22
Bentuk persahabatan tokoh A Guan juga terlihat setelah Djohan masuk ke SMP Pax di Jakarta. Dia menemukan sahabat-sahabat baru yaitu Corby, Herman,
Raymond, dan Kenny yang juga berbeda etnis dengannya dimana dalam persahabatan tersebut mereka saling membantu dan saling menjaga antara yang
satu dengan yang lain. Mereka menjalani persahabatan itu dengan penuh kegembiraan dan memprioritaskan persahabatan mereka.
Pada saat A Guan dan keluarga mengalami musibah akibat kekacauan politik G30S PKI yang terjadi di Medan, keluarga A Guan harus terpaksa pindah
ke Jakarta untuk memulai hidup dan nenetap disana. Etnis Tionghoa dianggap bersekongkolturut membantu para PKI untuk menguasai Indonesia yang
mengakibatkan etnis Tionghoa menjadi orang yang sangat dibenci oleh Indonesia. Akhirnya pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan terhadap semua orang
Tionghoa untuk berasimilasi atau berbaur dengan orang Indonesia. Salah satu peraturan pemerintah itu adalah dengan mengganti nama dari nama etnis
Tionghoa menjadi nama orang Indonesia dan A Guan mengganti nama menjadi Djohan.
Bentuk persahabatan antara Djohan sebagai tokoh utama dengan sahabat- sahabatnya juga terlihat pada saat Djohan memasuki dunia perkuliahan di
Akademi Perhotelan dan Kepariwisataan Trisakti, Jurusan Akunting. Sahabat- sahabatnya itu yaitu: Syaiful, Hendra, Bambang, dan Jerry. Bentuk persahabatan
mereka dapat dilihat dari kekompakan mereka untuk memberi dukungan dan saling membantu disaat salah satu sahabatnya sedang dalam masalah. Mereka
juga selalu membela sahabatnya disaat sedang dalam keadaan terpojok dan tak
23
berdaya. Seperti yang dialami oleh Djohan yang dilecehkan dan dihina oleh orang yang tidak bisa menerima perbedaan etnis yaitu Alvaro, sahabat-sahabat Djohan
selalu ada untuk membelanya.
4.1.1 Bersenang-Senang Bersama
Salah satu bentuk dari persahabatan adalah bersenang-senang bersama untuk menghabiskan waktu dengan melakukan banyak hal yang menarik dan
disukai. Segala kegembiraan yang dialami oleh Djohan bersama sahabat- sahabatnya dituangkan kedalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan
membuat mereka merasa bahagia. Dengan bersenang-senang bersama, masalah- masalah yang sedang dialami akan hilang dan terlupakan. Walau berbeda etnis,
Djohan tetap merasa senang bisa bersenang-senang bersama tanpa memperdulikan apa pendapat orang lain tentang dirinya. Sebagai etnis Tionghoa, Djohan tidak
merasa malu untuk bermain dan bersenang-senang bersama dengan Yanto yang beretnis Jawa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Dalam sekejap keduanya sudah meluncur di jalanan, keluar dari daerah perumahan dan menuju jalan yang lebih besar. A Guan
berteriak kesenangan, diikuti oleh Yanto. Meski hanya menggunakan sepeda, mereka merasa menjadi penguasa jalanan,
menuju dengan kecepatan tinggi dan berjalan seenaknya. Mereka tidak merasa menjadi perhatian sejumlah orang sore itu. Sebagian
orang menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat kelakuan kedua sahabat itu. Yang lain heran melihat dua anak manusia
dengan warna kulit yang berseberangan bisa bermain bersama tanpa memedulikan apapun. MD:17.
Djohan dan Yanto menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan- kegiatan yang mereka sukai seperti pergi bermain ke tanah lapang untuk bermain
layang-layang, bermain gundu, memanjat pohon trambesi, membaca komik,
24
ataupun menangkap burung. Mereka bermain bersama tanpa memperdulikan bagaimana pandangan orang lain tentang perbedaan etnis dan status sosial yang
terdapat dalam diri mereka. Memasuki masa remaja di Jakarta, Djohan begitu menikmati
persahabatannya yang baru dengan sahabat-sahabatnya di SMP Pax. Djohan dengan cepat dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya setelah pindah dari
Medan. Corby yang juga berasal dari Medan menjadi orang pertama yang menjadi sahabat bagi Djohan dan kemudian disusul oleh sahabat lainnya yaitu Herman,
Raymond, dan Kenny. Mereka menamai persahabatan mereka dengan Apache. Tali persahabatan mereka semakin erat lagi dengan adanya hasil kreatifitas
Djohan bersama sahabat-sahabatnya berupa majalah Samantha. Mereka merasa senang karena dengan adanya Samantha, mereka bisa terkenal di SMP Pax
bahkan sampai ke SMA Strada Ricci. Apache sering mendapat undangan untuk meliput suatu kegiatan yang mengakibatkan mereka sibuk untuk menata
penampilan supaya terlihat menarik dihadapan banyak orang. Seperti kutipan berikut:
Tak lama kemudian, Apache meneruskan langkah mereka, berjalan menyusuri kios pakaian untuk mencari baju yang mereka
inginkan. Akhirnya, mereka tiba di toko pakaian Fen Xiang. Di toko yang dipenuhi nuansa kayu kecokelatan dan bau hio yang
menyengat itu. Mereka mulai memilih-milih pakaian. ”Gue rasa baju ini pas buat Herman,” Djohan menarik sepotong kemeja
lengan pendek berornamen kotak-kotak hitam, kemudian mengepaskannya ke punggung sahabatnya itu. MD:151.
Mereka sangat menikmati kebersamaan mereka saat berbelanja baju di taman hiburan Lokasari, sebuah perdagangan yang ramai di Jalan Mangga Besar.
25
Djohan dan sahabat-sahabatnya mencari-cari baju yang akan mereka kenakan ke pesta tempat mereka meliput berita. Djohan selalu mengutamakan kepentingan
sahabatnya terlebih dahulu sebelum memilikirkan dirinya sendiri. Dia tampak sibuk memilihkan baju yang cocok untuk sahabatnya Herman.
