Pengaruh Penggunaan Berbagai Warna Cahaya Dan Jenis Beras Terhadap Daya Preferensi Dan Mortalitas Sitophylus oryzae Linn. (Coleoptera: Curculionidae) Di Laboratorium

(1)

i

i

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI WARNA CAHAYA DAN JENIS BERAS TERHADAP DAYA PREFERENSI DAN MORTALITAS Sitophylus oryzae Linn. (Coleoptera : Curculionidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

RAMSIKS

050302040 HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

ii

ii

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI WARNA CAHAYA DAN JENIS BERAS TERHADAP DAYA PREFERENSI DAN MORTALITAS Sitophylus oryzae Linn. (Coleoptera : Curculionidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

RAMSIKS 050302040

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS ) (Ir. Fatimah Zahara)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

iii

iii

ABSTRACT

Ramsi Simanjorang, “The Influence of Any Light Color and Rice Variety on Preference Capacity and Mortality of Sitophylus oryzae Linn (Coleoptera: Curculionidae) in Laboratory”. It was under supervised by Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS and Ir. Fatimah Zahara. The objective of this research was to know the preference and mortality of S. oryzae with differential light color. This research was held in Pest and Disease Laboratory, Faculty of Agriculture University of North Sumatera, Medan. The research used factorial complete random design which consist of two factors: rice variety (IR 64 and Ciherang) and light color (red, yellow, green and white) with ten combination and three replication. The result showed that the highest change of rice biomassa was 5,78 g (without light and IR 64 variety) and the lowest was 1,80 g (green light and Ciherang variety). The highest mortality percentage was 77,33% (green light and Ciherang variety) and the lowest was 29,33% (without light and IR 64 variety).


(4)

iv

iv

ABSTRAK

Ramsi Simanjorang, “Pengaruh Penggunaan Berbagai Warna Cahaya dan Jenis Beras Terhadap Daya Preferensi dan Mortalitas Sitophylus oryzae Linn (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan Ir. Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi dan mortalitas S. oryzae dengan warna cahaya yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu faktor jenis beras (IR 64 dan Ciherang) dan faktor warna cahaya (merah, kuning, hijau dan putih) dengan 10 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa susut bobot tertinggi sebesar 5,78 g (tanpa cahaya dan varietas IR 64) sedangkan yang terendah yaitu 1,80 g (cahaya hijau dan varietas Ciherang). Persentase mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan cahaya hijau dan varietas Ciherang yaitu sebesar 77,33%, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa cahaya dan varietas IR 64 yaitu sebesar 29,33%.


(5)

v

v

RIWAYAT HIDUP

Ramsi Simanjorang lahir pada tanggal 09 Februari 1985 di Situnggaling dari Ibu N. br Munthe dan Ayah J. Simanjorang. Penulis merupakan anak pertama dari empta bersaudara.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: - Lulus dari Sekolah Dasar INPRES Merek, Kec Merek pada tahun 1998. - Lulus dari SLTP. RK. Deli Murni Bandar Baru pada tahun 2001. - Lulus dari SMA. St. Thomas 1 Medan pada tahun 2004.

- Pada tahun 2005 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur SPMB.

Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu menjadi anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) tahun 2005-2010, menjadi Asisten Laboratorium Hama Tanaman Perkebunan tahun 2008-2009, pernah mengikuti Seminar Ilmiah dengan tema “Dengan Pertanian Berkelanjutan Kita Wariskan Kehidupan Berwawasan Lingkungan” dan Seminar “Peranan Pertanian dalam Pembangunan Sumatera Utara”. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III. Kebun Gunung Pamela Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2009 dan melaksanakan penelitian skripsi di Laboratorium Hama Tumbuhan, Fakultas Pertaian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari – Februari 2010.


(6)

vi

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang berjudul Pengaruh Penggunaan Berbagai Warna Cahaya Dan Jenis Beras Terhadap Daya Preferensi Dan Mortalitas Sitophylus oryzae Linn (Coleoptera : Curculionidae) Di Laboratorium sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku Ketua dan Ir. Fatimah Zahara selaku anggota, yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada saya dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak trima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2010


(7)

vii

vii

DAFTAR ISI

Hlm

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATAPENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian... 5

Hipotesa Penelitian... 5

Kegunaan Percobaan ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama ... 6

Gejala Serangga... 9

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hama Sytophylus oryzae ... 11

Faktor Makanan ... 11

Faktor Kelembapan Dan Suhu ... 12

Faktor Kadar Air ... 14

Teknik Pengendalian Yang Digunakan... 14

BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu penelitian ... 16

Bahan dan Alat... 16

Metoda Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Persiapan Serangga Sytophylus oryzae... 19

Peubah Amatan ... 20 HASIL DAN PEMBAHASAN


(8)

viii

viii

Persentase Mortalitas (%) Imago Sithopylus oryzae Linn ... 21 Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Persentase Mortalitas (%) Imago

Sitophylus oryzae L. ... 21

Pengaruh Varietas Terhadap Persentase Mortalitas (%) Imago Sitophylus oryzae L. ... 23

Pengaruh Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae L. ... 25

Perubahan Biomasa Beras Akibat Serangan

Hama Sitophylus oryzae L (gr) ... 27 Pengaruh Warna Cahaya TerhadapPerubahan Biomasa

Beras Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae L.(gr)... 27

Pengaruh Faktor Cahaya Terhadap Perubahan Biomasa Beras (gr) Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae L... 28

Pengaruh Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Perubahan Biomasa Beras (gr) akibat serangan Hama Sitophylus oryzae L. Pada Waktu Akhir Pengamatan... 29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 31 Saran... 31 DAFTAR PUSTAKA


(9)

ix

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Telur Sitophylus oryzae L ……….. 7

2. Larva Sitophylus oryzae L ………. 7

3. Pupa Sitophylus oryzae L ……….. 8

4. Imago Sitophylus oryzae L ……… 8

5. Siklus hidup Sitophylus oryzae L... 9

6. Gejala serangan Sitophylus oryzae L... 9

7. Histogram pengaruh pemberian warna terhadap persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae Lpada setiap waktu pengamatan……….. 23

8. Histogram pengaruh varietas beras terhadap persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae Lpada setiap waktu pengamatan………… 24

9 Histogram pengaruh interaksi pemberian cahaya dan varietas beras terhadap persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae Lpada setiap waktu pengamatan……… 26


(10)

x

x

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Persentase

Mortalitas (%) Sitophylus oryzae Lpada setiap waktu pengamatan

1-8……….. 21 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Beras Terhadap Persentase

Mortalitas (%) Sitophylus oryzae L pada setiap waktu pengamatan

1-8……….. 24

3. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Persentase Mortalitas (%) Sitophylus oryzae L pada setiap waktu pengamatan

1-8……….... 25

4. Uji Beda Rataan Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Perubahan Biomasa Beras atau Susut Bobot (gr) Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae L pada Akhir Pengamatan……… 27 5. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Beras Terhadap Susut Bobot

Beras (gr) akibat serangan Sitophylus oryzae L diakhir

pengamatan……… 28 6. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Warna Cahaya yang Berbeda

dan Varietas Beras Terhadap Perubahan Biomasa atau Susut Bobot Beras (gr) akibat serangan Sitophylus oryzae L diakhir


(11)

iii

iii

ABSTRACT

Ramsi Simanjorang, “The Influence of Any Light Color and Rice Variety on Preference Capacity and Mortality of Sitophylus oryzae Linn (Coleoptera: Curculionidae) in Laboratory”. It was under supervised by Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS and Ir. Fatimah Zahara. The objective of this research was to know the preference and mortality of S. oryzae with differential light color. This research was held in Pest and Disease Laboratory, Faculty of Agriculture University of North Sumatera, Medan. The research used factorial complete random design which consist of two factors: rice variety (IR 64 and Ciherang) and light color (red, yellow, green and white) with ten combination and three replication. The result showed that the highest change of rice biomassa was 5,78 g (without light and IR 64 variety) and the lowest was 1,80 g (green light and Ciherang variety). The highest mortality percentage was 77,33% (green light and Ciherang variety) and the lowest was 29,33% (without light and IR 64 variety).


(12)

iv

iv

ABSTRAK

Ramsi Simanjorang, “Pengaruh Penggunaan Berbagai Warna Cahaya dan Jenis Beras Terhadap Daya Preferensi dan Mortalitas Sitophylus oryzae Linn (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan Ir. Fatimah Zahara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi dan mortalitas S. oryzae dengan warna cahaya yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu faktor jenis beras (IR 64 dan Ciherang) dan faktor warna cahaya (merah, kuning, hijau dan putih) dengan 10 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa susut bobot tertinggi sebesar 5,78 g (tanpa cahaya dan varietas IR 64) sedangkan yang terendah yaitu 1,80 g (cahaya hijau dan varietas Ciherang). Persentase mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan cahaya hijau dan varietas Ciherang yaitu sebesar 77,33%, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa cahaya dan varietas IR 64 yaitu sebesar 29,33%.


(13)

xi

xi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk dikonsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja, Cina, Indonesia, Korea, Laos, Filiphina, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam, beras merupakan pangan pokok. Sebanyak 75% masukan kalori harian masyarakat di nagara-negara Asia tersebut berasal dari beras. Lebih dari 50%

penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber kalori utama (Haryadi, 2006).

Menurut FAO, kehilangan hasil panen di negara-negara berkembang berkisar antara 10-13%, diantaranya berkisar 5% oleh berbagai jenis hama gudang seperti serangga, tikus, tungau, burung, dan jasad renik. Bulog memperkirakan susut bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8% waktu panen, 5% waktu pengangkutan, 2% waktu

pengeringan, 5% waktu penggilingan, dan 5% waktu penyimpanan (Widjono dkk, 1982).

Penyimpanan beras dan bahan pangan lain, merupakan salah satu mata rantai kegiatan pasca panen sebelum komuditas di distribusikan. Kehilangan komunitas berupa menurunnya mutu, bertambahnya kadar air, kotoran benda asing, kerusakan bentuk, warna, bau, rasa, dan kehilangan kualitas berupa penyusutan berat harus diperhatikan selama penyimpanan (Sitinjak, 1986).


(14)

xii

xii

Bahan-bahan (produk pertanian) yang disimpan didalam gudang terbuka ataupun tertutup, menurut hasil penelitian tetap akan memperoleh gangguan berupa hama, tetapi :

a. Gangguan hama terhadap bahan-bahan yang ada digudang tertutup biasanya lebih sedikit jika dibandingkan dengan bahan yang disimpan digudang terbuka.

b. Cara pengendalian dan pemberantasan hama yang ada digudang tertutup lebih mudah dan lebih meyakinkan jika dibandingkan dengan bahan-bahan yang masih ada digudang terbuka (Kartasapoetra, 1991).

Serangga yang banyak merusak hasil pertanian terutama dari jenis kumbang Coleoptera. Bentuk serangga dewasa umumnya mempunyai sayap dan berkebang biak dengan cara bertelur. Siklus hidupnya melampaui beberapa fase kehidupan mulai dari telur, larva, pupa, dan selanjutnya imago. Imago dan larva sangat aktif merusak bahan simpan (Heri dan Asih, 1995).

Di Indonesia telah diidentifikasi sekitar 20 jenis serangga yang terdapat pada bahan pangan yang disimpan di gudang, namun hanya sebagian yang penting. Beberapa serangga seperti kupu-kupu gabah ( Sitotroga cerealella ), kumbang beras ( S. oryzae ), dan kumbang jagung ( S. zeamays ) sudah dapat menyerang padi atau jagung di lapang untuk kemudian berkembang biak di gudang (Widjono dkk, 1982).

Hama merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan pada hasil pertanian baik dilapangan maupun ditempat penyimpanan. Kerugian akibat serangga hama dan penyakit di Indonesia diperkirakan rata-rata setiap tahun 15-20% dari potensi produksi pertanian total (Untung, 1993).


(15)

xiii

xiii

Kumbang bubuk beras yang juga biasa disebut kumbang penggerek beras. Kumbang ini merupakan hama utama pada beras yang disimpan. Serangannya ditandai dengan butir beras berlubang-lubang atau menjadi tepung karena gerekan kumbang. Akibat hama ini beras dapat kehilangan berat hingga mencapai 23% setelah disimpan beberapa bulan (Heri dan Asih, 1995).

Kumbang beras merupakan salah satu hama penting dalam gudang beras. Selama perkembangan dari telur sampai imago dapat menurunkan produksi sampai 20% dalam waktu 5 minggu (Pracaya, 1991). Faktor yang menentukan derajat kerusakan beras oleh kumbang beras dalam masa penyimpanan antara lain oleh pengaruh populasi, varietas asal beras, serta lama penyimpanan beras (Soekarna, 1982).

Selama penyimpanan beras mengalami penyusutan baik kwalitas maupun kwantitas yang disebabkan antara lain faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah gangguan hama beras di tempat penyimpanan. Organisme penggangu utama adalah serangga menyusul kemudian cendawan, tikus dan burung. Sedangkan faktor fisik antra lain adalah derajat sosoh (Kusmayadi,1997).

Secara alami kecenderungan hama dalam memilih makanan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor tersebut antara lain jenis dan kerusakan

bahan simpan, nilai gizinya, kadar airnya, warna dan tingkat kekerasan kulit (Saenong dan Hipi, 2005).

Varietas IR 64 merupakan varietas beras dengan kadar amilosa yang tinggi, yakni mencapai 26% dan memiliki tekstur yang lebih yang lebih b rapuh. Sedangkan varietas chierang memiliki kadar amilosa yang lebih rendah, yakni 23% dan memiliki


(16)

xiv

xiv

tektsur yang lebih keras sehingga lebih susah bagi hama2 gudang untuk menyerangnya (Haryadi, 2006).

Hama – hama tanaman banyakyang melakukan kegiatannya pada malam hari, kupu – kupu banyak pula meletakkan telurnya pada malam haroi, gerakan larva demikian pula dan selalu berlindung ditempat yang gelap atau banyak ditutupi daun – daunan. Ini menandakan bahwa hama tersebut pandai memenfaatkan waktu serta cahaya yang gelap agar aman bagi dirinya dalam melancarkan segala kegiatan pengerusakannya. Hama – ham gudang terutama pada saat melakukan kopulasi atau perkawinan dan meletakkan telurnya banyak yang menyukai keadaan atau tempat yang gelap, demikian pula dalam kegiatan merusaknya (Kartasapoetra, 1991).

Pemakaian perangkap cahaya merupakan metode yang cukup efektif bagi pengendalian hama serangga, selain alatnya mudah dibuat juga tidak mahal. Alatnya hanya berupa lampu petromak atau lentera (juga boleh ditambah dengan plastik yang telah dilumuri dengan minyak makan) yang diletakkan dalam areal pertanian. Biasanya digunakan untuk memantau populasi hama dan sekaligus untuk mengendalikan hama pemakan daun (Soemarno, 2007).

Warna cahaya yang berbeda akan memancarkan perbedaan panjang gelombang. Semakin panjang gelombang yang dipancarkan maka akan semakin besar pula energi yang dihasilkannya. Molekul energi yang dipancarkan juga akan semakin rapat, semakin rapat pancaran molekul yang yang mengandung molekul energi ini akan mengakibatkan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan mahluk hidup dalam hal ini serangga. Semakin besar pula energi yang dipancarkan akan semakin besar


(17)

xv

xv

juga kenaikan suhu yang ditimbulkannya dalam satuan luas yang tetap atau konstan (Annonimous, 2010).

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui preferensi kumbang bubuk beras dengan warna cahaya yang berbeda terhadap beras.

2. Untuk mengetahui pengaruh beberapa warna cahaya terhadap perkembangan kumbang bubuk beras.

3. Untuk mengetahui daya rusak kumbang bubuk beras pada beras dengan berbagai varietas beras.

Hipotesa Penelitian

1. Warna cahaya yang berbeda memberikan pengaruh berbeda terhadap daya preferensi Sitophylus oryzae.

2. Penggunaan beberapa warna cahaya berpengaruh terhadap perkembangan Sitophylus oryzae.

3. Varietas beras berpengaruh terhadap daya preferensi Sitophylus oryzae

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(18)

xvi

xvi

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae

Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Coleoptera

Family : Curculionidae

Genus : Sitophylus

Species : Sitophylus oryzae L.

Telur berbentuk oval, berwarna kuning, lunak dan licin, bentuk ujungnya agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada gambar 1. Telur diletakkan di dalam butiran dengan lebih dahulu membuat lubang menggunakan rostumnya. Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak kelihatan. Gelatin ini berfungsi melindungi telur dari kerusakan dan dimangsa oleh predator lainnya (Natawigena, 1975). Stadium telur 3 hari pada suhu 20-25ºC. Dalam satu hari seekor betina dapat bertelur sampai 25 butir, tetapi rata-rata tiap hari sebanyak 4 butir. Banyak telur yang diletakkan tiap ekor betina maksimum 575 butir (Rukmana dan Saputra, 1995).


(19)

xvii

xvii

Gambar telur Sitophylus sp

Larva hidup dalam butiran, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala kekuning-kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Gamabr larva dapat dilihat pada gambar 2. Pada instar terakhir panjang larva lebih kurang 3 mm. Pada umumnya bentuk badan disesuiakan dengan ukuran makanan tempat larva itu tinggal. Setelah masa pembentukan instar selesai, larva akan membentuk kokon dengan mengeluarkan ekskresi cairan kedinding endosperm agar dindingnya licin dan membentuk tekstur yang kuat (Pracaya, 1991). Larva dapat mengkonsumsi 25% berat bagian dalam bijian. Stadia larva 3-4 minggu (Marbun dan Yuswani, 1991).

Gambar larva Sitophylus sp

Pembentukan pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa dengan mengekskesikan cairan pada dinding liang gerek. Stadium pupa berkisar


(20)

xviii

xviii

antara 5-8 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari,

sebelum membuat lubang keluar yang relatif besar dengan moncongnya (Tandiabang dkk, 2009). Gambar dari pupa Sitophylu sp dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar pupa Sitophylu sp

, Diunduh tanggal 22 Oktober 2009

Imago dapat hidup cukup lama, tanpa makan selama 36 hari, dengan makan

umurnya mencapai 3-5 bulan. Imago betina dapat menghasilkan telur sekitar 300-400 butir selama satu siklus hidupnya (Anonimus, 2008a). Seperti terlihat pada

gambar 4.

Gambar imago Sitophylus sp

, Diunduh tanggal 18 Oktober 2009

Pada gambar 5 dapat kita lihat siklus hidup Sitophylus sp. Siklus hidup hama selama 30-45 hari pada kondisi optimum yaitu pada suhu 29ºC, kadar air biji 14% dan pada kelembapan 70%. Imago dapat hidup cukup lama tanpa makan sekitar 36


(21)

xix

xix

hari, dengan makanan umurnya mencapai 3-5 bulan bahkan 1 tahun. Keperidian imago betina sekitar 300-400 butir telur (Sitepu dkk, 2004).

Gambar siklus hidup Sitophylus sp

, Diunduh tanggal 18 November 2009

Gejala Serangan

Gejala serangan Sitophylus oryzae L.

Sitophylus oryzae dikenal sebagai kumbang bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kumbang ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Kumbang bersifat polifa bubuk beras ini selain merusak butiran beras, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek,


(22)

xx

xx

kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Anonimus, 2008 b).

Kerusakan yang diakibatkan oleh kumbang bubuk beras dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijan hancur dan berdebu,dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur,sehingga produk beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikomsumsi (Kalshoven,1981).

Akibat dari serangan kumbang bubuk beras menyebapkan bitir – butir beras menjadi borlubang kecil – kecil, sehingga mengakibatkan beras menjadi mudah pecah dan remuk menjadi tepung. Hal ini sering kita temukan pada butiran beras yang terserang, dalam keadaan rusak dan bercampur tepung dipersatukan oleh air liur larva sehingga kualitas beras menjadi rusak sama sekali (Kartasapoetra,1991).

Pemakaian perangkap cahaya merupakan metode yang cukup efektif bagi pengendalian hama serangga, selain alatnya mudah dibuat juga tidak mahal. Alatnya hanya berupa lampu petromak atau lentera (juga boleh ditambah dengan plastik yang telah dilumuri dengan minyak makan) yang diletakkan dalam areal pertanian. Biasanya digunakan untuk memantau populasi hama dan sekaligus untuk mengendalikan hama pemakan daun (Soemarno, 2007).


(23)

xxi

xxi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi populasi Hama Sitophylus sp 1. Faktor Makanan

Preferensi sejenis serangga terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi dan adaptasi struktur (Sitepu dkk, 2004). Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan bentuk materialnya (Kartasapoetra, 1991).

Sudah merupakan hukum alam walaupun semua faktor lingkungan cukup baik bagi kehidupan sarangga, pada akhirnya kehidupan dan perkembangan serangga ditentukan oleh ada tidaknya faktor makanan. Syarat agar makanan dapat memberikan pengaruh yang baik adalah tersedianya makanan dalam jumlah yang cukup dan cocok untuk pertumbuhan serangga (Mangundihardjo, 1978).

Makanan yang cukup sangat diperlukan pada tingkat hidup yang aktif, terutama sejak penetasan telur berlanjut pada stadium larva dan kadang-kadang pada tingkat setelah menjadi imago (Kartasapoetra, 1991).

Kumbang bubuk beras menyukai biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung. Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Marbun danYuswani, 1991).


(24)

xxii

xxii

Barker (1976) menjelaskan bahwa asam amino berperan penting dalam perkembangan kumbang bubuk beras. Larva dari serangga ini sering gagal untuk bertahan hidup (Survive) dalam bahan makanan dengan kandungan total asam amino 0.1%. dalam hal ini sangat sedikit aktifitas menggerek larva, dan larva akan mati pada instar pertama. Kandungan asam amino 3% menghasilkan 52% larva yang berhasil mencapai stadia pupa dan imago, walaupun laju/tingkat perkembangan lebih lambat dibandingkan dengan kandungan asam amino 5; 7,5 dan 10%. Kandungan asam amino yang optimal adalah 7,5%. Sebaliknya, bila total asam amino meningkat menjadi 13% perkembangan larva secara nyata menjadi terhambat (Sitepu dkk, 2004).

2. Faktor Kelembapan dan Suhu

Pengaruh kelembaban terhadap perkembangan kumbang bubuk berasberbeda untuk setiap stadium. Hasil percobaan Hutomo (1972) menunjukan bahwa pada kelembapan antara 30 – 70%, persentase kematian telur, larva dan serangga dewasa makin tinggi dengan makin rendahnya kelembapan. Kelembapan yang terlalu rendah, dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan terutama imago yaitu pada kelembapan 30, 40 dan 50% (Sitepu dkk, 2004).

Pengaruh kelembaban juga sama halnya dengan temperatur, temperatur yang baik akan sangat menentukan perkembangan serangga. Kelembaban yang optimum berada di sekitar 75% sedangkan batas kelembaban minimum dan maksimum masing-masing mendekati 0% dan 100% (Kartasapoetra, 1991).


(25)

xxiii

xxiii

Perkembangan optimum terjadi pada temperatur 30ºC dan kelembaban relatif 70%. Perkembangan pada umumnya bisa terjadi pada temperatur 17-34ºC dan kelembaban relatif 15-100%. Apabila kelembaban melebihi 15% kumbang berkembang dengan cepat (Pracaya, 1991).

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan binatang yang bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik turunnya suhu lingkungannya. Sebagian besar serangga gudang hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45ºC. Dibawah 10ºC serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45ºC mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas 15ºC ke bawah, kegiatan serangga mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat lambat. Setiap spesies mempunyai suhu optimal dimana laju pertumbuhan populasi maksimum. Untuk kebanyakan serangga gudang di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar 25-35ºC. Di bawah 20ºC, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat berkurang (Sitepu dkk, 2004).

Aktifitas serangga dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimal bagi kebanyakan serangga kebanyakan adalah 20oC. Situasi hibernasi umumnya dimulai pada suhu 15oC dan aestivasi pada suhu 38-45oC pada suhu optimum. Kemampuan hama untuk menghasilkan amat besar dan kematian hanya sedikit. Suhu efektifnya 26-29oC, bila

melebihi dari 35oC kumbang bubuk beras tidak dapat bertelur (Soetoyo dan Susilo, 1980).


(26)

xxiv

xxiv 3. Faktor kadar Air

Produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar airnya tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan dalam simpanan yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan hama gudang sekitar 8-10% (Kartasapoetra, 1991).

Kadar air yang berbeda menyebabkan perubahan biji akan berbeda pula. Biji yang berukuran cukup besar dan kulit luarnya cukup keras, untuk dapat mencapai kadar air di bawah 10-11% cukup sulit. Biji yang berukuran kecil dengan kulit permukaan yang relatif lunak umumnya dapat mencapai kadar air yang rendah atau di bawah 10% (Heri dan Asih, 1995).

Teknik Pengendalian Yang Digunakan

Untuk mengatasi serangga hama gudang umumnya dilakukan pengendalian baik secara fisik maupun kimiawi. Secara fisik misalnya dengan pengeringan yang sempurna, hot water treatment, penggunaan sinar radio aktif dan lain-lain (Mangundiharjo, 1978).

Penanggulangan hama gudang bubuk beras ini dapat dilakukan dengan cara lain : penjemuran bahan-bahan yang terserang pada terik sinar matahari, pengaturan penyimpanan bahan dengan baik dan teratur pada tempat yang kering dan terawat dengan baik serta melakukan fumigasi (Kartasapotera,1991).

Cara pengendalian hama gudang lainnya dapat juga dengan modifikasi fisik tempat penyimpanan seperti menaikkan atau menurunkan suhu hingga tingkat dimana pertumbuhan serangga dapat dihambat (Syarief dan Halid, 1993).


(27)

xxv

xxv

Menurut Pracaya (1999) pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Kelembaban tempat penyimpanan beras diusahakan kurang dari 80% Kumbang bubuk tak dapat hidup dalam kelembaban yang serendah itu 2. Gudang beras disemprot dengan melathiaon 12ppm atau fumigasi dengan

methil bromidae 10g/m3 selama 24jam

3. Beras atau jagung disimpan dalam kantung plastik atau kaleng ditutup rapat. Pada prinsipnya kerusakan komoditas dalam penyimpanan dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu bahan yang disimpan, gudang tempat penyimpanan, lingkungan sekitar gudang dan perlakuan untuk mempertahankan kualitas beras serta interaksi antara keempat faktor tersebut. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah : kebersihan dan ketaraturan lingkungan penyimpanan, kelembapan ruangan (RH), kadar air dalam komoditi. Gudang yang kotor banyak lekukan atau sampah dapat dijadikan tempat bersembunyinya kumbang bubuk beras. Semakin lembab ruang penyimpanan semakin gampang terkena serangan kutu beras. Semakin tinggi kadar air semakin mudah terserang kutu beras (Anonimus, 2007a).

Melakukan fumigasi dengan menggunakan obat-obatan seperti : Penggunaan Pyrenone Grain Protectant sebanyak 0,1% pada temperatur sekitar 23,5º C, ternyata setelah 9 hari semua bubuk yang merusak produk beras dalam simpanan akan mati (Kartasapoetra,1991).


(28)

xxvi

xxvi

BAHAN DAN METODE

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian Dilaksanakan di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian

Universitas Sumatra Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl dimulai dari akhir bulan Februari 2010 sampai akhir bulan Februari 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah imago S. oryzae, beras dari gudang penyimpanan beras dengan kadar air awal sebesar 15 %.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah stoples, lup, lampu warna merah, lampu warna hijau, lampu warna kuning, lampu warna putih, timbangan, kertas minyak merah, kertas minyak hijau, kertas minyak kuning, kertas minyak putih, minyak, termometer, timbangan, karton poenyekat, plastik, pipet, label,karet gelang, pisau,kain kasa, kotak kardus dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu:

Faktor 1. Warna cahaya

1. W0: Tanpa Cahaya(Cahaya Gelap) 2. W1: Cahaya Merah

3. W2: Cahaya Kuning 4. W3: Cahaya Hijau


(29)

xxvii

xxvii 5. W4: Cahaya Putih

Faktor 2. Varietas Beras 1. V1: Varietas IR 64 2. V2: Varietas Chierang

Sehingga di dapat 10 kombinasi perlakuan W0V1 W0V2

W1V1 W1V2 W2V1 W2V2 W3V1 W3V2 W4V1 W4V2

Model linear yang digunakan adalah : Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + ξijk Keterangan :

Yijk = respon atau nilai pengamatan taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B pada ulangan ke-k

μ = nilai tengah umum

αi = pengaruh taraf ke-i dari faktor A βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ)ij= pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

ξijk = pengaruh galat percobaan taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B pada ulangan ke-k


(30)

xxviii

xxviii Jumlah ulangan diperoleh dengan rumus : (t-1) (r-1) ≥ 15

(10-1) (r-1) ≥ 15 10r-10-r +1 ≥ 15 9r-9 ≥ 15

9r ≥ 24 r ≥ 2,66 r= 3

Jumlah Perlakuan (t) = 10 Jumlah Ulangan (r) = 3

Pelaksanaan Penelitian Penyedian Media Beras

Disiapkan lampu 5 Watt sebanyak 30 lampu dengan 4 jenis warna lampu yaitu merah, kuning, hijau, putih. Disiapkan dua jenis varietas beras yakni varietas IR 64

dan chierang lalu dimasukkan kedalam stoples masing-masing sebanyak 200 gr/ stoples. Lampu dihidupkan selama 48 jam sampai pengamatan dilakukan,

setelah dilakukan pengamatan lampu dimatikan selama satu hari, kemudian lampu dihidupkan lagi dua hari sebelum pengmatan dilakukan lagi.

Persiapan Stoples

Disiapkan 30 stoples dengan diameter ± 13,5 cm dan tinggi ± 12,5 cm. Kemudian stoples dibersihkan dan di lap kering kemudian dimasukkan 200gr beras/ stoples.


