Survei Korelasi Populasi Sitophylus oryzae Linn.(Coleoptera: Curculionidae) Dengan beberapa Faktor Gudang Penyimpanan Beras di Bulog Medan Dan Sekitarnya

(1)

KORELASI POPULASI Sitophylus oryzae

Linn.(Coleoptera:Curculionidae) DENGAN BEBERAPA FAKTOR

PENYIMPANAN BERAS BULOG DI MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

PULUNGAN SIBUEA

050302045/HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KORELASI POPULASI Sitophylus oryzae

Linn.(Coleoptera:Curculionidae) DENGAN BEBERAPA FAKTOR

PENYIMPANAN BERAS BULOG DI MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

PULUNGAN SIBUEA

050302045/HPT

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Praktek Penelitian Di Departemen Hama Dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS

Ketua Anggota

Ir. Marheni, MP

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRACT

Pulungan Sibuea "Correlation Population Survey Sitophylus oryzae Linn. (Coleoptera: Curculionidae) With several factors Warehouse Storage Bulog Rice in Medan and its surroundings" under the guidance of Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS as chairman of the commission supervising and Ir. Marheni, MP as a member of the supervising committee. Research carried out in several rice warehouses in Medan and surrounding BULOG in June to August 2010. This study aimed to know To know the relationship between pest population Sitophylus oryzae by several related factors (water content, shelf life, moisture, temperature and physical condition of warehouse) and To know the application of pest penendalian S.oryzae.di rice storage warehouse. The survey was conducted by using Spearman correlation coefficient. The results showed that the factor of water content (X1) is not significant to the development of populations of S. oryazae (Y), Factor shelf life of rice (X2) significantly influence the population development of S. oryzae, factor (Rh), humidity (X3) significantly influence the population development of S. oryzae, the physical condition of warehouse Factor (X4) is not significant to the development of populations of S. oryzae (Y), attack percentage (X5), no significant effect on population growth S.oryzae (Y), the temperature factor (X6) significantly influence the population development of S. oryzae.


(4)

ABSTRAK

Pulungan sibuea “Survei Korelasi Populasi Sitophylus oryzae Linn.(Coleoptera: Curculionidae) Dengan beberapa Faktor Gudang

Penyimpanan Beras di Bulog Medan Dan Sekitarnya” di bawah bimbingan Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Marheni, MP selaku anggota komisi pembimbing. Penelitian dilaksanakan di beberapa gudang penyimpanan beras BULOG di Medan dan sekitarnya pada bulan Juni sampai Agustus 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui hubungan populasi hama Sitophylus oryzae dengan beberapa faktor terkait (kadar air, umur simpan, kelembaban, suhu,dan kondisi fisik gudang) dan Untuk mengetahui penerapan penendalian hama S.oryzae.di gudang penyimpanan beras. Survei dilakukan dengan menggunakan metode koefisien korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor kadar air (X1) tidak signifikan terhadap perkembangan populasi S. oryazae (Y), Faktor umur simpan beras (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan populasi S. oryzae, Faktor (Rh) kelembaban (X3) berpengaruh secara signifikan

terhadap perkembangan populasi S. oryzae, Faktor kondisi fisik gudang (X4) tidak signifikan

terhadap perkembangan populasi S. oryzae (Y), Persentase serangan (X5) tidak signifikan terhadap perkembangan populasi S.oryzae (Y), Faktor suhu (X6) berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan populasi S. oryzae.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Pulungan Sibuea, lahir pada tanggal 15 Juli 1987 di Lumban Sibuea dari ayah Phylemon Sibuea, dan ibu Penni Sitorus. Penulis merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut:

• Lulus dari sekolah dasar Negeri No.173643 Porsea. Toba Samosir, pada tahun 1999

• Lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Porsea pada tahun 2002

• Lulus dari Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Porsea pada tahun 2005

• Pada tahun 2005 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan,

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan.

Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasisawaan yaitu IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman). Penulis pernah mengikuti seminar “Peranan Pertanian dalam Pembangunan Sumatera Utara”. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL ) di PTPN 3 Bangun, Kabupaten Simalungun pada tahun 2009.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Judul dari skripsi ini adalah “Korelasi Populasi Sitophylus oryzae Linn. (Coleoptera:

Curculionidae) Dengan Beberapa Faktor Penyimpanan Beras Bulog di Medan” yang bertujuan sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS selaku Ketua, dan Ir. Marheni, MP selaku Anggota yang telah memberi saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada ayahanda dan ibunda, abang, adik, sobat-sobatku, teman-teman HPT`05 dan Thuken-Zhu pertanian yang telah memberikan doa dan perhatian kepada penulis. Dan tak lupa juga terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kuliah, penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2010

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Hipotesa Penelitian ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi S. oryzae ... 7

Gejala Serangan ... 10

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Populasi Hama S. Oryzae ... 12

Faktor Makan ... 12

Faktor Kelambaban dan Suhu ... 13

Faktor Kadar Air ... 15

Kondisi Fisik Gudang ... 15

Teknik Pengendalian Yang Dilakukan ... 17

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Populasi dan Sampel ... 19

Pengumpulan Data... 20

Metode Analisa Data ... 21


(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Hama S. Oryzae Pada Tiap-tiap Sampel ... 26 Korelasi Antara Faktor X (X1, X2, X3, X4, X5, dan X6) dengan

faktor Y( populasi S. oryzae) ... 33 Pengendalian Hama Terpadu (PHT) ... 35 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 37 Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

Tabel 1. Populasi S.oryzae pada tiap-tiap sampel……….. 25

Tabel 2. Kadar air yang diperoleh dari tiap-tiap sampel... 26

Tabel 3. Umur simpan yang diperoleh dari tiap-tiap sampel... 27

Tabel 4. Kelembaban yang diperoleh dari tiap-tiap sampel……….. 28

Tabel 5. Suhu yang diperoleh dari tiap-tiap sampel……….. 28

Tabel 6. Persentase serangan pada tiap-tiap sampel……….. 29

Tabel 7. Kondisi fisik tiap-tiap gudang……….. 29


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Hal

1. Telur S. oryzae ... 8

2. Larva S. oryzae ... 8

3. Pupa S. oryzae ... 9

4. Imago S. oryzae ... 9

5. Siklus Hidup S. oryzae... 10

6. Gejala Serangan S. oryzae ... 11

7. Histogram Populasi S. oryzae Pada Tiap-tiap Sampel ... 26

8. Histogram Korelasi Populasi S. oryzae Pada Tiap-tiap Sampel dengan Kadar Air ... 30

9. Histogram Korelasi Populasi S. oryzae Pada Tiap-tiap Sampel dengan Umur Simpan... 31

10. Histogram Korelasi Populasi S. oryzae Pada Tiap-tiap Sampel dengan Kelembaban (RH) ... 31

11. Histogram Korelasi Populasi S. oryzae Pada Tiap-tiap Sampel dengan Suhu ... 32

12. Histogram Korelasi S. oryzae Pada Tiap-tiap Sampel dengan Persentase Serangan ... 32

13. Histogram Korelasi Populasi S. oryzae Pada Tiap-tiap Sampel dengan Kondisi Fisik Gudang ... 32


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Hal

Lampiran 1. Analisis rank X1 dengan Y ... 43

Lampiran 2. Analisis rank X2 dengan Y ... 44

Lampiran 3 Analisis rank X3 dengan Y ... 45

Lampiran 4. Analisis rank X4 dengan Y ... 46

Lampiran 5. Analisis rank X5 dengan Y ... 47

Lampiran 6. Analisis rank X6 dengan Y ... 48


(12)

ABSTRACT

Pulungan Sibuea "Correlation Population Survey Sitophylus oryzae Linn. (Coleoptera: Curculionidae) With several factors Warehouse Storage Bulog Rice in Medan and its surroundings" under the guidance of Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS as chairman of the commission supervising and Ir. Marheni, MP as a member of the supervising committee. Research carried out in several rice warehouses in Medan and surrounding BULOG in June to August 2010. This study aimed to know To know the relationship between pest population Sitophylus oryzae by several related factors (water content, shelf life, moisture, temperature and physical condition of warehouse) and To know the application of pest penendalian S.oryzae.di rice storage warehouse. The survey was conducted by using Spearman correlation coefficient. The results showed that the factor of water content (X1) is not significant to the development of populations of S. oryazae (Y), Factor shelf life of rice (X2) significantly influence the population development of S. oryzae, factor (Rh), humidity (X3) significantly influence the population development of S. oryzae, the physical condition of warehouse Factor (X4) is not significant to the development of populations of S. oryzae (Y), attack percentage (X5), no significant effect on population growth S.oryzae (Y), the temperature factor (X6) significantly influence the population development of S. oryzae.


(13)

ABSTRAK

Pulungan sibuea “Survei Korelasi Populasi Sitophylus oryzae Linn.(Coleoptera: Curculionidae) Dengan beberapa Faktor Gudang

Penyimpanan Beras di Bulog Medan Dan Sekitarnya” di bawah bimbingan Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Marheni, MP selaku anggota komisi pembimbing. Penelitian dilaksanakan di beberapa gudang penyimpanan beras BULOG di Medan dan sekitarnya pada bulan Juni sampai Agustus 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui hubungan populasi hama Sitophylus oryzae dengan beberapa faktor terkait (kadar air, umur simpan, kelembaban, suhu,dan kondisi fisik gudang) dan Untuk mengetahui penerapan penendalian hama S.oryzae.di gudang penyimpanan beras. Survei dilakukan dengan menggunakan metode koefisien korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor kadar air (X1) tidak signifikan terhadap perkembangan populasi S. oryazae (Y), Faktor umur simpan beras (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan populasi S. oryzae, Faktor (Rh) kelembaban (X3) berpengaruh secara signifikan

terhadap perkembangan populasi S. oryzae, Faktor kondisi fisik gudang (X4) tidak signifikan

terhadap perkembangan populasi S. oryzae (Y), Persentase serangan (X5) tidak signifikan terhadap perkembangan populasi S.oryzae (Y), Faktor suhu (X6) berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan populasi S. oryzae.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan salah satu padi-padian paling penting di dunia untuk dikonsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja, Cina, Indonesia, Korea, Laos, Filiphina, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam, beras merupakan pangan pokok. Sebanyak 75% masukan kalori harian masyarakat di nagara-negara Asia tersebut berasal dari beras. Lebih dari 50% penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber kalori utama (Haryadi, 2006).

Kehilangan hasil pada tahapan pascapanen dapat diakibatkan olehbanyak faktor, tetapi faktor hama adalah yang utama.Di negara berkembang termasuk di indonesia kerusakan bahan hasil pertanian diperkirakan rata-rata mencapai 25-50 % dari total produksi.Dinegara maju, kerusakan yang terjadi berkisar antara 5-15 %.(Sitinjak,1986)

Pada setiap tahap dalam kegiatan pascapanen dapat terjadi susut pada komoditas yang besarnya beragam tergantung pada baik buruknya sistem pascapanen yang diterapkan. Namun

susut akibat serangan organisme perusak terbesar terjadi di tempat

penyimpanan.(Soekarna,1982)

Menurut FAO, kehilangan hasil panen di negara-negara berkembang berkisar antara 10-13%, diantaranya berkisar 5% oleh berbagai jenis hama gudang seperti serangga, tikus, tungau, burung, dan jasad renik. Bulog memperkirakan susut bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8% waktu panen, 5% waktu pengangkutan, 2% waktu pengeringan, 5% waktu penggilingan, dan 5% waktu penyimpanan (Widjono dkk, 1982).


(15)

Penyimpanan beras dan bahan pangan lain, merupakan salah satu mata rantai kegiatan pasca panen sebelum komuditas di distribusikan. Kehilangan komunitas berupa menurunnya mutu, bertambahnya kadar air, kotoran benda asing, kerusakan

bentuk, warna, bau, rasa, dan kehilangan kualitas berupa penyusutan berat harus diperhatikan selama penyimpanan (Sitinjak, 1986).

Bahan-bahan (produk pertanian) yang disimpan didalam gudang terbuka ataupun tertutup, menurut hasil penelitian tetap akan memperoleh gangguan berupa hama, tetapi :

a. Gangguan hama terhadap bahan-bahan yang ada digudang tertutup biasanya lebih sedikit

jika dibandingkan dengan bahan yang disimpan digudang terbuka.

b. Cara pengendalian dan pemberantasan hama yang ada digudang tertutup lebih mudah dan

lebih meyakinkan jika dibandingkan dengan bahan-bahan yang masih ada digudang terbuka (Kartasapoetra, 1991).

Serangga yang banyak merusak hasil pertanian terutama dari jenis kumbang Coleoptera. Bentuk serangga dewasa umumnya mempunyai sayap dan berkebang biak dengan cara bertelur. Siklus hidupnya melampaui beberapa fase kehidupan mulai dari telur, ulat (larva/jentik), kepompong (pupa) dan selanjutnya menjadi serangga dewasa. Kumbang dewasa dan bentuk ulatnya sangat aktif merusak bahan simpan (Heri dan Asih, 1995).

Di indonesia telah diidentifikasi sekitar 20 jenis serangga yang terdapat pada bahan pangan yang disimpan di gudang, namun hanya sebagian yang penting. Beberapa serangga seperti kupu-kupu gabah ( Sitotroga cerealella ), kumbang beras

( S.oryzae ), dan kumbang jagung ( S.zeamays ) sudah dapat menyerang padi atau jagung di lapang untuk kemudian berkembang biak di gudang (Widjono dkk, 1982).


(16)

Hama merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan pada hasil pertanian baik dilapangan maupun ditempat penyimpanan. Kerugian akibat serangga hama dan penyakit di Indonesia diperkirakan rata-rata setiap tahun 15-20% dari potensi produksi pertanian total (Untung, 1993).

Kumbang bubuk beras yang juga biasa disebut kumbang penggerek beras. Kumbang ini merupakan hama utama pada beras yang disimpan. Serangannya ditandai dengan butir beras berlubang-lubang atau menjadi tepung karena gerekan kumbang. Akibat hama ini beras dapat kehilangan berat hingga mencapai 23% setelah disimpan beberapa bulan (Heri dan Asih, 1995).

Kumbang beras merupakan salah satu hama penting dalam gudang beras. Selama

perkembangan dari telur sampai imago dapat menurunkan produksi sampai 20% dalam waktu 5 minggu (Pracaya, 1991).

Faktor yang menentukan derajat kerusakan beras oleh kumbang beras dalam masa penyimpanan antara lain oleh pengaruh populasi, kadar air beras, kelembaban, kondisi fisik gudang, suhu, varietas asal beras, serta lama penyimpanan beras (Soekarna, 1982).

Selama penyimpanan beras mengalami penyusutan baik kwalitas maupun kwantitas yang disebabkan antara lain faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah gangguan hama beras di tempat penyimpanan. Organisme penggangu utama adalah

serangga menyusul kemudian cendawan, tikus dan burung. Sedangkan faktor fisik antra lain adalah derajat sosoh (Kusmayadi,1997).

Secara alami kecenderungan hama dalam memilih makanan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor tersebut antara lain jenis dan kerusakan bahan simpan, nilai gizinya, kadar airnya, warna dan tingkat kekerasan kulit (Saenong dan Hipi, 2005).


(17)

Hama – hama tanaman banyak yang melakukan kegiatannya pada malam hari, kupu – kupu banyak pula meletakkan telurnya pada malam haroi, gerakan larva demikian pula dan selalu berlindung ditempat yang gelap atau banyak ditutupi daun – daunan. Ini menandakan bahwa hama tersebut pandai memenfaatkan waktu serta cahaya yang gelap agar aman bagi dirinya dalam melancarkan segala kegiatan pengerusakannya. Hama – ham gudang terutama pada saat melakukan kopulasi atau perkawinan dan meletakkan telurnya banyak yang menyukai keadaan atau tempat yang gelap, demikian pula dalam kegiatan merusaknya (Kartasapoetra, 1991).

Pemakaian perangkap cahaya merupakan metode yang cukup efektif bagi pengendalian hama serangga, selain alatnya mudah dibuat juga tidak mahal. Alatnya hanya berupa lampu petromak atau lentera (juga boleh ditambah dengan plastik yang telah dilumuri dengan minyak makan) yang diletakkan dalam areal pertanian. Biasanya digunakan untuk memantau populasi hama dan sekaligus untuk mengendalikan hama pemakan daun (Soemarno, 2007).

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan populasi hama Sitophylus oryzae dengan beberapa faktor

terkait(kadar air, umur simpan, kelembaban, suhu,dan kondisi fisik gudang)


(18)

Hipotesa Penelitian

• Populasi kumbang bubuk beras S.oryzae berhubungan secara signifikan dengan

kadar air (Ka)

• Populasi kumbang bubuk beras S.oryzae berhubungan secara signifikan dengan

lama penyimpanan(umur simpan)

• Populasi kumbang bubuk beras S.oryzae berhubungan secara signifikan dengan

kelembaban(RH)

• Populasi kumbang bubuk beras S.oryzae berhubungan secara signifikan dengan

suhu

• Populasi kumbang bubuk beras S.oryzae berhubungan secara signifikan dengan

kondisi fisik gudang.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen Hama dan

Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae

Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Coleoptera

Family : Curculionidae

Genus : Sitophylus

Species : Sitophylus oryzae L.

Telur berbentuk oval, berwarna kuning, lunak dan licin, bentuk ujungnya agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan lebih dahulu membuat lubang menggunakan rostumnya. Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak kelihatan. Gelatin ini berfungsi melindungi telur dari kerusakan dan dimangsa oleh predator lainnya (Natawigena, 1975). Stadium telur 3 hari pada suhu 20-25ºC. Dalam satu hari seekor betina dapat bertelur sampai 25 butir, tetapi rata-rata tiap hari sebanyak 4 butir.

Banyak telur yang diletakkan tiap ekor betina maksimum 575 butir (Rukmana dan Saputra, 1995).


(20)

Gambar 1. Telur Sitophylus sp.

Larva hidup dalam butiran, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala kekuning-kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Pada instar terakhir panjang larva lebih kurang 3 mm. Pada umumnya bentuk badan disesuiakan dengan ukuran makanan tempat larva itu tinggal. Setelah masa pembentukan instar selesai, larva akan membentuk kokon dengan mengeluarkan ekskresi cairan kedinding endosperm agar dindingnya licin dan membentuk tekstur yang kuat (Pracaya, 1991). Larva dapat mengkonsumsi 25% berat bagian dalam bijian. Stadia larva 3-4 minggu (Marbun dan Yuswani, 1991).

Gambar 2. Larva Sitophylus sp.

Pembentukan pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa dengan mengekskesikan cairan pada dinding liang gerek. Stadium pupa berkisar antara 5-8 hari. Imago


(21)

yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari, sebelum membuat lubang keluar yang relatif besar dengan moncongnya (Tandiabang dkk, 2009).

Gambar 3. Pupa Sitophylus sp.

Imago dapat hidup cukup lama, tanpa makan selama 36 hari, dengan makan umurnya mencapai 3-5 bulan. Imago betina dapat menghasilkan telur sekitar 300-400 butir selama satu

siklus hidupnya (Anonimus, 2008a).

Gambar 4. Imago Sitophylus sp.

Siklus hidup hama selama 30-45 hari pada kondisi optimum yaitu pada suhu 29ºC, kadar air biji 14% dan pada kelembapan 70%. Imago dapat hidup cukup lama

tanpa makan sekitar 36 hari, dengan makanan umurnya mencapai 3-5 bulan bahkan 1 tahun. Keperidian imago betina sekitar 300-400 butir telur (Sitepu dkk, 2004).


(22)

Gambar 5. Siklus hidup Sitophylus sp. (a. Telur, b. Larva, c. Pupa, d. Imago)

Gejala Serangan

Sitophylus sp. dikenal sebagai kumbang bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kumbang ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Kumbang bersifat polifa bubuk beras ini selain merusak butiran beras, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan


(23)

Gambar 6. Gejala serangan S. oryzae (a. Imago S. oryzae, b. Gejala serangan)

Kerusakan yang diakibatkan oleh kumbang bubuk beras dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijan hancur dan berdebu,dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur,sehingga produk beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikomsumsi (Kalshoven,1981).

Akibat dari serangan kumbang bubuk beras menyebapkan bitir – butir beras menjadi borlubang kecil – kecil, sehingga mengakibatkan beras menjadi mudah pecah dan remuk menjadi tepung. Hal ini sering kita temukan pada butiran beras yang terserang, dalam keadaan rusak dan bercampur tepung dipersatukan oleh air liur larva sehingga kualitas beras menjadi rusak sama sekali (Kartasapoetra,1991).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Populasi Hama Sitophylus sp

1. Faktor Makanan

Preferensi sejenis serangga terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi dan adaptasi struktur (Sitepu

a


(24)

dkk, 2004). Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan bentuk materialnya (Kartasapoetra, 1991).

Sudah merupakan hukum alam walaupun semua faktor lingkungan cukup baik bagi kehidupan sarangga, pada akhirnya kehidupan dan perkembangan serangga ditentukan oleh ada tidaknya faktor makanan.Syarat agar makanan dapat memberikan pengaruh yang baik adalah tersedianya makanan dalam jumlah yang cukup dan cocok untuk pertumbuhan serangga (Mangundihardjo, 1978).

Makanan yang cukup sangat diperlukan pada tingkat hidup yang aktif, terutama sejak penetasan telur berlanjut pada stadium larva dan kadang-kadang pada tingkat setelah menjadi imago (Kartasapoetra, 1991).

Kumbang bubuk beras menyukai biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung. Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Marbun dan Yuswani, 1991).

Barker (1976) menjelaskan bahwa asam amino berperan penting dalam perkembangan kumbang bubuk beras. Larva dari serangga ini sering gagal untuk bertahan hidup (Survive) dalam bahan makanan dengan kandungan total asam amino 0.1%. dalam hal ini sangat sedikit aktifitas menggerek larva, dan larva akan mati pada instar pertama. Kandungan asam amino 3% menghasilkan 52% larva yang berhasil mencapai stadia pupa dan imago, walaupun laju/tingkat perkembangan lebih lambat dibandingkan dengan kandungan asam amino 5; 7,5 dan 10%.


