Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN AUDITOR TENURE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

LEONARDO SIPAYUNG 100503104

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :”Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 30 Januari 2015 Yang membuat pernyataan,

NIM : 100503104 Leonardo Sipayung


(3)

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN AUDITOR TENURE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDINESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri), dan auditor tenure terhadap manajemen laba riil baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri), dan auditor tenure, sedangkan variabel dependennya adalah manajemen laba riil.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2013 sebanyak 140 perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 36 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 144 unit analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri), dan auditor tenure memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba riil. Secara parsial kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riil, kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba riil, dan auditor tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba riil.

Kata Kunci: Kualitas audit, ukuran KAP, auditor spesialisasi industri, manajemen laba riil.


(4)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF AUDIT QUALITY AND AUDITOR TENURE TOWARDS EARNINGS MANAGEMENT ON MANUFACTURE

COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aims to determine whether there is influence between audit quality (measured by the firm size), audit quality (measured by auditor industry specialization) and auditor tenure on real earnings management both partially and simultaneously on the manufacture companies listed on Indonesia Stock Exchange during period 2010 to 2013. Variables used in this study audit quality (measured by the firm size), audit quality (measured by auditor industry specialization) and auditor tenure as independent variable, whereas real earnings management as dependent variable.

The population used in this study is the manufacture companies listed om Indonesia Stock Exchange (BEI) during the period 2010 to 2013 as many as 140 manufacture companies. Sampling method that used is purposive sampling and there are 36 sample companies that will be research objects with 144 unit analysis. Analytical techniques used in this research is multiple regression analysis. The data use are secondary data.

The result of this study indicate that simultaneously audit quality (measured by the firm size), audit quality (measured by auditor industry specialization) and auditor tenure have significant influences on real earnings management. In partially, audit quality (measured by the firm size) has a positive and significant influence on real earnings management, audit quality (measured auditor industry specialization) has a negative and significant influence on real earnings management, and auditor tenure has no significant influence on real earnings management.

Keyword: Audit quality, the firm size, auditor industry specialization, real earnings management


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih setia-Nya yang begitu melimpah, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta dukungan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Bapak H Sipayung dan Ibu F Tarigan atas segala kasih sayang, motivasi, dan doa bagi peneliti. Peneliti sangat berharap dengan selesainya skripsi ini dapat menjadi obat dan semangat untuk kesembuhan ibunda peneliti. Peneliti juga menyampaikan terima kasih kepada adik-adik peneliti Marlina Sipayung, Novalina Sipayung dan kepada abang peneliti Juniwan Binsar Sipayung serta kepada sahabat sejati sekaligus teman hidup peneliti Ira Elpriana Girsang, karena telah menjadi sahabat dalam doa, cambuk pemacu dan penyemangat sehingga peneliti akhirnya dapat menyelesaikan perkuliahan ini.


(6)

Selain itu, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak. selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, S.E., MAFIS., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Dosen Penguji yang telah memberikan waktu, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini, serta Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntasi.

4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan perhatian dan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak.. selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan waktu, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapatua dan Inangtua, serta seluruh keluarga besar peneliti yang telah memotivasi, mendoakan dan mendukung peneliti hingga saat ini. Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) St. Ignatius Loyola yang selalu mendorong dan menemani peneliti baik di saat suka maupun duka. Teman-teman seperjuangan peneliti, Frymadi Simarmata, Alnio Turnip, Christian Sipayung, Romel Rajaguguk, Chandra Simatupang, Frengki Tarigan, Andre Lubis, Wisnu, Imam Lubis serta berbagai pihak yang telah terlibat


(7)

dalam penyelesaian skripsi ini. Peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kebersamaan, sukacita, doa, bantuan, motivasi, dukungan, maupun inspirasi yang telah diberikan pada peneliti hingga sampai saat ini.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki ketidaksempurnaan, untuk itu peneliti sangat mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 30 Januari 2015

NIM. 100503104 Leonardo Sipayung


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Landasan Teoritis ... 13

2.1.1 Teori Agensi ... 13

2.1.2 Teori Stewardship ... 16

2.1.3 Manajemen Laba(Earnings Management) ... 17

2.1.3.1 Definisi Manajemen Laba ... 17

2.1.3.2 Manajemen Laba Riil... 21

2.1.4 Kualitas Audit ... 24

2.1.4.1 Ukuran KAP ... 26

2.1.4.2 Auditor Spesialisasi Industri ... 28

2.1.5 Auditor Tenure ... 29

2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 31

2.3. Kerangka Konseptual ... 35

2.4. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Desain Penelitian ... 40

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 40

3.3 Batasan Operasional ... 41

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 41

3.4.1 Variabel Dependen ... 43

3.4.1.1 Manajemen Laba Riil ... 43

3.4.2 Variabel Independen ... 45

3.4.2.1 Kualitas Audit (Ukuran KAP) ... 45

3.4.2.2 Kualitas Audit (Auditor Spesialisasi Industri) .. 46

3.4.2.3 Auditor Tenure... 47

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 47

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 51


(9)

3.8 Teknik Analisis Data ... 52

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 52

3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 52

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 52

3.8.2.2 Uji Multikolonieritas ... 53

3.8.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 54

3.8.2.4 Uji Autokorelasi... 55

3.8.3 Uji Hipotesis ... 56

3.8.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 56

3.8.3.1 Uji Statistik F ... 57

3.8.3.2 Uji Statistik t ... 57

3.8.3.3 Uji Koefisien Determinasi ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Statistik Deskriptif ... 59

4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik... 62

4.2.1 Hasil Uji Normalitas ... 62

4.2.2 Hasil Uji Multikolonieritas ... 65

4.2.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 66

4.2.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 67

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 67

4.3.1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda... 67

4.3.2 Hasil Uji Statistik F ... 70

4.3.3 Hasil Uji Statistik t ... 71

4.3.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 73

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

BAB V PENUTUP ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Keterbatasan ... 79

5.3 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ukuran Kantor Akuntan Publik ... 27

2.2 Ringkasan Review Penelitian Terdahulu ... 32

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 42

3.4 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 49

3.5 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 50

4.6 Descriptive Statistics ... 59

4.7 Kualitas Audit (SIZE KAP) ... 60

4.8 Kualitas Audit (SPEC) ... 60

4.9 Auditor Tenure ... 61

4.10 Hasil Uji Normalitas ... 62

4.11 Hasil Uji Multikolonieritas ... 65

4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Glejser Test) ... 66

4.13 Hasil Uji Autokorelasi (LM Test)... 67

4.14 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 68

4.15 Hasil Uji Statistik F ... 70

4.16 Hasil Uji Statistik t ... 71


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Hubungan dan fungsi yang ditimbulkan dalam audit ... 3

2.2 Kerangka Konseptual Penelitian ... 35

4.3 Histogram Uji Normalitas ... 63


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman Lampiran 1 Data Populasi dan Sampel Peneltian

Perusahaan Manufaktur………. 84 Lampiran 2 Data Penelitian ... 89 Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data SPSS ... 103


(13)

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN AUDITOR TENURE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDINESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri), dan auditor tenure terhadap manajemen laba riil baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri), dan auditor tenure, sedangkan variabel dependennya adalah manajemen laba riil.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2013 sebanyak 140 perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 36 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 144 unit analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri), dan auditor tenure memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba riil. Secara parsial kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riil, kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba riil, dan auditor tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba riil.

Kata Kunci: Kualitas audit, ukuran KAP, auditor spesialisasi industri, manajemen laba riil.


(14)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF AUDIT QUALITY AND AUDITOR TENURE TOWARDS EARNINGS MANAGEMENT ON MANUFACTURE

COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aims to determine whether there is influence between audit quality (measured by the firm size), audit quality (measured by auditor industry specialization) and auditor tenure on real earnings management both partially and simultaneously on the manufacture companies listed on Indonesia Stock Exchange during period 2010 to 2013. Variables used in this study audit quality (measured by the firm size), audit quality (measured by auditor industry specialization) and auditor tenure as independent variable, whereas real earnings management as dependent variable.

The population used in this study is the manufacture companies listed om Indonesia Stock Exchange (BEI) during the period 2010 to 2013 as many as 140 manufacture companies. Sampling method that used is purposive sampling and there are 36 sample companies that will be research objects with 144 unit analysis. Analytical techniques used in this research is multiple regression analysis. The data use are secondary data.

The result of this study indicate that simultaneously audit quality (measured by the firm size), audit quality (measured by auditor industry specialization) and auditor tenure have significant influences on real earnings management. In partially, audit quality (measured by the firm size) has a positive and significant influence on real earnings management, audit quality (measured auditor industry specialization) has a negative and significant influence on real earnings management, and auditor tenure has no significant influence on real earnings management.

Keyword: Audit quality, the firm size, auditor industry specialization, real earnings management


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 431 (2001: 431.1), disebutkan bahwa pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor, artinya bahwa penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material. Dalam hal ini, laporan keuangan harus memberikan informasi tentang kondisi dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Salah satu komponen yang paling penting di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba. Informasi laba dapat membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahan yang memiliki laba meningkat dari tahun sebelumnya menggambarkan bahwa kinerja perusahaan lebih baik. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus berguna untuk investor dan calon investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pengguna lainnya dalam pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis/rasional (Statement of Finacial Accounting Concept / SFAC nomor 1). Informasi tersebut juga harus dapat dipahami oleh mereka yang memiliki wawasan bisnis dan ekonomi supaya


(16)

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat membantu dalam pengambilan keputusan atau penyajian laporan keuangan harus disertai pengungkapan yang penuh (full disclosure).

Informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab perusahaan, namun berbagai keterbatasan yang dihadapi perusahaan baik dalam kepemilikan sumber daya, informasi, teknologi dan juga dalam tujuan penyajian laporan keuangan, maka dalam hal ini perusahaan memerlukan jasa profesional seorang akuntan publik (auditor eksternal) untuk mengaudit laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 210 (2001: 210.1) menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, artinya bahwa akuntan publik merupakan profesi yang menuntut adanya sikap independensi, integritas dan objektivitas. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik akan mendapat kepercayaan atas tanggungjawab manajemen terhadap pihak eksternal yang memerlukan informasi laporan keuangan. Hubungan dari ketiga pihak yang terlibat dan fungsi yang ditimbulkan oleh aktivitas audit disajikan pada gambar 1.1.


(17)

Pihak I (Auditor)

Pihak III (Eksternal) Pihak II (Manajemen)

Gambar 1.1 Hubungan dan fungsi yang ditimbulkan dalam audit

Sumber: Bayangkara,IBK., Manajemen Audit: Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 2.

Namun seiring perubahan zaman, hubungan antara manajemen, auditor maupun pihak eksternal lama kelamaan mulai terkikis, hal ini dibukt ikan beberapa skandal akuntansi yang terjadi. Skandal-skandal akuntansi bukan hanya terjadi pada perusahaan-perusahaan besar di Amerika seperti Enron, Xerox, Worldcom, Green Tree Financial Corporation, dan lain-lain. Kejadian yang serupa terjadi pula di Indonesia, seperti kasus PT. Ades Alfindo yang terungkap tahun 2004, kasus PT. Indofarma tahun 2004, kasus PT. Perusahaan Gas Negara tahun 2006, kasus PT. Bank Lippo tahun 2002, kasus PT. Kimia Farma tahun 2002, dan masih banyak lagi (Sulistiawan, et al. 2011: 53). Sebagai contoh kasus Enron yang terjadi pada tahun 2000, melibatkan Chief Executive Officer (CEO), komisaris, komite audit, auditor internal sampai dengan auditor eksternal. Skandal Enron berupa perhitungan atas total revenue Enron tahun 2000 dinyatakan sebesar $US 100,8 miliar dan dibenarkan oleh auditor eksternal Arthur Anderson. Laporan

audit pengesahan

pertanggun gjawaban


(18)

keuangan tersebut diuji kembali oleh Petroleum Finance Company (PFC) dan ternyata hanya berjumlah $US 9 miliar dan Enron memiliki utang senilai $US 1,2 miliar yang disembunyikan dengan teknik off balance sheet. Hal ini mengakibatkan Enron pailit, rusaknya citra profesi akuntan dan kerugian ratusan juta dollar dialami investor (Sudirman, 2002; Tjager et al. 2003; dalam Luhgiatno, 2010: 17). Kasus manajemen laba yang terjadi baru-baru ini adalah kasus kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-2008 PT. Waskita Karya. Kasus kelebihan pencatatan laba bersih sebesar Rp. 500 miliar diketahui saat dilakukan audit laporan keuangan menyeluruh seiringa pergantian direktur pada tahun 2008. Modus rekayasa keuangan yang digunakan sejak tahun buku 2004-2008 adalah dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multitahun ke depan sebagai pendapatan tahun tertentu. (Kompas, Sabtu, 29 Agustus 2009)

Salah satu bentuk manipulasi data adalah manajemen laba (earnings management). Manajemen laba mungkin tidak terlalu asing bagi para pemerhati manajemen dan akuntansi, baik praktisi maupun akademisi. Istilah tersebut mulai menarik perhatian para peneliti, khususnya peneliti akuntansi, karena sering dihubungkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan (preparers of financial statements), (Gumanti 2000: 105). Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer timbul karena adanya masalah keagenan yaitu konflik kepentingan antara pemilik/pemegang saham (principal) dengan pengelola/manajemen (agent) akibat tidak bertemunya utilitas maksimal diantara mereka, karena manajemen memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang


(19)

memungkinkan melakukan praktik akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu.

Pada penelitian ini earnings management diukur dengan proksi real earnings management (manajemen laba riil). Hal ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu yang kebanyakan hanya memfokuskan pada teknik manajemen laba berbasis akrual (accrual-based earnings management) (Roychowdhury, 2006: 336). Konsep manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil merupakan konsep yang dikenalkan oleh Roychowdury (2006) untuk mendeteksi praktik manajemen laba melalui pendekatan aktivitas riil perusahaan. Manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil cenderung dilakukan oleh perusahaan yang kinerjanya menurun dengan motif untuk menghindari laba nol dan laba negatif.

Penelitian Gunny (2010: 1), Roychowdhury (2006: 336), Cohen and Zarowin (2010: 2) menemukan bahwa manajer sudah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil setelah periode Sarbanes-Oxley Act (SOX). Menurut Gunny (2010: 855) pergeseran dari manajemen akrual ke manajemen laba riil disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, manipulasi akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator daripada keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Kedua, hanya menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang berisiko karena perusahaan mungkin mempunyai fleksibilitas yang terbatas untuk mengatur akrual, misalnya keterbatasan dalam melaporkan akrual diskresioner.


(20)

Menurut Roychowdhury (2006: 336), meskipun terdapat biaya yang terkait dengan manipulasi aktivitas nyata, manajemen tidak hanya mengandalkan tindakan manipulasi melalui akrual dalam memanipulasi laba karena manipulasi aktivitas riil digunakan apabila manipulasi akrual tidak mencapai target. Selain itu, manipulasi akrual hanya dapat dilakukan pada akhir periode untuk mencapai target, apabila tidak terpenuhi maka manajemen dapat menggunakan manipulasi melalui aktivitas riil yang dilakukan sepanjang tahun dan sulit dideteksi. Oleh karena itu, metode manipulasi aktivitas riil menjadi alternatif lain bagi manajer yang dapat dilakukan untuk mengatur laba selain manajemen laba akrual yang mudah dideteksi. Proksi real earnings management pada penelitian ini diukur dengan arus kas operasi abnormal (abnormal CFO).

Dalam langkah preventif dan deteksi potensi manajemen laba maka strategi yang diperlukan adalah menelusuri kembali hubungan yang saling terkait antara auditor, manajemen dan pihak eksternal. Manajemen akan memenuhi fungsi pertanggungjawaban terhadap pihak eksternal dengan informasi yang ada di dalam laporan keuangan, namun pihak eksternal akan menerima informasi laporan keuangan tersebut jika telah diaudit oleh auditor. Oleh karena itu manajemen memerlukan jasa professional auditor untuk memastikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan dengan melakukan audit atas laporan keuangan.


(21)

Audit dapat mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pengguna laporan keuangan dengan menggunakan pihak luar yang independen (auditor eksternal) untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan akan terbantu dengan laporan yang dibuat oleh auditor dalam mengambil sebuah keputusan. Oleh karena itu kualitas audit merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para auditor dalam proses audit.

Dari langkah preventif dan deteksi potensi manajemen laba yang telah diuaraikan di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kualitas audit dan lama perikatan (auditor tenure) antara manajemen dan auditor sangat memengaruhi potensi terjadinya manajemen laba. Kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan ukuran KAP yakni KAP Big Four dan Non Big Four. Peneliti mengasumsikan KAP Big Four memiliki kualitas yang lebih baik dibanding dengan KAP Non Big Four. Auditor yang berkualitas baik kemungkinan dapat mengurangi kecenderungan manajer dalam melakukan manajemen laba. Hal ini karena auditor berkualitas baik lebih menjaga sikap independensi dan objektivitas. Selain diproksikan dengan ukuran KAP, kualitas audit juga diproksikan dengan auditor spesialisasi industri. Zhou dan Elder (2003: 103) menyatakan bahwa spesialisasi industri KAP merupakan dimensi dari kualitas audit sebab pengetahuan dan pengalaman auditor tentang industri merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor.


(22)

Lamanya hubungan antara perusahaan dan auditor menjadi sebuah indikasi bahwa sikap independen auditor yang sesungguhnya menjadi sangat sulit untuk diterapkan, karena adanya kepentingan terhadap klien. Auditor tenure dalam jangka waktu yang lama, juga dapat menyebabkan auditor mengembangkan “hubungan yang lebih nyaman” dan kesetiaan yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, sehingga dapat menyebakan independensi auditor menjadi terancam. Auditor tenure juga menimbulkan rasa “kekeluargaan yang lebih” dan mengakibatkan kualitas serta kompetensi kerja auditor menurun ketika auditor mulai membuat asumsi-asumsi yang tidak tepat daripada evaluasi objektif dari bukti terkini.

Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh ukuran KAP, auditor spesialisasi industri dan auditor tenure terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan manajemen laba riilmenghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Penelitian Nihlati (2014: 9) menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan, auditor spesialisasi industri berpengaruh positif sedangkan auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Sedangkan penelitian Inaam dan Khmoussi (2012: 31) menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpenaruh positif dan signifikan, auditor spesialisasi industri dan auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil.


(23)

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Nihlati (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada (1) objek penelitian, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (2) uji statistik F dimana pada penelitian ini akan diketahui apakah variabel-variabel independen mempunyai pengaruh simultan terhadap variabel dependen; (3) tahun penelitian, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.

Alasan peneliti memilih sektor industri manufaktur karena sektor industri manufaktur merupakan sektor industri yang terus meningkat dari tahun ke tahun dari sisi jumlahnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan juga karena sektor industri ini merupakan sektor industri terbesar yang terdaftar di BEI dan memiliki perusahaan terbanyak yaitu 140 perusahaan periode 2010-2013. Skandal manajemen laba juga beberapa tahun terakhir terjadi pada perusahaan-perusahaan manufaktur, seperti PT. Ades Alfindo (2004), PT. Indofarma (2004), PT. Kimia Farma (2002). Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti menggunakan perusahaan-perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri) serta auditor tenure terhadap manajemen laba riil ternyata masih belum konsisten. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lanjutan dengan judul Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(24)

2.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP) berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013?

2. Apakah kualitas audit (diproksikan auditor spesialisasi industri) berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013?

3. Apakah auditor tenure berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013?

4. Apakah kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) dan auditor tenure secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013?

3.1 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP) terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.


(25)

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

3. Untuk mengetahui pengaruh auditor tenure terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

4. Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) dan auditor tenure secara simultan terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manuaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis: Untuk pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi terutama berkaitan dengan auditing khususnya dalam bidang manajemen laba.

2. Manfaat Praktis a. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri) serta auditor tenure terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(26)

b. Investor dan Calon Investor

Informasi yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan akan membantu investor dan calon investor dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan modalnya kepada suatu entitas. Informasi tersebut diperoleh dari kualitas audit yang menunjukkan kewajaran laporan keuangan.

c. Auditor

Auditor akan memperoleh pentingnya informasi tentang kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri) serta auditor tenure terhadap manajemen laba riil sehingga auditor harus lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugas auditnya.

d. Manajemen

Manajemen akan mengetahui bahwa pentingnya suatu audit untuk memastikan keandalan laporan keuangan dan juga pentingnya informasi yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976: 308) menggambarkan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara satu orang atau lebih (prinsipal) yang melibatkan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Prinsipal merupakan pihak yang memiliki saham pada suatu perusahaan atau pemilik perusahaan. Agen merupakan pihak yang diberi wewenang oleh prinsipal untuk mengelola aset perusahaan.

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami earnings management. Dalam hubungan prinsipal dan agen akan menimbulkan apa yang dinamakan agency cost yakni risiko yang terjadi ketika prinsipal membayar agen untuk menjalankan sebuah tugas padahal kepentingan agen bertentangan atau tidak selaras dengan kepentingan prinsipal. Kemudian juga akan menimbulkan konflik kepentingan antara kepentingan prinsipal dan kepentingan agen. Pihak prinsipal termotivasi untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman maupun kontrak kompensasi dan bonus. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena prinsipal tidak


(28)

dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham.

Pada kenyataannya prinsipaltidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen sedangkan agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang menyebabkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen. Informasi yang lebih sedikit yang dimiliki oleh pemegang saham dapat memicu manajer menggunakan posisinya dalam perusahaan untuk mengelola laba yang dilaporkan (Lobo dan Zhou, 2001 dalam Rusmin, 2010: 620).

Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. Hal ini memacu agen untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agen tersebut adalah yang disebut sebagai manajemen laba.

Auditor eksternal merupakan pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal dan pihak agen dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor akan mengesahkan laporan pertanggungjawaban pihak agen terhadap pihak prinsipal dengan memberikan penilaian secara independen dan profesional atas kehandalan dan kewajaran laporan keuangan perusahaan. Oleh


(29)

karena itu dalam hal ini kualitas audit dan auditor tenure memengaruhi auditor eksternal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pihak yang mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal dan pihak agen. Terdapat dua proksi yang dapat digunakan untuk menggambarkan variabel kualitas audit yaitu ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri.

Ukuran KAP akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. KAP Big Four menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP Non Big Four (DeAngelo, 1981: 184, Becker et al., 1998: 6). Auditor Big Four memiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibandingkan dengan auditor Non Big Four. Sedangkan auditor spesialisasi industri yakni auditor yang memiliki keahlian dalam suatu industri tertentu dimungkinkan akan lebih dapat mendeteksi kesalahan-kesalahan dan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen daripada auditor tanpa keahlian khusus.

Auditor tenure dalam hal ini juga menjadi sebuah indikasi bahwa sikap independen auditor yang sesungguhnya menjadi sangat sulit untuk diterapkan, karena adanya kepentingan manajemen klien. Oleh karena itu lamanya hubungan antara perusahaan dan auditor dapat memengaruhi terjadinya manajemen laba.


(30)

2.1.2 Teori Stewardship

Sekitar tahhun 1957, pendekatan stewardship telah dipakai sebagai suatu pendekatan untuk menentukan titik berat utama dari suatu laporan keuangan. Hal ini didasarkan pada suatu konsep bahwa manajemen dari suatu perusahaan dianggap bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan (Susanto, 1994 dalam Ikhsan dan Suprasto, 2008: 84). Selanjutnya Ijiri (1975, dalam Ikhsan dan Suprasto, 2008: 84) memperjelas konsep tersebut dengan mengidentifikasi tiga partisan dalam hubungan akuntabilitas (pertanggungjawaban finansial perusahaan) yaitu keberadaan Accountant, Accountee, dan Accountor. Ketiga partisan tersebut saling berinteraksi dalam suatu jaringan akuntabilitas. Accountant adalah pihak yang mengukur kinerja ekonomi, Accountee (Steward) yaitu pihak yang bertanggungjawab dan kepada Accountor (prinsipal) pertanggungjawaban diberikan atas apa yang telah dikerjakan.

