Pada saat kelahiran Upacara Kelahiran Di Jepang

sebaliknya pekerjaan wanita tersebut akan lebih sulit akan tetapi suami tinggal jauh untuk tujuan tersebut. Sebuah dokumen pada periode Heian abad 11 menyinggung sebuah cara mistis agar mempercepat proses kelahiran. Ketika kelahiran tampak sulit bagi seorang wanita yang baru pertama kalinya melahirkan, maka seseorang menjatuhkan bola nasi untuk memperlancar proses kelahiran. Dibagian tenggara Jepang seorang wanita memiliki kelahiran yang sulit, maka diberikan lesung untuk menahannya, atau suaminya mengelilingi rumah membawa lesung atau alat penumbuk, supaya proses kelahiran wanita tersebut dapat berjalan dengan lancar. Ibu yang mengandung pertama kali dikelilingi 21 ikat jerami dan setelah bayi lahir, empat ikat dipindahkan setiap hari sampai ia dapat berbaring seperti biasanya pada hari ke 21.

3.2 Pada saat kelahiran

Setiap kelahiran bayi biasanya dipercayai diberi hadiah untuk Dewa kelahiran Ubugumi. Beberapa kebiasaan lokal ruang kelahiran akan ditandai dengan perayaan tali dengan membuat jerami utuk rumah suci dewa kelahiran tersebut . Tanpa kehadiran Dewa kelahiran tidak ada kelahiran yang akan mendapatkan tempat untuk melahirkan.Meskipun kelahiran berada dekat dengan rumahnya, pemilik rumah akan pergi menemui dewa gunungpohon kuda. Karena pada saat melahirkan, si ibu berada dalam keadaaan kotor, karena itu beberapa saat harus hidup terpisah dari masyarakat. Kemudian orang-orang yang di anggap tercemar juga adalah bidan, bayi, suami dan kemudian keluarga yang lainnya. Tabu pada saat melahirkan, adalah berupa larangan untuk mendekati tempat-tempat suci seperti ujigamisama, kamidana, dan sebagainya. Kemudian api dianggap perantara pembawa kekotoran, oleh karena itu api yang dipergunakan untuk memasak makanan ibu yang sedang melahirkan tidak boleh dipergunakan untuk memasak ditempat lain. Kemudian bagi ibu yang baru melahirkan tidak boleh menyentuh air di sumur. Bagi suami, dalam waktu sementara tidak boleh bekerja di lading atau menagkap ikan dulu. Biasanya untuk membawa dewa kelahiran disediakan rumah dibelakangnya untuk beberapa dewa lainnya, yaitu dewa gunung, dewa sapu, dan dewa kelahiran.Dewa kelahiran selalu berada pada saat bayi tersebut lahir. Setelah bayi lahir persembahan dibuat untuk hak dewa diruang kelahiran yang dibuat dari tumpukan makanan dengan nasi pada talam yang sama untuk dewa kelahiran, diletakkan Ubu mesi dan diletakkan batu kecil yang diambil dari sungai atau tempat keramat, mereka mengatakan ini untuk membuat bayi selalu sehat. Kebanyakan mereka percaya bahwa batu yang terletak disana merupakan hadiah dari dewa kelahiran. Dari zaman kuno tali pusatnya dipotong dengan pisau bambu lalu diikat dengan kain yang berwarna merah dan putih seperti hadiah yang diberikan oleh dewa kelahiran dan nama di tulis pada kertas dan semua benda tersebut dihanyutkan ke sungai untuk mendapatkan kebaikan dari dewa kelahiran tersebut. 9 10 Bebarapa kebiasaan adat menjelaskan bahwa pada saat kelahiran plasenta harus dibakar dengan tertawa yang disebut dengan “Iya Warai”. Bayi yang baru lahir langsung dimandikan dan dipakaikan baju berlengan sampai hari ketiga .Setelah itu dia dibungkus dengan pakaian yang diberikan oleh keluarganya.

3.3 Setelah upacara kelahiran