BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Secara umum, Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB baik dari aspek
manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu,
penanganan keluhan terhadap produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
2. Apoteker dalam industri farmasi berperan sebagai manajer produksi dan smanajer pengawasan mutu sesuai dengan SK Menkes
No.245MenkesSKV1990.
5.2 Saran
1. Sebaiknya sistem HVAC di ruang produksi obat-obat golongan non
betalaktam dioperasikan secara maksimal. 2.
Sebaiknya penyimpanan barang di instalasi penyimpanan disusun secara alfabetis dan gudang obat jadi sebaiknya disediakan.
3. Sebaiknya higiene karyawan diterapkan secara optimal dan terdapat
ruangan khusus untuk pengeringan pakaian karyawan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI TUGAS KHUSUS
STUDI PRAFORMULASI TABLET KLORDIAZEPOKSID DENGAN VITAMIN B
1
, B
6
, DAN B
12
6.1 PENDAHULUAN
6.1.1 Latar Belakang
Defisiensi vitamin neurotropik seperti vitamin B
1
, B
6
dan B
12
dapat mengakibatkan pegal, capek, keram dan kesemutan. Vitamin neurotropik juga
diindikasikan untuk polineuritis degenerasi saraf-saraf tepi secara serentak dan simetris, astenia lemahtidak bertenaga, dan paresis kelumpuhan ringan pada
wajah. Klordiazepoksid merupakan prototype derivat benzodiazepine yang
digunakan secara meluas sebagai antiansietas. Derivat benzodiazepin digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik
yang berhubungan dengan rasa cemas, hipnotik, antikonvulsi, dan pelemas otot. Pada proses pembuatan tablet selain bahan aktif juga dibutuhkan beberapa
bahan tambahan seperti zat pengisi, zat penghancur, zat pengikat, zat pelicin, atau zat lain yang cocok. Pengembangan formulasi obat menjadi penting untuk
keperluan manufacturing sehingga dapat menghasilkan obat yang bermutu, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai tujuan penggunaannya.
6.1.2 Tujuan
Menyusun formula tablet yang mengandung vitamin B
1
, B
6
, dan B
12
yang dikombinasikan dengan klordiazepoksid.
Universitas Sumatera Utara
6.2 TINJAUAN UMUM 6.2.1 Definisi Tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler,
kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu atau jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tablet
adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
6.2.2 Komposisi Umum Sediaan Tablet
Secara umum, tablet memiliki komposisi sebagai berikut: 1.
Zat aktif, dimana zat aktif dapat terdiri dari satu atau lebih komponen. 2.
Pengisi Pengisi adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang
ditujukan untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan. Contoh: laktosa, avicel, sukrosa, dekstrosa, manitol, starch 1500.
3. Pengikat
Pengikat bertanggung jawab untuk menjaga kekompakan dan daya tahan tablet. Bahan pengikat berperan dalam penyatuan bersama dari
partikel serbuk dalam sebutir granul. Contoh: amilum, starch 1500, gum, gelatin.
4. Lubrikan Pelincir
Universitas Sumatera Utara
Fungsinya untuk menghilangkan gesekan atau friksi saat pengempaan dan penarikan tablet keluar cetakan. Semakin kecil ukuran granul, semakin
banyak lubrikan yang dibutuhkan. Lubrikan akan membentuk lapisan di sekitar granul, sehingga dapat mengurangi kerusakan setelah ditempa.
Contoh: Mg-lauril sulfat, Mg-stearat, talk, sodium lauril sulfat. 5.
Glidant Bahan Pelicin Digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan
mengurangi gesekan antar partikel. Contoh: talkum, corn starch, aerosil.
6. Desintegrant Penghancur
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan, dapat berfungsi
menarik air ke dalam tablet, mengembang, dan menyebabkan tablet pecah. Contoh: Avicel
®
, primogel, CMC 7.
Zat pewarna Gunanya adalah untuk menutupi warna tablet yang kurang baik,
memudahkan identifikasi hasil produksi, dan membuat suatu produk tampak lebih menarik.
Contoh: zat warna FDC
6.2.3 Metode Pembuatan Tablet
Sediaan tablet dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan
tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat
Universitas Sumatera Utara
tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, stabilitas, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.
a. Granulasi Basah
Adalah memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah
yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya
untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah
membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu, kemudian massa basah tersebut digranulasi. Contoh
tablet dengan teknik granulasi basah yaitu tablet vitamin C asam askorbat. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode
ini dapat dibagi sebagai berikut: 1
Penimbangan dan pencampuran 2
Pembuatan granulasi basah 3
Pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul 4
Pengeringan granul 5
Pengayakan kering 6
Penambahan lubrikan atau pelincir 7
Pencetakan tablet
b. Granulasi Kering