9
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan dan pertanyaan yang
terdapat di dalam perumusan masalah, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui apakah komite audit, profitabilitas, reputasi auditor,
struktur kepemilikan dan kualitas laba berpengaruh terhadap earnings management baik simultan maupun parsial pada perusahaan yang listing di Bursa
Efek Indonesia BEI.”
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat kepada beberapa pihak yaitu bagi peneliti, perusahaan, dan pihak lainnya.
1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini mampu menambah pengetahuan
dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi earnings management pada perusahaan.
2. Bagi perusahaan diharapkan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi earnings management pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia BEI dan dapat
digunakan sebagai bahan masukan untuk membuat keputusan dan kebijakan di dalam perusahaan.
3. Bagi pihak lainnya diharapkan pula mampu menjadi bahan referensi dan
sumbangan bahan pemikiran studi yang bermanfaat untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi earnings management pada perusahaan.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1. Teori Keagenan Agency Theory
Teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan
prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen. Prinsipal mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan
kepada agen untuk melaksanakan fungsi manajerial atau pelaksanaan operasioanal perusahaan dan pengambil keputusan bisnis demi memberikan kesejahteraan yang
maksimal kepada prinsipal Anthony dan Govindarajan 2000:41. Teori keagenan agency theory menjelaskan hubungan yang terjalin
antara agen manajer dan prinsipal pemilik ketika agen dan prinsipal tersebut terikat dalam suatu kontak. Agen terikat kontak untuk melakukan tugas-tugas
tertentu bagi pemilik. Pemilik terikat kontrak untuk member imbalan kepada agen. Para pemilik disebut evaluator informasi yang bertanggung jawab untuk memilih
sistem informasi sedangkan agen disebut sebagai pengambil keputusan. Para pemilik harus memilih sistem informasi yang sedemikian rupa sehingga para
pengambil keputusan membuat keputusan terbaik demi kepentingan pemilik berdasarkan informasi yang dimiliki oleh agen-agen tersebut Hendriksen dan
Breda, 2000. Akibat dari konflik kepentingan yang pada dasarnya masih terus terjadi antara prinsipal dan agen, maka dalam hal ini manajer berusaha untuk
melakukan upaya-upaya tertentu dalam menjaga keseimbangan kondisi yang
11 diharapkan. Upaya yang umum dilakukan manajer adalah melalui earnings
management manajemen laba. Tindakan ini ditempuh melalui pemilihan prosedur akuntansi yang dinilai dapat membantu manajer dalam pengambilan
keputusan menyangkut tujuan yang hendak dicapai, misalnya mempermudah perusahaan dalam memperoleh pinjaman dengan persyaratan yang
menguntungkan serta menarik minat investor.
2.1.2. Teori Akuntansi Positif Positive Accounting Theory
Teori akuntansi positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengaturpolitisi adalah rasional dan bahwa mereka
berusaha memaksimalkan kegunaan mereka yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka dan kesejahteraan mereka pula Belkaoui, 2007.
Teori akuntansi positif menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen dalam memilih prosedur akuntansi yang optimal dan mempunyai tujuan tertentu.
Menurut teori akuntansi positif, prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan tidak harus sama dengan yang lainnya, namun perusahaan diberi
kebebasan untuk memilih salah satu alternatif prosedur yang tersedia untuk meminimumkan biaya kontrak dan memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan
adanya kebebasan itulah, maka manajer mempunyai kecenderungan melakukan suatu tindakan yang menurut teori akuntansi positif dinamakan sebagai tindakan
oportunis opportunistic behavior. Tindakan oportunis adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi yang
menguntungkan dan memaksimumkan kepuasan perusahaan tersebut. Teori
12 akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi
adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi.
2.1.3. Earnings Management
Earnings management manajemen laba adalah suatu konsep yang dilakukan perusahaan dalam mengelola laporan keuangan supaya laporan
keuangan tampak terlihat memiliki kualitas quality of financial reporting Suhendah, 2005. Menurut Jumingan 2003 dalam Suhendah 2005, earning
management merupakan suatu proses yang disengaja, menurut standar akuntansi keuangan untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu.
Manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan–pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat
laba yang diinginkan Belkaoui, 2004. Sementara itu Healy dan Wahlen dalam Sulistyanto 2008, mengatakan bahwa manajemen laba muncul ketika manajer
menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan stakeholder yang
ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang
dilaporkan itu. Earnings management adalah tindakan manajemen untuk mempengaruhi
income yang dilaporkan dan laporan tersebut akan memberikan informasi keuntungan ekonomis yang tidak benar, karena alasan telah melaporkan earnings
pada tingkat yang diinginkan manajer. Namun tindakan yang dilakukan tersebut
13 masih dalam batas-batas prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Scott
dalam Yohana 2010:20 pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara: 1
Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.
2 Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis
dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. 3
Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian hutang. 4
Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Manajemen laba sekilas tampak berhubungan dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi atau perusahaan. Hal ini terjadi karena ukuran
laba sering dijadikan ukuran keberhasilan manajemen memimpin perusahaan. Apabila dikaitkan dengan keberadaan perusahaan di bursa saham, maka motivasi
utama manajemen melakukan manajemen laba ini yaitu selain untuk mendorong
14 investor membeli saham perusahaan juga untuk meningkatkan nilai pasar saham.
Jelas terlihat bahwa tindakan tersebut sangat dibutuhkan oleh manajemen dalam rangka menambah firm value dan going concern perusahaan.
2.1.4. Komite Audit
Komite audit adalah suatu komite utama direksi suatu perusahaan yang biasanya terdiri atas orang-orang luar yang mencalonkan para auditor independen
dan menanggapi laporan dan penemuan auditor Indratno, 2013. Komite audit merupakan pihak yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan
komisaris. Keberadaan komite audit pada saat ini telah diterima sebagai suatu bagian dari organisasi perusahaan Corporate Governance. Bahkan untuk menilai
pelaksanaan good corporate governance di perusahaan, adanya komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam kriteria penilaian. Komite audit
memegang fungsi pengawasan dan pengendalian. Frekuensi pertemuan antar anggota komite audit diukur dengan jumlah pertemuan antar anggota komite audit
yang dilakukan dalam satu tahun. Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota, yang berarti apabila jumlah anggota komite audit
lebih dari tiga akan dianggap lebih baik. Jumlah komite audit yang lebih banyak, akan semakin memperketat pengawasan dalam pertanggungjawaban keuangan
manajemen kepada pemegang saham sehingga akan membatasi aktivitas manajemen laba.
BAPEPAM dan BEI telah mengeluarkan peraturan yang memperkuat independensi dan efektivitas komite audit. Satu diantaranya yaitu mewajibkan
15 perusahaan yang terdaftar di BEl memiliki komite audit. Peraturan tersebut berisi
tentang karakter yang harus dimiliki oleh komite audit, tugas, wewenang dan hak komite audit dalam perusahaan. Diharapkan bahwa perusahaan yang telah
mempunyai komite audit dapat terhindar dari masalah manajemen laba.
2.1.5. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas
akan mempengaruhi manajer dalam melakukan tindakan manajemen laba. Laba merupakan indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola
kekayaan perusahaan. Laba berfungsi untuk mengukur efektivitas bersih dari sebuah usaha bisnis. Laba juga akan menjamin pasokan modal di masa depan
untuk inovasi dan perluasan usaha. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat perolehan laba.
Tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik dan pengawasan berjalan dengan baik, sedangkan dengan tingkat profitabilitas
yang rendah menunjukkan bahwa kinerja perusahaan kurang baik, dan kinerja manajemen tampak buruk di mata principal. Rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba disebut operating ratio. Salah satu jenis rasio profitabilitas adalah Return on Asset. Return on Asset adalah rasio
yang menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Return on Asset yang positif menunjukkan bahwa dari
total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan
16 laba bagi perusahaan,sebaliknya jika Return on Asset negatif menunjukkan bahwa
total aktiva yang digunakan tidak memberikan keuntungan atau rugi.
Rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan
dengan pengaruh laba terhadap investasi satu diantaranya adalah return on assets
ROA. Return on assets ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini,
akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang
lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan Sartono,
2001: 24. Husnan 2005: 48, menjelaskan ROA memiliki beberapa kelebihan
sebagai berikut: 1
Analisis ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan.
2 Analisis ROA dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi
penggunaan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan
berada di bawah, sama atau di atas rata-rata. 3
Analisis ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan- tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan
mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan dalam antrian untuk membandingkan efisiensi antar bagian.
17 4
Analisis ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masingmasing produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan menggunakan
product cost system sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam berbagai produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, sehingga dapat dihitung profitabilitas masing-masing produk 5
Analisis ROA dapat digunakan untuk keperluan perencanaan antara lain sebagai dasar dalam pengambilan keputusan jika perusahaan akan
mengadakan ekspansi.
2.1.6. Reputasi Auditor
Auditor adalah pihak yang melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Hasil dari audit adalah pernyataan yang dikeluarkan oleh auditor
mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan. Pernyataan auditor menunjukan bagaimana kualitas dari informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan tersebut. Reputasi auditor sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan. Independensi dan kualitas auditor akan berdampak terhadap
pendeteksian manajemen laba. Auditor yang independen biasanya bereputasi baik.
2.1.7. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan jenis institusi atau perusahaan yang memegang saham terbesar dalam suatu perusahaan Wahyudi dan Pawestri, 2006
dalam Isnanta 2008. Struktur kepemilikan dapat berupa investor individual, pemerintah, dan institusi swasta. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat
18 mempengaruhi kinerja perusahaan.
Struktur kepemilikan mencakup 3 kategori yaitu : 1
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan
pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba Ujiyantho dan Pramuka, 2007.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana
perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun Shien, et.al. 2006 dalam Isnanta 2008.
2 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki
oleh manajemen Sujoko dan Soebiantoro, 2007. 3
Kepemilikan Terkonsentrasi Kepemilikan terkonsentrasi merupakan kepemilikan yang memiliki dua
kelompok pemegang saham, yaitu controlling interest kepemilikan saham pengendalian dan minorit interest kepemilikan saham minoritas
shareholders. Anderson 2002 dalam Isnanta 2008 menunjukkan bahwa pemegang saham
minoritas justru diuntungkan dari adanya kepemilikan keluarga. Arifin 2003 dalam Isnanta 2008 menunjukkan bahwa perusahaan publik di Indonesia yang
dikendalikan keluarga atau negara atau institusi keuangan masalah agensinya
19 lebih baik jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh publik atau tanpa
pengendali utama. Menurutnya, dalam perusahaan yang dikendalikan keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik antara principal dan
agent.
2.1.8. Kualitas Laba
Kualitas laba mengacu pada relevansi laba dalam mengukur tingkat kinerja perusahaan. Perusahaan yang memiliki kualitas laba adalah perusahaan yang
relevan dalam hal pelaporan labanya. Penentu kualitas laba mencakup lingkungan usaha perusahaan seperti lingkungan pasar, lingkungan sumber daya alam dan
lingkungan bisnisnya serta prinsip akuntansi yang dipilih dan diaplikasi oleh perusahaan seperti prinsip conservatisme, prinsip realibel, prinsip transparansi,
prinsip matching dan lain sebagainya yang dapat mendukung kualitas laba yang lebih baik.
Cahyana 2012:133 mengatakan “Kualitas laba merupakan suatu ukuran untuk mencocokkan apakah laba yang dihasilkan sama dengan apa yang sudah
direncanakan sebelumnya. Kualitas laba semakin tinggi jika mendekati perencanaan awal atau melebihi target dari rencana awal. Kualitas laba rendah
jika dalam menyajikan laba tidak sesuai dengan laba sebenarnnya sehingga informasi yang di dapat dari laporan laba menjadi bias dan dampaknya
menyesatkan kreditor dan investor dalam mengambil keputusan”. Yuniarta 2013:118, menyatakan laba akuntansi yang berkualitas adalah
laba yang mempunyai sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian
20 perceived noise didalamnya dan dapat mencerminkankinerja keuangan
perusahaan yang sesungguhnya. Kualitas laba merupakan suatu ukuran untuk mencocokkan apakah laba yang dihasilkan sama dengan apa yang sudah
direncanakan sebelumnya. Kualitas laba semakin tinggi jika mendekati perencanaan awal atau melebihi target dari rencana awal. Kualitas laba rendah
jika dalam menyajikan laba tidak sesuai dengan laba sebenarnnya sehingga informasi yang di dapat dari laporan laba menjadi bias dan dampaknya
menyesatkan kreditor dan investor dalam mengambil keputusan Rinawati, 2011.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian mengenai manajemen laba tersebut yang dijadikan penulis sebagai bahan refrensi untuk
literatur dari penelitian ini, yaitu : 1.
