23
Wawancara pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan seorang peneliti untuk memperoleh pemahaman secara holistik mengenai pandangan atau
perspektif inner perspectives seseorang terhadap isu, tema atau topik tertentu.
16
Penelitian ini berlokasi di tanah kelahiran penulis yaitu Kota Duri yang merupakan salah satu Ibu Kota Kecamatan Mandau, Kecamatan terluas di
Kabupaten Bengkalis, Riau. Diawali dengan rasa kecintaan penulis sebagai orang Duri maka muncullah penelitian ini. Duri adalah kampung halaman penulis yang
Dalam penelitian mengenai kasus sengketa ini, peneliti akan menggunakan metode wawancara yang akan dilakukan dengan informan-informan yang menurut
penulis mampu menjawab semua data yang dibutuhkan. Sebagai instrument utama, penulis harus mampu menjalin rapport hubungan yang baik dengan para
informannya. Dengan menjalin hubungan baik dengan para informan, maka penulis akan lebih mudah untuk masuk kedalam permasalahan penelitian dengan
melakukan wawancara ataupun wawancara mendalam dengan informan. Kedudukan informan dalam penelitian kualitatif adalah informan sebagai guru
bagi penulis, yang akan menjelaskan tentang objek kajian yang akan diteliti oleh penulis.
Informan penelitian ini merupakan semua orang yang terkait dengan PDAM, masyarakat yang mengamati serta merasakan permasalahan kelangkaan
air bersih, PT. CPI yang bekerja sama dengan PDAM, dan khususnya masyarakat yang menjadi pelanggan langsungtidak langsung yang terikat dengan PDAM.
1.5.3 Rangkaian Pengalaman Penelitian di Lapangan
16
Sumber : Dawson 2009:27 yang dipaparkan lewat tulisan Prof.Dr.H. Mudjia Rahardjo dalam blog-nya tanggal 15 Juni 2012 http:mudjiarahardjo.commateri-kuliah400-hakikat-wawancara-
dalam-penelitian-kualitatif.html
Universitas Sumatera Utara
24
dipenuhi dengan warna-warni budaya masyarakatnya sebagai tempat yang sangat ramai dikunjungi para calon urban. Ketertarikan yang membuatnya menjadi salah
satu destinasi tempat tinggal dikarenakan banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang Migas Minyak dan Gas yang beroperasi di wilayah ini. Tuntutan
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi adalah sebagai alasan utama perpindahan penduduk ke Kota ini. Rasa kecintaan penulis ini disebabkan karena situasi
lingkungan yang beraneka ragam yang menurut penulis saling menjaga toleransi antara satu dengan yang lainnya, meskipun pada dasarnya toleransi itu berbeda
dengan apa yang ada didalam hati pemiliknya. Akan tetapi hubungan baik dengan para sahabat berbeda etnis dan keyakinan, serta sosialisasi yang baik dengan
lingkungan menjadikan saya nyaman berada di antara keberagaman tersebut. Rasa kecintaan inilah yang kemudian mewujudkan keinginan saya untuk melakukan
penelitian di wilayah ini. Penelitian ini berjudul “Konflik Antara PDAM Duri dan Pelanggannya”.
Salah satu alasan Penulis memilih topik ini adalah dikarenakan sulitnya memperoleh air bersih yang sudah dirasakan oleh Masyarakat Duri serta penulis
sendiri. Hingga akhirnya PDAM muncul sebagai salah satu solusi yang melegakan hati masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya terhadap air bersih.
Pengalaman-pengalaman pribadi tentang air inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menulis karya ilmiah ini. Topik mengenai air ini menjadi menarik menurut
penulis ketika PDAM yang selama ini memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat konsumen tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya karena beberapa
alasan yang dampaknya sangat merugikan pelanggan atau masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
25
Banyak sekali kendala yang penulis temui dalam mewujudkan karya ilmiah ini, dimulai dari perang terhadap diri sendiri mengenai keyakinan terhadap
terwujudnya tulisan ini, hingga data yang sangat homogen sifatnya di tengah- tengah masyarakat Duri. Semuanya dilalui oleh penulis dengan penuh
pergumulan, meskipun sebenarnya situasi ini disebabkan oleh pikiran-pikiran penulis sendiri.
Penelitian ini sebenarnya sudah penulis mulai ketika pertama kali Judul proposal untuk skripsi ini di Acc oleh bapak Ketua Jurusan Antropologi dengan
Topik “Sengketa antara PDAM dengan PT. CPI”. Alasan penulis menaikkan judul ini karena apa yang penulis lihat di media cetak dan elektronik yang menyoroti
tentang permasalahan kelangkaan air di masyarakat Duri akibat tidak mengalirnya air PDAM. Kelangkaan air ini justru dipicu oleh permasalahan internal PDAM itu
sendiri. Hal ini terkait dengan kontrak kesepakatan kerja pada tahun 1994 dengan PDAM Duri melalui PDAM Pusat Kabupaten Bengkalis dan Pemerintah Daerah
yang harusnya berakhir setelah 7 tahun masa kerja sama, namun masih berjalan hingga saat ini. Akan tetapi karena sedikitnya data yang mendukung tulisan ini
serta sulitnya untuk “masuk” kedalam pihak swasta guna memperoleh data maka saya memutuskan untuk mencari tahu lagi apa yang sebenarnya akan menjadi
masalah saya. Hingga akhirnya topik mengenai sengketa pun saya tinggalkan dan beralih ke topik mengenai Konflik ini.
Pada saat di Lapangan, sebagai warga Duri, penulis cukup tahu betul bagaimana respon masyarakat terhadap kinerja PDAM yang dianggap tidak
memuaskan pelanggannya. Ketakutan penulis akan adanya bias dalam penelitian
Universitas Sumatera Utara
26
ini pun mulai muncul seiring semakin banyaknya wawancara yang penulis lakukan dengan para warga di berbagai lokasi di Duri. Akan tetapi sebagai
peneliti, penulis harus bersikap netral untuk menanggapi setiap informasi yang masuk pada penulis sehingga menghasilkan tulisan yang baik.
Dalam melihat sudut pandang PDAM itu sendiri penulis melakukan PKL Praktek Kerja Lapangan dadakan seperti yang biasa dilakukan oleh siswa atau
mahasiswa magang disuatu instansi tertentu, dalam hal ini penulis melakukannya di Kantor PDAM Duri. Hampir lebih dari tiga minggu penulis berperan menjadi
karyawan PDAM yang menangani keluhan pelanggan akan kinerja PDAM yang dinilai tidak baik. Berbagai jenis pelanggan yang masuk ke bagian hubla sering
kali menjadi objek pengamatan penulis, berbagai ekspresi luapan emosi pelanggan akan ketidakterimaan terhadap apa yang diterimanya sebagai
pelanggan merupakan data yang sangat mendukung tulisan ini. Untuk mewawancarai pihak PDAM bukanlah sesuatu yang mudah bagi
penulis, jawaban yang terkesan ditutup-tutupi tak jarang penulis temui ketika berbincang-bincang dengan karyawan PDAM. Kendala tersebut tak lantas
menyurutkan niat penulis untuk melanjutkan tulisan ini, sebab data-data yang telah diperoleh oleh penulis sudah cukup menjelaskan bagaimana Konflik yang
terjadi di antara keduanya. Seiring dengan berjalannya percakapan dan candaan yang berlangsung
dalam hubungan penulis dengan pihak PDAM maka tak jarang saya menyisipkan pertanyaan saya dalam tiap percakapan tersebut. Dan tak jarang juga penulis
mendapatkan jawaban yang tanpa mereka sadari mengalir begitu saja terkait
Universitas Sumatera Utara
27
dengan kinerja PDAM Duri ini. Misalnya ketika salah seorang dari pihak PDAM tersebut saya tanyai seputar artikel yang mereka pajangkan di mading HubLa ;
“Bupati Minta PDAM Harus Mandiri”
17
17
Terdapat dalam Koran Riau Pos, Judul : Bupati Minta PDAM Harus Mandiri, tanggal 11 Juni 2012 – 08.35 WIB
jawabannya justru menyalahkan pihak Pemda yang membiarkan PDAM sampai selama ini bergantung kepada pihak
swasta. Masalah PDAM sebenarnya berakar pada ketiadaan sumber air baku yang hendak dikelola sendiri oleh PDAM dengan sarana dan prasarana milik sendiri
yang selama ini semuanya difasilitasi oleh pihak Chevron. Berulangkali wacana mengenai pengadaan sumber air baku juga sudah pernah muncul seperti, Sungai
Sekapas dan Sungai Jurong sebagai daerah destinasi sumber air baku tersebut namun sampai saat ini belum jua ter-realisasi.
http:m.riaupos.codaerah.php?act=fullid=1579kat=10
Universitas Sumatera Utara
28
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN