Pengaruh tingkat intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada mahasiswa PSPD 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

PSPD 2011 FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Faizal Rachmadi

1111103000020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/ 2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)





Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan inayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Pengaruh Tingkat Intensitas Belajar Terhadap Terjadinya Stres pada Mahasiswa PSPD 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah, dan DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku Dekan dan pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter.

3. dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed dan Alfiah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan penelitian ini.

4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab riset PSPD 2011, yang telah membuat kami selalu bersemangat dan menjadikan skripsi merupakan hal yang menyenangkan.

5. Kedua orang tua Penulis, Tarmizi, S.IP, MM dan Pauzia H Abdul Somad, Kakak Penulis, Mizia Elliza, S.Pd, Adik Penulis, Muhammad Rizki, Kakek Penulis, Abdul Hamid Bin Maderi dan Malikun Bin Mat Ahir, serta Keluarga Besar Penulis yang ada di Desa Rimba Alai dan Pelajau


(6)

selalu mendoakan penulis.

6. Keluarga di Man Pangkalan Balai yang telah memberikan do’a dan dukungannya kepada penulis.

7. Teman-teman satu kelompok penelitian, Rhandy Septianto dan Leily Badrya. Terimakasih untuk perjuangan bersama-sama dalam setiap langkah, dari mulai penyusunan ide sampai sidang, kita selalu saling bantu membantu dan mengingatkan sampai penelitian ini selesai dan sukses. 8. Semua responden yang bersedia mengikuti penelitian ini yaitu PSPD

2011. Semoga segala amal baik kalian dibalas Allah dengan balasan berkalikali lipat kebaikan.

9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2011, dan semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata Wallahul muwaffiq ila aqwamit thoriq

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

“...Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...(Q.S. Al Mujadilah:11)”


(7)

    ....

11. …’’Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan (nasib) suatu

kaum (seseorang) kecuali mereka

(mau berusaha) merubah keadaan yang ada pada (diri) mereka

sendiri” (QS. Ar-Ra'ad: 11).

…          …

286. “Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya"… (QS. Al-Baqarah: 286).

      

6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 6) …..                ... 

11“...Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa


(8)

Belajar Terhadap Terjadinya Stress pada Mahasiswa PSPD 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Latar Belakang: Stres adalah respon tubuh non spesifik terhadap stimulus yang

mengganggu. Faktor yang memicu terjadinya stres yaitu intensitas belajar. Intensitas belajar adalah jumlah belajar yang dilakukan mahasiswa dalam tingkat waktu tertentu untuk mendapatkan pengalaman secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada mahasiswa PSPD 2011. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 94 responden. Hasil: Hasil penelitian didapatkan 14 responden dengan tingkat intensitas belajar tinggi 100% mengalami stres ringan, 59 responden dengan tingkat intensitas belajar sedang 98,3% mengalami stres ringan dan 1,7% mengalami stres sedang, serta 21 responden dengan tingkat intensitas belajar tinggi 100% mengalami stres ringan. Analisa data menggunakan uji chi square, didapatkan nilai p sebesar 0,741, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada mahasiswa PSPD 2011.

Kata Kunci: Intensitas Belajar, Stres

ABSTRACT

Faizal Rachmadi. Medical Education Programme. The Effect of Learning Intensity on Psychological Stress of Syarif Hidayatullah Jakarta State Islamic University Medical Study Programme Students Class 2011.

Background: Stress is a nonspecific response of the body to stimuli perceived as

challenging. Learning intensity is one of the factors related to cause stress. Learning intensity is defined as the amount studying in a given period of time. This study is conducted to determine the effect of learning intensity on psychological stress of medical students. Methods: The method used in this study is observational analysis with cross sectional approach. All 94 students of class 2011 were involved in this study. Result: The results were 14 students with low level of learning intensity 100% had mild stress, 59 students with medium level of learning intensity 98,3% had mild stress and 1,7% had medium stress, 21 students with high level of learning intensity 100% had mild stress. Using chi square analysis, the p value acquired from this study is 0,741, indicating no significant effect of learning intensity on psychological stress of medical students.