(31)

xxix

xxix Persiapan Serangga Sitophylus oryzae

Imago S. oryzae diperoleh dari gudang penyimpanan beras yang sudah terserang hama kumbang bubuk beras. Kemudian imago dibawa ke Laboratorium dan dimasukkan kedalam stoples yang sudah berisi beras. Masing-masing stoples dimasukkan 25 ekor imago kumbang bubuk beras. Kemudian ditutup dengan kertas minyak yang warnanya sesuai dengan warna lampu yang digunakan dalam ruangan tersebut. Kemudian digantungkan lampu sesuai dengan warna kertas minyak penutup stoples dengan jarak ± 25 cm diatas stoples. Kemudian dilakukan pengamatan dua kali dalam Seminggu dengan jumlah pengamatan 8 kali pengamatan. Pengamatan dilakukan dilakukan setiap tiga hari sekali. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah imago kumbang bubuk beras yang telah mati dan yang masih hidup. Diakhir pengamatan dihitung semua jumlah kumbang yang ada di dalam stoples, dan jumlah telur, pupa, imago serta ditimbang beras untuk mengetahui selisih antara berat awal dan berat akhir beras.


(32)

xxx

xxx Peubah Amatan

1. Jumlah hama Sitophylus oryzae yang masih hidup.

2. Persentase mortalitas hama Sitophylus oryzae

Dihitung jumlah imago yang mati di dalam stoples.

Dengan menggunakan rumus : PM = a x 100%

a + b

Keterangan :

PM : Persentase mortalitas imago a : Jumlah imago yang mati

b : Jumlah imago yang hidup (Sulistyowati dan Mufrihati, 2005). 3. Perubahan biomasa beras akibat serangan hama Sitophylus oryzae

Dihitung dengan cara menimbang berat beras sebelum dimasukkan kedalam stoples dan sesudah terserang. Dengan menggunakan persamaan :

Susut bobot bahan = a-b x 100% a Dimana a = berat awal b= berat akhir


(33)

xxxi

xxxi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Mortalitas (%) Imago Sithopylus oryzae Linn

1. Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Persentase Mortalitas (%) Imago Sitophylus oryzae

Data pengamatan persentase mortalitas Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengmatan mulai dari pengamatan 1-8 dapat dilihat pada lampiran 2-8 . Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan warna cahaya yang berbeda pada pengamatan 2 – 8 berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Persentase Mortalitas (%) Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan 1-8

Pengamatan Perlakuan

I II III IV V VI VII VIII

W0 0.67 10.67 b 16.00 b 18.67 b 20.67 c 23.33 b 29.33 b 29.33 c W1 0.00 15.33 a 22.00 a 26.00 a 30.00 b 34.00 b 39.33 b 48.67 b W2 1.33 14.00 a 20.00 a 25.33 a 31.33 a 40.00 a 46.67 a 53.33 a W3 3.33 21.33 a 28.67 a 34.67 a 40.67 a 48.00 a 58.00 a 66.67 a W4 2.00 18.00 a 22.00 a 28.67 a 32.67 a 37.33 a 42.67 b 49.33 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama

tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan (UJD). Hasil penelitian pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan pertama pemberian warna cahaya tidak berpengaruh nyata terhadap W0 (Tanpa cahaya). Sedangkan pada pengamatan 2-8 pemberian warna cahaya yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan W0 (Tanpa cahaya), pada pengamatan 8 perlakuan W0 (Tanpa cahaya) berpengaruh nyata terhadap perlakuan W1, W2, W3, Dan W4 sedangkan perlakuan W1 berpengaruh nyata terhadap perlakuan W0, W2 dan W3 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan W4, perlakuan W2


(34)

xxxii

xxxii

berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan W0, W1 dan W4 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan W3.

Terjadinya peningkatan kematian Sitophylus oryzae yang signifikan pada warna cahaya hijau dikarenakan warna cahaya hijau dalam penelitin ini merupakan warna yang memiliki panjang gelombang yang terbesar sehingga memancarkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan warna yang lainnya. Hal ini sesuai denga literature yang dikemukakan (Anonimous, 2010) yang menyatakan Warna cahaya yang berbeda akan memancarkan perbedaan panjang gelombang. Semakin panjang gelombang yang dipancarkan maka akan semakin besar pula energi yang dihasilkannya. Molekul energi yang dipancarkan juga akan semakin rapat, semakin rapat pancaran molekul yang yang mengandung molekul energi ini akan mengakibatkan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan mahluk hidup dalam hal ini serangga. Semakin besar pula energi yang dipancarkan akan semakin besar juga kenaikan suhu yang ditimbulkannya dalam satuan luas yang tetap atau konstan.


(35)

xxxiii

xxxiii

Untuk melihat perbedaan yang sangat nyata diantara perlakuan cahaya terhadap persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00

I II III IV V VI VII VIII Pengamatan P e rs e n ta s e M o rt a li ta s ( % ) W0 W1 W2 W3 W4

Gambar 1. Histogram pengaruh pemberian warna terhadap persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan.

Hasil penelitian pada pengamatan 8 menunjukkan bahwa persentase mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan W3 (cahaya hijau) yaitu 66,67 % yang

diikuti W2 (cahaya kuning) 53, 3 %, W4 (cahaya putih) 49,33 %, W1 (cahaya merah ) 48,67 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan W0 (tanpa

cahaya ) yaitu 29,33 %.

Dalam hal ini terjadi karena warna hijau merupakan waran dengan panjang gelombang yang terbesar dan energi yang dipancarkannya juga tidak sesuai lagi dengan standard hidup karena terlalu besar Sytophylus oryzae Hal ini sesuai denga literatur yang dikemukakan (Anonimous, 2010) yang menyatakan Warna cahaya yang berbeda akan memancarkan perbedaan panjang gelombang. Semakin panjang gelombang yang dipancarkan maka akan semakin besar pula energi yang dihasilkannya. Molekul energi yang dipancarkan juga akan semakin rapat, semakin


(36)

xxxiv

xxxiv

rapat pancaran molekul yang yang mengandung molekul energi ini akan mengakibatkan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan mahluk hidup dalam hal ini serangga. Semakin besar pula energi yang dipancarkan akan semakin besar juga kenaikan suhu yang ditimbulkannya dalam satuan luas yang tetap atau konstan.

2. Pengaruh Varietas Terhadap Persentase Mortalitas (%) Imago Sitophylus oryzae

Dari pengamatan persentase mortalitas Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan mulai dari pengamatan 1-8 dapat dilihat pada lampiran 2-8 . Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan varietas beras yang berbeda pada pengamatan 1 – 8 berbeda sangat nyata. Untuk melihat perlakuan yang mana yang berbeda sangat nyata dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Beras Terhadap Persentase Mortalitas (%) Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan

Pengamatan  Penrlakuan 

I  II  III  IV  V  VI  VII  VIII 

V1  0.89 b  13.60 b  33.33 b  40.89 b  46.67 b  55.11 b   65.78 b  75.56 b 

V2  4.00 a  18.13 a  39.11 a  48.00 a  56.89 a  66.67 a  78.22 a  89.33 a 

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan (UJD Pada pengamatan 1-8 pada tabel 2, diperoleh bahwa antara V1 (Varietas IR 64) dan V2 (Varietas Ciherang) berbeda nyata pada pengamatan 1-8. Pada pengamatan 8 diperoleh persentase mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan V2 (Varietas Ciherang) yaitu 89,33 % sedangkan pada V1 (Varietas IR 64 ) 75,56 % . dari hasil penelitian didapat bahwa faktor varietas beras berpengaruh nyata terhadap


(37)

xxxv

xxxv

mortalitas imago Sitophylus oryzae. Untuk melihat perbedaan mortalitas antara varietas dalam setiap waktu pengmatan dapat dilihat pada gambar Histogram berikut ini:

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

I II III IV V VI VII VIII Pengamatan

P

e

rsen

ta

se Mo

rt

al

it

as (

%

)

V1 V2

Gambar 2. Histogram pengaruh varietas beras terhadap persentase mortalitas imago Siythopylus oryzae pada setiap waktu pengamatan.


(38)

xxxvi

xxxvi

3. Pengaruh Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae

Pengamatan persentase mortalitas Sitophylus oryzae pada interaksi perlakuan cahaya yang berbeda dengan varietas pada setiap waktu pengamatan mulai dari pengamatan 1-8 dapat dilihat pada lampiran 2-8. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian cahaya yang berbeda dengan varietas beras yang berbeda pada pengamatan 1 – 8 berbeda nyata. Untuk melihat perlakuan yang mana yang berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 3:

Tabel 3. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Persentase Mortalitas (%) Sitophylus oryzae pada setiap waktu Pengamatan

Pengamatan  Perlakuan 

I  II  III  IV  V  VI  VII  VIII 

W0V1  1.33 b  9.33 c  16.00 b  21.33 b  21.33 d  24.00 c  29.33 c  29.33 d 

W1V1  0.00 b  14.67 b  20.00 b  24.00 b  26.67 c  28.00 c  36.00 c  45.33 c 

W2V1  0.00 b  10.67 c  16.00 b  21.33 b  29.33 b  36.00 b  42.67 b  48.00 b 

W3V1  0.00 b  16.00 b  30.67a  28.00 b  32.00 b  40.00 b  46.67 b  56.00 b 

W4V1  1.33 b  17.33 b  17.33 b  28.00 b  30.67 b  37.33 b  42.67 b  48.00 b 

W0V2  0.00 b  12.00 b  16.00 b  16.00 c  20.00 d  22.67 c  29.33 c  29.33 d 

W1V2  0.00 b  16.00 b  24.00 a  28.00 b  33.33 b  40.00 b  42.67 b  52.00 b 

W2V2  2.67 a  17.33 b  24.00 a  29.33 b  33.33 b  44.00 b  50.67 b  58.67 b 

W3V2  6.67 a  26.67 a  26.67 a  41.33 a  49.33 a  56.00 a  69.33 a  77.33 a 

W4V2  2.67 a  18.67 b  26.67 a  29.33 b  34.67 b  37.33 b  42.67 b  45.38 b 

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan (UJD).

Pada pengamatan 1-8 hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian warna cahaya dan varietas yang berbeda berpengaruh nyata terhadap perlakuan yang lainnya dapat dilihat pada tabel. 3. Pada pengamatan 8 persentase mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan W3V2 (cahaya Hijau dengan Varietas beras Ciherang) sebesar 77,33 % yang diikuti dengan W2V2 (cahaya Kuning dengan Varietas beras Ciherang)


(39)

xxxvii

xxxvii

58,67 % (W3V1 (cahaya Hijau dengan Varietas beras IR 64) 56,00 %, W1V2 (cahaya Merah dengan Varietas beras Ciherang) 52.00 %, W4V2 (cahaya putih dengan Varietas beras Chierang) 50,67 %, W4V1 (cahaya putih dengan Varietas beras IR 64) 48,00 %, W2V1 (cahaya kuning dengan Varietas beras Chierang) 48,00 %, W1V1 (cahaya merah dengan Varietas beras IR 64) 45, 33 %, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan W0V1 (Tanpa cahaya dengan Varietas beras IR 64) yaitu 29,33 % dan W0V2 (tanpa cahaya dengan Varietas Chierang) yaitu 29,33 % Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas pada interaksi perlakuan pemberian warna cahaya dengan varietas beras pada setiap waktu pengamatan selalu mengalami kenaikan secara bertahap dari pengmatan 1-8. untuk melihat persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae dapat dilihat pada Gambar 3:

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 W0 V 1 W1 V 1 W2 V 1 W3 V 1 W4 V 1 W0 V 2 W1 V 2 W2 V 2 W3 V 2 W4 V 2 Perlakuan P er sen ta se M o rt al it as ( % ) Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III Pengamatan IV Pengamatan V Pengamatan VI Pengamatan VII Pengamatan VIII

Gambar 3. Histogram pengaruh interaksi pemberian cahaya dan varietas beras terhadap persentase mortalitas imago Sitophylus oryzae pada setiap waktu pengamatan.


(40)

xxxviii

xxxviii

Perubahan Biomasa Beras Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae (gr)

1. Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Perubahan Biomasa Beras Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae (gr)

Pengamatan perubahan biomasa beras akibat serangan Sitophylus oryzae pada perlakuan cahaya yang berbeda pada waktu pengamatan terakhir dapat dilihat pada lampiran Lampiran 1. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian cahaya yang berbeda pada pengamatan terakhir berbeda nyata, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji Beda Rataan Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Perubahan Biomasa Beras atau Susut Bobot (gr) Akibat Serangan Hama p Sitophylus oryzae ada Akhir Pengamatan.

Perlakuan Susut Bobot  W0  5,19 a  W1  4,15 b  W2  2,99 c  W3  1,93 d  W4  3,56 b 

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan (UJD). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata susut bobot (gr) akibat serangan Sitophylus oryzae pada perlakuan pemberian cahaya yang berbeda dimana W0 (tanpa cahaya) berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya sedangkan perlakuan W1 (cahaya Merah) berbeda sangat nyata terhadap perlakuan yang lain kecuali terhadap perlakuan W4 (cahaya Putih). Pada pengamatan terakhir susut bobot yang tertinggi terdapat pada perlakuan W0 (tanpa cahaya) sebesar 5,19 gr yang diikuti W1 (cahaya Merah) 4,15 gr, W4 (cahaya Putih) 3,56 gr, W2 (cahaya


(41)

xxxix

xxxix

Kuning) 2,99 gr dan susut bobot terendah terdapat pada perlakuan W3 (cahaya Hijau) 1,93 gr.

2. Pengaruh Faktor Cahaya Terhadap Perubahan Biomasa Beras (gr) Akibat Serangan Hama Sitophylus oryzae

Pada pengamatan susut bobot pada perlakuan faktor varietas yang bebeda (V) akibat serangan hama Sitophylus oryzae yang dilakukan di akhir penelitian dapat dilihat pada lampiran 1. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa susut bobot pada perlakuan varietas beras yang berbeda diakhir pengamatan menunjukkan berbeda nyata, dapat dilihat pada Tabel 5:

Tabel 5. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Beras Terhadap Susut Bobot Beras (gr) akibat serangan Sitophylus oryzae diakhir pengamatan

Perlakuan  Susut Bobot  V1  5,19 b  V2  4,15 a 

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan (UJD).

Hasil analisis sisdik ragam pada tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap susut bobot (gr) yang akibatkan serangan Sitophylus oryzae diakhir pengamatan. Susut bobot yang paling tinggi terdapat pada perlakuan V1 (varietas IR 64) yaitu 5,19 (gr) dan terendah pada perlakuan V2 (varietas Chierang) 4,15 gr.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas IR-64 memiliki susut bobot yang terbesar yakni sebesar 5,19 % dibandingkan dengan varietas chierang yakni sebesar 4,15%. Hal ini ssuai dengan literatur yang dikemukakan oleh


(42)

xl

xl

(Haryadi, 2006) yang menyatakanVarietas IR 64 merupakan varietas beras dengan kadar amilosa yang tinggi, yakni mencapai 26% dan memiliki tekstur yang lebih yang lebih b rapuh. Sedangkan varietas chierang memiliki kadar amilosa yang lebih rendah, yakni 23% dan memiliki tektsur yang lebih keras sehingga lebih susah bagi Sitophylus orizae untuk menyerangnya.

3. Pengaruh Interaksi Pemberian Warna Cahaya dan Varietas Beras Terhadap Perubahan Biomasa Beras (gr) akibat serangan Hama Sitophylus oryzae Pada Waktu Akhir Pengamatan

Pengamatan perubahan biomasa beras akibat serangan hama Sitophylus oryzae diakhir pengamatan pada interaksi perlakuan cahaya yang berbeda

dengan varietas dapat dilihat pada lampiran 1 . Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian cahaya yang berbeda dengan varietas beras yang berbeda diakhir pengamatan berpengaruh nyata antar perlakaun, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Beda Rataan Interaksi Pemberian Warna Cahaya yang Berbeda dan Varietas Beras Terhadap Perubahan Biomasa atau Susut Bobot Beras (gr) akibat serangan Sitophylus oryzae diakhir pengamatan

Warna Varietas

W0 W1 W2 W3 W4 V1 5.78a 4.10b 2.40d 2.05d 2.52d

V2 4.60b 4.20b 3.58c 1.80e 4.60b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan (UJD. Pengamatan susut bobot (gr) diakhir pengamatan menunjukkan bahwa interaksi pemberian warna cahaya yang berbeda dengan varietas yang berbeda berpengaruh nyata antar perlakuan seperti terlihat pada tabel 6. Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan W0V1 (tanpa cahaya dengan varietas IR64)


(43)

xli

xli

berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan lainnya. Susut bobot terendah terdapat pada perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan W0V1 (tanpa cahaya dengan varietas IR 64) sebesar 5,78 gr sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan W3V2 (cahaya Hijau dengan varietas Chierang ) yaitu 1,80 gram.

Susut bobot tertinggi pada varietas IR 64 lebih tinggi dikarenakan kumbung bubuk beras lebih menyukai beras dengan kadar amilosa yang lebih tinggi yakni mencapai 27% sedangkan pada varietas Chierang yang hanya memiliki kadar amilosa sekitar 23 % hal ini sesuai dengan literaratur yang dikemukakan (Kartasapoetra, 1991) yang menyatakan Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang terdapat di dalam beras tersebut antara lain kandungan amilosa, tekstur, protein, lemak dsb yang diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan bentuk materialnya.


(44)

xlii

xlii

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan W0V1 (tanpa cahaya dengan varietas IR 64) sebesar 5,78 gr sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan W3V2 (cahaya Hijau dengan varietas Chierang ) yaitu 1,80 gram. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas tertinggi terdapat

pada perlakuan W3 (cahaya hijau) yaitu 66,67 % yang diikuti W2 (cahaya kuning) 53, 3 %, W4 (cahaya putih) 49,33 %, W1 (cahaya merah ) 48,67 % dan yang terenda terdapat pada perlakuan W0 (tanpa cahaya ) yaitu 29,33 %.

3. Hasil penelitian menunjukkan susut bobot yang tertinggi terdapat pada perlakuan W0 (tanpa cahaya) sebesar 5,19 gr yang diikuti W1 (cahaya Merah) 4,15 gr, W4 (cahaya Putih) 3,56 gr, W2 (cahaya Kuning) 2,99 gr dan susut bobot terendah terdapat pada perlakuan W3 (cahaya Hijau) 1,93 gr.

4. Hasil penelitian menunujukkan persentase mortalitas tertinggi terdapat pada perlakuan V2 (Varietas Ciherang) yaitu 89,33 % sedangkan pada V1 (Varietas IR 64 ) 75,56 % . dari hasil penelitian didapat bahwa faktor varietas beras berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas imago Sitophylus oryzae.

Saran

Sebaiknya penelitian ini dilanjutkan dalam yang lebih besar, misalnya untuk


(45)

xliii

xliii

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2010. Panjang Gelombang Warna.

Anonimus., 2009. Rice Weevil ( Sitophilus oryzae L. ). www.infonet-biovision.org/defaul...20/pests.

Anonimous ., 2008a.

http://naynienay.wordpress.com/category/. Pada tanggal 15 Mei 2008.

. ., 2008b. Jenis-jenis Serangga Yang Ditemukan Pada Tempat

Penyimpanan. Diakses dari : 15 Mei 2008.

________,2007a. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Dukungan Aspek Teknologi Pascapanen. Avaible at.com/search//q.

Bangun, M.K., 1989. Rancangan Percobaan, Fakultas Pertanian USU, Medan. Heri. P dan Asih. N., 1995. Menyimpan Bahan Pangan, Penebar Swadaya, Jakarta. Haryadi., 2006. Teknologi Pengolahan Beras.Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Kartasapoetra, A.G., 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang, Rineka Cipta Jakarta.

Kalshoven,L.G.E. 1981. The Pest of Crop in Indonesia. Revised by Van der Laan.P.T.Ictiar Baru van Hoeve, Jakarta.

Kusmayadi, A.,1997. Pengaruh Derajat Sosoh Dan Jenis kemasaman Terhadap Pertumbuhan populasi S.zeamays. Program Nasional Pengendalian hama Terpadu sekertariat Proyek PHT pusat Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.

Marbun, C.U dan Yuswani P., 1991, Ketahanan Beberapa Jenis Beras Simpan Terhadap Hama Bubuk Beras, Sitophylus orizae (Coleoptera, Curculionidae) di Gudang, Fakultas Pertanian USU, Medan.


(46)

xliv

xliv

Mangundihardjo, S., 1978. Hama-Hama Tanaman Pertanian di Indonesia Pada Bahan Dalam Simpanan, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Natawigena, H., 1975. Entomologi Pertanian, Orba Shakti Bandung, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Pracaya., 1991, Hama dan Penyakit Tanaman, Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R dan Saputra Sugandi., 1994. Hama Tanaman dan Teknik pengendalian, Bumi aksara, Jakarta.

Saenong, M.S dan Hipi, A., 2005. Hasil-Hasil Teknologi Pengelolaan Hama Kumbang Bubuk S.zeamays Motch ( Coleoptera: Curculionidae ) pada tanaman ja Diakses pada tanggal 23 mei 2009.

Sitepu, S. F., Zulnayati dan Yuswani, P., 2004. Patologi Benih Dan Hama Pasca Panen. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Sitinjak, K., 1986, Pasca Panen, Fakultas Pertanian USU, Medan.

Soekarna, D., 1982, Masalah Hama Gudang Dan Pengendaliannya, Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Soemarno, 2007. Globalisasi dan Agroekosistem Organi. Avialable at . Diakses Tanggal 28 Januari 2008.

Sulistyowati, E. S. Wardani dan E. Mufrihati, 2005. Pengembangan Teknik Pemantauan Hama Bubuk Beras (Sitophylus oryzae Linn). Ahli Peneliti, Peneliti dan Teknisi (Senior Researcher, Researcher and Tecnision): Pusat Peneliti Gabah dan Beras

Syarief, R. dan Halid Hariyadi., 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan, Arcan, Jakarta.

Tandiabang, J., Tenrirawe, A., dan Surtikanti., 2009. Pengelolaan Hama Pasca Panen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia,

Diakses pada tgl

23 Mei 2009.

Untung. K., 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.


(47)

xlv

xlv

Widjono, A., Thahir, R., Damardjati, D.S dan Syam, M.,1982. Risalah Lokakarya Pasca Panen Tanaman Pangan. Cibogo, Bogor.


(48)

xlvi

xlvi

Lampiran 1. Data Susut Bobot Beras Pada Akhir Pengamatan

   Ulangan     Perlakuan 

I  II  II 

Total  Rataan 

W0V1  1.8  1.7 1.9 5.40  1.8

W1V1  2.0  2.6 2.8 7.30  2.4

W2V1  2.2  2.5 2.5 7.20  2.4

W3V1  2.0  2.1 2.1 6.15  2.1

W4V1  2.3  2.4 2.9 7.55  2.5

W0V2  3.4  4.1 4.4 11.80  3.9

W1V2  4.1  4.3 4.3 12.60  4.2

W2V2  4.6  4.6 4.6 13.75  4.6

W3V2  4.7  4.6 5.1 14.35  4.8

W4V2  4.8  5.1 5.0 14.80  4.9

Total  31.8  33.8 35.4 100.90   

Rataan  3.2  3.4 3.5    3.4

Tabel Dwikasta Total

Warna Lampu  Varietas

W0  W1  W2  W3  W4  Total  Rataan 

V1  5.40  7.30 7.20 6.15 7.55 33.60  6.72

V2  11.80  12.60 13.75 14.35 14.80 67.30  13.46 Total  17.20  19.90 20.95 20.50 22.35 100.90    

Rataan  8.60  9.95 10.48 10.25 11.18    10.09

Tabel Dwikasta Rataan

Warna Lampu  Varietas

W0  W1  W2  W3  W4  Total  Rataan 

V1  1.80  2.43 2.40 2.05 2.52 11.20  2.24

V2  3.93  4.20 4.58 4.78 4.93 22.43  4.49

Total  5.73  6.63 6.98 6.83 7.45 33.63    

Rataan  2.87  3.32 3.49 3.42 3.73    3.36

Daftar Analisis Sidik Ragam Susut Bobot Beras Pada Akhir Pengamatan IS

Sumber Keragaman  db  JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01   

Perlakuan    9  41.02              


(49)

xlvii

xlvii

Varietas    1  37.86  37.86  544.70  **  4.35 3.10    W x V    4  0.77  0.19  2.77  *  2.67 4.33   

Error    20  1.39  0.07       

Total     29  42.41                 

      Keterangan   

KK  339.36      tn    =  Tidak nyata 

FK  7.84      *      =  Nyata   

      **   =  Sangat nyata 

Uji Jarak Duncan Susut Bobot Beras Pada Akhir Pengamatan Pada Perlakuan Warna yang Berbeda

Sy  0.19             

P  2  3  4  5  6 

SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47  LSR 0,01  0.75  0.79  0.81  0.82  0.83  Perlakuan  W0  W1  W3  W2  W4  Rataan  2.87  3.32  3.42  3.49  3.73 

   

   

      a 

  .b         

Uji Jarak Duncan Susut Bobot Beras Pada Akhir Pengamatan Perlakuan Varietas Yang Berbeda

Sy  0.07    

P  2  3

SSR 0,01  4.02  4.22 LSR 0,01  0.30  0.31 Perlakuan  V1  V2 Rataan  2.24  4.49

    .a 

  .b   

Uji Jarak Duncan Susut Bobot Beras Pada Akhir Pengamatan Interaksi Perlakuan Warna Dengan Varietas Yang Berbeda

Sy  0.12                            

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11 

SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47  4.53  4.58  4.61  4.65  4.69 

LSR 0,01  0.50  0.52  0.54  0.55  0.56  0.56  0.57  0.57  0.58  0.58 

Perlakuan  W0V1  W3V1  W2V1  W1V1  W4V1  W0V2  W1V2  W2V2  W3V2  W4V2 


(50)

xlviii

xlviii

       

 

 

    a 

       

 

 

  b       

   

 

 

      c       

  .d       

Lampiran 2. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan I Ulangan 

Perlakuan 

I  II  II 

Total  Rataan 

W0V1  0.00  0.00 4.00 4.00 1.33 

W1V1  0.00  0.00 0.00 0.00 0.00 

W2V1  0.00  0.00 0.00 0.00 0.00 

W3V1  0.00  0.00 0.00 0.00 0.00 

W4V1  0.00  0.00 4.00 4.00 1.33 

W0V2  0.00  0.00 0.00 0.00 0.00 

W1V2  0.00  0.00 0.00 0.00 0.00 

W2V2  4.00  0.00 4.00 8.00 2.67 

W3V2  4.00  8.00 8.00 20.00 6.67 

W4V2  4.00  4.00 0.00 8.00 2.67 

Total  12.00  12.00 20.00 44.00  

Rataan  1.20  1.20 2.00    1.47 

Transformasi Data Arc Sin      

Perlakuan Ulangan Total Rataan


(51)

xlix

xlix

W0V1 5.32  5.32  11.54  22.18  7.39  W1V1 5.32  5.32  5.32  15.96  5.32  W2V1 5.32  5.32  5.32  15.96  5.32  W3V1 5.32  5.32  5.32  15.96  5.32  W4V1 5.32  5.32  11.54  22.18  7.39  W0V2 5.32  5.32  5.32  15.96  5.32  W1V2 5.32  5.32  5.32  15.96  5.32  W2V2 11.54  5.32  11.54  28.39  9.46  W3V2 11.54  16.43  16.43  44.40  14.80  W4V2 11.54  11.54  5.32  28.39  9.46  Total 71.85 70.53 82.96 225.34   

Rataan 7.19 7.05 8.30    7.51

Tabel Dwi Kasta  Total                 Warna Lampu 

Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  22.18  15.96 15.96 15.96 22.18  92.23  18.45 V2  15.96  15.96 28.39 44.40 28.39  133.10  26.62 Total  38.14  31.92 44.35 60.36 50.57  225.34     Rataan  19.07  15.96 22.18 30.18 25.29    22.53

Tabel Dwikasta Rataan                

Warna Lampu  Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  7.39  5.32 5.32 5.32 7.39  30.74  10.25 V2  5.32  5.32 9.46 14.80 9.46  44.37  14.79 Total  12.71  10.64 14.78 20.12 16.86  75.11    

Rataan  6.36  5.32 7.39 10.06 8.43    12.52

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan I     

Sumber Keragaman  db  JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan  9  254.33            

Warna    4  80.91  20.23  3.40  *  2.67  4.43  Varietas    1  55.68  55.68  9.36  **  4.35  3.10  W x V    4  117.75  29.44  4.95  **  2.67  4.33 

Error    20  119.03  5.95         

Total     29  373.36                

       

KK  1692.58         Keterangan   


(52)

l

l

      *      =  Nyata   

      **   =  Sangat nyata 

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy  1.73      

P  2 3 4 5  6    

SSR 0,01  4.02 4.22 4.33 4.40  4.47    

LSR 0,01  6.93 7.28 7.47 7.59  7.71    

Perlakuan  W1  W0  W2  W4  W3     

Rataan  5.32  6.36  7.39  8.43  10.06     

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

Sy  0.69         

P  2 3      

SSR 0,01  4.02 4.22      

LSR 0,01  2.77 2.91      

Perlakuan  V1  V2       

Rataan  10.25  14.79       

    .a       

  .b       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

Sy  1.15                            

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47  4.53  4.58  4.61  4.65  4.69  LSR 0,01  4.62  4.85  4.98  5.06  5.14  5.21  5.27  5.30  5.35  5.39  Perlakuan  W1V1  W2V1  W3V1  W0V2  W1V2  W0V1  W4V1  W2V2  W4V2  W3V2  Rataan  5.32  5.32  5.32  5.32  5.32  7.39  7.39  9.46  9.46  14.80 

       

   

 

    a 

 

 

 


(53)

li

li

Lampiran 3. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan II

Ulangan Perlakuan

I II III Total Rataan

W0V1 12.00 8.00 8.00 28.00 9.33 W1V1 16.00 12.00 16.00 44.00 14.67 W2V1 12.00 8.00 12.00 32.00 10.67 W3V1 20.00 16.00 12.00 48.00 16.00 W4V1 16.00 16.00 20.00 52.00 17.33 W0V2 8.00 12.00 16.00 36.00 12.00 W1V2 20.00 12.00 16.00 48.00 16.00 W2V2 20.00 16.00 16.00 52.00 17.33 W3V2 28.00 24.00 28.00 80.00 26.67 W4V2 20.00 20.00 16.00 56.00 18.67

Total 172.00 144.00 160.00 476.00

Rataan 17.20 14.40 16.00 15.87

Tabel Dwikasta Total      

Warna Lampu  Varietas

W0  W1  W2  W3  W4  Total  Rataan 

V1  28.00  44.00 32.00 48.00 52.00 204.00  40.80 V2  36.00  48.00 52.00 80.00 56.00 272.00  54.40 Total  64.00  92.00 84.00 128.00 108.00 476.00    

Rataan  32.00  46.00 42.00 64.00 54.00    47.60

Tabel Dwikasta Rataan       

Warna Lampu  Varietas

W0  W1  W2  W3  W4  Total  Rataan 

V1  9.33  14.67 10.67 16.00 17.33 68.00  13.60 V2  12.00  16.00 17.33 26.67 18.67 90.67  18.13

Total  21.33  30.67 28.00 42.67 36.00 158.67    


(54)

lii

lii

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan II   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan    9  644.80            

Warna    4  391.47  97.87  11.47  **  2.67 4.43  Varietas    1  154.13  154.13  18.06  **  4.35 3.10  W x V    4  99.20  24.80  2.91  *  2.67 4.33 

Error    20  170.67  8.53         

Total     29  815.47               

      Keterangan   

KK  7552.53         tn    =  Tidak nyata 

FK  18.41         *      =  Nyata   

      **   =  Sangat nyata 

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy  2.07      

P  2 3 4 5  6    

SSR 0,01  4.02 4.22 4.33 4.40  4.47    

LSR 0,01  8.30 8.72 8.94 9.09  9.23    

Perlakuan  W0  W2  W1  W4  W3     

Rataan  10.67  14.00  15.33  18.00  21.33     

   

 

     .  a     

  .b       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

Sy  0.83       

P  2 3       

SSR 0,01  4.02 4.22       

LSR 0,01  3.32 3.49       

Perlakuan  V1 V2       

Rataan  13.60 18.13       

    .a       


(55)

liii

liii

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

Sy  1.38       

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47  4.53  4.58  4.61  4.65  4.69  LSR 0,01  5.54  5.81  5.96  6.06  6.16  6.24  6.31  6.35  6.40  6.46  Perlakuan  W0V1  W2V1  W0V2  W1V1  W3V1  W4V1  W2V2  W1V2  W4V2  W3V2  Rataan   9.33  10.67  12.00  14.67  16.00  17.33  17.33  16.00  18.67  26.67 

      .a 

   

 

 

      b   

   

 

  c       

Lampiran 4. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan III

   Ulangan     Perlakuan 

I  II  II  Total  Rataan  W0V1  20.00  12.00 16.00 48.00  16.00 W1V1  20.00  16.00 24.00 60.00  20.00 W2V1  16.00  12.00 20.00 48.00  16.00 W3V1  32.00  28.00 32.00 92.00  30.67 W4V1  16.00  16.00 20.00 52.00  17.33


(56)

liv

liv

W0V2  16.00  16.00 16.00 48.00  16.00 W1V2  28.00  20.00 24.00 72.00  24.00 W2V2  24.00  24.00 24.00 72.00  24.00 W3V2  28.00  24.00 28.00 80.00  26.67 W4V2  24.00  28.00 28.00 80.00  26.67 Total  224.00  196.00 232.00 652.00     Rataan  22.40  19.60 23.20    21.73 Transformasi Data Arc Sin      

Ulangan Perlakuan

I II II Total Rataan

W0V1 26.57  20.27  23.58  70.41  23.47  W1V1 26.57  23.58  29.33  79.48  26.49  W2V1 23.58  20.27  26.57  70.41  23.47  W3V1 34.45  31.95  34.45  100.85  33.62  W4V1 23.58  23.58  26.57  73.72  24.57  W0V2 23.58  23.58  23.58  70.73  23.58  W1V2 31.95  26.57  29.33  87.85  29.28  W2V2 29.33  29.33  29.33  88.00  29.33  W3V2 31.95  29.33  31.95  93.23  31.08  W4V2 29.33  31.95  31.95  93.23  31.08  Total 280.88 260.40 286.63 827.91    Rataan 28.09 26.04 28.66    27.60

Tabel Dwi Kasta  Total                Warna Lampu 

Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  70.41  79.48 70.41  100.85 73.72 394.87  78.97 V2  70.73  87.85 88.00  93.23 93.23 433.04  86.61 Total  141.15  167.32 158.41  194.08 166.95 827.91     Rataan  70.57  83.66 79.21  97.04 83.48   82.79 Tabel Dwikasta Rataan                

Warna Lampu  Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  23.47  26.49 23.47  33.62 24.57 131.62  43.87 V2  23.58  29.28 29.33  31.08 31.08 144.35  48.12 Total  47.05  55.77 52.80  64.69 55.65 275.97     Rataan  23.52  27.89 26.40  32.35 27.83   46.00


(57)

lv

lv

Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan III   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan  9  380.61            

Warna    4  244.24  61.06  13.57  **  2.67 4.43  Varietas    1  48.58  48.58  10.80  **  4.35 3.10  W x V    4  87.79  21.95  4.88  **  2.67 4.33 

Error    20  89.99  4.50         

Total     29  470.60                

       

KK  22847.93      Keterangan   

FK  7.69      tn    =  Tidak nyata 

      *      =  Nyata   

      **   =  Sangat nyata 

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy  1.50                 

P  2 3 4  5 6    

SSR 0,01  4.02 4.22 4.33  4.40 4.47    

LSR 0,01  6.03 6.33 6.49  6.60 6.70    

Perlakuan  W0  W2  W4  W1  W3     

Rataan  23.52  26.40  27.83  27.89  32.35     

 

    

 

    a     

  .b       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

Sy  0.60          

P  2  3       

SSR 0,01  4.02  4.22       

LSR 0,01  2.41  2.53       

Perlakuan  V1  V2       

Rataan  43.87  48.12       

    .a       

  .b       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

Sy  1.00                            

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47  4.53  4.58  4.61  4.65  4.69  LSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47  4.53  4.58  4.61  4.65  4.69  Perlakuan  W0V1  W2V1  W0V2  W4V1  W1V1  W1V2  W2V2  W4V2  W3V2  W3V1  Rataan  23.47  23.47  23.58  24.57  26.49  29.28  29.33  31.08  31.08  33.62 


(58)

lvi

lvi

       

 

 

        a 

 

 

      b       

Lampiran 5. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan IV

   Ulangan     Perlakuan 

I  II  II 

Total  Rataan  W0V1  24.00  20.00 20.00 64.00  21.33 W1V1  28.00  20.00 24.00 72.00  24.00 W2V1  20.00  20.00 24.00 64.00  21.33 W3V1  32.00  28.00 24.00 84.00  28.00 W4V1  24.00  28.00 32.00 84.00  28.00 W0V2  16.00  16.00 16.00 48.00  16.00 W1V2  32.00  24.00 28.00 84.00  28.00 W2V2  32.00  28.00 28.00 88.00  29.33 W3V2  52.00  36.00 36.00 124.00  41.33 W4V2  28.00  28.00 32.00 88.00  29.33 Total  288.00  248.00 264.00 800.00   

Rataan  28.80  24.80 26.40    26.67 Transformasi Data Arc Sin      

Ulangan Perlakuan

I II II Total Rataan

W0V1 29.33  26.57  26.57  82.46  27.49  W1V1 31.95  26.57  29.33  87.85  29.28 


(59)

lvii

lvii

W2V1 26.57  26.57  29.33  82.46  27.49  W3V1 34.45  31.95  29.33  95.73  31.91  W4V1 29.33  31.95  34.45  95.73  31.91  W0V2 23.58  23.58  23.58  70.73  23.58  W1V2 34.45  29.33  31.95  95.73  31.91  W2V2 34.45  31.95  31.95  98.35  32.78  W3V2 46.15  36.87  36.87  119.89  39.96  W4V2 31.95  31.95  34.45  98.35  32.78  Total 322.20 297.27 307.81 927.28    Rataan 32.22 29.73 30.78    30.91

Tabel Dwi Kasta  Total                 Warna Lampu 

Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  82.46  87.85 82.46  95.73 95.73 444.24  88.85 V2  70.73  95.73 98.35  119.89 98.35 483.04  96.61 Total  153.20  183.58 180.81  215.62 194.08 927.28     Rataan  76.60  91.79 90.40  107.81 97.04   92.73 Tabel Dwikasta Rataan                

Warna Lampu  Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  27.49  29.28 27.49  31.91 31.91 148.08  49.36 V2  23.58  31.91 32.78  39.96 32.78 161.01  53.67 Total  51.07  61.19 60.27  71.87 64.69 309.09     Rataan  25.53  30.60 30.13  35.94 32.35   51.52 Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengamatan IV   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan  9  515.33            

Warna    4  341.62  85.41  13.17  **  2.67 4.43  Varietas    1  50.20  50.20  7.74  **  4.35 3.10  W x V    4  123.51  30.88  4.76  **  2.67 4.33 

Error    20  129.69  6.48         

Total     29  645.02                

       

KK  28661.79      Keterangan   

FK  8.24      tn    =  Tidak nyata 

      *      =  Nyata   


(60)

lviii

lviii

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy  1.80       

P  2  3  4 5 6     

SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47      LSR 0,01  7.24  7.60  7.80  7.92  8.05     

Perlakuan  W0  W2  W1  W4  W3     

Rataan  25.53  30.13  30.60  32.35  35.94     

   

 

       A     

  .B       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

Sy  1.20                            

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47  4.53  4.58  4.61  4.65  4.69  LSR 0,01  4.83  5.07  5.20  5.28  5.37  5.44  5.50  5.53  5.58  5.63  Perlakuan  W0V2  W2V1  W0V1  W1V1  W1V2  W3V1  W4V1  W2V2  W4V2  W3V2  Rataan  23.58  27.49  27.49  29.28  31.91  31.91  31.91  32.78  32.78  39.96 

      .a 

 

 

 

      b   

  .c       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

Sy  0.72       

P  2  3       

SSR 0,01  4.02  4.22       

LSR 0,01  2.90  3.04       

Perlakuan  V1  V2       

Rataan  49.36  53.67       

    .a       


(61)

lix

lix

Lampiran 6. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan V

   Ulangan     Perlakuan 

I  II  II 

Total  Rataan  W0V1  24.00  20.00 20.00 44.00 21.33 W1V1  28.00  24.00 28.00 52.00 26.67 W2V1  28.00  28.00 32.00 56.00 29.33 W3V1  36.00  32.00 28.00 68.00 32.00 W4V1  28.00  32.00 32.00 60.00 30.67 W0V2  20.00  20.00 20.00 40.00 20.00 W1V2  36.00  32.00 32.00 68.00 33.33 W2V2  36.00  32.00 32.00 68.00 33.33 W3V2  56.00  48.00 44.00 104.00 49.33 W4V2  36.00  32.00 36.00 68.00 34.67 Total  328.00  300.00 304.00 628.00  