Teori stewardship berkembang atas dasar model perilaku pro-organisasi. Dalam teori stewardship dapat diasumsikan bahwa “manajer adalah pelayan perusahaan yang baik dan rajin bekerja untuk mencapai tingkat laba dan tingkat pengembalian modal yang tinggi bagi pemegang saham”. Sehingga manajer dapat termotivasi oleh prestasi dan kebutuhan akan tanggungjawab serta bekerja dengan inisiatif sendiri. Manajer akan bertindak sesuai dengan apa yang ingin dicapai oleh perusahaan (perilaku pro-organisasi). Untuk mempraktikkan pendekatan ini, kunci utama terletak pada prinsipal, apakah prinsipal benar-benar dapat meyakini dan mempercayai steward yang dipilihnya dalam membangun kemitraan organisasi tersebut.


(31)

Dalam hal ini prinsipal akan membutuhkan jasa audit dari pihak yang independen (auditor eksternal) untuk memastikan kinerja dari steward. Artinya bahwa auditor akan mengukur kinerja dari steward apakah bebas dari manipulasi laporan keuangan yang dikenal dengan manajemen laba. Pemilihan auditor eksternal oleh manajemen untuk melakukan proses audit atas kinerja keuangan perusahaannya menjadikan awal dari hubungan stewardship. Auditor eksternal akan bekerja secara profesional untuk menghasilkan kinerja yang baik dalam menjaga reputasinya, sedangkan manajemen ingin mendapatkan tingkat akuntabilitas yang tinggi atas kinerja keuangannya dari hasil audit yang berkualitas. Oleh karena itu kualitas audit dan auditor tenure akan memengaruhi hubungan stewardship untuk menjamin akuntabilitas kinerja keuangan perusahaan yang akan dipertanggungjawabkan kepada prinsipal.

2.1.3 Manajemen Laba (Earnings Management)

2.1.3.1 Definisi Manajemen Laba

Istilah earnings management atau manajemen laba mungkin tidak terlalu asing bagi para pemerhati manajemen dan akuntansi, baik praktisi maupun akademisi. Istilah tersebut mulai menarik perhatian para peneliti, khususnya peneliti akuntansi karena sering dihubungkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan (prepares of financial statements), (Gumanti, 2000: 105). Sekilas tampak bahwa manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba (earnings) atau prestasi usaha suatu organisasi. Hal ini tidaklah aneh karena tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh sering dikaitkan dengan


(32)

prestasi manajemen disamping memang adalah suatu yang lazim bahwa besar kecilnya bounus yang akan diterima oleh manajer tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila manajer sering berusaha menonjolkan prestasinya melalui tingkat keuntungan atau laba yang dicapai.

Definisi laba menurut Verawati (2012: 18) adalah salah satu indikator utama untuk mengukur kinerja dan pertanggungjawaban manajemen. Informasi laba juga dapat dijadikan panduan dalam melakukan investasi yang membantu investor ataupun pihak lain dalam menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Selain itu, laba pada umumnya dipandang sebagai dasar untuk perpajakan, pembayaran dividen dan pengambilan keputusan. Adanya kecenderungan untuk memerhatikan laba ini disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi laba tersebut, sehingga mendorong munculnya manajemen laba (earnings management).

Ada perbedaan mendasar antara praktisi dan akademisi dalam memandang manajemen laba. Secara umum para praktisi, yaitu investor, pemerintah, asosiasi profesi, dan pelaku ekonomi lainnya menganggap manajemen laba sebagai kecurangan manajerial. Alasannya adalah aktivitas rekayasa manajerial ini dilakukan untuk menyesatkan dan merugikan pihak lain yang menggunakan laporan keuangan sebagai sumber informasi untuk mengetahui segala sesuatu mengenai perusahaan. Sementara akademisi, termasuk para peneliti menilai


(33)

manajemen laba bukan sebagai kecuarangan, sebab aktivitas rekayasa manajerial ini pada dasarnya merupakan dampak dari luasnya prinsip yang berterima umum, sehingga bisa dikatakan bahwa perbedaan pemahaman terhadap manajemen laba disebabkan perbedaan sudut pandang antara satu pihak dengan pihak lain (Sulistyanto, 2008 dalam Verawati, 2012: 18).

Gumanti (2000) dalam Luhgiatno (2010: 19) berpendapat bahwa manajemen laba dapat memberikan gambaran akan manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang dilaporkan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi untuk mengatur keuangan yang dapat dilakukan karena memang diperkenankan menurut peraturan akuntansi. Hal ini sejalan dengan definisi manajemen laba menurut Belkaoui (2011: 74) yakni: “Suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan.”

Definisi yang berbeda menurut Healy dan Wahlen dalam Belkaoui (2011: 75) yakni: “Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesatkan beberapa pemangku kepentingan mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk


(34)

memengaruhi hasil-hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.”

Definisi yang dikemukakan oleh Healy dan Wahlen di atas berfokus pada penerapan pertimbangan dalam laporan keuangan (1) untuk menyesatkan para pemangku kepentingan yang tidak ataupun tidak bisa melakukan manajemen laba dan (2) untuk membuat laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi para penggunanya. Oleh karenanya, terdapat sisi baik maupun buruk dari manajemen laba: (1) sisi buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber-sumber daya dan (2) sisi baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas manajemen dalam mengkomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan eksternal dan memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber daya.

Dari beberapa pengertian manajemen laba di atas, peneliti menyimpulkan bahwa manajemen laba berkaitan dengan cara manajemen dalam menyajikan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan, artinya manajemen punya wewenang untuk menyajikan laporan keuangan baik secara legal maupun ilegal. Kriteria manajemen laba secara legal yakni apabila tidak menyimpang dari Standar Akuntansi Keuangan, misalnya dalam pemilihan metode penyusutan baik melalui metode garis lurus atau saldo menurun. Pemilihan dari salah satu metode tersebut tentu akan berpengaruh terhadap laporan keuangan khususnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan atau lebih banyak berkaitan dengan pengambilan keputusan manajemen terkait laporan keuangan perusahaan. Sedangkan kriteria manajemen laba secara ilegal yakni apabila telah menyimpang dari Standar


(35)

Akuntansi Keuangan, misalnya penyajian akun akumulasi penyusutan dalam laporan posisi keuangan seharusnya di sisi kredit namun manajemen menyajikannya si sisi debet.

2.1.3.2 Manajemen Laba Riil

Manajemen laba riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi. Motivasi utama atas manipulasi aktivitas riil adalah waktu (timing) manajemen laba. Manajemen laba riil dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik, yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian, dan mencapai target ramalan analis. Selain itu menajemen laba riil sulit untuk dideteksi oleh auditor.

Menurut Healy and Wahlen, (1999) dalam Roychowdhury (2006: 337) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Earnings management accurs when managers use judgment in financial reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of the company or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting practices”. Dengan kata lain bahwa campur tangan manajer dalam proses pelaporan keuangan tidak hanya melalui metode-metode atau estimasi-estimasi akuntansi saja tetapi juga dapat dilakukan melalui keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional. Lebih lanjut, manajer juga memiliki insentif untuk memanipulasi


(36)

aktivitas-aktivitas riil selama tahun berjalan untuk memenuhi target laba. Manipulasi aktivitas-aktivitas riil tersebut disebut manajemen laba riil.

Menurut Roychowdhury (2006); Cohen et al. (2008); Cohen dan Zarowin (2010) dalam Ratmono (2010: 5), terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam manipulasi aktivitas riil, yaitu:

1. Manipulasi penjualan

Manipulasi penjualan merupakan usaha untuk meningkatkan penjualan secara temporer dalam periode tertentu dengan menawarkan diskon harga produk secara berlebihan atau memberikan persyaratan kredit yang lebih lunak. Strategi ini dapat meningkatkan volume penjualan dan laba periode saat ini, dengan mengasumsikan marginnya positif. Namun pemberian diskon harga dan syarat kredit yang lebih lunak akan menurunkan aliran kas periode saat ini.

2. Penurunan beban-beban diskresionari (dicretionary expenditure)

Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditure seperti beban penelitian dan pengembangan, iklan dan penjualan, administrasi dan umum terutama dalam periode dimana pengeluaran tidak langsung menyebabkan pendapatan dan laba. Strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini namun dengan risiko menurunkan arus kas periode mendatang.

3. Produksi yang berlebihan (overproduction)

Untuk meningkatkan laba, manajer perusahaan dapat memproduksi lebih banyak daripada yang diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih tinggi akan menyebakan biaya tetap per unit produk lebih rendah. Strategi ini dapat menurunkan harga pokok penjualan (cost of good sold) dan meningkatkan laba operasi.

Ketiga cara manipulasi aktivitas riil di atas biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan kinerja yang buruk sehingga tidak banyak memiliki akrual untuk dimanipulasi. Satu-satunya cara adalah dengan manipulasi aktivitas riil tersebut terutama untuk mencapai laba sedikit di atas nol. Dengan ketiga cara di atas perusahaan-perusahaan yang diduga (suspect) melakukan


(37)

manipulasi aktivitas riil akan mempunyai abnormal cash flow operations (CFO) dan abnormal discretionary expense yang lebih kecil serta abnormal production cost yang lebih besar dibandingkan perusahaan-perusahaan lain.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Roychowdhury (2006: 338) menunjukkan para eksekutif keuangan lebih memilih untuk memanipulasi laba malalui aktivitas-aktivitas riil daripada aktivitas akrual. Hal ini disebabkan oleh:

1. Manipulasi akrual cenderung membuat para auditor atau regulator melakukan pemeriksaan dengan cepat daripada jika keputusan-keputusan tentang aktivitas riil atau produksi yang dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa baik auditor ataupun regulator kurang memberikan perhatian terhadap aktivitas-aktivitas riil yang dimanipulasi oleh manajemen, sehingga manajemen memiliki kesempatan untuk memanfaatkan peluang ini dalam mencapai target laba.

2. Hanya bersandar pada manipulasi akrual saja akan membawa risiko karena pengelolaan laba dengan mengandalkan akrual diskresioner hanya dapat dilakukan pada akhir tahun. Akan tetapi, strategi ini menimbulkan risiko yaitu jika jumlah laba yang perlu dimanipulasi lebih besar daripada akrual diskresioner yang dapat digunakan manager, maka kemampuan manajer dalam memanipulasi laba terbatas, akibatnya target laba tidak dapat dicapai jika hanya menggunakan akrual diskresioner pada akhir tahun.

Berdasarkan Roychowdhury (2006: 34) dalam Subekti, Kee dan Ahmad (2010: 13) pengukuran manajemen laba riil menggunakan 3 cara yakni:

1. Abnormal cash flow operations (CFO). Arus kas operasi abnormal adalah manipulasi laba yang dilakukan perusahaan melalui aliran operasi kas yang akan memiliki aliran kas lebih rendah daripada level normalnya. Estimasi nilai residu arus kas operasi merupakan nilai abnormal arus kas operasi.

2. Abnormal production cost (PO). Biaya kegiatan produksi abnormal adalah manajemen laba riil yang dilakukan melalui manipulasi biaya produksi, dimana perusahaan akan memiliki biaya produksi lebih tinggi daripada level normalnya. Estimasi nilai residu dari biaya produksi merupakan nilai abnormal biaya produksi.

3. Abnormal discretionary expense (DE). Biaya diskresioner abnormal adalah manajemen laba riil yang dilakukan dengan menurunkan discretionary expenditure seperti biaya penelitian dan pengembangan, biaya iklan, biaya


(38)

penjualan, administrasi dan umum. Estimasi nilai residu dari biaya diskresioner merupakan nilai abnormal biaya diskresioner.

2.1.4 Kualitas Audit

Secara umum auditing adalah “suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan” (Konranth, 2002: 5). Sukrisno Agoes (2012: 4) mendefinisikan auditing sebagai “suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Laporan keuangan suatu perusahaan dapat dikatakan berkualitas baik jika mendapatkan pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat ini dikeluarkan oleh kantor akuntan publik yang telah melakukan tugasnya mengaudit perusahaan yang bersangkutan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor. Oleh karena itu, auditor sebagai pihak yang independen diharapkan dapat membatasi besarnya besarnya manajemen laba serta membantu menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap laporan keuangan. Jensen dan Meckling (1976: 309) menyatakan bahwa audit merupakan bentuk monitoring yang digunakan oleh perusahaan untuk menurunkan biaya keagenan.


(39)

De Angelo (1981) dalam Rusmin (2010: 621) mendefinisikan kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Kualitas auditor dipandang sebagai kemampuan untuk mempertinggi kualitas suatu laporan keuangan bagi perusahaan. Oleh karena itu, auditor yang berkualitas tinggi diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan investor. Akuntan publik sebagai auditor eksternal yang relatif independen daripada auditor internal diharapkan mampu meminimalkan prakatek manajemen laba dan meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan.

Bartov et al. (dalam Rusmin, 2010: 621) menunjukkan bahwa auditor yang berkualitas tinggi lebih menyukai untuk melaporkan kesalahan dan penyimpangan, serta tidak bersedia untuk menerima praktik akuntansi yang dipertanyakan. Auditor yang berkualitas tinggi diharapkan mampu mendeteksi praktik manajemen laba. Menurut Zhou dan Elder (2004: 95), kualitas audit dapat diukur dari ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dan spesialisasi industri oleh auditor. Kualitas audit tidak dapat diobservasi secara langsung. Persepsi mengenai kualitas audit biasanya berkaitan dengan nama auditor, termasuk dalam hal ini adalah pengalaman auditor dalam suatu industri dan kemampuan untuk mengungkap kesalahan yang dilakukan manajemen (Zhou dan Elder, 2004: 96). Oleh karena itu pada penelitian ini proksi yang digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah ukuran KAP dan auditor spesialisasi auditor.


(40)

2.1.4.1 Ukuran KAP

Dalam teori agensi dan teori stewardship dijelaskan bahwa adanya pihak prinsipal dengan pihak agen yang digambarkan dengan hubungan auditee dan auditor dalam proses audit. Seorang prinsipal akan cenderung menunjuk auditor yang memiliki independensi untuk memperoleh audit yang berkualitas. Auditor yang memiliki independensi tinggi diasumsikan oleh auditor yang berada dalam KAP yang besar. Dalam hal ini ukuran KAP dijadikan sebagai patokan dalam menentukan hasil audit yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. Pihak prinsipal dianggap akan lebih mempercayai laporan dari auditor dengan nama besar dengan integritas dan independensi yang tinggi yang dimiliki auditor besar.

Kantor akuntan publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa professional dalam praktik akuntan publik. Menurut Arens et al. (2008: 32), terdapat empat kategori ukuran kantor akuntan publik (KAP), antara lain KAP internasional, KAP lokal dan regional, KAP nasional, dan KAP kecil. Kantor akuntan publik (KAP) internasional dikenal dengan julukan “The Big Four” dimana masing-masing kantor akuntan publik (KAP) internasional memiliki kantor di setiap kota besar di Amerika Serikat dan di banyak kota besar di seluruh dunia, termasuk Indonesa.


(41)

Tabel berikut menunjukkan mitra KAP internasional Big Four dengan KAP di Indonesia.

Tabel 2.1

Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

The Big Four Mitra Indonesia

Deloitte Touche Tohmatsu Osman Bing Satrio dan rekan

Ernst and Young Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja

Kingsfield, Peat, Marwick, Goerdeller (KPMG)

Siddharta dan Widjaja Price Waterhouse Coopers (PWC) Haryanto, Sahari dan rekan

Sumber: Tuanakkotta, Theodorus M., Berfikir Kritis dalam Auditing (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 299.

Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara professional. KAP Big Four merupakan auditor yang memiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibanding dengan auditor KAP Non Big Four (Nurina, 2010 dalam Kono, 2013: 3). Auditor Big Four diharapkan lebih bisa mengungkap salah saji material antara pihak manajemen dan pemegang saham, selain itu KAP Big Four cenderung memiliki auditor yang lebih berpengalaman yang akhirnya mampu membatasi besarnya manajemen laba pada suatu perusahaan (Kono, 2013: 3). Dahlan (2009: 9) menambahkan bahwa KAP Big Four memiliki dorongan yang lebih besar untuk mengetahui kesalahan dalam sistem akuntansi klien, selain itu perusahaan yang diaudit oleh auditor KAP Big Four cenderung akan membatasi praktik manajemen laba.


(42)

2.1.4.2 Auditor Spesialisasi Industri

Dalam Zhou dan Elder (2004: 96) membuktikan bahwa kualitas audit berhubungan dengan auditor spesialis industri. Auditor yang melakukan spesialisasi pada industri tertentu memiliki lebih banyak pengetahuan mengenai informasi industri tersebut dibandingkan auditor non-spesialis. Auditor spesialisasi industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Dengan demikian, auditor spesialisasi industri diharapkan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan auditor lainnya dalam meminimalisir adanya praktik manajemen laba (Solomon et al., Owhoso et al. dalam Rusmin, 2010: 621).

Auditor spesialisasi industri diproksi dengan konsentrasi jasa auditor pada bidang tertentu (Rahmadika, 2013: 36). Auditor yang memiliki spesialisasi industri yakni auditor yang memiliki keahlian dalam suatu industri tertentu, auditor spesialisasi industri dimungkinkan akan lebih dapat mendeteksi kesalahan-kesalahan dan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen daripada auditor tanpa keahlian khusus.

Chi et al. (2011) dalam Inaam dan Khmoussi (2012: 21) menemukan bahwa keahlian industri auditor berhubungan dengan manajemen laba berbasi riil yang lebih besar. Dengan meningkatnya keahlian auditor dimungkinkan bahwa manajemen akan menggunakan berbagai caranya untuk memanipulasi aktivitasnya terkait dengan tingkat laba yang dihasilkan perusahaan. Manajemen


(43)

memiliki kapasitas untuk mengatur setiap kegiatan di dalam perusahaan sehingga dapat mendorong memenuhi target laba. Oleh karena itu dengan adanya auditor dengan keahlian pada spesialisasi industri, manajemen laba riil akan meningkat terkait manipulasi aktivitas perusahaan.

Dalam teori agensi dan teori stewardship dimana pihak agen sebagai pihak yang diberi tanggungjawab oleh pihak prinsipal akan terdorong untuk melakukan berbagai hal untuk memberikan hasil pertanggungjawaban yang sebaik mungkin walaupun terkadang tidak sesuai dengan realita misalnya dengan melakukan perubahan pada laba. Oleh karena itu, auditor dituntut untuk menguasai keahlian di bidang industri perusahan. Dengan demikian auditor yang memiliki keahlian dalam spesialisasi industri maka akan dapat menurunkan praktek manajemen laba.

2.1.5. Auditor Tenure

Auditor tenure adalah masa perikatan (keterlibatan) antara KAP dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau dapat juga diartikan sebagai jangka waktu hubungan auditor dan klien. Auditor tenure telah ditentukan secara mandatory oleh peraturan pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar indenpendensi seorang auditor dapat lebih terjaga dengan membatasi hubungan antara auditor dan manajemen. Auditor memiliki tugas untuk mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara agen dan prinsipal sehingga auditor harus memiliki tingkat independensi yang tinggi untuk mencegah terjadinya asimetri infomasi.


(44)

Di Indonesia, peraturan yang mengatur auditor tenure adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/KMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.

Reichelt and Wang (2010) dalam Inaam dan Khmoussi (2012: 22) meneliti adanya hubungan negatif antara auditor tenure dengan manajemen laba. Dengan adanya audit tenure yang lebih pendek maka manajemen laba yang dilakukan oleh agen akan lebih besar namun semakin lama audit tenure akan memperkecil praktik manajemen laba. Namun Johnson et al. (2002) dalam Inaam dan Khmoussi (2012: 22) menemukan bahwa klien dengan masa auditor yang lebih pendek memiliki kualitas akrual yang lebih rendah dibandingkan dengan masa kerja lebih panjang. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa masa kerja yang lebih lama pada auditor akan meningkatkan aktivitas manajemen laba di dalam perusahaan baik secara akrual maupun riil. Hal ini dikarenakan auditor yang memiliki masa kerja lebih pendek cenderung akan memiliki independensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang telah memiliki masa kerja audit yang lebih panjang.


(45)

Dalam teori agensi dan teori stewardship dijelaskan bahwa dapat terjadi keadaan dimana salah satu pihak memiliki lebih banyak informasi sehingga menimbulkan kondisi asimetri informasi. Hal ini terjadi dalam praktik manajemen laba yaitu agen memiliki lebih banyak informasi daripada prinsipal yang memiliki hubungan kerja sama dengan agen dikhawatirkan akan mengurangi independensi yang dimiliki auditor sehingga auditor akan cenderung berpihak kepada agen. Hubungan ini yang akan meningkatkan praktik manajemen laba sehingga dapat menimbulkan asimetri informasi antara pihak prinsipal dan agen. Semakin lama auditor berhubungan dengan agen maka independensi yang dimilikinya akan semakin menurun dan aktivitas manajemen laba akan meningkat.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) dan auditor tenure terhadap manajemen laba riil telah beberapa kali dilakukan sebelumya oleh peneliti yang berbeda. Hasil penelitiannya juga menunjukkan hasil yang berbeda-beda atau tidak konsisten. Berikut ini tabel 2.2 menunjukkan hasil penelitian terdahulu yang nantinya akan digunakan sebagai pembanding hasil penelitian.


(46)

Tabel 2.2 Ringkasan Review Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tahun)

Variabel Indikator Hasil Penelitian

1 Ratmono (2010) Variabel dependen: Manajemen Laba Variabel independen: Kualitas Auditor Discretionary accruals dan cash flow operation abnormal, diskretionary expense abnormal, production cost abnormal

Auditor lebih dapat mendeteksi adanya praktik manajemen laba akrual daripada

manajemen laba riil

2 Inaam dan Khmouss i (2012) Variabel dependen: Manajemen laba Variabel independen: Ukuran KAP, auditor spesialisasi industri, audit tenure Discretionary accruals dan cash flow operation abnormal, diskretionary expense abnormal, production cost abnormal

Akrual: ukuran KAP dan spesilisasi industri berpengaruh negatif sedangkan audit tenure tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba Riil: auditor spesialisasi industri dan audit tenure tidak berpengaruh sedangkan ukuran KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba 3 Nihlati

(2014) Variabel dependen: Earnings Management Variabel independen: Auditor tenure, ukuran KAP, auditor spesialisasi industri Discretionary accruals dan cash flow operation abnormal

Akrual: auditor tenure berpengaruh negatif dan ukuran KAP serta auditor spesialisasi industri berpengaruh positif namun ketiganya secara simultan tidak

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba Riil: ukuran KAP

berpengaruh negatif dan signifikan, auditor spesialisasi industri berpengaruh positif dan signifikan, auditor tenure tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba Sumber: Diolah Peneliti dari data sekunder, 2014


(47)

Penelitian terdahulu yang pertama adalah penelitian Ratmono (2010) yang melakukan penelitian manajemen laba riil dan berbasis akrual, dengan variabel independennya kualitas auditor. Pada penelitian ini menggunakan discretionary accrual untuk mengukur manajemen laba akrual sedangkan abnormal cash flow operation, abnormal discretionary expense, abnormal production costs digunakan untuk mengukur manajemen laba riil. Proksi kualitas auditor pada penelitian ini adalah spesialisasi keahlian industri auditor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa auditor lebih dapat mendeteksi adanya praktik manajemen laba akrual daripada manajemen laba riil.

Penelitian terdahulu yang kedua adalah penelitian yang dilakukan Inaam dan Khmoussi (2012) dimana menggunakan proksi manajemen laba akrual dan manajemen laba riil untuk mengukur manajemen laba. Pada penelitian ini ukuran KAP, auditor spesialisasi industri dan audit tenure digunakan sebagai variabel independen. Manajemen laba akrual diukur dengan menggunakan discretionary accruals sedangkan manajemen laba akrual diukur dengan menggunakan abnormal cash flow operation, abnormal discretionary expense, abnormal production cost dengan menggunakan model regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan sampel data perusahaan-perusahan di Tunisia. Berdasarkan penelitian ini dengan proksi manajemen laba akrual dibuktikan bahwa ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri berpengaruh negatif terhadap manajemen laba sedangkan audit tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Pada proksi manajemen laba riil dibuktikan bahwa auditor spesialisasi industri dan


(48)

audit tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba sedangkan ukuran KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian terdahulu yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Nihlati (2014). Penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Inaam dan Khmoussi (2012), namun manajemen laba riil hanya diukur berdasarkan abnormal cash flow operation. Pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yakni perusahaan publik sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitiannya berdasarkan proksi manajemen laba akrual menyimpulkan bahwa auditor tenure berpengaruh negatif, ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri berpengaruh positif namun auditor tenure, ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan berdasarkan proksi manajemen laba riil menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan, auditor spesialisasi industri berpengaruh positif dan signifikan sedangkan auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.


(49)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelasakan hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang telah diketahui dalam suatu masalah. Adapun yang menjadi variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri) serta auditor tenure. Sedangkan variabel dependennya (Y) adalah manajemen laba riil. Hubungan antara kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri) serta auditor tenure terhadap manajemen laba riil dapat digambarkan dalam kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.2.

Variabel Independen Variabel Dependen

2 H1

H2

H3

H4

Gambar 2.2

Kerangka Konseptual Penelitian KUALITAS AUDIT

Ukuran KAP (X1)

Auditor Spesialisasi Industri

(X2)

Auditor Tenure (X3)

MANAJEMEN LABA RIIL


(50)

Dalam teori agensi dan teori stewardship dijelaskan bahwa adanya pihak prinsipal dengan pihak agen yang digambarkan dengan hubungan manajemen dan auditor dalam proses audit. Seorang prinsipal akan cenderung menunjuk auditor yang memiliki independensi untuk memperoleh audit yang berkualitas. Auditor yang memiliki independensi tinggi diasumsikan oleh auditor yang berada dalam KAP yang besar. Dalam hal ini ukuran KAP dijadikan sebagai patokan dalam menentukan hasil audit yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.

KAP Big Four merupakan auditor yang memiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibanding dengan auditor KAP Non Big Four (Nurina, 2010 dalam Kono, 2013: 3). Auditor Big Four diharapkan lebih bisa mengungkap salah saji material dalam laporan keuangan atau lebih mampu mendeteksi adanya manipulasi dalam laporan keuangan, selain itu KAP Big Four cenderung memiliki auditor yang lebih berpengalaman yang akhirnya mampu membatasi besarnya manajemen laba pada suatu perusahaan (Kono, 2013: 3). Dahlan (2009: 9) menambahkan bahwa KAP Big Four memiliki dorongan yang lebih besar untuk mengetahui kesalahan dalam sistem akuntansi klien, selain itu perusahaan yang diaudit oleh auditor KAP Big Four cenderung akan membatasi praktik manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Nihlati (2014:9) menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba riil sedangkan Inaam dan Khmoussi (2012: 31) menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riil.


(51)

Dalam hubungan keagenan pihak agen sebagai pihak yang diberi tanggungjawab oleh pihak prinsipal akan terdorong untuk melakukan berbagai hal untuk memberikan hasil pertanggungjawaban yang sebaik mungkin walaupun terkadang tidak sesuai dengan realita misalnya dengan melakukan perubahan pada laba. Oleh karena itu, auditor dituntut untuk menguasai keahlian di bidang industri perusahan auditee. Chi et al. (2011) dalam Inaam dan Khmoussi (2012: 21) menemukan bahwa keahlian industri auditor berhubungan dengan manajemen laba berbasi riil yang lebih besar. Dengan meningkatnya keahlian auditor dimungkinkan bahwa manajemen akan menggunakan berbagai caranya untuk memanipulasi aktivitasnya terkait dengan tingkat laba yang dihasilkan perusahaan. Manajemen memiliki kapasitas untuk mengatur setiap kegiatan di dalam perusahaan sehingga dapat mendorong memenuhi target laba. Oleh karena itu dengan adanya auditor dengan keahlian pada spesialisasi industri, manajemen laba riil akan meningkat terkait manipulasi aktivitas perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Nihlati (2014:9) menyimpulkan bahwa auditor spesialisasi industri berpengaruh positif terhadap manajemen laba riil sedangkan Inaam dan Khmoussi (2012: 31) menyimpulkan bahwa auditor spesialisasi industri tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil.

Di sisi lain dimana salah satu pihak memiliki lebih banyak informasi sehingga menimbulkan kondisi asimetri informasi, yakni pihak agen memiliki lebih banyak informasi daripada prinsipal. Hal ini akan memungkinkan pihak agen untuk memanipulasi laporan keuangan dengan pengetahuan yang lebih daripada pihak prinsipal dengan cara menjalin hubungan dengan auditor. Auditor


(52)

secara teori merupakan pihak yang independen, namun pada kenyataannya independensi auditor tersebut dapat rusak dengan adanya hubungan yang lama antara pihak agen dan auditor. Lamanya hubungan antara agen dan auditor menjadi sebuah indikasi bahwa sikap independen auditor yang sesungguhnya menjadi sangat sulit untuk diterapkan karena adanya kepentingan terhadap klien. Auditor tenure dalam jangka waktu yang lama, juga dapat menyebabkan auditor mengembangkan “hubungan yang lebih nyaman” dan kesetiaan yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, sehingga dapat menyebakan independensi auditor menjadi terancam.

Hubungan ini yang akan meningkatkan praktik manajemen laba sehingga dapat menimbulkan asimetri informasi antara pihak prinsipal dan agen. Semakin lama auditor berhubungan dengan agen maka independensi yang dimilikinya akan semakin menurun dan aktivitas manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Nihlati (2014: 9) menyimpulkan bahwa auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Inaam dan Khmoussi (2012: 31) yang menyimpulkan bahwa auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil.


(53)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Erlina, 2011: 30). Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan kerangka konseptual yang dijelaskan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riilpada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

H2 : Kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

H3 : Auditor tenure berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

H4 : Kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP), kualitas audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) dan auditor tenure secara simultan berpengaruh postitif dan signifikan terhadap manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desaian penelitian yang digunakan adalah desain penelitian sebab-akibat (causal research). Dalam Zikmund (1991: 34) dijelaskan bahwa “the main goal of causal research is identification of cause-and-effect relationships between variables”. Sedangkan dalam Sinulingga (2011: 26) penelitian sebab-akibat ialah suatu penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat dengan cara mengamati akibat yang terjadi dan kemungkinan faktor (sebab) yang menimbulkan akibat tersebut. Dalam penelitian ini, ada variabel independen (sebab) yaitu variabel yang mempengaruhi dan variabel dependen (akibat) yaitu variabel yang dipengaruhi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui media internet pada situs Bursa Efek

Indonesia yait


(55)

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Periode penelitian yang dilakukan dibatasi mulai tahun 2010-2013.

3. Proksi dari kualitas audit yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran Kantor Akuntan Publik dan auditor spesialisasi industri, sedangkan yang menjadi proksi untuk mengukur earnings management adalah manajemen laba riil (real earnings management) melalui arus kas operasi abnormal.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Menurut Erlina (2011: 48) pengoperasian konsep (operationalizing the concept) atau biasa juga disebut dengan mendefinisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan karakteristik dari obyek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian. Varibel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). Pada tabel 3.3 dapat dilihat definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian.


(56)

Tabel 3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel

Penelitian Definisi Operasional Pengukuran (Indikator) Skala

Manajemen Laba Riil

Manajemen laba riil merupakan tindakan-tindakan manajemen yang menyimpang dari praktek bisnis yang normal yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mencapai target laba.

Arus Kas Operasi Abnormal:

ABNCFO =

(CFOt - CFOt/At-1 )100 % ABNCFO = Arus kas operasi

abnormal

CFOt = Arus kas operasi perusahaan I pada tahun t

At-1 = Total aktiva perusahaan i pada tahun t Rasio Kualitas Audit (diproksikan dengan ukuran KAP) Kualitas audit diproksikan dengan menggunakan ukuran KAP yakni KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four dan KAP Non Big Four.

Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big Four atau afiliasinya maka akan diberikan angka 1, sedangkan jika perusahaan diaudit oleh KAP non Big Four atau afiliasinya maka diberikan angka 0. Nomi nal Kualitas Audit (diproksikan dengan auditor spesialisasi industri) Auditor spesialisasi industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu.

Rumus Rasio Spesialisasi Industri:

SPEC = m/n

m = aset perusahaan yang telah diaudit oleh auditor tertentu n = total aset perusahaan dalam satu industri

Jika SPEC diatas 15% maka termasuk auditor spesialisasi industri dan sebaliknya. Lalu dimasukkan ke variabel dummy dengan ketentuan auditor spesialisasi industri diberi angka 1 dan auditor non spesialisasiindustridiberiangka0

Nomi nal


(57)

Sumber: Hasil olahan Peneliti (2014)

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen sering juga disebut variabel terikat atau variabel tidak bebas. Variabel ini merupakan perhatian utama dalam sebuah penelitian. Variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Jadi variabel dependen adalah konsekuensi dari variabel independen (Erlina, 2011: 36). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba riil.

3.4.1.1 Manajemen Laba Riil

Proksi manajemen laba riil yang digunakan dalam penelitian ini adalah abnormal cash flow operation (CFO) yang masing-masing dihitung dengan pendekatan yang digunakan oleh Roychowdhury, (2006) dalam Subekti, Kee dan Ahmad, (2010: 13) sebagaimana uraian berikut ini:

(Lanjutan Tabel 3.3)

Auditor Tenure

Auditor tenure adalah masa perikatan (keterlibatan) antara Kantor Akuntan Publik dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau dapat juga diartikan sebagai jangka waktu

hubungan auditor dan klien.

Jika perusahaan diaudit oleh auditor kurang dari 3 tahun diberikan angka 1, sedangkan jika perusahaan diaudit oleh auditor lebih dari 3 tahun maka

diberikan angka 0. Nomi


(58)

1. Manajemen Laba Riil Melalui Arus Kas Operasi

Berdasarkan model Dechow et al. (1998) dalam Roychowdhury (2006: 344) menggambarkan arus kas kegiatan operasi normal sebagai fungsi linear dari penjualan dan perubahan penjualan dalam suatu periode. Sebelum masuk dalam pengujian hipotesis maka akan dilakukan regresi untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal. Model cross-sectional regression untuk arus kas kegiatan operasi normal mereplikasi dari penelitian Roychowdhury (2006) sebagai berikut:

CFO t / At-1= α0+ α1 (1 / At-1) + α2 (St / At-1) + α3 (∆St / At-1) + εt Keterangan:

CFO t = Arus kas operasi perusahaan i pada tahun t At-1 = Total aktiva perusahaan i pada tahun t St = Penjualan perusahaan i pada tahun t

ΔSt = Penjualan perusahaan i pada tahun t dikurangi penjualan pada tahun t-1

α = Koefisien regresi εt = error term pada tahun t

Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus kas kegiatan operasi abnormal, maka untuk setiap observasi tahun arus kas kegiatan operasi abnormal (ABNCFO) adalah nilai residual dari estimasi model persamaaan regresi di atas.

ABNCFO = CFOt - CFOt/At-1 Keterangan:

ABN_CFO = Arus kas operasi abnormal

CFO t = Arus kas operasi perusahaan i pada tahun t At-1 = Total aktiva perusahaan i pada tahun t


(59)

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen dapat juga disebut variabel bebas. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau variabel terikat (Sugioyono, 2008: 59). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas audit (diproksikan dengan ukuran KAP) dan auditor spesialisasi industri) serta auditor tenure.

3.4.2.1 Kualitas Audit (diproksikan dengan Ukuran KAP)

KAP Big Four menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP Non Big Four (DeAngelo, 1981 dalam Rusmin, 2010: 621). Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara professional. KAP Big Four merupakan auditor yang memiliki keahlian dan reputasi yang tinggi dibanding dengan auditor KAP non-big four (Nurina, 2010 dalam Kono, 2013: 3). Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big Four atau afiliasinya maka akan diberikan angka 1,sedangkan jika perusahaan diaudit oleh KAP non Big Four atau afiliasinya maka diberikan angka 0. Menurut Tuanakotta (2011: 299) Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam kelompok Big Four adalah:

1. KAP Osman Bing Satrio dan Rekan yang berafiliasi dengan Deloitte; 2. KAP Purwarntono, Sarwoko dan Sandjaja yang berafiliasi dengan

Ernst and Young Global;

3. KAP Haryanto Sahari dan Rekan yang berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers;


(60)

4. Siddharta dan Widjaja yang berafiliasi dengan KPMG International.

3.4.2.2 Kualitas Audit (diproksikan dengan Auditor Spesialisasi Industri)

Spesialisasi industri diproksi dengan konsentrasi jasa auditor pada bidang tertentu (Rahmadika, 2013: 36). Auditor yang memiliki spesialisasi industri yaitu keahlian dalam suatu industri tertentu dimungkinkan akan dapat lebih mendeteksi kesalahan-kesalahan dan manipulasi yang dilakukan oleh pihak manajemen daripada auditor tanpa keahlian khusus.

Auditor spesialisasi industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri tertentu. Pengukuran spesialisasi industri auditor (Mahdi, 2011: 15) adalah penjualan perusahaan yang telah diaudit oleh KAP tertentu dibagi dengan total penjualan perusahaan dalam satu industri. Namun berdasarkan saran Mahdi (2011: 15) sebaiknya menggunakan total aset perusahaan, karena aset menggambarkan seberapa besar perusahaan tersebut dalam suatu jenis industri. Pengukurannya menggunakan variabel dummy, jika SPEC menunjukkan di atas 15% maka akan diberikan angka 1, artinya diaudit oleh auditor yang memiliki spesialiasi industri, sedangkan jika lainnya akan diberi angka 0, artinya perusahaan diaudit bukan oleh auditor yang memiliki spesialisasi industri.


(61)

3.4.2.2 Auditor Tenure

Auditor tenure adalah masa perikatan (keterlibatan) antara KAP dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau dapat juga diartikan sebagai jangka waktu hubungan auditor dan klien. Auditor tenure telah ditentukan secara mandatory oleh peraturan pemerintah. Auditor tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun seorang auditor mengaudit laporan keuangan sebuah perusahaan secara berurutan (Al-Thuneibat et al. 2011: 320).

Di Indonesia, lamanya masa perikatan audit oleh auditor dibatasi selama 3 tahun buku berturut-turut, sehingga untuk menghitung jumlah tahun tenure sebuah perusahaan, maka dilihat dari laporan keuangan auditan perusahaan tersebut selama 3 tahun berturut-turut, yaitu periode 2013-2011. Jika perusahaan diaudit oleh auditor kurang dari 3 tahun diberikan angka 1, sedangkan jika perusahaan diaudit oleh auditor lebih dari 3 tahun maka diberikan angka 0.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Ridwan dan Kuncoro dalam Erlina (2011: 81) mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 hingga 2013 sejumlah 140 perusahaan. (Lampiran 1)


(1)

3. Hasil Uji Normalitas

a. Test distribution is Normal

b. Calculated from data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 144

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .13285149

Most Extreme Differences

Absolute .081

Positive .066

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .968


(2)

(3)

(4)

4. Hasil Uji Multikolinearitas

5. Hasil Uji Heteroskedatisitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .086 .034 2.552 .012

X1 .013 .016 .066 .784 .435

X2 -.019 .017 -.098 -1.141 .256

X3 .012 .034 .030 .355 .723

a. Dependent Variable: ABS_RES1

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1(Constant) -.083 .049 -1.694 .092

X1 .075 .023 .260 3.238 .002 .990 1.010

X2 -.054 .024 -.183 -2.250 .026 .965 1.037

X3 .091 .050 .149 1.823 .070 .964 1.038


(5)

6. Hasil Uji Autokerelasi

7. Hasil Uji Statistik F

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .008 .049 .153 .879

X1 .001 .023 .002 .025 .980

X2 -.003 .024 -.011 -.127 .899

X3 -.007 .050 -.012 -.136 .892

res_2 .138 .085 .138 1.624 .107

a. Dependent Variable: Unstandardized Residual

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .290 3 .097 5.369 .002a

Residual 2.524 140 .018

Total 2.814 143

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y


(6)

8. Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.083 .049 -1.694 .092

X1 .075 .023 .260 3.238 .002

X2 -.054 .024 -.183 -2.250 .026

X3 .091 .050 .149 1.823 .070

a. Dependent Variable: Y

9. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .321a .103 .084 .134267

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y


Dokumen yang terkait

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP REAL EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 7 17

PENDAHULUAN PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP REAL EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 7 7

PENUTUP PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP REAL EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 28

PENGARUH AUDIT TENURE Pengaruh Audit Tenure Dan Spesialisasi Auditor Terhadap ((Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 3 17

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP TAX-INDUCED EARNINGS MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 15

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 55

B. Industri Keramik, Porselen dan Kaca - Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 12

Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12