Persahabatan Djohan memang patut untuk diteladani. Dia selalu mampu bersahabat dengan orang yang selalu berbeda dengan dirinya. Djohan tidak ingin
membuat batasan-batasan atau sekat antara dirinya dengan orang lain dalam hal apapun itu. Jelas terlihat pada saat Djohan memasuki jenjang pendidikan tingkat
perkuliahan dimana Djohan dapat menemukan sahabat-sahabat baru yaitu Syaiful yang berasal dari Medan, Bambang yang merupakan etnis Jawa, Jerry beretnis
Batak, dan Hendra beretnis Betawi. Persahabatan mereka yang berbeda-beda etnis tersebut dapat dilihat pada saat mereka sedang bersenang-senang bersama seperti
kutipan berikut: Jerry duduk persis di samping Syaiful dengan sigap mengambil
gitarnya. ”Lagu apa, Pul?” ”Lagu kebangsaan kitalah” ”Madekdek Magambiri” teriak Djo, Hendra, dan Bambang
nyaris berbarengan. Jerry selalu menyanyikan lagu tersebut di setiap acara FCC. Saking seringnya lagu itu dimainkan, seluruh
anggota FCC hafal liriknya, meski nada mereka sering kali kacau- balau tidak jelas. MD:254.
Mereka sering berkumpul dan bernyanyi bersama untuk menghabiskan waktu dan juga untuk menjaga kekompakan diantara mereka. Mereka memiliki
lagu kebangsaan yang sering mereka nyanyikan disaat mereka sedang berkumpul bersama. Lagu yang mereka nyanyikan merupakan lagu dengan bahasa Batak
dimana lirik lagunya sudah sangat melekat dalam otak mereka. Jerry yang merupakan etnis Batak sering menyanyikan lagu tersebut setiap kali ada acara
26
FCC yang mengakibatkan orang yang sering mendengar lagu itu menjadi hafal lirik lagunya. Djohan, yang bukan merupakan etnis Batak bisa dengan lancar
menyanyikan lagu tersebut yang menandakan bahwa perbedaan tidak menghalangi persahabatan antara mereka.
4.1.2 Takut Kehilangan
Kehilangan sahabat sejati dalam persahabatan menjadi hal yang paling ditakutkan. Tidak ada orang yang menginginkan sahabat yang disayanginya pergi
dan hilang begitu saja. Saat rasa takut kehilangan itu muncul maka akan ada upaya atau tindakan untuk mempertahankanmenjaga persahabatan itu supaya
tetap terjalin. Seperti yang dirasakan dalam persahabatan antara A Guan dan Yanto, mereka saling berusaha untuk tetap mempertahankan persahabatan tersebut
supaya tidak pudar ataupun hilang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: Yanto hanya tertawa mendengarnya. Tanpa diberi peringatan pun
ia tidak akan melakukannya. Yanto takut pada nyonya besar, tetapi ia lebih takut kalau A Guan marah padanya atau berhenti
bermain dengannya. MD:10.
Dalam kutipan tersebut menjelaskan bagaimana Yanto sangat takut kehilangan Djohan yang menjadi sahabat sejatinya. Dia takut Djohan tidak mau
lagi bermain dengannya hanya kerena melaporkan Djohan kepada mamanya kerena belum mengerjakan tugas sekolah. Hal ini menjelaskan bahwa Yanto tidak
ingin menyakiti A Guan dan sangat menyayanginya.
27
4.1.3 Saling Berbagi
Dalam hubungan persahabatan dibutuhkan sikap saling berbagi antara yang satu dengan yang lainnya untuk menutupi setiap kekurangan-kekurangan
yang ada dalam diri sahabatnya. Sikap saling berbagi ini tidak hanya berbagi uang atau barang saja, melainkan dalam berbagai hal seperti: berbagi rahasia, berbagi
cerita, pengalaman, dan sebagainya. Sikap saling berbagi dapat dilihat dalam kutipan berikut:
A Guan merogoh kantongnya dan menemukan satu bungkus kue sagon. Ia membukanya, kemudian membelahnya menjadi dua.
Satu untuknya, satu lagi ia berikan kepada Yanto. MD:15.
Dalam kutipan tersebut jelas digambarkan bagaimana A Guan yang beretnis Tionghoa memiliki sikap saling berbagi terhadap sahabatnya Yanto yang
beretnis Jawa. A Guan rela membagi kue sagon yang dimilikinya kepada sahabatnya Yanto dengan iklas tanpa meminta imbalan. Apapun yang dimiliki
oleh A Guan, dia selalu ingin Yanto juga memilikinya. Maka dengan bentuk saling berbagi itulah mereka bisa memiliki apa yang ada pada sahabatnya. Tidak
hanya berbagi makanan saja, berbagi rahasia juga merupakan upaya untuk mempererat tali persahabatan. Keterbukaan kepada sahabat disaat ada masalah
bisa menjadi obat penenang. Paling tidak, kita bisa membagi cerita dan sedikit lebih lega karena ada sahabat kita yang menjadi tempat kita mencurahkan isi hati.
Mungkin saja sahabat kita itu bisa untuk membantu meringankan masalah kita atau mungkin memberi motivasi untuk membangkitkan semangat. hal ini dapat
terlihat dalam kutipan berikut:
28
Corby memperhatikan ke belakang Djohan, memastikan tidak ada teman yang mengikuti mereka. Corby menarik nafas panjang
sebelum akhirnya berkata, ”Djo, duit kita hilang.” MD:149.
Corby menceritakan bahwa uang kas dari penjualan majalah Samantha telah hilang entah dimana. Corby yang berbeda etnis dengan Djohan menganggap
Djohan dapat menyimpan rahasianya atau mungkin dapat memberi solusi terbaik atas masalah yang sedang menimpanya.
Rasa saling berbagi juga ditunjukkan pada saat Djohan menyukai seorang perempuan, dia juga berbagi rahasia kepada sahabatnya Syaiful seperi dalam
kutipan berikut: Mata Djohan kemudian beralih pada sahabatnya, Syaiful yang ada
di sudut toko buku kecil itu. Di sana, Syaiful tengah membuka sebuah majalah lama. Sebenarnya Djohan enggan berbicara. Ia
tidak ingin gadis yang disukainya itu mendengar pembicaraan mereka dan kemudian menghapus peluang. ”Gue mau konsultasi
sama lo, Pul.” ”Soal apa, sih? Soal cewek, ya?” Syaiful nyengir. MD:233-234.
Djohan berbagi rahasia dalam hal perasaannya yang merasa tertarik kepada seorang perempuan yang bernama Jelita yang menjadi pemilik toko buku.
Saat Djohan menyukai seseorang, hanya Syaiful yang menjadi tempatnya berbagi rahasia karena Djohan merasa malu diejekin jika sahabat-sahabat yang lainnya
tahu hal tersebut.
4.1.4 Menepati Janji
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, janji adalah ucapan yang meyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat seperti: hendak memberi,
29
menolong, datang, dan bertemu Alwi, 2000:458. Sikap menepati janji dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Setelah beberapa saat, barulah ia sadar Yanto tengah menatapnya. Bocah itu kelihatan ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. ”Apa?”
tanya A Guan. ”Komik,” tagih Yanto. ”Kata kau tadi, kau mau bacakan komik buat aku.” A Guan nyengir dan menggaruk-garuk
kepala. ”Hehe, aku lupa bawa komiknya.” Yanto mendesis, kemudian duduk di samping A Guan. ”Padahal aku sudah
penasaran seperti apa terusan ceritanya setelah ketiga sahabat itu bersumpah menjadi saudara di bawah pohon pit. Eh, A Guan,
pohon pit itu seperti apa?” ”Pohon peach. Bukan pohon pit,” koreksi A Guan. MD:19.
Djohan sangat senang membacakan komik untuk Yanto yang tidak bisa membaca. Yanto tidak bersekolah sehingga dia tidak bisa membaca dan menulis.
Walaupun demikian, Yanto tetap bisa menikmati dan mengikuti jalan cerita di dalam komik dengan bantuan Djohan yang sukarela membacakannya. Pada
kutipan diatas, Djohan mengingkari janjinya kepada Yanto untuk membacakannya komik. Pada saat mereka hendak pergi ke tanah lapang, Djohan lupa membawa
komiknya karena terburu-buru takut ketahuan sama mamanya kalau dia akan pergi bermain. Yanto merasa sedikit kecewa karena tidak bisa mendengarkan
kelanjutan cerita yang ada dalam komik kesukaannya tersebut.
4.1.5 Saling MenjagaMelindungi
Sikap saling menjagamelindungi juga harus dimiliki dalam persahabatan. Disaat satu pihak merasa terancam karena adanya suatu masalah, maka satu pihak
lainnya haruslah dengan spontan melindungi dan memberikan rasa aman terhadap sahabatnya tersebut. Tindakan saling menjagamelindungi ini diterapkan Djohan
30
dan sahabat-sahabatnya dalam persahabatannya. Tidak perlu berpikir dua kali untuk hal ini. Disaat sahabatnya sedang dalam keadaan terpuruk atau terancam
keberadaannya, maka sahabat akan siap sedia untuk menjaga dan melindungi walaupun harus mendapat ancaman atau masalah yang baru. Saling
menjagamelindungi ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut: ”Nyonya hukum saya juga,” Yanto mengejar rombongan kecil itu
hingga ia berdiri di depan majikannya. ”Saya juga bersalah.” Mama menghentikan langkahnya. Beliau menarik nafas panjang.
Sejenak ia mengagumi kesetiaan bocah Jawa itu. Setidaknya anak itu tau bagaimana harus bertanggung jawab. Satu hal yang masih
harus dipelajari oleh A Guan. MD:27.
Yanto mencoba melindungi Djohan dari amarah majikannyamamanya Djohan. Yanto meminta kepada majikannya supaya dia saja yang dihukum atas
kesalahan yang sebenarnya dilakukan oleh mereka berdua karena telah memakai sepeda angin petugas PLN tanpa izin. Yanto selalu saja berusaha untuk
melindungi A Guan walaupun dia sebenarnya tidak mampu untuk melindungi. Seperti kutipan berikut:
Akan tetapi, kali ini Yanto tidak ingin menghindar. Ia akan melakukan apa saja untuk melindungi sahabatnya. Ia tidak mau
berdiam diri melihat A Guan dalam bahaya. ”A...aku akan tendang kau sampai terbang ke bulan” tiba-tiba saja Yanto
menirukan salah satu kalimat tokoh komik yang ia dengar dari A Guan. MD:61.
Saat Swan Tiem dan A Guan bertengkar memperebutkan layang-layang yang putus, secara tidak sadar, A Guan berlari ke arah Yanto untuk meminta
pertolongan. Yanto dengan cekatan memberi perlindungan terhadap A Guan dan mencoba untuk melawan Swan Tiem. Hal ini merupakan bentuk dari persahabatan
31
antara mereka yang akan saling menjaga dan melindungi antara yang satu dengan yang lainnya.
Disaat Djohan kembali diterpa masalah, sahabat-sahabatnya yaitu Corby, Herman, Raymond, dan Kenny selalu menjaga dan melindungi Djohan. Hal ini
terlihat dalam kutipan berikut: Corby menatap kertas itu berkali-kali. Di sekelilingnya ada
Raymond, Herman, dan Kenny. Semula Djohan hanya ingin berbicara dengan Corby, tetapi entah dari mana, tiba-tiba ketiga
sahabatnya yang lain muncul dan langsung bergabung. Djohan melihat wajah-wajah mereka begitu panas, seakan-akan baru saja
mendapatkan tantangan berkelahi dari kelompok lain. MD:169.
Dalam geng Apache, masing-masing anggota dari geng ini saling menjaga satu sama lainnya. Djohan mendapat teror dari seseorang yang tidak dikenal.
Orang tersebut meneror dengan cara melempar batu yang terikat bersama kertas yang bertuliskan ”Mati lo China”. Hal tersebut membuat Djohan merasa takut
karena dia merasa tidak pernah membuat masalah terhadap orang lain. dia berusaha menyembunyikan masalah itu dari anggota keluarganya dan juga
sahabatnya. Namun, pelaku terus saja menerornya sehingga dia memutuskan untuk memberitahu keluarga dan sahabatnya. Saat geng Apache mengetahui hal
tersebut, mereka marah dan ikut merasa tersakiti. Begitulah persahabatan, disaat satu orang tersakiti, maka sahabat yang lain akan ikut merasakannya. Pelaku teror
itu adalah Alvaro, orang yang sangat membenci Djohan karena dianggap telah merebut Rinai gadis yang disukai oleh Djohan dan Alvaro. Kebencian tersebut
berlanjut sampai Djohan telah masuk ke jenjang perkuliahan. Alvaro tetap mengandalkan segala cara untuk membuat Djohan dijauhi atau diasingkan dari
32
lingkungannya dan orang-orang disekitarnya. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:
”Alvaro,” tanpa sengaja Djohan menyebut namanya. ”Ah, si China,” balas Alvaro. Syaiful langsung tidak suka mendengarnya.
”Di sini nggak ada suku-sukuan, Bung. Kita semua sama.” MD:257.
Pada saat Djohan diasingkan karena faktor etnis oleh Alvaro orang yang sangat membenci Djohan, Syaiful dngan tegas membela Djohan dengan cara
mengingatkan bahwa tidak ada faktor kesukuan dan semua sederajat atau sama. Semua berhak untuk mendapatkan hak-haknya tanpa diskriminasi. Syaiful sangat
marah jika membahas tentang perbedaan yang akan menjadi bumerang dan membuat perpecahan diantara mereka. Sudah semestinya, Bhineka Tunggal Ika
itu diterapkan dalam bermasyarakat. Indonesia yang terdiri atas banyak suku bangsa, banyak bahasa, banyak kebudayaan, dan sebagainya haruslah bersatu
untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian.
4.1.6 Perbedaan Tidak Menjadi Penghalang
Perbedaan merupakan ketidaksamaan suatu unsur yang menjadikannya berlainan dari apa yang ada pada umumnya. Dalam persahabatan pasti terdapat
perbedaan-perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya baik berupa etnis, kebudayaan, agama, kegemaran, dan sebagainya. Akan tetapi perbedaan itu tidak
menjadi penghalang dalam keakraban persahabatan. Tidak perlu menganggap bahwa kebudayaan kita lebih baik dari orang lain. menghina atau mengejek
kebudayaan orang lain sama saja dengan menghilangkan peranan Bhineka
33
Tunggal Ika dari diri bangsa Indonesia. Seperti persahabatan antara A Guan dan Yanto yang memiliki banyak sekali perbedaan. Hal ini terlihat dalam kutipan
berikut: ”Kasihan sekali kamu, A Guan. Sudah tidak ada yang mau
bermain denganmu sampai kamu harus berteman dengan huana seperti dia.” Wajah A Guan memerah mendengar penghinaan
tersebut. begitu juga dengan Yanto. Yanto tidak mengerti apa arti huana, tetapi melihat mimik Swan Tiem, Yanto tahu bahwa Swan
Tiem tengah menghina dirinya sebagai orang pribumi. MD:61
Dalam kutipan diatas menjelaskan bahwa perbedaan itu tidak menjadi halangan untuk Djohan dan Yanto dalam bersahabat. Djohan sering diejek dan
dihina karena selalu bermain dengan anak pembantunya dan merupakan orang pribumi yang tidak sederajat dengannya. Tapi walaupun demikian, Djohan tidak
mempedulikan omongan Swan Tiem tersebut. Djohan merupakan etnis Tionghoa dan masuk dalam kelas sosial yang berada pada tingkat golongan atas tetapi dia
tidak malu untuk bermain dan bersahabat dengan Yanto yang merupakan etnis Jawa dan hanya anak pembantu. Hal inilah yang menjadikan persahabatan mereka
tetap abadi dan apa adanya.
4.1.7 Rasa Percaya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, percaya adalah menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur. Alwi, 2000:856. Rasa percaya menjadi satu
sikap yang harus dimiliki dalam persahabatan karena tanpa adanya rasa percaya maka persahabatan akan mudah hancur. Jangan mudah terpengaruh oleh gosip
34
atau omongan orang lain tentang sahabat kita kalau kebenarannya belum terbukti. Hal ini dapat terlihat di dalam kutipan yang ada pada novel sebagai berikut:
”pedangnya sudah ketemu?” mata besar Yanto membulat. A Guan menggeleng. ”Belum. Tapi itu nggak penting. Aku percaya bukan
kamu yang ngambil. Kamu nggak mungkin ngambil, To.” Senyum Yanto langsung mengembang mendengarnya. Ada
perasaan haru saat mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir A Guan. Selama berhari-hari ini perasaannya juga tidak enak. Ia
tidak memiliki teman bermain. Ia juga tidak tahu harus melakukan apa. MD:93.
Rasa percaya itu ditunjukkan oleh A Guan terhadap Yanto yang tidak mungkin mengambil pedang kesayangannya. Dia meyakini bahwa Yanto bukan
seorang pencuri seperti apa yang sebelumnya terlintas dipikirannya karena ucapan Swan Tiem yang menyebut orang pribumi adalah pencuri. Walaupun pedang
kesayangan A Guan belum ditemukan, itu tidak penting lagi untuknya melainkan dia hanya butuh sahabat yang selalu menemaninya dan melindunginya.
4.1.8 Kekecewaan
Kecewa merupakan suatu perasaan yang merasa tidak puas karena keinginan dan harapan yang tidak terkabul. Disaat apa yang kita inginkan
berbanding terbalik dengan kenyataan, maka kekecewaan akan menghampiri. Dalam persahabatan juga sering kali sahabat kita membuat hati terasa kecewa oleh
perbuatannya ataupun perkataannya. Bentuk kekecewaan dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:
”Pedangnya bagus,” puji Yanto tak lama kemudian. ”Pinjam, dong.” ”Jangan” teriak A Guan. Yanto terkejut mendengar
respons A Guan. Begitu juga A Beng. A Guan sama sekali tidak
35
menduga suaranya akan sekencang itu. Wajah Yanto berubah menjadi takut, seakan-akan ia tengah melanggar sebuah garis
yang tak boleh ia lewati. ”Ya tak apa-apa kalau tak boleh,” Yanto menunduk. MD:67.
Dalam kutipan diatas, Yanto merasa kecewa terhadap penolakan Djohan kerena tidak memberikan pedangnya untuk dipinjam. Yanto merasa kaget saat
Djohan menolak memberi pedangnya karena selama ini apapun yang dimiliki Djohan selalu bisa juga untuk dimiliki oleh Yanto. Yanto merasa telah melakukan
hal yang fatal terhadap Djohan karena telah melewati batas antara majikan dan anak pembantu atau antara etnis Tionghoa dengan etnis Jawa.
4.1.9 Kerinduan
Disaat orang yang selama ini selalu bersama dengan kita menjauh, maka akan timbul kerinduan. Kerinduan adalah keinginan atau harapan ingin segera
bertemu dengan orang yang dirindukannya. Kerinduan ini timbul karena adanya suatu hal yang memisahkan antara yang satu dengan yang lain. Seperti yang
dialami oleh Djohan dan Yanto terlihat dalam kutipan berikut: Dari balik pintu dapur, Yanto berdiri menatap A Guan. Ia senang
karena perasaan A Guan sepertinya membaik. Selama ini Yanto sebenarnya ingin sekali mendekati A Guan dan mengajaknya
bermain. Yanto menghentikan langkahnya dan menunduk. Ia terlalu takut untuk mendekat. Bagaimana pun, bocah itu belajar
untuk sadar bahwa dia dan A Guan memiliki perbedaan yang terlalu besar. Mereka mungkin bermain bersama, berbagi kue
sagon, mencuri sepeda, dan membaca komik bersama. Akan tetapi, mereka tetaplah majikan dan pembantu. Ada satu garis
pemisah yang amat dipahami oleh Yanto. Yanto tidak akan pernah berani menyeberangi garis itu. MD:76.
36
Kerinduan yang dirasakan oleh Yanto terhadap Djohan timbul pada saat mereka sedang dalam kesalahpahaman. Yanto merindukan semua hal yang sering
dilakukannya bersama dengan Djohan. Djohan telah menuduh Yanto mengambil pedang mainannya dan membuat Yanto merasa tersinggung karena bukan dia
yang mencurinya. Dia mulai menyadari bahwa dirinya dan Djohan berbeda kelas sosialnya. Djohan sebagai anak majikan, dan Yanto sebagai anak pembantu.
Setiap kerinduan yang sedang dialami hanya akan membuat hati kacau dan ingin secepatnya bisa melepas kerinduan tersebut. sering kali kita mengingat-ingat
kenangan yang dulu sering dilakukan bersama orang yang disayangi. Hal ini mengakibatkan kerinduan terhadap seseorang atas kegiatan yang sering dilakukan
bersamanya seperti dalam kutipan berikut: Terkadang ia merindukan acara berangkat bersama Apache.
Namun, apa boleh buat. Kenny dan Raymond memilih sekolah yang lain. untung masih ada Herman dan Corby yang
memutuskan untuk bersekolah di tempat yang sama. MD:186.
Bentuk kerinduan juga dirasakan Djohan terhadap geng Apache yang telah terpecah karena Kenny dan Raymond memilih sekolah yang berbeda dengan
Djohan, Herman, dan Corby. Djohan rindu saat mereka berangkat ke sekolah secara bersama-sama dan kegiatan yang mereka lakukan bersama untuk
menghabiskan waktu. Disaat kerinduan menghampiri, maka akan timbul harapan supaya apa
yang dirindukan dapat terulang kembali. Harapan merupakan sesuatu yang diharapkan atau inginkan untuk menjadi kenyataan. Harapan dalam novel Menjadi
Djo dapat dilihat secara jelas dalam kutipan sebagai berikut:
37
Djohan memejamkan mata sesaat. Ia masih berharap suatu hari nanti bisa kembali bertemu dengan Yanto. Kalaupun Tuhan tidak
mengizinkan mereka bertemu kembali, ia berharap bisa bersahabat dengan Yanto-Yanto lainnya. MD:289.
Setelah Djohan beranjak dewasa dan telah menyelesaikan perkuliahan, dia sangat merindukan sahabat kecilnya yang menjadi kenangan terindah. Mereka
tidak pernah lagi bertemu sejak perpisahan terakhir mereka di Medan pada saat mereka menonton karnaval 17 Agustus dari atas rumah paman Djohan. Saat itu
Djohan pamit kepada Yanto bahwa dia dan semua anggota keluarganya akan pergi berlibur ke Singapura. Setelah mereka berada di Singapura dan hendak balik ke
Indonesia, terjadilah konflik G30S PKI tersebut. Djohan tidak sempat lagi bertemu dengan Yanto karena harus segera meninggalkan Medan dan harus
pindah ke Jakarta. Itu menjadi perpisahan yang sangat dibenci oleh Djohan. Djohan berharap dapat bertemu lagi dengan Yanto walau hanya sebentar untuk
melepas kerinduannya dan berbagi kebahagiaan yang dirasakan. Dan walaupun dia tidak bisa bertemu dengan Yanto lagi, Djohan berharap dapat menemukaan
sahabat yang seperti Yanto.
4.1.10 Persahabatan Merupakan Sebuah Prioritas
Prioritas yaitu mendahulukan atau mengutamakan daripada hal yang lain. dalam hal ini, bentuk persahabatan yang merupakan sebuah prioritas dapat dilihat
dalam kutipan berikut: Pada saat itu, Djohan bisa saja memarahi Corby. Bagaimana juga
uang adalah tanggung jawab Corby. Sudah selayaknya ia menyimpan uang itu baik-baik. Akan tetapi, entah mengapa
Djohan tidak bisa melakukannya. Mungkin karena ia tahu, jauh di
38
dalam hatinya, persahabatan mereka tidak bisa dinilai dengan uang. ”Udah, jangan dipikirin dulu. Duit gampang dicari. Kalau
persahabatan lenyap, mau dicari ke mana?” MD:150.
Persahabatan menjadi prioritas bagi Djohan. Dia lebih mengutamakan Persahabatannya daripada uang yang telah hilang karena kecerobohan sahabatnya
sendiri yaitu Corby. Dia berprinsip bahwa uang bisa dicari, tetapi sahabat sejati tidak mudah ditemukan seperti mencari uang. Djohan tidak ingin membuat Corby
merasa terpuruk dan merasa bersalah berkepanjangan.
4.1.11 Setiap Teman Selalu Ada Untuk Teman yang Lain, dalam Keadaan Baik Maupun Buruk
Sikap selalu ada saat dibutuhkan ini dapat dilihat pada saat satu sahabat mengalami masalah, maka sahabat yang lain selalu ada dan memberikan dorongan
dan bantuan yang bisa untuk dilakukan. Hal ini dapat dalam kutipan berikut: Satu-satunya hal yang membuatnya merasa lega adalah ia tidak
sendirian. Di sampingnya ada Corby dan Herman. Ini sungguh di luar dugaannya. Ketika ia membicarakan masalah Horsin kepada
meraka, Corby dan Herman langsung mau ikut bergabung. Mereka tertarik untuk ikut menambah uang saku. Djohan merasa
sedikit lega karena setidaknya ada dua sahabatnya yang menemani. MD:193.
Pada kutipan diatas dapat terlihat Corby dan Herman yang selalu ada saat dibutuhan. Pada saat keluarga Djohan mengalami kesusahan ekonomi, Djohan
terpaksa harus bekerja paruh waktu supaya dapat mengumpulkan uang supaya dia bisa melanjutkan sekolah ke SMA Strada Ricci. Corby dan Herman tidak
membantu Djohan dalam bentuk memberi uang. Tetapi mereka membantu Djohan
39
dengan cara selalu ada saat dibutuhkan untuk menemani Djohan bekerja di toko kaset Horsin.
Sahabat sejati juga selalu memberi dukungan terhadap sahabatnya yang sedang mengalami keterpurukan mental, ataupun perasaan. Hal ini menandakan
bahwa sahabat selalu ada bersama kita baik dalam keadaan baik atau buruk. Memberi dukungan merupakan bentuk dari persahabatan. Dengan memberi
dukungan maka sahabat yang sedang dalam masalah merasa bahwa dia benar- benar memiliki sahabat yang selalu mendukungnya walaupun dalam keadaan
terpuruk. Bentuk persahabatan ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut: ”Ya iyalah, Pul. Yang kelihatan jelas itu kan isi kantong, bukan
isi otak. Tenang saja, bung,” Djohan menepuk pundak Syaiful. ”Suatu saat nanti mereka akan menyesal karena tidak memilih
kita. Siapa tahu kelak kita jadi bos, lebih hebat daripada cowok yang mereka pilih sekarang.” MD:243.
Sikap Djohan yang selalu ada untuk memberi dukungan kepada sahabat- sahabatnya terutama Syaiful yang sering galau karena gagal mendapatkan hati
seorang perempuan. Djohan memberi dukungan kepada Syaiful dengan cara memberi gambaran masa depan yang cerah sehingga perempuan yang telah
menolaknya akan menyesal suatu saat nanti. Bentuk dukungan yang diberikan Djohan memang terlihat sederhana, namun memiliki efek yang luar biasa untuk
Syaiful dalam memperbaiki kualitas diri.
40
4.1.12 Hubungan yang Ada Sederajat
Dalam persahabatan, hubungan yang ada bersifat sederajat. Tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih dihargai dan yang lebih lemah atau jadi suruh-
suruhan. Semua sama dan saling melengkapi. Faktor umur, jenis kelamin, etnis, kelas sosial dan lain sebagainya tidak menjadi penghalang terjalinnya suatu
persahabatan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ”Biar lo tahu, kalau kulit itu Cuma pembungkus. Bagian dalam
kita sebenarnya sama aja, sama-sama berdarah merah dan bertulang putih” timpal Hendra. ”Mau China kek, Batak kek,
Betawi kek, Jawa kek, semua sama derajatnya Nggak ada yang lebih tinggi” Bambang menambahkannya.” MD:271.
Dari kutipan diatas, sahabat-sahabat Djohan menunjukkan kepada Alvaro bahwa hubungan persahabatan itu sederajat. Walaupun Djohan etnis Tionghoa
dan sahabat-sahabatnya terdiri atas etnis yang berbeda Jawa, Batak, dan Betawi, mereka dapat bersahabat dengan rukun dan damai tanpa melihat perbedaan
tersebut.
4.2 Faktor Pembentuk Persahabatan Antaretnis yang Dialami Tokoh dalam Novel Menjadi Djo Karya Dyah Rinni
Hubungan persahabatan antara Djohan sebagai tokoh utama dengan sahabat-sahabatnya dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni bukannya
persahabatan yang instan. Persahabatan didasari oleh hasrat dan keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang biasa yang terpilih untuk
dijadikan sahabat. Untuk menjadikan seseorang untuk dijadikan sahabat tidaklah segampang yang dibayangkan atau tidak asal dipilih. Persahabatan itu tidaklah
41
langsung terbentuk tanpa adanya proses. Kita tidak akan pernah tahu kapan, dimana, dan kepada siapa kita akan menjalin persahabatan itu. Orang yang
dulunya kita anggap sebagai orang biasa, tapi mungkin karena kita sering berkomunikasi, bertegur sapa, sering berjumpa, memiliki minat atau kegemaran
yang sama, tinggal di lingkungan yang sama, atau mungkin ciri fisik yang menarik, mengakibatkan berkembangnya hubungan pertemanan tersebut yaitu
dari tingkatan orang biasa, kemudian menjadi teman akrab dan akhirnya menjalin persahabatan setelah sekian lama menjalin pertemanan dan telah mengetahui
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Begitu pula dengan persahabatan antara Djohan sebagai etnis Tionghoa dengan sahabat-sahabatnya yang beretnis
Jawa, Batak, dan Betawi. Persahabatan mereka terbentuk oleh beberapa faktor. Terdapat faktor-faktor yang mendasari seseorang untuk membangun hubungan
persahabatan seperti yang diharapkan. Faktor pembentuk persahabatan tersebut antara lain:
4.2.1 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan menjadi salah satu faktor terbentuknya persahabatan. Lingkungan dimana kita tinggal menjadi satu ranah yang sangat berpeluang untuk
membentuk suatu hubungan persahabatan seperti yang diharapkan. Lingkungan yang dimaksud meliputi tempat tinggal, tempat bermain, lembaga pendidikan,
tempat kerja, maupun tempat-tempat dimana seseorang menghabiskan waktu sehari-hari. Faktor lingkungan ini menjadi faktor terbentuknya persahabatan
Djohan dengan sahabat-sahabatnya yang berbeda etnis dengannya. ketika Djohan
42
masih duduk dibangku Sekolah Dasar Methodist Medan, dia memiliki seorang sahabat sejati bernama Yanto yang merupakan etnis Jawa. Yanto merupakan anak
dari pembantu rumah tangga keluarga Djohan dan selalu menghabiskan waktu dirumah Djohan untuk membantu orangtuanya bekerja. Hal ini dapat dilihat
dalam kutipan berikut: Dibawah matahari sore yang masih panas, Yanto menarik pakaian
yang telah kering dan memasukkannya ke ember besar. Tanpa kesulitan, putra Bu Bariyem itu menunaikan tugasnya. Satu per
satu pakaian di jemuran berpindah ke tempatnya. A Guan ikut- ikutan mengambil salah satu pakaian yang telah kering. Ia
mengenalinya sebagai kemeja sekolah salah satu kakaknya. A Guan kemudian melemparkannya ke dalam wadah, bergabung
dengan pakaian-pakaian kering lainnya. ”Main yuk,” ajak A Guan. MD:9.
