2. Butirnya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah hancur oleh pengaruh cuaca, sehingga beton yang dihasilkan juga tahan terhadap
pengaruh cuaca.
3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 4 dari berat kering pasir, lumpur yang ada akan menghalangi ikatan antara pasir dan pasta semen, jika
konsentrasi lumpur tinggi maka beton yang dihasilkan akan berkualitas rendah. Bila terdapat lumpur terlalu banyak, maka pasir tersebut harus diuji
terlebih dahulu.
4. Pasir tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak. Ir. Sutami, 1971
Pasir juga harus berupa bahan yang tahan lama, seperti kwarsa, batu kapur belah, atau basalt yang mempunyai kekuatan yang lebih tinggi daripada beton. Bila
tidak, bahan dapat patah pada agregat meski campuran semennya sempurna. Peraturan beton juga mencantumkan mutu agregat, sebagai contoh : ASTM – C88.
Lawrence H, 1985
2.5 Air
Beton mortar menjadi keras karena adanya reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu air yang dipakai untuk mencampur kadang mengubah sifat semen. maka perlu
diperiksa terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak.
Air juga digunakan untuk pelumas antara butiran dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air dalam campuran beton menyebabkan terjadinya proses
hidrasi dengan semen. Jumlah air yang berlebihan akan menurunkan kekuatan beton. Namun air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi yang tidak merata.
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan
mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan
menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan merupakan yang lemah.
Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap : 1. Sifat workability adukan beton.
2. Besar kecilnya nilai susut beton 3. Kelansungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan dan kekuatan
selang beberapa waktu. 4. Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.
Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-lain, tetapi
tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat sebagai air minum.
Penggunaan air untuk beton sebaiknya air memenuhi persyaratan sebagai berikut ini : 1. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik
dan sebaginya lebih dari 15 gram per liter. 2. Tidak mengandung klorida Cl lebih dari 1 gram per liter.
3. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter 4. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi : a Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama b Hasil pengujian pada umur 7 dan 12 hari pada kubus uji mortar
yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminumus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90 dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kuat tekan tersebut harus dilakukan pada adukan
serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis menggunakan specimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm”
Kardiyono Tjokrodimulyo, 1998
Tabel 2.4 Batas dan izin untuk campuran beton bahan dan praktek
beton,1999
Batas yang diizinkan PH
4,5 – 8,5 Bahan Padat
2.000 ppm Bahan Terlarut
2.000 ppm Bahan Organik
2.000 ppm Minyak
2 berat semen Sulfat SO
3
10.000 ppm Chlor Cl
10.000 ppm
Sumber : http:www.tekmira.esdm.go.idasetpozolanindexasp
Gambar 2. Grafik perbandingan kuat tekan semen dengan standard SII terhadap umur perendaman
Waktu perendaman hari
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat