liang telinga, sekret yang purulen, atau penebalan kulit yang progresif yang bisa menutup lumen dan mengakibatkan gangguan konduksi hantaran suara.
17
2.3.4 Penegakan Diagnosis dan Pengobatan
Penegakan diagnosis pada otomikosis diawali dengan pemeriksaan lengkap THT untuk statusnya terutama ditekankan pada pemeriksaan telinga yang
menggunakan otoskopi. Pemeriksaan THT harus sesuai dengan protokol yang berlaku. Kamar periksa THT memerlukan sebuah meja alat yang berisi alat-alat
THT THT set dengan lampu kepala yang arah sinarnya dapat disesuaikan dengan posisi organ yang akan diperiksa. Disamping meja harus disiapkan kursi yang
dapat diputar, ditinggikan serta dapat direbahkan sebagai tempat berbaringuntuk pasien sesuai dengan posisi yang diinginkan pada pemeriksaan dan kursi dokter
yang juga dapat berputar yang diletakkan saling berhadapan.
18
Alat-alat pemeriksaan THT Telinga : lampu kepala, corong telinga, otoskop, garputala 1 set
Hidung : spekulum hidung, alat pengait benda asing hidung Tenggorok: spatula lidah, kassa, kaca tenggorok, tissue.
Teknik Pemeriksaan 1. Pemeriksa mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Pemeriksa menerangkan pemeriksaan yang akan dilakukan
Gambar 2. 2 : Otomikosis yang terjadi pada telinga, jamur berwarna kehitaman
2
3. Pemeriksa mengatur posisi pasien, duduk berhadapan dengan pemeriksa dengan posisi lutut bersisian
Pemeriksaan Telinga
Pasien duduk dengan posisi badan condong ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan
membran timpani. Aatur lampu kepala supaya fokus dan tidak mengganggu pergerakan. Untuk memeriksa telinga, harus diingat bahwa liang telinga tidak
lurus. Untuk meluruskannya maka daun telinga ditarik ke atas belakang, dan tragus didorong kedepan. Liang telinga dikatakan lapang apabila pada
pemeriksaan dengan lampu kepala tampak membran timpani secara keseluruhan. Untuk pemeriksaan detail membran timpani digunakan otoskop. Otoskop
dipegang seperti memegang pensil, menggunakan tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan dan tangan kiri untuk memeriksa telinga kiri. Supaya posisi otoskop
stabil maka jari kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan pada pipi orang yang diperiksa.
Pemeriksaan Hidung Rhinoskopi Anterior
Pasien duduk menghadap pemeriksa. Spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri right handed, arah horizontal, dengan jari telunjuk ditempelkan pada
dorsum nasi. Tangan kanan digunakan untuk mengatur posisi kepala. Spekulum dimasukkan ke dalam rongga hidung dalam posisi tertutup, dan dikeluarkan dalam
posisi terbuka. Saat pemeriksaan diperhatikan keadaan:Rongga hidung, luasnya lapangsempit, adanya sekret; konka inferior dan konka media normal, pucat atau
hiperemis, eutrofi, atrofi, edema, atau hipertrofi; septum nasi cukup lurus, deviasi, atau terdapat krista; serta massa dalam rongga hidung harus diperhatikan
keberadaannya.
Pemeriksaan Tenggorokan Orofaring
Dua pertiga bagian depan lidah ditekan dengan spatula lidah kemudian diperhatikan:
1. Dinding belakang faring: warnanya, licin atau bergranula, sekret ada atau tidak, dan gerakan arkus faring
2. Tonsil: besar atau ukuran, warna, apakah ada detritus a. T0 : tonsil sudah diangkat
b. T1 : tonsil masih didalam fossa tonsilaris c. T2 : tonsil sudah melewati pilar posterior belum melewati garis
paramedian d. T3 : tonsil melewati garis paramedian belum melewati garis
median pertengahan uvula e. T4 : tonsil melewati garis median
3. Mulut: bibir, pallatum, gusi dan gigi geligi 4. Lidah: perhatikan gerakanlidah
Sampel yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosis otomikosis dapat diperoleh dari swab telinga menggunakan cotton swab steril. Pemeriksaan preparat langsung
dengan mikroskop dapat digunakan untuk mendeteksi jamur. Pada preparat sediaan langsung dengan menggunakan larutan KOH 10 hasil positif akan
menunjukkan adanya hifa pada preparat tesebut.