(25)

Kandungan asam amino yang optimal adalah 7,5%. Sebaliknya, bila total asam amino meningkat menjadi 13% perkembangan larva secara nyata menjadi terhambat (Sitepu dkk, 2004).

2. Faktor Kelembaban dan Suhu

Pengaruh kelembaban terhadap perkembangan kumbang bubuk beras berbeda untuk

setiap stadium. Hasil percobaan Hutomo (1972) menunjukan bahwa pada kelembaban antara 30 – 70%, persentase kematian telur, larva dan serangga dewasa makin tinggi dengan makin rendahnya kelembapan. Kelembapan yang terlalu rendah, dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan terutama imago yaitu pada kelembapan 30, 40 dan 50% (Sitepu dkk, 2004).

Pengaruh kelembaban juga sama halnya dengan temperatur, temperatur yang baik akan sangat menentukan perkembangan serangga. Kelembaban yang optimum berada di sekitar 75% sedangkan batas kelembaban minimum dan maksimum masing-masing mendekati 0% dan 100% (Kartasapoetra, 1991).

Perkembangan optimum terjadi pada temperatur 30ºC dan kelembaban relatif 70%. Perkembangan pada umumnya bisa terjadi pada temperatur 17-34º C dan kelembaban relatif 15-100%. Apabila kelembaban melebihi 15% kumbang berkembang dengan cepat (Pracaya, 1991)

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan binatang yang bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik turunnya suhu lingkungannya. Sebagian besar serangga gudang hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45º C. Dibawah 10º C serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45º C mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas


(26)

15º C ke bawah, kegiatan serangga mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat lambat. Setiap spesies mempunyai suhu optimal dimana laju pertumbuhan populasi maksimum. Untuk kebanyakan serangga gudang di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar

25-35º C. Di bawah 20º C, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat berkurang (Sitepu dkk,

2004).

Aktifitas serangga dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimal bagi kebanyakan serangga

kebanyakan adalah 20O C. Situasi hibernasi umumnya dimulai pada suhu 15o C dan aestivasi

pada suhu 38 – 45o C pada suhu optimum. Kemampuan hama untuk menghasilkan amat besar

dan kematian hanya sedikit. Suhu efektifnya 26 – 29o C, bila melebihi dari 35o C kumbang

bubuk beras tidak dapat bertelur (Soetoyo dan Susilo, 1980).

3. Faktor kadar Air

Produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar airnya tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan dalam simpanan yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan hama gudang sekitar 8-10%

Kadar air yang berbeda menyebabkan perubahan biji akan berbeda pula. Biji yang berukuran cukup besar dan kulit luarnya cukup keras, untuk dapat mencapai kadar air di bawah 10-11% cukup sulit. Biji yang berukuran kecil dengan kulit permukaan yang relatif lunak umumnya dapat mencapai kadar air yang rendah atau di bawah10%(HeridanAsih, 1995).


(27)

4. Kondisi Fisik Gudang

Kondisi fisik gudang adalah merupakan faktor penting dalam penyimpanan komoditi pascapanen. Gudang yang baik adalah gudang yang memiliki kondisi yang baik.Syarat-syarat gudang yang baik harus di perhatikan seperti:

• Atap gudang

perlu diamati atap gudang terbuat dari jenis apa,apakah atap gudang mendukung pertumbuhan dan perkembangan hama tersebut.

• Dinding gudang

dinding gudang juga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan hama tersebut.Apabila dinding ada celah maka akan mempermudah masuknya hama pada komoditi simpanan di gudang.

• Adanya alas sebelum bahan simpan diletakkanjuga mempengaruhi perkembangan

hama kareena apabila bahan simpan langsung bersinggungan dengan lantai maka kelembaban akan meningkat.

• Ventilasi

Ventilasi juga berpengaruh pada bahan simpan karena semakin sedikit pentilasi maka tempat pertukaran udara akan semakin kecil dapat diartikan Ventilasi juga berpengaruh terhadap perkembangan populasi hama.

• Fasilitas MCK

Fasilitas MCK(mandi cuci kakus) harus tersedia di lingkungan dan selalu dalam keadaan bersih.

• Lampu penerangan


(28)

• Saluran Drainase

Aliran pada saluran drainase harus lancar dan berfungsi dengan baik.(Perum bulog 2009)

Teknik Pengendalian Yang Digunakan

Untuk mengatasi serangga hama gudang umumnya dilakukan pengendalian baik secara fisik maupun kimiawi. Secara fisik misalnya dengan pengeringan yang sempurna, hot water treatment, penggunaan sinar radio aktif dan lain-lain (Mangundiharjo, 1978).

Penanggulangan hama gudang bubuk beras ini dapat dilakukan dengan cara lain : penjemuran bahan-bahan yang terserang pada terik sinar matahari, pengaturan penyimpanan bahan dengan baik dan teratur pada tempat yang kering dan terawat dengan baik serta melakukan fumigasi (Kartasapotera,1991).

Cara pengendalian hama gudang lainnya dapat juga dengan modifikasi fisik tempat penyimpanan seperti menaikkan atau menurunkan suhu hingga tingkat dimana pertumbuhan serangga dapat dihambat (Syarief dan Halid, 1993).

Menurut Pracaya (1999) pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Kelembaban tempat penyimpanan beras diusahakan kurang dari 80% Kumbang bubuk

tak dapat hidup dalam kelembaban yang serendah itu

2. Gudang beras disemprot dengan melathiaon 12ppm atau fumigasi dengan methil

bromidae 10g/m3 selama 24jam


(29)

Pada prinsipnya kerusakan komoditas dalam penyimpanan dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu bahan yang disimpan, gudang tempat penyimpanan, lingkungan sekitar gudang dan perlakuan untuk mempertahankan kualitas beras serta interaksi antara keempat faktor tersebut. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah : kebersihan dan ketaraturan lingkungan penyimpanan, kelembapan ruangan (RH), kadar air dalam komoditi. Gudang yang kotor banyak

lekukan atau sampah dapat dijadikan tempat bersembunyinya kumbang bubuk beras. Semakin

lembab ruang penyimpanan semakin gampang terkena serangan kutu beras. Semakin tinggi

kadar air semakin mudah terserang kutu beras (Anonimus, 2007a).

Melakukan fumigasi dengan menggunakan obat-obatan seperti : Penggunaan Pyrenone Grain Protectant sebanyak 0,1% pada temperatur sekitar 23,5º C, ternyata setelah 9 hari semua bubuk yang merusak produk beras dalam simpanan akan mati (Kartasapoetra,1991)


(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di beberapa gudang penyimpanan beras BULOG di Medan dan sekitarnya dengan ketinggian ± 25 m dpl.Penelitian ini di mulai dari bulan Juni 2010 hingga bulan Agustus 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel beras dari tiap gudang Bulog yang telah ditentukan yaitu sebanyak 1 kg per sampel

Alat yang digunakan adalah timbangan, alat tulis dan plastik, test kadar air (cera tester), hygrometer (untuk mengukur kelembaban dan suhu)dan alat yang mendukung lainnya.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah hama yang ditemukan pada tiap-tiap sampel yang di ambil dari tiap gudang penyimpanan yang diteliti.Sampel yang diambil dari tiap gudang sama bobotnya yaitu sebanyak 1 kg .Jadi total sampel yang diambil untuk penelitian adalah 10 sampel.


