tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, stabilitas, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.
a. Granulasi Basah
Adalah memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah
yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya
untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah
membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu, kemudian massa basah tersebut digranulasi. Contoh
tablet dengan teknik granulasi basah yaitu tablet vitamin C asam askorbat. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode
ini dapat dibagi sebagai berikut: 1
Penimbangan dan pencampuran 2
Pembuatan granulasi basah 3
Pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul 4
Pengeringan granul 5
Pengayakan kering 6
Penambahan lubrikan atau pelincir 7
Pencetakan tablet
b. Granulasi Kering
Proses ini disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula granul.
Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif agar massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya
untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau suhu tinggi.
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan sama seperti pada metode granulasi basah, serbuk di ”slugged” atau dikompresi menjadi tablet yang lebar
dan datar dengan diameter sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk berceceran. Tablet kempaan ini
dihancurkan dengan tangan atau alat dan diayak, kemudian ditambahkan pelincir lalu dikempa menjadi tablet. Contoh tablet dengan teknik granulasi kering antara
lain tablet alupurinol.
c. Kompresi Langsung
Adalah pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah alirannya baik, kompresibilitasnya
baik, bentuknya kristal. Contoh tablet dengan teknik kempa langsung yaitu tablet asetaminofen.
Universitas Sumatera Utara
6.3 STUDI PRAFORMULASI 6.3.1 Spesifikasi Zat Aktif
a. Klordiazepoksida
Rumus molekul : C
16
H
14
ClN
3
O Bobot molekul : 299,76
Klordiazepoksida mengandung tidak kurang dari 99,0 dan tidak lebih dari 101,0 C
16
H
14
ClN
3
O, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian: Serbuk hablur; kuning; tidak berbau; peka terhadap cahaya
matahari Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam kloroform P dan
dalam etanol 95P Susut pengeringan: tidak lebih dari 0,3; pengeringan dilakukan pada suhu
105 selama 3 jam
Stabilitas penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Indikasi: derivat benzodiazepin digunakan untuk menimbulkan sedasi,
menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang berhubungan dengan rasa cemas, hipnotik, antikonvulsi, dan pelemas otot.
Farmakologi: Klordiazepoksid merupakan prototype derivat benzodiazepine yang digunakan secara meluas sebagai antiansietas.
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme kerja: Merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediatornya.
Dosis: tersedia sebagai tablet 5 dan 10 mg. Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap klordiazepoksid.
Efek samping: Mual, nyeri kepala, gangguan fungsi seksual, dan vertigo.
b. Thyamin Hidroklorida Vitamin B