sepanjang waktu dan penggunaan Lag(Lagged Values) dari variabel-variabel bebas tertentu dalam model regresi. Dengan adanya multikolinearitas, maka hasil estimasi koefisien regresi bersifat bias. Analisis regresi tidak menemukan hubungan yang benar akan kemampuan produksi akan menjadi lemah. Uji multikolinearitas diperoleh dengan beberapa langkah yaitu:


(58)

1. Melakukan regresi lengkap Y=f(X1,….Xn) sehingga kita mendapatkan

R-square.

2. Melakukan regresi X1 terhadap seluruh X lainnya, maka diperoleh nilai

Ri-square (auxiliary regression).

3. Membandingkan nilai Ri-square dengan R-square. Hipotesa yang dapat dipakai adalah H0 diterima apabila Ri-square > R-square model pertama

berarti tidak terjadi multikolinearitas dan Ha diterima apabila Ri-square > R-square model pertama berarti terjadi masalah multikolinearitas.

3.7.2 Autokorelasi

Autokorelasi terjadi bila error term (μ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei, ej) ≠ 0 untuk i ≠ j.

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu : a. Dengan memplot grafik.

b. Dengan Durbin-Watson (D-W Test).

D-hitung =

− −

2 1) (

et e

et t

Dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : ρ = 0 berarti tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0 berarti ada autokorelasi.

Dengan jumlah sampel dan variabel independen tertentu, diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai ⍺. Hipotesis


(59)

Gambar 3.3 Kurva D-W Statistik

Keterangan :

Ho : tidak ada korelasi

Dw < dl : tolak Ho (ada korelasi positif) Dw > 4-dl : tolak Ho (ada korelasi negatif) Du < dw < 4-du : terima Ho (tidak ada korelasi)

Dl ≤ dw ≤ du : tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤ dw ≤ (4-dl) : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

3.8 Defenisi Operasional

Berdasarkan model yang dipakai yang digunakan dalam penelitian ini, maka variabel yang digunakan terdiri dari:

1. Tabungan Mudharabah Insani

Dana yang disimpan oleh masyarakat pada BPR Syariah Puduarta Insani yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu, dalam hal ini bank berkewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan dana tersebut. Untuk pembukaan tabungan ini bank menetapkan saldo awal sebesar Rp. 10.000,-


(60)

2. Deposito Investasi Mudharabah Insani (DIMI)

Simpanan berjangka dana pihak ketiga pada BPR Syariah Puduarta Insani yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu sesuai perjanjian antara pihak bank dengan nasabah pada saat akad. Simpanan ini mempunyai jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan. Untuk pembukaan jenis ini bank menetapkan saldo awal sebesar Rp. 1.000.000,- untuk badan usaha, dan Rp. 5.000.000,- untuk perorangan. Dalam hal ini bank mendapat keuntungan, bank berkewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh tersebut, sebesar nisbah yang telah di sepakati pada saat akad.

3. Tingkat bagi hasil

Tingkat bagi hasil adalah data yang diperoleh dengan cara membagi besarnya total bagi hasil simpanan mudharabah yang diterima nasabah dengan total simpanan mudharabah (tabungan + deposito) dan data ini berupa data dalam bentuk persen (%). Data ini bersumber dari laporan keuangan BPRS Puduarta Insani.

4. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan bersama antara BPRS Puduarta Insani dengan nasabah, dimana kedua belah pihak sama-sama memiliki modal untuk membiayai proyek yang telah disepakati bersama.


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak diantara 20 57’- 3016’ Lintang Utara dan antara 98033’- 99027’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang dikawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km2 dari luas Propinsi Sumatera Utara.

Batas wilayah adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera. • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Berdagai.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan Pantai Timur Sematera Utara serta memiliki topografi, kountur dan iklim yang bervariasi. Kawasan hulu kounturnya mulai bergelombang sampai terjal, berhawa tropis pegunungan, kawasan dataran rendah yang landai sementara kawasan pantai berhawa tropis pegunungan.

Sementara itu, dilihat dari kemiringan lahan, Kabupaten deli Serdang dibedakan atas :

 Dataran Pantai sebesar ± 63.002 Ha (26,30%) terdiri dari 4 kecamatan (Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, dan Pantai Labu). Jumlah Desa sebanyak 64 Desa/Kelurahan dengan panjang pantai 65 Km.


(62)

Potensi utama adalah : Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar, Perikanan Laut, Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata.

 Dataran Rendah sebesar ± 68.965 Ha (28,80%) terdiri dari 11 kecamatan (Sunggal, Pancur Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau, dan Galang) dengan jumlah desa sebanyak 197 desa/kelurahan. Potensi utama adalah : Pertanian Pangan, Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Peternakan, Indusri Perdagangan, dan Perikanan Darat.

 Dataran Pegunungan sebesar ± 111.970 Ha (44,90%) terdiri dari 7 kecamatan (Kutalimbaru, Sibolangit, Biru-biru, STM Hilir, STM Hulu, Gunung Meriah, Bangun Purba) dengan jumlah desa sebanyak 133 desa. Potensi utama adalah: Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan. Kabupaten Deli Serdang terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Balawan, DAS Deli, DAS Belumai, DAS Percut, DAS Ular, dengan luas areal 378.841 HA, yang semuanya bermuara se Selat Malaka dengan hulunya berada di Kabupaten Simalungun dan Karo. Pada umumnya sub DAS ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan produksi pertanian.

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi

Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan perbedaaan geografis, topografis dan ketinggian dari permukaan laut maka iklim daerah ini juga bervariasi yaitu sub tropis dan iklim peralihan antara sub tropis dan tropis. Ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara sub tropis dan tropis, sedangkan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut


(63)

beriklim sub tropis. Curah hujan rata-rata pertahun 1.936,3 mm. Pada umumnya curah hujan terbanyak pada bulan September, Oktober, Nopember, dan Desember. Angin yang bertiup melalui daerah ini juga berbeda yakni angin laut dan angin pegunungan dengan kecepatan 0.68 meter/detik, sedangkan temperatur rata-rata 26,70 dan kelembaban 84%.

4.1.3 Kondisi Demografi

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Daerah ini, sejak terbentuk sebagai kabupaten sampai dengan tahun tujuh puluhan mengalami beberapa kali perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi 4.39 Km. Secara administratif terdiri dari 22 Kecamatan, 2 perwakilan Kecamatan dengan 379 Desa dan 15 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah 2.394,62 Km2 atau 2.394,462 Ha, dengan jumlah penduduk 1.463.031 jiwa 7,94 Km2.

Diawal pemerintahannya Kota Medan menjadi pusat pemerintahannya, karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah kota Medan adalah “tanah deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an, pemerintah daerah ini pindah ke Lubuk Pakam, sebuah kota kecil yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Deli Serdang.

Tahun 2004 Kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara Geografis maupun Administrasi Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan lahirnya Kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan UU No.36


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio Syafii’, Muhammad,

Bank Syariah dari Teori ke Praktik

, Gema Insani

Press, 2001

Bank Indonesia. 2004.

Bank Sentral Republik Indonesia sebuah pengantar,

Jakarta :

PPSK.

Bank Indonesia. 2004,

Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia

Bank Indonesia. 2008,

Perbankan Syariah,

dar

Boediono, 1998.

Ekonomi Moneter

, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Ghafur, Muhammad. 2003,

Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Suku Bunga dan

pendapatan terhadap Simpanan Mudharabah : Studi Kasus Bank

Muamalat indonesia

, Jurnal Ekonomi Muamalah, Universitas Gajah mada,

Oktober 2003, Vol 1, No 1

Gujarati, Damodar. 2006.

Dasar-Dasar Ekonometrika

. Jakarta: Erlangga.

Harahap, Sri Mulia Hati. 2005.

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan

Usaha yang Disalurkan oleh Bank Muamalat Cabang Padang

Sidempuan

, Skripsi, Universitas Sumatera Utara

Kasmir, 2003.

Manajemen Perbankan

, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Martono, 2002.

Bank dan Lembaga Keuangan Lain,

Yogyakarta: Ekonisia.

Muhammad,2002.

Bank Syariah : Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan

Ancaman,

Yogyakarta: Ekonisia.

Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. 2008.

Lembaga Keuangan Syariah

, Jakarta:

Zikrul Hakim.

Sjahdeini, S Remy. 1999. Perbankan

Islam dan Kedudukannya Dalam Tata

Hukum Perbankan Indonesia

, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Sudarsono, Heri. 2003.

Bank Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan

Ilustrasi

, Ekonisia, Yogyakarta.


(2)

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat.2007.

Pedoman Praktis Penggunaan

Eviews dalam Ekonometrika

. Medan : USU Press.

Indrawan, Erik Rio. 2006.

Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Suku Bunga

terhadap Simpanan Mudharabah : Studi Kasus BPR Syariah Bangun

Drajat Warga Yogyakarta

, Skripsi, Universitas Islam Indonesia


(3)

Lampiran 1

Besarnya Pembiayaan Usaha Kecil, Tabungan

Mudharabah

, Deposito

Mudharabah

, dan Tingkat Bagi Hasil

Tahun

Pembiayaan Usaha

Kecil

(Rp)

Tabungan

Mudharabah

(Rp)

Deposito

Mudharabah

(Rp)

Tingkat

Bagi

Hasil

(%)