(31)

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara langsung dilapangan yaitu sebagai berikut:

1. Pengambilan sampel beras

Pengambilan sampel beras dilakukan dari tiap gudang sebanyak 1 kg. Jumlah gudang yang akan diambil sampel yaitu sebanyak 10 unit gudang.Adapun metode yang digunakan dalam pengambilan sampel beras yaitu secara acak.Pertama ditetapkan 3 titik sampling pada sebuah gudang.sampling pertama diambil dari tengah tumpukan beras, sementara sampling kedua dan ketiga diambil dari atas dan dari bawah sampling pertama tersebut.Setiap sampel mempunyai bobot 1 kg.Sehingga jumlah keseluruhansampel beras yaitu sebanyak 10 kg.

2. Penghitungan kadar air(Ka)

Penghitungan kadar air dilakukan dengan cara memasukkan sampling kedalam ceratester(test kadar air) yaitu sebanyak 3 kali,dengan bobot 100 gram.Data yang di peroleh tersebut diambil rata-ratanya yang kemudian dijadikan sebagai data kadar air yang paling akurat.

3. Pengukuran suhu dan kelembaban

Kelembaban dan suhu di ukur dengan menggunakan hygrometer.Kelembaban dan suhu yang telah diukur dicatat untuk kemudian dilihat hubungan(korelasi nya dengan populasi hama)dengan menggunakan rumus yang dipakai yaitu koefisien korelasi Spearman

4. Pengumpulan data umur simpan beras

Data umur simpan beras sampel dapat diketahui dari petugas PHGT(pengendalian hama gudang terpadu),setelah data umur simpandi dapat kemudian dilihat hubungan nya dengan populasi hama yang ada pada tiap-tiap sampel.


(32)

5. Data kondisi fisik gudang

Untuk mengetahui data dari kodisi fisik gudang terlebih dahulu kita melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi fisik udang,diantaranya yaitu:atap, alas, dinding, ventilasi, saluran drainase,fasilitas MCK (mandi cuci kakus),dan lampu penerangan.Data yang diamati diklassifikasikan dengan 3 kategori yaitu: baik, kurang baik, dan tidak baik.

Masing-masing nilai dari kategori yang disebutkan diatas adalah sebagai berikut:

• Untuk kategori baik mempunyai nilai 3

• Untuk kategori kurang baik mempunyai nilai 2

• Untuk kategori tidak baik mempunyai nilai 1

6. Kategori tingkat serangan

Kategori tingkat serangan hama dalam sampel dapat dilihat sebagai berikut:

Jumlah imago tiap sampel Kategori tingkat serangan

0 Tidak ada serangan

1-2 Serangan ringan

3-5 Serangan sedang

6-10 Serangan berat

>10 Serangan sangat berat

Metoda Analisa Data

Untuk menganalisa data yang di peroleh, digunakan metode koefisien korelasi spearman.Metode ini berfungsi untuk mencari hubungan antara berbagai faktor dengan 2 variabel.Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain disebut sebagai variabel bebas(X).Sementara variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya disebut variabel tidak bebas(Y)


(33)

Hubungan ataupun korelasi antara variable X dan variable Y digunakan koefisian korelasi rank spearman yaitu sebagai berikut,

)

1

(

.

6

1

12

2

=

n

n

d

r

n i s

dimana:

rs = Korelasi

N = Jumlah kasus atau sampel

D = Selisih ranking antara variabel X dan Y untuk tiap subyek

1 & 6 = Angka constant

Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya).


(34)

Kriteria nilai korelasi (ρ) adalah:

0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

>0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah

>0,25 – 0,5 : Korelasi cukup

>0,5 – 0,75 : Korelasi kuat

>0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat

1 : Korelasi sempurna

(Sarwono, 2006).

Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan uji signifikan dengan uji statistik-t, sebagai berikut:

2 1 2 s s r n r t − − = Keterangan:

t = Nilai t hitung

s

r = Koefisien Korelasi

n = Jumlah sampel

(Adiningsih, 2001).

Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka dilakukan uji signifikan dengan uji statistik-t untuk tingkat signifikan = 0,5 (tingkat kepercayaan 95%), dengan ketentuan sebagai berikut:

hitung

t > ttabel atau thitung < −ttabel : Ha diterima dan Ho ditolak

hitung

t < ttabel atau thitung > −ttabel : Ho diterima dan Ha ditolak (Adiningsih, 2001).


(35)

Peubah Amatan

a. Populasi S. orizae (imago) yang terdapat pada masing-masing sampel.

b. hubungan(korelasi) persentase serangan dengan populasi hama.

Persentase serangan S. oryzae dihitung dengan rumus:

P =

b a

x 100 %

Keterangan :

P = Persentase serangan S. oryzae

a = Bobot beras yang terserang S. oryzae pada masing-masing sampel b = Bobot total per sampel

c. Hubungan (kolerasi) populasi S. oryzae dengan lama penyimpanan (umur simpan) d. Hubungan (kolerasi) populasi S. oryzae dengan kondisi fisik gudang penyimpanan e. Hubungan (korelasi) populasi S.oryzae dengan kelembaban gudang penyimpanan f. Hubungan (korelasi) populasi S.oryzae dengan kadar air beras(Ka)


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi hama S. oryzae pada tiap-tiap sampel

Pengamatan populasi imago S. oryzae yang diperoleh dari 10 gudang pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. populasi S. oryzae pada tiap-tiap sampel

Gudang

Populasi (Y)

(ekor)

1 5

2 4

3 2

4 0

5 3

6 7

7 4

8 3

9 5

10 6

Pada pengamatan tabel 1. Menunjukkan bahwa populasi S.oryzae tertinggi adalah pada gudang 6 (Gudang A Mabar) yaitu sebanyak 7 ekor, diikuti oleh gudang 10 (Gudang E Mabar) yaitu 6 ekor, gudang 1 (Gudang A Mustafa) dan gudang 9 (Gudang D Mabar) yaitu 5 ekor, gudang 2(Gudang B Mustafa) dan gudang 7 (Gudang B Mabar) yaitu 4 ekor, gudang 5 (Gudang B Labuhan Deli) dan gudang 8(Gudang C Mabar) yaitu 3 ekor, gudang 3 (Gudang C Mustafa) yaitu 2 ekor, dan yang terendah gudang 4 (Gudang A Labuhan Deli) yaitu 0. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kondisi lingkungan pada masing-masing gudang yang diamati.

Berikut ini merupakan histogram untuk data populasi S. oryzae pada masing-masing sampel gudang :


(37)

Gambar 7. Histogram Populasi S. oryzae pada tiap-tiap sampel

Pengamatan keadaan lingkungan pada gudang masing-masing yaitu kadar air pada pernelitian sebagai berikut:

Tabel 2. kadar air yang diperoleh dari tiap-tiap sampel

Gudang

Kadar air (X1) (%) 1 14.47 2 12.43 3 13.60 4 12.90 5 13.90 6 14.07 7 13.50 8 14.53 9 14.23 10 14.60

Pada pengamatan tabel 2. menunjukkan bahwa kondisi gudang yang memiliki kadar air yang tertinggi yakni sebesar 14.60 pada gudang 10 (Gudang E Mabar) dan kadar air terendah yakni 12.43 pada gudang 2 (Gudang B Mustafa).

0 1 2 3 4 5 6 7 8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

po pul a si ( e k o r) Gudang populasi


(38)

Pengamatan umur simpan yang mempengaruhi kondisi beras pada gudang masing-masing yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. umur simpan yang diperoleh dari tiap-tiap sampel

Gudang

Umur simpan (X2) (bulan) 1 3 2 4 3 2 4 2 5 3 6 6 7 5 8 4 9 4 10 5

Pada table 3. Menunjukkan bahwa umur simpan beras paling lama yakni 6 bulan pada gudang 6 (Gudang A Mabar) dan umur simpan beras yang tersingkat yakni 2 bulan ditemui pada gudang 3 (Gudang C Mustafa) dan gudang 4 (Gudang A Labuhan Deli.

Pengamatan keadaan lingkungan pada gudang masing-masing yaitu kelembaban (RH) pada penelitian sebagai berikut:

Tabel 4 kelembaban yang diperoleh dari tiap-tiap sampel Gudang Kelembaban(X3)

1 75

2 75

3 70

4 70

5 75

6 80

7 80

8 75

9 80


(39)

Pada table 4. Menunjukkan bahwa kelembaban tertinggi pada gudang 6 (Gudang A Mabar),gudang 7 (Gudang B Mabar),gudang 9(Gudang D Mabar)dan gudang 10(Gudang E Mabar) yakni 80% dan terendah pada gudang 3() dan gudang 4(Gudang A Labuhan Deli) yakni 70%.

Tabel 5. suhu yang diperoleh pada tiap-tiap sampel

Gudang Suhu (X4)

1 27 2 27 3 26 4 26 5 26 6 31 7 30 8 28 9 28 10 29

Pada table 5. Menunjukkan bahwa suhu tertinggi terdapat pada gudang 6(Gudang A

Mabar) yakni 310C dan suhu terendah terdapat pada gudang 3(Gudang C Mustafa),4(Gudang A

Labuhan Deli), dan gudang 5(Gudang B Labuhan Deli) yakni 260C.

Table 6. persentase serangan S. oryzae pada tiap-tiap sampel Gudang Persentase Serangan (X5)

1 0,82 2 0,88 3 0,91 4 0,98 5 0,90 6 0,80 7 0,85 8 0,86 9 0,70 10 0,75


(40)

Pada table 6. Menunjukkan bahwa persentase serangan tertinggi terdapat pada gudang 4(Gudang B Labuhan Deli) yakni 0,98% dan persentase serangan terendah yakni pada gudang 9(Gudang D Mabar) yakni 0,70%.

Table 7. Kondisi fisik Gudang pada tiap-tiap sampel Gudang Kondisi fisik Gudang (X6)

1 15

2 13

3 15

4 15

5 15

6 13

7 13

8 11

9 12

10 12

Nilai dari kondisi fisik gudang diperoleh dari criteria penilaian gudang sebagai mana dijelaskan pada halaman 21 yaitu penilaian didasarkan pada atap gudang, alas gudang, dinding gudang, ventilasi, drainase dan fasilitas MCK(Perum bulog ,2009)

Pada table 7. Menunjukkan bahwa nilai kondisi fisik gudang tertinggi terdapat pada gudang 1(gudang A mustafa),gudang 3(Gudang C Mustafa),gudang 4(Gudang A Labuhan Deli) dan gudang 5(Gudang B Labuhan Deli) yakni 15 dan nilai kondisi fisik gudang terendah terdapat pada gudang 8(Gudang C Mabar) yakni dengan nilai 11.

Untuk melihat pengaruh faktor X terhadap faktor Y, dimana faktor X pada gudang yang diamati adalah sebagai berikut:

X1 : Kadar air X2 : Umur simpan X3 : Kelembaban X4 : Suhu


(41)

X6 : Kondisi fisik gudang

faktor Y adalah populasi S. oryzae dari tiap_tiap sampel.

Berikut ini merupakan histogram hubungan antara beberapa faktor(X) dengan populasi(Y) S.oryzae.

Gambar 8. Histogram populasi S.oryzae pada masing-masing gudang dengan kadar air

Gambar 9. Histogram populasi S.oryzae pada masing-masing gudang dengan umur simpan 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gudang

Kadar Air (%)

Populasi S. oryzae 0 1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gudang

Umur Simpan Populasi S. oryzae


(42)

Gambar 10. Histogram populasi S.oryzae pada masing-masing gudang dengan kelembaban (RH).

Gambar 11. Histogram populasi S.oryzae pada masing-masing gudang dengan suhu

Gambar 12. Histogram populasi S.oryzae pada masing-masing gudang dengan persentase Serangan. 0 10 20 30 40 50 60 70 80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gudang

Kelembaban (RH) Populasi S. oryzae

0 5 10 15 20 25 30 35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gudang Suhu populasi S.oryzae 0 1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gudang

Populasi S.oryzae Persentase serangan


(43)

Gambar 13. Histogram populasi S.oryzae pada masing-masing gudang dengan kondisi fisik Gudang

Dari gambar 7, 8, 9, 10, dan 11 dapat dilihat terdapat perbedaan populasi dan faktor yang mempengaruhi pada setiap gudang hal ini akan mempengaruhi kerusakan beras simpan. Dimana kerusakan beras dalam masa penyimpanan dipengaruh oleh populasi S. oryzae, kadar air beras, kelembaban, kondisi fisik gudang, suhu, varietas asal beras, serta lama penyimpanan beras (Soekarna, 1982). Apabila faktor-faktor yang mempengaruhi mendukung perkembangan S. oryzae pada gudang maka populasi S. oryzae tinggi dan kerusakan beras simpan juga tinggi, begitu pula sebaiknya.

Dapat juga dilihat pada diagram garis berikut, pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi populasi Sitophylus oryzae. Yaitu pengaruh faktor Kadar Air, Umur Simpan, Kelembaban, Suhu, Persentase Serangan, Kondisi Fisik Gudang.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gudang

kondisi fisik gudang


(44)

Gudang Kadar Air (X1) (%) Umur simpan (X2)( bulan) Kelembapan (X3) Suhu (X4) Persentase Serangan (X5) Kondisi fisik gudang (X6)

1 14,47 3 75 27 0,82 15

2 12,43 4 75 27 0,88 13

3 13,60 2 70 26 0,91 15

4 12,90 2 70 26 0,98 15

5 13,90 3 75 26 0,90 15

6 14,07 6 80 31 0,80 13

7 13,50 5 80 30 0,85 13

8 14,53 4 75 28 0,86 11

9 14,23 4 80 28 0,70 13

10 14,60 5 80 29 0,75 12

Korelasi antara faktor X (X1, X2, X3, X4, X5, dan X6) dengan faktor Y(populasi S.oryzae)

Analisis korelasi populasi S.oryzae dengan faktor yang mempengaruhi pada beras di bulog dapat dilihat pada lampiran

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Kadar Air (X1)

Umur simpan (X2)( bulan)

Kelembapan

Suhu

Persentase Serangan


(45)

Table 8. hubungan antar variable X dengan Y

Hubungan antar variable Kofisien korelasi Nilai Kadar air beras dengan populasi S.oryzae rx1y 0.256 Umur simpan dengan populasi S.oryzae rx2y 0.597 *

Kelembaban dengan populasi S.oryzae rx3y 0.720 *

Suhu dengan populasi S.oryzae rx4y 0.588

*

Persentase serangan dengan populasi S.oryzae rx5y 0.735 *

Kondisi Fisik Gudang dengan populasi S.oryzae

rx6y 0.082

*

Korelasi signifikan pada taraf 0,05

Tabel 8 menunjukkan bahwa kadar air beras (X1) tidak berhubungan secara signifikan dengan populasi S.oryzae (Y) dengan koefisien korelasi 0,256.

Tabel 8 menunjukkan bahwa umur simpan (X2) berhubungan secara signifikan dengan populasi S.oryzae(Y) yakni dengan koefisien korelasi 0,597.

Tabel 8 menunjukkan bahwa kelembaban (X3) berhubungan secara signifikan dengan populasi S.oryzae(Y) yakni dengan nilai 0,720.

Tabel 8 menunjukkan bahwa suhu (X4) berhubungan secara signifikan dengan populasi S.oryzae(Y) yakni dengan koefisien korelasi 0,588.

Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase serangan (X5) berhubungan secara signifikan dengan populasi S.oryzae(Y) yakni dengan koefisien korelasi 0,735.

Tabel 8 menunjukkan bahwa kondisi fisik gudang (X6) tidak berhubungan secara signifikan dengan populasi S.oryzae(Y) yakni dengan koefisien korelasi 0,082.


(46)

Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Pengendalian hama merupakan usaha untuk menekan populasi hama sehingga tidak merugikan terhadap komoditi beras simpan.pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT),yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian sehingga tidak merugikan secara ekonomis biologi dan ekologi.

Beberapa cara pengendalian hama gudang pada bulog antara lain:

• Sanitasi gudang dan lingkungan

Sanitasi gudang adalah tindakan pengendalian yang paling mudah dan paling mudah dikerjakan. Dua cara kebersihan dan kesehatan gudang adalah pemeliharaan atau pengaturan kebersihan gudang dan pemeriksaan yang kontiniu. Pengaturan kebersihan terhadap bangunan gudang (dinding, lantai, atap, ventilasi, tumpukan karung beras)

• Fumigasi

Fumigasi merupakan cara cara pengendalian hama gudang dengan menggunakan bahan kimia yang disebut fumigan. Pada suhu dan tekanan tertentu fumigant berbentuk gas yang pada kosentrasi tertentu dapat membunuh hama gudang. Fumigan membunuh hama melalui aktifitas pernafasan sehingga stadia hama yang sangat aktif melakukan pernafasan akan lebih peka terhadap fumigant. Teknik fumigasi dengan metilbromida sama dengan teknik fumigasi dengan phosfin. Gas metilbromida dimasukkan melalui pipa yang telah dipersiapkan dengan menggunakan nozel yang telah dipersiapkan. Selesai pemasukan gas maka gudang yang telah difumigasi ditutup dan dipasang tanda bahaya. Proses fumigasi brlangsung selama 1-2 hari.


(47)

Cara penyemprotan insektisidayang dilakukan antara lain bangunan gudang, permukaan karung dan bangunan. Penyemprotan pada bangunan bertujuan untuk membunuh serangga hama.penyemprotan pada permukaan karung beras dapat dilakukan sekali sebulan. Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama antara lain Perigent 25 WP, Petrogeud 200 EC, dan Nuvan Top 500 EC. (roza,1997)

Hasil survey pada beberapa gudang yang telah diteliti, pengendalian hama yang dilakukan tidak berbeda jauh, semua gudang tempat penyimpanan beras lebih memilih untuk melakukan pengendalian secara kimia yakni dengan melakukan Fumigasi.Fumigasi dilakukan karena lebih efektif dan hemat biaya.fumigan yang digunakan yaitu SHENPHOS 57 T.


(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Populasi S.oryzae tertinggi terdapat pada gudang 6 (Gudang A Mabar) sebanyak 7 ekor

dan terendah pada gudang 4 (Gudang A Labuhan Deli) yaitu 0.

2. Faktor kadar air (X1) tidak selamanya secara langsung mempengaruhi perkembangan

populasi S. oryazae (Y) dengan kata lain tidak signifikan.

3. Faktor umur simpan beras (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan

populasi S. oryzae karena status ketersediaan makanan yang masih ada

4. Faktor (Rh) kelembaban (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan

populasi S. oryzae karena semakin tinggi Rh pada gudang semakin tinggi juga populasi S. oryzae.

5. Faktor kondisi fisik gudang (X4) tidak selamanya secara lansung mempengaruhi

perkembangan populasi S. oryzae (Y) dengan kata lain tidak signifikan.

6. Persentase serangan (X5) tidak signifikan terhadap perkembangan populasi S. oryazae

(Y).

7. Faktor suhu (X6) berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan populasi S.


(49)

Saran

Perkembangan populasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya umur simpan beras, kadar air, kelembaban, kondisi fisik gudang, suhu ruangan oleh karena itu disarankan agar pada gudang penyimpanan beras sebaiknya menjadikan faktor di atas menjadi acuan dalam perawatan komoditi beras agar mengurangi tingkat kerusakan pada beras simpan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous ., 2008a.

Panen. Diakses dari:

http://naynienay.wordpress.com/category/. Pada tanggal 15 Mei 2008.

. ., 2008b. Jenis-jenis Serangga Yang Ditemukan Pada Tempat Penyimpanan.

Diakses dari :

15 Mei

2008.

________,2007a. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Dukungan Aspek Teknologi

Pascapanen. Avaible at

Heri. P dan Asih. N., 1995. Menyimpan Bahan Pangan, Penebar Swadaya, Jakarta. Haryadi., 2006. Teknologi Pengolahan Beras.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kartasapoetra, A.G., 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang, Rineka Cipta Jakarta.

Kalshoven,L.G.E. 1981. The Pest of Crop in Indonesia. Revised by Van der Laan.P.T.Ictiar Baru van Hoeve, Jakarta.

Kusmayadi, A.,1997. Pengaruh Derajat Sosoh Dan Jenis kemasaman Terhadap Pertumbuhan

populasi S.zeamays. Program Nasional Pengendalian hama Terpadu sekertariat Proyek

PHT pusat Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.

Marbun, C.U dan Yuswani P., 1991, Ketahanan Beberapa Jenis Beras Simpan Terhadap Hama Bubuk Beras, Sitophylus orizae (Coleoptera, Curculionidae) di Gudang, Fakultas Pertanian USU, Medan.

Mangundihardjo, S., 1978. Hama-Hama Tanaman Pertanian di Indonesia Pada Bahan Dalam Simpanan, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Natawigena, H., 1975. Entomologi Pertanian, Orba Shakti Bandung, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Pracaya., 1991, Hama dan Penyakit Tanaman, Penebar Swadaya, Jakarta.

Perum bulog,2009. Pedoman Umum dan Standard Operasional Prosedur Pengelolaan Hama Gudang Terpadu(PHGT), Divisi Persediaan dan Perawatan Direktorat Pelayanan Publik.


(51)

Rukmana, R dan Saputra Sugandi., 1994. Hama Tanaman dan Teknik pengendalian, Bumi aksara, Jakarta.

Roza, 1997. Konsep Pengendalian Hama Terpadu Bahan Simpan Beras. Perum Bulog.

Saenong, M.S dan Hipi, A., 2005. Hasil-Hasil Teknologi Pengelolaan Hama Kumbang Bubuk S.zeamays Motch ( Coleoptera: Curculionidae ) pada tanaman jagung.

2009.

Sitepu, S. F., Zulnayati dan Yuswani, P., 2004. Patologi Benih Dan Hama Pasca Panen. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Sitinjak, K., 1986, Pasca Panen, Fakultas Pertanian USU, Medan.

Soekarna, D., 1982, Masalah Hama Gudang Dan Pengendaliannya, Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Soemarno, 2007. Globalisasi dan Agroekosistem Organi. Avialable at

Diakses Tanggal 28 Januari 2008.

Sulistyowati, E. S. Wardani dan E. Mufrihati, 2005. Pengembangan Teknik Pemantauan Hama

Bubuk Beras (Sitophylus oryzae Linn). Ahli Peneliti, Peneliti dan Teknisi (Senior

Researcher, Researcher and Tecnision): Pusat Peneliti Gabah dan Beras

Syarief, R. dan Halid Hariyadi., 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan, Arcan, Jakarta.

Tandiabang, J., Tenrirawe, A., dan Surtikanti., 2009. Pengelolaan Hama Pasca Panen Jagung.

Balai Penelitian Tanaman Serealia,

Diakses pada tgl 23 Mei 2009.

Untung. K., 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Widjono, A., Thahir, R., Damardjati, D.S dan Syam, M.,1982. Risalah Lokakarya Pasca Panen Tanaman Pangan. Cibogo, Bogor.


(52)

Lampiran1. Analisis rank Kadar air (X1) terhadap populasi S.oryzae (Y)

X Y Xi Yi d d2

14.47 5 8 7.5 -0.5 0.25

12.43 4 1 5.5 4.5 20.25

13.60 2 4 2 -2 4

12.90 0 2 1 -1 1

13.90 3 5 3.5 -1.5 2.25

14.07 7 6 10 4 16

13.50 4 3 5.5 2.5 6.25

14.53 3 9 3.5 -5.5 30.25

14.23 5 7 7.5 0.5 0.25

14.60 6 10 9 -1 1

55 55

Total 81.50 489

0.494

Rs 0.506 0.256

r tab 0.648 1.431356

0.862498

t hitung 1.660 tn


(53)

Lampiran 2. Analisis rank Umur simpan (X2) terhadap populasi S.oryzae (Y)

X Y Xi Yi d d2

3 5 3.5 7.5 4 16

4 4 6 5.5 -0.5 0.25

2 2 1.5 2 0.5 0.25

2 0 1.5 1 -0.5 0.25

3 3 3.5 3.5 0 0

6 7 10 10 0 0

5 4 9 5.5 -3.5 12.25

4 3 6 3.5 -2.5 6.25

4 5 6 7.5 1.5 2.25

5 6 9 9 0 0

56 55

Total 37.50 225

0.227

Rs 0.773 0.597

2.185603 0.648

0.634738

t hitung 3.443 *


(54)

Lampiran 3. Analisis rank kelembaban (X3) terhadap populasi S.oryzae (Y)

X Y Xi Yi d d2

75 5 4.5 7.5 3 9

75 4 4.5 5.5 1 1

70 2 1.5 2 0.5 0.25

70 0 1.5 1 -0.5 0.25

75 3 4.5 3.5 -1 1

80 7 8.5 10 1.5 2.25

80 4 8.5 5.5 -3 9

75 3 4.5 3.5 -1 1

80 5 8.5 7.5 -1 1

80 6 8.5 9 0.5 0.25

55 55

Total 25.00 150

0.152

Rs 0.848 0.720

2.399878 0.648

0.52922

t hitung 4.535 *


(55)

Lampiran 4. Analisis rank kondisi fisik gudang (X4) terhadap populasi S.oryzae (Y)

X Y Xi Yi d d2

15 5 8.5 7.5 -1 1

13 4 7.5 5.5 -2 4

15 2 8.5 2 -6.5 42.25

15 0 8.5 1 -7.5 56.25

15 3 8.5 3.5 -5 25

13 7 7.5 10 2.5 6.25

13 4 7.5 5.5 -2 4

11 3 1 3.5 2.5 6.25

12 5 2.5 7.5 5 25

12 6 2.5 9 6.5 42.25

62.5 55

Total 212.25 1273.5

1.286

Rs -0.286 0.082

-0.80996 0.648

0.958121

t hitung -0.845 tn


(56)

Lampiran 5. Analisis rank Persentase serangan (X5) terhadap populasi S.oryzae (Y)

X Y Xi Yi d d2

0,82 5 3 7.5 4.5 20.25

0,88 4 7 5.5 -1.5 2.25

0,91 2 9 2 -7 49

0,98 0 10 1 -9 81

0,90 3 8 3.5 -4.5 20.25

0,80 7 4 10 6 36

0,85 4 5 5.5 0.5 0.25

0,86 3 6 3.5 -2.5 6.25

0,70 5 1 7.5 6.5 42.25

0,75 6 2 9 7 49

55 55

Total 306.50 1839

1.858

Rs -0.858 0.735

-2.42559 0.648

0.514358

t hitung -4.716 tn


(57)

Lampiran 6. Analisis rank Suhu (X6) terhadap populasi S.oryzae (Y)

X Y Xi Yi d d2

27 5 4.5 7.5 3 9

27 4 4.5 5.5 1 1

26 2 3 2 -1 1

26 0 3 1 -2 4

26 3 3 3.5 0.5 0.25

31 7 10 10 0 0

30 4 9 5.5 -3.5 12.25

28 3 6.5 3.5 -3 9

28 5 6.5 7.5 1 1

29 6 8 9 1 1

58 55

Total 38.50 231

0.233

Rs 0.767 0.588

2.168461 0.648

0.642045

t hitung 3.377 *


(58)

Lampiran 7. Foto Pelaksanaan Penelitian


(59)


(60)


(1)

Lampiran 4. Analisis rank kondisi fisik gudang (X4) terhadap populasi

S.oryzae

(Y)

X Y Xi Yi d d2

15 5 8.5 7.5 -1 1

13 4 7.5 5.5 -2 4

15 2 8.5 2 -6.5 42.25

15 0 8.5 1 -7.5 56.25

15 3 8.5 3.5 -5 25

13 7 7.5 10 2.5 6.25

13 4 7.5 5.5 -2 4

11 3 1 3.5 2.5 6.25

12 5 2.5 7.5 5 25

12 6 2.5 9 6.5 42.25

62.5 55

Total 212.25 1273.5

1.286

Rs -0.286 0.082

-0.80996

0.648

0.958121

t hitung -0.845 tn


(2)

Lampiran 5. Analisis rank Persentase serangan (X5) terhadap populasi

S.oryzae

(Y)

X Y Xi Yi d d2

0,82 5 3 7.5 4.5 20.25

0,88 4 7 5.5 -1.5 2.25

0,91 2 9 2 -7 49

0,98 0 10 1 -9 81

0,90 3 8 3.5 -4.5 20.25

0,80 7 4 10 6 36

0,85 4 5 5.5 0.5 0.25

0,86 3 6 3.5 -2.5 6.25

0,70 5 1 7.5 6.5 42.25

0,75 6 2 9 7 49

55 55

Total 306.50 1839

1.858

Rs -0.858 0.735

-2.42559

0.648

0.514358

t hitung -4.716 tn


(3)

Lampiran 6. Analisis rank Suhu (X6) terhadap populasi

S.oryzae

(Y)

X Y Xi Yi d d2

27 5 4.5 7.5 3 9

27 4 4.5 5.5 1 1

26 2 3 2 -1 1

26 0 3 1 -2 4

26 3 3 3.5 0.5 0.25

31 7 10 10 0 0

30 4 9 5.5 -3.5 12.25

28 3 6.5 3.5 -3 9

28 5 6.5 7.5 1 1

29 6 8 9 1 1

58 55

Total 38.50 231

0.233

Rs 0.767 0.588

2.168461

0.648

0.642045

t hitung 3.377 *


(4)

Lampiran 7. Foto Pelaksanaan Penelitian


(5)


(6)