Menurut penelitian Hasan 2013 yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba dengan ukuran perusahaan sebagai variabel
intervening studi pada perusahaan di Indonesia. Penelitian ini meneliti perusahaan perbankan tahun 2005-2011 dengan menggunakan variabel
intervening. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Keahlian anggota komite audit berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan komiten audit dan jumlah pertemuan
anggota berpengaruh negative terhadap manajemen laba. 2.
Menurut penelitian Sipayung 2012 yang menguji pengaruh kualitas auditor dan ukuran komite audit terhadap manajemen laba studi empiris pada
21 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-
2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor spesialis industri, auditor big four, dan ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba. 3.
Menurut analisis Shita P 2011 yang menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba studi pada perusahaan sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan komisaris, ukuran perusahaan, dan
pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Sedangkan proporsi dewan, komite audit, dan reputasi auditor berpengaruh
negative terhadap manajemen laba. 4.
Menurut analisis Hermawan 2005 yang menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap earning management pada perusahaan manufaktur
tahun 2002-2003 di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan board size and leverage berpengaruh signifikan terhadap earnings management.
5. Menurut penelitian Mir dan Akbari 2013 yang menganalisis earnings
management: evidence from Iran pada perusahaan non-financial tahun 2008- 2012 di Tehran Stock Exchange. Hasil penelitian menunjukkan firm’s capital
dan firm’s size mempunyai pengaruh positif terhadap earnings management. 6.
Menurut penelitian Purwandari 2011 yang menganalisis pengaruh mekanisme good corporate governance, profitabilitas dan leverage terhadap
praktek manajemen laba earning management pada perusahaan manufaktur tahun 2005-2009 di BEI. Hasil penelitian menunjukkan komite audit,
22 proporsi komisaris independen, kepemilikan konstitusional, dan profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Sedangkan proporsi dan ukuran dewan direksi serta leverage berpengaruh positif terhadap manajemen
laba. Berikut matrik untuk memperjelas review penelitian terdahulu :
Tabel 2.1. Tabel Review Penelitian Terdahulu
No Penulis dan
Tahun Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1 Hasan, 2013
Independen : Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan
Manajerial, Komite Audit, Keahlian
Anggota Komite Audit, Jumlah
Pertemuan Anggota
Dependen : Manajemen Laba
Kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Keahlian anggota komite audit
berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap manajemen laba. Sedangkan komite audit
dan jumlah pertemuan anggota berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba.
2 Sipayung,
2012 Independen :
Auditor spesialis industri, auditor
big four, ukuran komite audit
Dependen : Manajemen Laba
Auditor spesialis industri, auditor big four, dan
ukuran komite audit
berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
3 Shita P, 2011 Independen :
Dewan Komisaris, Proporsi Dewan,
Komite Audit, Reputasi Auditor,
Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan
Dewan komisaris,ukuran
perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Sedangkan proporsi dewan, komite audit, dan
reputasi auditor
23
Dependen : Manajemen Laba
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
4 Hermawan,
2005 Independen :
Komite Audit, Komisaris
Independen, Board Size, Leverage
Dependen : Earnings
Management Board size dan leverage
berpengaruh signifikan terhadap earnings
management
5 Mir dan
Akbari, 2013
Independen : Firm’s Capital,
Firm’s Size Dependen :
Earnings Management
Firm’s capital and firm’s size has an positive impact
on earning management
6 Purwandari,
2011
Independen : Komite Audit,
Proporsi Dan Ukuran Dewan
Direksi, Proporsi Komisaris
Independen, Kepemilikan
Institusional, Profitabilitas,
Leverage Dependen :
Manajemen Laba Komite audit, proporsi
komisaris independen, kepemilikan institusional,
dan profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Sedangkan proporsi dan
ukuran dewan direksi serta leverage
berpengaruh positif terhadap
manajemen laba.
Sumber : Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
2.3 Kerangka Konseptual