2005:I

2005:II

2005:III

2005:IV

2006:I

2006:II

2006:III

2006:IV

2007:I

2007:II

2007:III

2007:IV

2008:I

2008:II

2008:III

2008:IV

2009:I

2009:II

2009:III

2009:IV

8.690.180.333

11.231.170.000

12.066.413.000

12.855.110.670

13.966.880.670

14.590.728.330

14.725.130.670

14.680.391.670

15.268.771.670

15.522.875.000

15.302.990.670

15.055.431.000

14.773.905.670

15.148.129.330

15.683.364.330

16.449.307.000

18.720.722.000

20.318.668.000

21.428.616.000

22.062.449.330

1.949.937.333

2.072.606.667

1.694.957.000

1.859.665.000

2.111.371.000

2.187.423.000

2.228.674.000

2.442.117.667

2.556.406.000

2.698.258.333

3.065.712.000

3.355.172.667

4.266.450.667

4.481.380.333

4.939.567.000

6.315.302.667

5.486.460.333

6.600.565.667

8.768.867.000

10.432.075.670

7.537.361.333

7.849.160.333

9.498.035.333

9.104.769.000

9.089.066.667

8.135.400.000

7.161.966.667

7.601.900.000

8.191.000.000

8.447.966.667

8.186.383.333

8.217.983.333

10.599.316.670

8.363.833.333

8.489.100.000

8.494.200.000

9.136.866.667

10.484.466.670

10.228.166.670

10.216.300.000

13,162

12,690

12,098

12,371

12,641

12,643

12,700

12,701

12,671

12,344

11,381

11,292

11,646

11,913

11,644

11,667

13,322

13,545

12,425

12,779


(4)

Lampiran 2

Hasil Regresi Linier

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 05/12/10 Time: 00:03 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4552740. 8298808. 0.548602 0.5909

X1 1.090375 0.201112 5.421724 0.0001

X2 0.248925 0.488074 0.510015 0.6170

X3 352188.5 606954.3 0.580255 0.5698

R-squared 0.778588 Mean dependent var 15427062

Adjusted R-squared 0.737073 S.D. dependent var 3255826. S.E. of regression 1669469. Akaike info criterion 31.67077 Sum squared resid 4.46E+13 Schwarz criterion 31.86991 Log likelihood -312.7077 Hannan-Quinn criter. 31.70964

F-statistic 18.75451 Durbin-Watson stat 0.509317

Prob(F-statistic) 0.000017

Lampiran 3

Uji Multikolinearitas

Tabungan

Mudharabah

(X1) terhadap Deposito

Mudharabah

(X2) dan

Tingkat Bagi Hasil (X3)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 05/10/10 Time: 11:34 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -10824245 9657666. -1.120793 0.2780

X2 1.529473 0.456999 3.346777 0.0038

X3 114233.6 731444.9 0.156175 0.8777

R-squared 0.400351 Mean dependent var 3975649.

Adjusted R-squared 0.329804 S.D. dependent var 2459316. S.E. of regression 2013331. Akaike info criterion 32.00596 Sum squared resid 6.89E+13 Schwarz criterion 32.15532 Log likelihood -317.0596 Hannan-Quinn criter. 32.03512


(5)

Depodito

Mudharabah

(X2) terhadap Tabungan

Mudharabah

(X1) dan

Tingkat Bahi Hasil (X3)

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 05/10/10 Time: 11:34 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7269380. 3727991. 1.949946 0.0679

X1 0.259686 0.077593 3.346777 0.0038

X3 36331.34 301481.6 0.120509 0.9055

R-squared 0.400003 Mean dependent var 8751662.

Adjusted R-squared 0.329415 S.D. dependent var 1013075. S.E. of regression 829599.7 Akaike info criterion 30.23276 Sum squared resid 1.17E+13 Schwarz criterion 30.38212 Log likelihood -299.3276 Hannan-Quinn criter. 30.26191

F-statistic 5.666741 Durbin-Watson stat 1.579702

Prob(F-statistic) 0.013010

Tingkat Bagi Hasil (X3) terhadap Tabungan

Mudharabah

(X1) dan Deposito

Mudharabah

(X2)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 05/10/10 Time: 11:35 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.12673 1.531817 7.916562 0.0000

X1 1.25E-08 8.03E-08 0.156175 0.8777

X2 2.35E-08 1.95E-07 0.120509 0.9055

R-squared 0.006105 Mean dependent var 12.38219

Adjusted R-squared -0.110824 S.D. dependent var 0.632958 S.E. of regression 0.667111 Akaike info criterion 2.165759 Sum squared resid 7.565623 Schwarz criterion 2.315119 Log likelihood -18.65759 Hannan-Quinn criter. 2.194916

F-statistic 0.052209 Durbin-Watson stat 0.826872


(6)

Lampiran 4

Uji Autikorelasi

LM-Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.687397 Prob. F(2,14) 0.1029

Obs*R-squared 5.548233 Prob. Chi-Square(2) 0.0624

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/13/10 Time: 12:48 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1574485. 8044477. -0.195723 0.8476

X1 -0.070221 0.206833 -0.339506 0.7393

X2 0.041665 0.500451 0.083256 0.9348

X3 118270.1 560466.2 0.211021 0.8359

RESID(-1) 0.558917 0.275885 2.025902 0.0623

RESID(-2) -0.032216 0.312061 -0.103236 0.9192

R-squared 0.277412 Mean dependent var -8.56E-10

Adjusted R-squared 0.019344 S.D. dependent var 1532010. S.E. of regression 1517120. Akaike info criterion 31.54585 Sum squared resid 3.22E+13 Schwarz criterion 31.84457 Log likelihood -309.4585 Hannan-Quinn criter. 31.60416

F-statistic 1.074959 Durbin-Watson stat 1.342391