Rataan  32.80  30.00 30.40    31.07

       

Transformasi Data Arc Sin       Ulangan

Perlakuan

I II II Total Rataan

W0V1 29.33  26.57  26.57  82.46  27.49  W1V1 31.95  29.33  31.95  93.23  31.08  W2V1 31.95  31.95  34.45  98.35  32.78  W3V1 36.87  34.45  31.95  103.27  34.42  W4V1 31.95  34.45  34.45  100.85  33.62  W0V2 26.57  26.57  26.57  79.70  26.57  W1V2 36.87  34.45  34.45  105.77  35.26  W2V2 36.87  34.45  34.45  105.77  35.26  W3V2 48.45  43.85  41.55  133.85  44.62  W4V2 36.87  34.45  36.87  108.19  36.06  Total 347.67 330.52 333.25 1011.43    Rataan 34.77 33.05 33.32    33.71


(62)

lx

lx

Tabel Dwi Kasta  Total                 Warna Lampu 

Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  82.46  93.23 98.35  103.27 100.85 478.16  95.63 V2  79.70  105.77 105.77  133.85 108.19 533.28  106.66 Total  162.16  199.00 204.12  237.12 209.04 1011.43     Rataan  81.08  99.50 102.06  118.56 104.52   101.14 Tabel Dwikasta Rataan                

Warna Lampu  Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  27.49  31.08 32.78  34.42 33.62 159.39  53.13 V2  26.57  35.26 35.26  44.62 36.06 177.76  59.25 Total  54.05  66.33 68.04  79.04 69.68 337.14     Rataan  27.03  33.17 34.02  39.52 34.84   56.19 Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan V   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan  9  682.14            

Warna    4  480.57  120.14  36.15  **  2.67 4.43  Varietas    1  101.28  101.28  30.48  **  4.35 3.10  W x V    4  100.29  25.07  7.54  **  2.67 4.33 

Error    20  66.47  3.32         

Total     29  748.61                

       

KK  34099.94      Keterangan   

FK  5.41      tn    =  Tidak nyata 

      *      =  Nyata   

      **   =  Sangat nyata 

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu 

Sy  1.29       

P  2  3  4  5  6     

SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47      LSR 0,01  5.18  5.44  5.58  5.67  5.76     

Perlakuan  W0  W1  W2  W4  W3     

Rataan  27.03  33.17  34.02  34.84  39.52     

   

   


(63)

lxi

lxi

    .b 

 

         

  .c       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

Sy  0.52       

P  2  3       

SSR 0,01  4.02  4.22       

LSR 0,01  2.07  2.18       

Perlakuan  V1  V2       

Rataan  53.13  59.25       

    .a       

  .b       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

Sy  0.86                            

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47  4.53  4.58  4.61  4.65  4.69  LSR 0,01  3.45  3.63  3.72  3.78  3.84  3.89  3.94  3.96  4.00  4.03  Perlakuan  W0V2  W0V1  W1V1  W2V1  W4V1  W3V1  W1V2  W2V2  W4V2  W3V2  Rataan  26.57  27.49  31.08  32.78  33.62  34.42  35.26  35.26  36.06  44.62 

      a 

     

   

 

      b   

      .c       

 

 

 


(64)

lxii

lxii

Lampiran 7. Data Persentase Mortalitas Imago Sitophylus oryzae pada pengamatan VI

Ulangan  Perlakuan 

I  II  II 

Total  Rataan  W0V1  24.00  24.00 24.00  72.00 24.00 W1V1  32.00  24.00 28.00  84.00 28.00 W2V1  32.00  32.00 44.00  108.00 36.00 W3V1  44.00  36.00 40.00  120.00 40.00 W4V1  36.00  36.00 40.00  112.00 37.33 W0V2  24.00  20.00 24.00  68.00 22.67 W1V2  44.00  36.00 40.00  120.00 40.00 W2V2  48.00  40.00 44.00  132.00 44.00 W3V2  64.00  48.00 56.00  168.00 56.00 W4V2  36.00  36.00 40.00  112.00 37.33 Total  384.00  332.00 380.00  1096.00  

Rataan  38.40  33.20 38.00     36.53

       

Transformasi Data Arc Sin       Ulangan

Perlakuan

I II II Total Rataan

W0V1 29.33  29.33  29.33  88.00  29.33  W1V1 34.45  29.33  31.95  95.73  31.91  W2V1 34.45  34.45  41.55  110.45  36.82  W3V1 41.55  36.87  39.23  117.66  39.22  W4V1 36.87  36.87  39.23  112.97  37.66  W0V2 29.33  26.57  29.33  85.23  28.41  W1V2 41.55  36.87  39.23  117.66  39.22  W2V2 43.85  39.23  41.55  124.64  41.55  W3V2 53.13  43.85  48.45  145.43  48.48  W4V2 36.87  36.87  39.23  112.97  37.66  Total 381.40 350.25 379.10 1110.74    Rataan 38.14 35.02 37.91    37.02

Tabel Dwi Kasta  Total                 Warna Lampu 

Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  88.00  95.73 110.45  117.66 112.97 524.81  104.96 V2  85.23  117.66 124.64  145.43 112.97 585.93  117.19 Total  173.23  213.39 235.09  263.09 225.94 1110.74     Rataan  86.62  106.69 117.55  131.54 112.97   111.07


(1)

Lampiran 9. Data Persentase Mortalitas Imago

Sitophylus oryzae

pada pengamatan

VIII

   Ulangan     Perlakuan 

I  II  II 

Total  Rataan  W0V1  28.00  28.00 32.00 88.00 29.33 W1V1  44.00  48.00 44.00 136.00 45.33 W2V1  44.00  44.00 56.00 144.00 48.00 W3V1  56.00  52.00 60.00 168.00 56.00 W4V1  44.00  48.00 52.00 144.00 48.00 W0V2  28.00  28.00 32.00 88.00 29.33 W1V2  60.00  48.00 48.00 156.00 52.00 W2V2  64.00  52.00 60.00 176.00 58.67 W3V2  84.00  72.00 76.00 232.00 77.33 W4V2  52.00  48.00 52.00 152.00 50.67 Total  504.00  468.00 512.00 1484.00  

Rataan  50.40  46.80 51.20    49.47

       

Transformasi Data Arc Sin      

Ulangan Perlakuan

I II II Total Rataan

W0V1 31.95  31.95  34.45  98.35  32.78  W1V1 41.55  43.85  41.55  126.96  42.32  W2V1 41.55  41.55  48.45  131.55  43.85  W3V1 48.45  46.15  50.77  145.36  48.45  W4V1 41.55  43.85  46.15  131.55  43.85  W0V2 31.95  31.95  34.45  98.35  32.78  W1V2 50.77  43.85  43.85  138.48  46.16  W2V2 53.13  46.15  50.77  150.04  50.01  W3V2 66.42  58.05  60.67  185.14  61.71  W4V2 46.15  43.85  46.15  136.15  45.38  Total 453.47 431.21 457.25 1341.93   

Rataan 45.35 43.12 45.72    44.73

Tabel Dwi Kasta  Total                 Warna Lampu 

Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  98.35  126.96 131.55  145.36 131.55 633.78  126.76


(2)

Tabel Dwikasta Rataan                 Warna Lampu 

Varietas 

W0  W1  W2  W3  W4 

Total  Rataan  V1  32.78  42.32 43.85  48.45 43.85 211.26  70.42 V2  32.78  46.16 50.01  61.71 45.38 236.05  78.68 Total  65.56  88.48 93.87  110.17 89.23 447.31     Rataan  32.78  44.24 46.93  55.08 44.62   74.55 Daftar Analisis Sidik Ragam Persentase Mortalitas Imago Pada Pengmatan I   

Sumber Keragaman  db JK  KT  F.Hit     F.05  F. 01 

Perlakuan  9  1876.66             Warna    4  1530.33  382.58  47.22  **  2.67 4.43  Varietas    1  184.40  184.40  22.76  **  4.35 3.10  W x V    4  161.93  40.48  5.00  **  2.67 4.33  Error    20  162.06  8.10          Total     29  2038.72                

       

KK  60025.81      Keterangan    FK  6.36      tn    =  Tidak nyata 

      *      =  Nyata   

      **   =  Sangat nyata 

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Warna Lampu  Sy  2.01  24.69 35.75 35.90 38.08  46.09  

P  2  3 4 5 6     

SSR 0,01  4.02  4.22 4.33 4.40 4.47      LSR 0,01  8.09  8.49 8.72 8.86 9.00      Perlakuan  W0  W1  W4  W2  W3      Rataan  32.78  44.24  44.62  46.93  55.08     

     

 

     a     

 

   

   b         


(3)

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Faktor Perlakuan Varietas 

Sy  0.81       

P  2  3       

SSR 0,01  4.02  4.22       

LSR 0,01  3.24  3.40       

Perlakuan  V1  V2       

Rataan  70.42  78.68       

    .b       

  .b       

Uji Jarak Duncan Persentase Mortalitas Imago Pada Interaksi Perlakuan  Warna Lampu Dengan Varietas  

Sy  1.34                            

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11 

SSR 0,01  4.02  4.22  4.33  4.40  4.47  4.53  4.58  4.61  4.65  4.69  LSR 0,01  5.39  5.66  5.81  5.90  6.00  6.08  6.15  6.19  6.24  6.29  Perlakuan  W0V2  W0V1  W1V1  W2V1  W4V1  W4V2  W1V2  W3V1  W2V2  W3V2  Rataan  32.78  32.78  42.32  43.85  43.85  45.38  46.16  48.45  50.01  61.71 

      .a 

     

   

 

      b   

      .c       

 

 

 


(4)

Lampiran Gambar Hasil Penelitian

Gambar: Imago

Sitophylus oryzae

yang telah mati

Gambar: Telur

Sitophylus oryzae


(5)

Gambar: Pupa

Sitophylus oryzae

Gambar: Imago

Sitophylus oryzae


(6)

Gambar : Bagan Penelitian Di Laboratorium