Lingkungan tempat tinggal Djohan menjadi faktor pembentuk persahabatan antara Djohan dan Yanto. Rumah Djohan yang memiliki ukuran
cukup luas dan berada di pinggiran kota menjadi tempat mereka membentuk dan memupuk rasa persahabatan sejati seperti yang mereka harapkan. Mereka berdua
menghabiskan waktu untuk bermain gundu, bermain layang-layang bersama, menangkap burung, dan menaiki pohon trambesi yang merupakan tempat Djohan
membacakan komik untuk Yanto. Faktor lingkungan juga merupakan pembentuk persahabatan antaretnis
antara Djohan dengan sahabat-sahabatnya di SMP Pax Jakarta yang merupakan sekolah Katolik di Paroki Kemakmuran. Sekolah adalah tempat yang pertama kali
untuk bersosialisasi. Saat memasuki lingkungan sekolah, maka akan ada upaya untuk menemukan teman yang baik dan cocok dengan kepribadian kita. Tapi,
memilih teman tidaklah semudah dan sesulit yang dibayangkan. Kita hanya perlu
43
mencari orang yang memiliki kriteria yang menyerupai orang yang akan kita jadikan sahabat, memiliki kepribadian yang hampir sama dengan kepribadian kita,
bisa nyambung saat diajak berbicara, dan yang paling penting adalah rasa nyaman. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:
Hari itu keduanya baru saja memulai sesuatu yang baru, sesuatu yang akan mengubah arah hidup mereka selamanya. Djohan
merasakan kebahagiaan perlahan-lahan memenuhi dadanya. Ia tidak pernah mengira akan secepat ini menemukan sahabat baru.
Ia sempat meragukan kemampuannya sendiri untuk mendapatkan teman baru pengganti Yanto. Namun, ternyata ia salah. Satu demi
satu sahabat baru mulai memasuki kehidupannya. Selain Corby, ada Herman, Raymond, dan Kenny. Kedekatan mereka secara
alami akhirnya membentuk geng bernama Apache. MD:137.
Persahabatan antara Djohan, Corby, Herman, Raymond, dan Kenny yang disebut dengan geng Apache diawali pada saat Djohan pindah ke SMP Pax di
Jakarta. Dia dengan mudahnya menemukan sahabat-sahabat baru yang selalu menemaninya menikmati kebersamaan, bercanda tawa, mengalami kegagalan,
mencapai kesuksesan, dan sebagainya. Sekolah menjadi rumah kedua untuk mereka karena lebih banyak menghabiskan waktu.
Lingkungan sekolah sangat mempengaruhi karakter seseorang. Masa remaja adalah masa dimana banyak orang yang kehilangan jati dirinya. Banyak
cobaan dan godaan yang datang menghampiri disaat masa remaja tersebut. Disaat salah satu sahabat salah melangkah dalam mengambil keputusan, maka saat itu
jugalah kebijaksanaan sahabat yang lainnya untuk mengingatkan dan membantu mengarahkan ke jalan yang semestinya diambil.
44
Tingkat pendidikan juga menjadi faktor yang mempengaruhi pembentukan persahabatan. Tingkat perguruan tinggi menjadi sarana Djohan menemukan
sahabat-sahabat baru seperti dalam kutipan berikut: Sejak masuk jurusan Akunting, Akademi Perhotelan dan
Kepariwisataan Trisakti, ia bertemu dengan sahabat-sahabat baru: Syaiful, Hendra, Bambang, dan Jerry. Mereka memiliki julukan
masing-masing. Djohan mendapat julukan Tikus karena dianggap pandai ”mengerat” alias mengerjakan apa saja, termasuk
menyalin catatan kuliah. MD:221.
Ketulusan hati Djohan dalam persahabatan diterapkannya sampai ke tingkat perguruan tinggi. Dia dengan mudahnya menemukan sahabat-sahabat baru
yang juga masih berbeda etnis dengan dirinya. Syaiful, Hendra, Bambang, dan Jerry adalah orang-orang yang memilih dan dipilih oleh Djohan menjadi sahabat.
4.2.2 Faktor Individual
Faktor individu terdiri dari ketertarikan fisik, keterampilan sosial, responsivitas, perasaan malu atau segan, dan kemiripan.
Pembentukan persahabatan awalnya dimulai dari ketertarikan kita terhadap seseorang dari fisik
yang mungkin karena tampan atau cantik, keterampilan dalam mengikuti percakapan yang sesuai aturan, yang tidak pemalu, dan memiliki kemiripan yang
akan membuat kita senangtertarik untuk menjadikannya sahabat. Seperti kutipan berikut:
Di hadapannya berdiri Corby, teman sekelasnya yang juga berasal dari Medan. Mungkin karena itu mereka langsung akrab.
MD:133.
Faktor individu yang berupa kemiripan terlihat dalam asal usul Djohan dan Corby yang sama-sama berasal dari Medan. Mereka pernah tinggal di daerah yang
45
sama dan telah mengetahui banyak tentang kebiasaanadat istiadat yang ada disana. Banyak perbedaan antara Medan dan Jakarta seperti berikut ini:
”Kau kan bisa nulis lagi,” kata Djohan. Corby tertawa mendengar aksen Djohan. Meskipun ia juga berasal dari Medan, aneh rasanya
mendengar ada anak yang menggunakan dialek Medan di Jakarta. Djohan merutuk dalam hati dan mengingatkan dirinya untuk lebih
membiasakan bahasa lo-gue. Ia sudah di Jakarta, bukan di Medan lagi. MD:133.
Orang Medan memang terkenal dengan dialek kasar dan suara keras. Orang Medan menyebut orang lain dengan panggilan ”Kau” yang terdengar
sangat kasar. Sedangkan di Jakarta, menggunakan bahasa lo-gue. Corby merasa lucu saat Djohan memanggil dirinya dengan sebutan ”Kau” karena orang bisa
dengan mudah menebak asal usulnya dari dialek yang digunakan. Djohan harus membiasakan diri mengikuti kebiasaan di Jakarta yang menggunakan bahas lo-
gue supaya tidak ditertawakan oleh orang lain.
4.2.3 Faktor Situasional
Faktor situasional merupakan faktor yang ditandai dengan seberapa sering kita bertemu dengan seseorang, memiliki ketergantungan kepada seseorang
tentang suatu hal, ketersediaan tempat untuk membentuk hubungan persahabatan pada masing-masing pihak yang terlibat dalam interaksi. Seperti kutipan berikut:
”Ntar nggak aku bacain komik, baru tahu rasa kamu.” Mendengar itu, yanto langsung berdecak. A Guan tahu persis Yanto tidak bisa
membaca karena
ia belum
mulai bersekolah.
Yanto mengandalkan A Guan untuk menikmati rangkaian komik yang
dimiliki A Guan. Kalau tidak, ia hanya bisa pasrah menikmati gambarnya. MD:10.
46
Pembentukan persahabatan Djohan dan Yanto ditandai dengan faktor situasional dimana keduanya saling berketergantungan antara yang satu dengan
yang lain. Djohan membutuhkan Yanto untuk diajak bermain, sedangkan Yanto bergantung kepada Djohan untuk dibacakan komik kesukaannya. Mereka saling
memberi dan saling menerima tanpa ada yang merasa diuntungkan atau dirugikan. Situasi yang mengakibatkan persahabatan mereka tumbuh dan berkembang
menjadi persahabatan yang sejati. Persahabatan Djohan dengan geng Apache juga terbentuk karena adanya faktor situasional yang mengakibatkan semua anggota
geng saling berketergantungan. Seperti terlihat dalam kutipan berikut: Untuk pertama kali, ia merasa berhasil melakukan sesuatu yang
dapat membuat orang lain bahagia. Untuk pertama kali, ia merasa diterima oleh teman-temannya melalui Samantha. Djohan
bertekad akan terus melakukannya. MD:144.
Dengan adanya majalah Samantha menjadikan persahabatan geng Apache semakin erat. Mereka merasakan bersama keberhasilan dari Samantha atas kerja
keras mereka. Mereka semakin sering berkomunikasi, sering bertemu, dan berinteraksi untuk memikirkan cara memajukan majalah Samantha tersebut.
4.2.4 Faktor Dyadic
Faktor dyadic adalah faktor pembentuk persahabatan dimana seseorang yang mau untuk menanyakan informasi pribadi sebagai tanda bahwa seseorang tersebut mau
untuk memulaimembentuk persahabatan dengannya. pertemuan awal umumnya dimulai dengan membuka diri terhadap informasi-informasi yang bersifat
dangkal, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang lebih mendalam dan topik- topik yang lebih bervariasi. Pada tahap awal dari hubungan, keterbukaan yang
47
bersifat timbal balik merupakan hal yang sangat penting dalam menjalan persahabatan. Seperti kutipan berikut:
Corby tersenyum kepada Djohan, kemudian duduk di hadapannya. Ia melirik hasil pekerjaan Djohan, kelihatan tertarik.
”Lo suka nggambar?” tanyanya. Djohan meneruskan gambarnya tanpa memedulikan Corby. ”Cuma coret-coretan nggak jelas.”
Corby bersiul tipis. ”Itu bagus, tahu.” Ia menggaruk-garuk kepalanya. ”Yah, paling nggak nasib lo lebih bagus daripada
gue.” Corby mendengus. Ia kemudian bersandar ke dinding, matanya menatap langit-langit kelas. Wajahnya terlihat pasrah.
”Kayaknya bakat gue bakal sia-sia dan nggak akan diketahui orang selamanya.” MD:133.
Persahabatan antara Corby dan Djohan dimulai pada saat Djohan sedang asik menggambar yang merupakan bakatnya. Corby yang terlihat ingin menjalin
persahabatan dengan Djohan berusaha untuk mendekatkan diri dengan cara menegurnya terlebih dahulu dengan sebutan ”Anak Mercy”, kemudian bertanya
tentang bakat Djohan yang suka menggambar. Walaupun Djohan sempat menghiraukan tingkah Corby, tetapi kemudian dia menjawab setiap pertanyaan
yang dilontarkan Corby dan mereka saling curhat tentang bakat mereka yang tidak tersalurkan. Djohan yang memiliki bakat menggambar, sedangkan Corby
memiliki bakat menulis. Akhirnya Djohan memiliki ide cemerlang untuk menggabungkan bakat mereka menjadi satu dan bisa bermanfaat untuk orang lain
yaitu dengan membuat majalah sekolah yang dinamai dengan Samantha.
48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian terhadap novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni dengan menggunakan teori sosiologi sastra dapat diambil kesimpulan:
1. Bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh tokoh dalam novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni mengambarkan persahabatan yang sejati
tanpa melihat perbedaan yang terdapat dalam diri mereka. Adapun bentuk persahabatan antaretnis yang dialami oleh Djohan sebagai etnis Tionghoa
dengan sahabat-sahabatnya yang berbeda etnis dengannya ditunjukkan dengan adanya: 1. Bersenang-senang bersama, 2. Takut kehilangan, 3.
Saling berbagi, 4. Menepati janji, 5. Saling menjagamelindungi, 6. Perbedaan tidak menjadi penghalang, 7. Rasa percaya, 8. Kekecewaan,
9. Kerinduan, 10. Persahabatan merupakan sebuah prioritas, 11. Setiap teman selalu ada untuk teman yang lain, dalam keadaan baik maupun buruk,
dan 12. Hubungan yang ada sederajat. 2. Faktor pembentuk persahabatan antaretnis yang dialami tokoh dalam novel
Menjadi Djo karya Dyah Rinni yaitu: 1. Faktor lingkungan, 2. Faktor individual, 3. Faktor situasional, dan 4. Faktor dyadic.
49
5.2 SARAN
1. Interpretasi penulis bukanlah satu-satunya kebenaran yang sah. Mengingat banyaknya pemahaman yang berbeda tentang persahabatan antaretnis. Maka
dari itu, penulis menyarankan agar penelitian tentang persahabatan antaretnis dapat lebih diperluas karena akan membentuk interpretasi yang
berbeda dari setiap orang yang menggunakan ilmu ini. 2. Novel Menjadi Djo karya Dyah Rinni sangat bagus untuk menjadi bahan
bacaan semua kalangan. Novel ini dapat memberi inspirasi untuk orang- orang yang sedang menjalani persahabatan yang berbeda etnis ataupun
sesama etnis. Novel ini menggambarkan bahwa berbeda etnis tidak menjadi penghalang dalam mengikat suatu hubungan persahabatan yang sejati.