1,3,19
Penggunaan antifungal topikal telah berlangsung lama, selain pengobatan topikal, aural hygiene juga mempunyai pengaruh yang sangat penting pada
Bahan Pemeriksaan Preparat
langsung
Letakkan di gelas objek Tambahkan KOH 10 1 tetes
Tutup dengan cover glass Tunggu selama 10 menit
Amati di bawah mikroskop tanpa minyak emersi dengan
pembesaran 10x10 dan 10x40
Gambar 2. 3: skema kerja pemeriksaan jamur
20
pengobatan otomikosis. Larutan asam asetat 2 dalam alkohol, larutan povidon iodin 5 atau tetes telinga yang mengandung campuran antibiotik yang
diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur seperti salep yang diberikan secara topikal yang
mengandung nistatin, clotrimazole ataupun golongan azole lainnya. Nistatin adalah antibiotik makrolida yang dapat menghambat sintesis sterol di membran
sitoplasma, dan banyak jamur yang sensitif terhadap nistatin, termasuk Candida spp.
11,21
Golongan azole merupakan agen sintetik yang dapat mengurangi konsentrasi ergosterol, yaitu sterol esensial yang terdapat pada membran
sitoplasma normal. Clotrimazole adalah golongan azole yang paling sering digunakan karena efektifitasnya yang tinggi dalam mengobati otomikosis.
Clotrimazole juga memiliki efek antibakteri sehingga sering digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri-jamur, dan ia tidak memiliki efek ototoksisitas.
Ketokonazole dan flukonazole merupakan antifungal spektrum luas dan komponen kimianya efektif mengobati penyebab umum otomikosis seperti
Aspergillus dan Candida albicans.
Tabel 2.1: Obat yang sering digunakan pada kasus otomikosis dan efikasinya
ditampilkan dalam bentuk persentasi.
21
Authors Study design
Antifungal Posology
Number of
Patients Efficacy
Jadhav et al. Prospective
Clotrimazole 1solution 4 drops tid x 1 month
79 100
Piantoni et al. Prospective
Bifonazole 1solution, once a dayx 4-15
days 23
100 Nong et al.
Randomized prospective
Miconazole Ketokonazole
Clotrimazole Thymol alcohol
Once a day x 2 weeks Once a day x 2 weeks
Once a day x 2 weeks Three times per day for 2 weeks
110 97,6
97,5 90
80 Ologe dan Nwabuisi
Prospective Clotrimazole
1 cream once a day x 2 weeks 141
96 Kley
Prospective Clotrimazole
0,25 mgml once a day x 8-12 days
39 94,8
Tisner et al. Prospective
Thimerosal Not reported
152 93,4
Than et al. Prospective
5-Fluorocytosine 10 ointment x 7-10 days
189 90
Ho et al. Retrospective
Cresylate otic Ketokonazole otic
Aluminium acetate otic Three times per day x1-3weeks 1-
3cc one application x 1 week 0,5 solution x 1-3 weeks
51 48
18 86
95 86
Kurnatowski et al. Prospective
Fluconazole 0,2solutionthree times per day
x 21 days 96
89,4 Mgbor dan Gugnani
Randomized prospective
Locacorten-vioform Mercurochrome
Clotrimazole 1 solution every other dayx 7-
10days 1 solution every other dayx 7-
10days 1 solution every other dayx 7-
10days 23
23 24
66,6 95,8
75
del Palacio et al. Randomized
prospective Cyclopyrox olamine
Cyclopyrox olamine Boric acid
11 cream x 1 week 1 solution x 1 week
1 week 20
20 40
80 95
72,5 Ozcan et al.
Prospective Boric acid
4 solution in alcohol 87
77 Cohen dan Thompson
Prospective Ketokonazole
Not reported 9
100 Jackman et al.
Retrospective Acetic acid otic
Clotrimazole Nystatin
Aluminium acetate otic Not reported
15 8
2 1
40 50
50 Bhaily et al.
Case report Clotrimazole
0,25 mgml 1
100 Mishra et al.
Case report Mercurochrome
1 solution 1
100 Dyckhoff et al.
Review Miconazole
0,25 solution -
- Bassiouny et al.
In vitro Clotrimazole otic
Econazole Miconazole
Cyclopyrox olamine otic 1-4 ugml
1 solution 0,1-4 ugml
Not reported -
- -
- 100
100 90
57 Egami et al.
In vitro Lanoconazole
0,1 ugml -
100
2.3.5 Pencegahan