(9)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Hipotesis ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Landasan Teori ... 6

2.1.1. Intensitas Belajar ... 6

2.1.2. Pengertian Stres ... 12

2.1.3. Etiologi Stres ... 13

2.1.4. Patogensis dan Patofisiologi ... 15

2.1.5. Bentuk, Gejala Klinis, dan Tingkat Stres... 16

2.1.6. Pengaruh Intensitas Belajar Terhadap Terjadinya Stres ... 19

2.1.7. Koping Stres ... 20

2.2. Kerangka Teori ... 22


(10)

3.1. Desain Penelitian ... 25

3.2. Lokasi dan waktu penelitian ... 25

3.3. Populasi dan Sampel ... 25

3.4. Kriteria Sampel ... 26

3.5. Cara Kerja Penelitian ... 27

3.6. Variabel yang Diteliti ... 27

3.7. Managemen Data ... 27

3.7.1 Pengolahan Data ... 27

3.7.2 Analisa Data ... 28

BAB 4 Hasil dan Pembahasan ... 29

4.1 Persiapan Penelitian ... 29

4.1.1 Pelaksana Uji Coba Instumen ... 29

4.1.2 Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas ... 29

4.2 Hasil Penelitian ... 30

4.2.1 Analisis Univariat ... 30

4.2.1.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Intensitas Belajar ... 30

4.2.1.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Stres ... 31

4.2.2. Analisis Bivariat ... 33

4.3 Keterbatasan penelitian ... 34

BAB 5 PENUTUP ... 35

5.1 Simpulan ... 35

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(11)

Tabel 2.4 Definisi Operasional ... 24

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Intensitas Belajar ... 30

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Stres ... 31


(12)

Diagram 4.2 Distribusi Tingkat Stres Mahasiswa... 32 DAFTAR GAMBAR


(13)

1.1 Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan. Belajar juga dapat disebut proses perubahan dalam perilaku yang terjadi akibat dari pengalaman. Proses belajar tersebut melibatkan unsur jiwa ataupun raga. Kedua unsur tersebut harus seimbang agar dapat terjadi unsur perubahan. Perubahan yang dimaksud tidak hanya dari perubahan fisik saja, tetapi melainkan perubahan jiwa dengan masuknya kesan-kesan baru ke dalam kehidupan. Perubahan tersebut yang nantinya akan merupakan hasil bagian bentuk dari proses belajar. Perubahan dari proses belajar dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.1,2

Intensitas belajar merupakan frekuensi atau jumlah belajar yang dilakukan mahasiswa dalam tingkat waktu tertentu untuk memperoleh pengalaman secara maksimal. Tingkat intensitas belajar yang di maksud adalah tingkat seberapa sering usaha yang dapat dilakukan mahasiswa kedokteran untuk menghasilkan perubahan-perubahan baik dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan nilai dan sikap.3,4,5

Mahasiswa kedokteran adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dalam kurun waktu lima setengah tahun sampai enam tahun, terdiri dari tiga tahun program studi pendidikan sarjana kedokteran yaitu semester satu sampai semester enam, dan dua setengah tahun program studi profesi dokter yaitu semester tujuh sampai semester sebelas.Mahasiswa yang mengambil program studi pendidikan dokter akan menempuh metode pembelajaran yaitu dengan menggunakan sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) seperti PBL (Problem Based Learning) yaitu strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada mahasiswa..6,7

Banyak dari mahasiswa kedokteran mengeluh kurangnya istirahat kerena menghabiskan waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas


(14)

kuliah. Selain menempuh mata kuliah yang dianggap cukup sulit dan membutuhkan konsentrasi tinggi. Oleh karena itu, Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya stres pada mahasiswa kedokteran seperti tuntutan untuk belajar yang lebih giat, kuliah yang padat, diskusi kelompok, keterampilan klinik dasar, yudisium, SPP yang relatif mahal, dan dituntut aktif dalam berorganisasi.6

Banyak hal yang dapat menyebabkan stres pada mahasiswa kedokteran. Stres mengandung arti sebagai reaksi respon nonspesifik dari tubuh terhadap setiap faktor yang mengalahkan, atau mengancam untuk mengalahkan kemampuan kompensasi tubuh dalam mempertahankan homeostasis. Stres dapat disebut juga respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang mengganggu. Stres adalah suatu fenomena yang biasanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak bisa di hindari serta akan dialami oleh setiap orang. 1,8

Adapun faktor yang dapat memicu terjadinya stres diantaranya adalah intensitas belajar yang meliputi dari kebiasaan belajar individu, proses pembelajaran, lingkungan belajar yang baru, hubungan dengan dosen, dan hubungan dengan teman dalam satu angkatan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi penyebab dari stres (stresor) tersebut, sehingga dapat menimbulkan dampak keluhan berupa stres, cemas, dan depresi. 1,9

Stres pada mahasiswa kedokteran telah banyak dilakukan penelitian. Di Amerika Utara, penelitian ini dilakukan terhadap 100 mahasiswa. Dari 100 mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa prevalensi tingkat stres pada mahasiswa kedokteran adalah 38%. Di Asia, seperti Pakistan yang menunjukan 30,84% mengalami stres dengan melibatkan 161 mahasiswa kedokteran. Di Thailand, menunjukan 61,40% mengalami stres dengan melibatkan 686 mahasiswa kedokteran, serta di Malaysia dari 396 mahasiswa menunjukan bahwa prevalensi stres mahasiswa kedokteran adalah 41,9% .8,10,11


(15)

Penelitan tentang stres pada mahasiswa kedokteran juga dilakukan di Arab Saudi yang mencapai 57% mahasiswa mengalami stres dengan melibatkan 494 mahasiswa. Dari 57% tersebut di antaranya 21,5% mangalami stres ringan, 15,8% mengalami stres sedang dan 19,6% mengalami stres berat. Dampak stres terutama dirasakan oleh mahasiswa tahun pertama, kedua, dan ketiga. Stres pada mahasiswa kedokteran dapat menyebabkan terjadinya penurunan prestasi akademik, konsentrasi belajar, dan daya ingat.8,11

Penelitian yang sama juga dilakukan di Iran tentang stres pada mahasiswa kedokteran yang menunjukkan 61,47% mengalami stres, dimana 26,22% mengalami stres ringan, 20,5% mengalami stres sedang dan 14,75% mahasiswa kedokteran mengalami stres berat. Perbedaan dari tingkat stres tersebut disebabkan oleh faktor penyebab stres misalnya tuntutan dari pihak pemerintah/universitas, kenyamanan ruang kuliah, frekuensi ujian yang dapat terjadinya peningkatan dari aktivitas belajar, dan hiburan.12,13

Cara untuk mengatasi atau mengendalikan stres (Coping Stress), beberapa penelitian menggunakan tingkat religiusitas individu. Artinya bahwa dengan tingkat religiusitas dapat mempertinggi kemampuan individu dalam mengatasi ketegangan-ketegangan (ability to cope) akibat permasalahan yang dihadapi individu, selain itu individu yang mempunyai tingkat religiusitas tinggi memiliki pedoman dan daya tahan lebih baik dalam memanajemeni stres yang dihadapi. Pada penelitian lain juga menyatakan bahwa cara untuk menurunkan tingkat stres dengan menerima realitas, berbicara dengan seseorang yang dapat melakukan sesuatu atau memberi solusi dan meminta bantuan Allah SWT.14,15

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa intensitas belajar merupakan kuat lemahnya belajar untuk dapat memperoleh pengalaman maupun perubahan-perubahan yang bersifat konstan, sementara stres merupakan kondisi yang umumnya dialami oleh mahasiswa fakultas kedokteran. Oleh karena itu, muncul ketertarikan penulis untuk meneliti


(16)

pengaruh tingkat intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada mahasiswa PSPD angkatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh tingkat intensitas belajar pada mahasiswa PSPD angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap terjadinya stres?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh tingkat intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada mahasiswa PSPD angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui intensitas belajar pada mahasiswa PSPD angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Untuk mengetahui sumber penyebab terjadinya stres pada mahasiswa PSPD angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.  Untuk mengetahui kejadian stres akibat intensitas belajar pada mahasiswa PSPD angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4 Hipotesis

Terdapat pengaruh antara tingkat intensitas belajar dengan stres pada mahasiswa PSPD 2011.


(17)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

 Penelitian ini menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Memberikan wawasan, pengalaman, dan keterampilan pada peneliti.

 Menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.2 Bagi Institusi

 Memberikan tambahan pengetahuan tentang penelitian ini ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Menjadi sumber referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.

1.5.3 Bagi Subyek

 Memberikan informasi tentang pengaruh intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama pada mahasiswa PSPD 2011.

 Memberikan informasi tentang intensitas belajar yang tidak sesuai sehingga menimbulkan stres pada mahasiswa kedokteran UIN


(18)

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Intensitas Belajar

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan sikap. Pengalaman dari proses belajar yang didapat menyebabkan terjadi perubahan didalam individu. Faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal misalnya fisik dan psikis, sedangkan faktor eksternal lingkungan sekolah dan keluarga. Faktor psikis terdapat dua yaitu kognitif dan kognatif. Contoh kognitif antara lain bakat, kerampilan dan lain-lain. Kognatif adalah keyakinan dan perilaku untuk mengubah sikap contohnya motivasi dan intensitas belajar.2,3,4,5

Intensitas menurut Bahasa latin yaitu intentio yang artinya niat, derajat kekuatan tertinggi, kekuatan terbesar, meregang sampai batas jauh. Intensitas dapat diartikan suatu dorongan, perbuatan, dan kebiasaan untuk mengambarkan perbedaan dari proses perbuatan. Sedangkan belajar, Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Secara harfiah, intensitas belajar mengandung arti kuat lemahnya belajar. Intensitas belajar mengacu pada banyaknya kegiatan belajar yang dilakukan mahasiswa dengan cara belajar yang intensif. Intensitas belajar adalah frekuensi belajar individu yang dilakukan mahasiswa selama kurun waktu tertentu untuk memperoleh pengalaman/perubahan secara maksimal.5


(19)

Mahasiswa yang memiliki intensitas belajar yang tinggi akan cenderung mendapatkan hasil belajar yang baik, namun mahasiswa yang memiliki intensitas belajar yang kurang, maka akan cenderung mendapatkan hasil belajar yang kurang baik.5,16

Faktor yang dapat meningkatkan intensitas belajar adalah motivasi belajar. Motivasi adalah suatu keadaan mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong mahasiswa agar dapat belajar dengan baik dan mempunyai motif untuk dapat memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang dapat menunjang belajarnya. Motivasi belajar berasal dari faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Motivasi belajar memiliki peran yang sangat khas adalah dalam hal perubahan semangat/gairah, senang dan bersemangat dalam belajar.3,4,5

Tingkat intensitas belajar digolongkan menjadi tingkat intensitas belajar tinggi, sedang, dan ringan:

1. Tingkat intensitas belajar tinggi

Intensitas belajar tinggi merupakan intensitas yang berasal dari motivasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar tinggi antara lain mahasiswa berorientasi pada keberhasilan dan memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan, bersikap mengarah pada tujuan dan berorientasi pada masa depan. Selain itu mahasiswa menyukai tugas-tugas perkuliahan yang cukup sulit, lebih suka bekerja sama dengan orang yang lebih pandai meskipun orang tersebut kurang menyenangkan bagi dirinya serta tidak suka membuang-buang waktu.5


(20)

2. Tingkat intensitas belajar sedang

Tingkat intensitas belajar sedang umumnya memiliki tingkat motivasi belajar lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki tingkat motivasi rendah. Biasanya memiliki rasa kurang percaya diri dalam menghadapi tugas dan cukup mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkuliahan.5

3. Tingkat intensitas belajar rendah

Tingkat intensitas belajar rendah memiliki ciri-ciri antara lain waktu belajar yang sedikit, tidak memiliki tujuan belajar, tidak bergairah untuk menghadapi kesulitan dalam belajar, memiliki usaha yang sedikit dalam belajar, tidak memiliki cita-cita yang jelas sehingga hasil belajar tidak memuaskan, dan tidak menyukai kegiatan belajar.

Intensitas belajar mahasiswa menurut Gie 1983 yang dikutip Siti Sholikhah tahun 2012, bahwa intensitas belajar meliputi:

a. Persiapan untuk mengikuti perkuliahan. b. Kebiasaan belajar untuk menghadapi ujian.

c. Rata-rata waktu yang digunakan untuk belajar setiap hari.5

a. Persiapan untuk mengikuti perkuliahan

Dalam mengikuti pelajaran, mahasiswa seharusnya melakukan persiapan untuk mengikuti pelajaran yaitu dengan mempelajari materi yang akan dibahas dan mempelajari kembali materi sebelumnya, harus bersikap aktif selama kegiatan belajar berlangsung serta mentargetkan hasil belajar setelah proses kegiatan belajar selesai.5,16,17,18

1. Persiapan

Belajar akan lebih berhasil apabila sebelumnya sudah ada kesiapan untuk belajar. Dengan adanya persiapan mahasiswa akan mudah


(21)

menerima penjelasan dari dosen. Kegiatan persiapan yang harus dilakukan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran, yaitu:

a. Mempelajari bahan pelajaran sebelumnya

Bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelum memulai perkuliahan merupakan cara untuk dapat memahami bahan-bahan pelajaran yang diajarkan oleh dosen. Oleh karena itu, dengan mempelajari bagian materi pelajaran mka mahasiswa akan lebih mudah untuk memahami bahan pelajaran yang akan diajarkan.5,15,18 b. Merumuskan pertanyaan tentang bagian bahan .pelajaran yang belum dipahami.

Selama mempelajari bahan-bahan pelajaran yang akan dibahas di kelas, tentunya terdapat bagian-bagian tertentu yang belum dipahami. Oleh karena itu, mahasiswa seharusnya memberikan pertanyaan mengenai materi yang belum jelas. Dengan bertanya kepada dosen, mahasiswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.5,16,17,18

2. Aktivitas selama mengikuti pelajaran

Yang perlu diperhatikan saat mengikuti pelajaran adalah: a. Kehadiran

Hadir dalam kegiatan belajar di kampus mahasiswa tidak akan tertinggal dalam belajar. Tindakan dalam meninggalkan kelas saat pelajaran berlangsung adalah suatu tindakan yang kerugian. Bahan-bahan pelajaran yang semestinya dikuasai tidak berhasil dikuasai karena tidak hadir dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas, semakin sering tidak hadir maka akan semakin banyak materi pelajaran yang kurang dikuasai, sebaliknya semakin sering hadir maka akan semakin banyak materi pelajaran akan dapat dikuasi.5,18


(22)

b. Konsentrasi

Mengikuti pelajaran seharusnya untuk selalu berkonsentrasi pada pelajaran karena dapat membantu dalam memahami materi yang diajarkan oleh dosen. Kegiatan yang mengganggu konsentrasi belajar harus dihindari.5,18

c. Catatan Pelajaran

Membuat Catatan pelajaran penting untuk seorang pelajar, karena daya ingatan manusia relatif terbatas. Adanya catatan membantu mengingatkan dalam belajar. Materi pelajaran yang kurang penguasaan sebaiknya untuk dicatat sehingga dapat membantu agar tidak mudah terlupakan. Oleh karena itu, saat mengikuti kegiatan seharusnya membuat catatan belajar yang dicatat dengan rapi.5,18

d. Partisipasi dalam Kegiatan Belajar

Partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat diwujudkan dengan berusaha menjawab atau memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh dosen atau mahasiswa lain. Bentuk lain partisipasi adalah dengan mengajukan pertanyaan mengenai bagian-bagian bahan yang dipahami dengan baik. Dengan demikian, penguasaan terhadap bahan pelajaran dapat dilakukan dengan baik.5

b. Kebiasaan belajar dalam mengikuti ujian.

Kebiasaan belajar individu harus selalu di evaluasi apakah kebiasaan belajarnya sesuai dengan tujuan belajar. Bila tidak tercapai, maka individu harus mengubah cara belajar. Kebiasaan belajar yang benar menuntun mahasiswa untuk bisa mendapatkan hasil yang baik.


(23)

Untuk mendapatkan hasil terbaik, modal utama adalah penguasaan materi pelajaran dan persiapan ulangan.5

Kebiasaan belajar sendiri atau yang paling sering disebut belajar mandiri. Belajar mandiri dapat menggunakan dari berbagai sumber dan media belajar seperti Guru atau dosen, tutor, kawan, pakar, dan siapapun yang memiliki informasi dan keterampilan yang diperlakukan pembelajaran dapat menjadi sumber belajar. Paket–paket belajar yang berisi self instruksional materials, buku teks, hingga teknologi informasi lanjut, dapat digunakan sebagai media belajar dalam belajar mandiri. Ketersediaan sumber dan media belajar turut menentukan kekuatan motivasi dalam belajar. Apabila sumber dan bahan belajar tersedia dalam jumlah dan kualitas yang cukup didalam menunjang kegiatan belajar.5

Persiapan Menghadapi ujian, Ahmadi. A & Widodo mengemukakan bahwa persiapan dalam menghadapi ujian dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu persiapan jangka panjang dan persiapan jangka pendek. Persiapan jangka panjang adalah persiapan yang dilakukan sejak awal lama. Persiapan ini diwujudkan dengan melakukan kegiatan belajar secara rutin, bahan-bahan pelajaran dipelajari secara terus-menerus dan bertahap. Sehingga, penguasaan bahan pelajaran secara baik akan lebih dapat tercapai.5

Persiapan jangka pendek dilakukan secara intensif pada saat menjelang ulangan berlangsung. Fase ini lamanya bergantung pada seberapa banyak bahan-bahan pelajaran. Semakin banyak bahan pelajaran, maka semakin banyak waktu yang harus diperlukan untuk mempelajarinya.5,16,17

Pada saat mengikuti ujian yang harus dilakukan adalah:  Menenangkan diri.


(24)

 Memahami petunjuk soal.

 Mulai mengerjakan soal dari yang mudah.

 Meneliti kembali pekerjaan terhadap apa yang sudah dikerjakan.

Setelah Ulangan Selesai, yang harus dilakukan adalah memeriksa kembali jawaban, dicari kembali jawaban yang benar.5

c. Rata-rata waktu yang digunakan untuk belajar setiap hari.

Kegiatan belajar dilaksanakan di setiap waktu yang dikehendaki. Masing-masing mahasiswa, memiliki waktu sendiri-sendiri untuk belajar, sesuai dengan ketersediaan waktu yang dimiliki.5,

Banyaknya informasi yang diproses harus diproses dalam ingatan manusia pada saat tertentu hanya terbatas, sehingga harus perlu kesiapan mental demi terwujudnya tujuan belajar yang dharapkan. Oleh karena itu, seharusnya perlu dibuat waktu belajar.

Dengan waktu belajar yang sudah ditetapkan, maka kita dapat membagi waktu antara mengerjakan tugas, mempelajari materi atau mengerjakan kegiatan lain sehingga waktu yang tersedia dapat bermanfaat sebaik mungkin. Evaluasi harus dilakuakanan oleh pembelajar sendiri. Dengan membandingkan antara tujuan belajar dan hasil yang dicapainya, pembelajar akan mengetahui sejauh mana keberhasilannya.5

2.1.2 Pengertian Stres

Stres adalah kejadian yang penting serta tidak dapat di hindari dalam kehidupan sehari-hari. Menurut WHO 2003, stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres adalah suatu kondisi yang bersifat internal, disebabkan oleh fisik, lingkungan, dan situasi sosial untuk


(25)

berpotensi merusak pribadi individu. Stres adalah keadaan psikologis yang terjadi ketika individu tidak cukup mampu untuk menghadapi tuntunan dan situasi.9,12,19

2.1.3 Etiologi Stres

Penyebab stres adalah stresor. Macam-macam stresor antara lain fisik, psikologik, keluarga, sosial, spiritual, masalah keuangan, dan stresor akademik.20,21

1. Stresor Fisik

Stresor fisik terbagi menjadi stresor fisik internal dan eksternal. Stresor fisik internal yaitu berasal dari dalam tubuh individu misalnya sakit kepala, masalah perut, dan sebagainya, sedangkan stresor fisik eksternal termasuk panas, dingin, suara, polusi, radiasi, makanan, zat kimia, trauma, pembedahan, dan latihan fisik yang terpaksa.20,21

2. Stresor psikologik

Stresor psikologik muncul dari tekanan waktu dan harapan yang tidak realistis pada individu sehingga menyebabkan tekanan dari dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif seperti ketakutan, frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan, marah, benci, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri.20,21

3. Stresor keluarga

Stresor keluarga muncul dari masalah hubungan dengan orang tua, pasangan, dan anak-anak misalnya waktu, uang, dan membutuhkan perhatian dari keluarga. Mahasiswa kedokteran menghadapi tuntutan dari keluarga dan pendidikan yang memerlukan waktu cukup lama.20,21


(26)

4. Stresor sosial

Stresor sosial muncul akibat tekanan dari luar yang disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya seperti sekolah, pekerjaan, dan masyarakat. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatic yang tidak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang di cintai, kehilangan pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan sebagainya.20,21

5. Stresor spiritual

Stresor spiritual muncul saat nilai dasar spiritual/keyakinan mengalami keterbatasan akibat hambatan dari waktu pertumbuhan spiritual tersebut. Mengabaikan kebutuhan spiritual memberikan kontribusi ke tingkat stres yang lebih tinggi dan menyebabkan penurunan nilai spiritual.20,21

6. Stresor masalah keuangan

Stresor masalah keuangan biasanya sering terjadi pada mahasiswa kedokteran. Sebagian besar mahasiswa untuk bertahan kuliah dengan membawa beban pinjaman uang dan sering tidak mempunyai waktu untuk mendapatkan pekejaan sehingga tidak menghasilkan uang.21 7. Stresor akademik

Stresor akademik muncul saat berlangsung di kampus. Dua tahun pertama, mahasiswa menghadapi persaingan dan takut gagal. Sebagai mahasiswa kedokteran, stres muncul ketika terjadi kematian pasien, infeksi atau takut membahayakan tubuh, ketidaknyamanan dalam membahas isu-isu seksual.21


(27)

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi Stres

Secara fisiologi, respon tubuh saat mengalami stres, akan mengaktivasi hipotalamus, selanjutnya akan mengendalikan sistem neuroendokrin yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Saraf simpatis berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai contoh akan meningkatkan kecepatan denyut jantung (takikardi) dan mendilatasi pupil. Saraf simpatis memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Jika tubuh tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan perubahan, maka akan terjadi gangguan keseimbangan.20,22

Sistem korteks adrenal menjadi aktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF (corticotropin-releasing factor) yaitu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis, terletak di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis ini selanjutnya akan mensekresikan hormon ACTH (adrenocorticotropic hormone), lalu dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. kemudian, akan menstimulasi pelepasan berbagai kelompok hormon antara lain kortisol berfungsi untuk meregulasi kadar gula darah.20,22

ACTH (adrenocorticotropic hormone) memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk mengeluarkan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi dari berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah dan ditambah aktivitas cabang saraf simpatik dari sistem saraf otonom berperan dalam respons fight or flight (respon untuk melawan atau kabur).20,22


(28)

Gambar 2.1. Mekanisme respon tubuh terhadap stres. http://appraisalassociatesta.com/stress-health-and-disease-the

phsyiology-and-phatophysiology-of-stress-response/

2.1.5 Bentuk, Gejala Klinis dan Tingkat Stres Bentuk-bentuk stres:

Stres terbagi dua bentuk yaitu distress dan eustress.

1. Distress (stres negatif) yaitu stres individu yang tidak mampu mengatasi keadaan emosinya sehingga akan mudah terserang distress. Distress memiliki arti rusak dan merugikan. Ciri-ciri individu yang mengalami distress adalah mudah marah, sulit berkonsentrasi, cepat tersinggung, bingung, pelupa, pemurung, penurunan akademik, dan kesulitan mengambil keputusan.6,20

2. Eustress (stres positif) yaitu stres baik atau stres yang tidak mengganggu individu dan memberikan perasaan senang dan bersemangat. Eustress adalah respon terhadap stres yang bersifat positif, sehat, dan konstruktif (membangun).6,20


(29)

Gejala-gejala stres yaitu: a. Gejala Emosional

Meliputi kecemasan, gelisah, mudah marah, frustasi, merasa harga diri, dendam, percaya diri menurun, sensitif dan hiperaktif.

b. Gejala Fisikal

Meliputi tidur tidak teratur (insomnia), lelah, diare, sakit di bagian terutama leher dan bahu.

c. Gejala Interpersonal

Meliputi kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, mudah mempersalahkan orang lain dan tidak peduli dengan orang lain. d. Gejala Intelektual

Meliputi susah berkonsentrasi dan sulit atau lambat mengambil keputusan.6,20

Tanda-tanda stres

Tanda-tanda stres, antara lain adalah:  Sakit kepala

 Susah tidur

 Kurang dapat berkonsentrasi

 Temperamental atau mudah tersinggung  Sakit maag

 Tidak ada kepuasan dalam hidup misalnya bekerja, belajar ataupun bersosialisasi.23

Tingkat Stres

Tingkat stres yaitu hasil penilaian derajat stres yang dialami individu. Tingkat stres merupakan salah satu faktor pembeda dalam melakukan koping sebagai kegiatan kognitif. Tingkat stres digolongkan menjadi stres ringan, stres sedang, dan stres berat.


(30)

a. Stres ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan berbahaya.24

b. Stres sedang

Stres sedang umumnya lebih lama dari stres ringan. Biasanya berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.24

c. Stres berat

Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Stres yang berat biasanya lebih cenderung mengalami gangguan, misalnya pusing, mengalami ketegangan ketika bekerja, peningkatan tekanan darah, jantung berdebar, nyeri leher dan bahu serta berkeringat dingin. Mahasiswa yang mengalami stres berat biasanya seringkali membolos atau tidak ikut aktif dalam mengikuti perkuliahan.24,25

Tahapan tingkat stres diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). DASS merupakan skala subjektif dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, cemas, dan stres. DASS 42 adalah suatu alat ukur yang digunakan oleh lovibon (1995) untuk menilai serta mengetahui tingkat depresi, kecemasan, dan stres. Alat ukur ini merupakan alat ukur yang sudah diterima secara internasional. DASS 42 bertujuan untuk mengenal status emosional individu yang biasanya digambarkan sebagai stres. 20,22

Peneliti menggunakan alat ukur yaitu kuesioner DASS 42 yang telah dimodifikasi oleh chomaria 2009, sriati 2008, yulianti 2004 dan


(31)

http://digilib.unsri.ac.id 2009 dan kemudian dikategotikan menjadi 3 tingkatan stres yaitu: Stres ringan dengan skor <56% dari skor total, Stres sedang dengan skor 56-75% dari skor total, dan Stres berat dengan skor >75% dari skor total.22

2.1.6 Pengaruh Intensitas Belajar terhadap terjadinya Stres

Belajar adalah usaha untuk memperoleh ilmu atau kepandaian, berlatih, dan berubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar juga diartikan yaitu suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, dan tingkah laku. Tuntutan belajar yang tinggi dari universitas terutama yang mengambil jurusan pendidikan dokter membuat mahasiswa untuk berusaha meningkatkan proses belajarnya sehingga banyak ditemukan pada mahasiswa kedokteran yang mengalami stres.26

Menurut Vincent cornelli, sebagaimana dikutip oleh grant brecht bahwa Stres adalah gangguan pada fisik dan psikis yang disebabkan oleh adanya perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut. Stres pada mahasiswa kedokteran adalah suatu fenomena atau kejadian yang ditemui di seluruh fakultas kedokteran diseluruh dunia.26

Penelitian di fakultas kedokteran Osaka Jepang, menyebutkan bahwa stres yang dialami mahasiswa akan mempengaruhi prestasi akademik karena terjadi gangguan pada aktivitas belajar. Dan dikatakan pada penelitian di Thailand dan Malaysia, peran akademik merupakan stresor yang potensial bagi mahasiswa kedokteran.26


(32)

2.1.7 Koping Stres

Koping stres adalah keadaan stres yang mendorong usaha individu untuk mengatasinya. Koping stres merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu saat mengalami stres. Dalam mengatasi permasalahan, usaha seseorang tidak hanya terpusat pada pemecahan masalah, tetapi juga pada pengurangan (usaha untuk mengurangi) perasaan-perasaan tertekan akibat permasalahan yang dihadapi. Koping stress menurut Lazarus adalah suatu upaya yang dilakukan oleh individu ketika dihadapkan pada tuntutan-tuntutan baik secara internal maupun eksternal yang ditujukan untuk mengatur suatu kondisi stres dengan tujuan mengurangi distres.14,27

Bentuk-bentuk dari Koping stres: a. Problem focus coping

Problem focus coping adalah usaha berupa perilaku individu untuk mengatasi/mengurangi masalah, tekanan dan tuntutan. Koping yang muncul terfokus pada masalah individu yang akan mengatasi stres dengan mempelajari keterampilan yang baru. Strategi ini membawa pengaruh pada individu yaitu usaha untuk melakukan perubahan atau pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya termasuk dampak-dampak dari masalah tersebut.27,28

b. Emotion focus coping

Emotion focus coping adalah bentuk coping yang untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang menekan. Tujuan dari emotion focus coping adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman serta memperkecil tekanan yang dirasakan. Emotion focus coping berusaha untuk mengurangi, meniadaka


(33)

tekanan, untuk mengurangi beban pikiran individu, tetapi tidak pada kesulitan yang sebenarnya.27,28

Emotion focus coping lebih dianjurkan pada individu usia antara 17-20 tahun karena mereka belum mencapai tahap perkembangan yang matang untuk bisa mengontrol emosi. Emotion focus coping merupakan respon yang mengendalikan penyebab stres yang berhubungan dengan emosi dan usaha memelihara keseimbangan yang efektif.27,28


(34)

2.2 Kerangka Teori

Keterangan:

= Variabel Tidak Diteliti

= Variabel Diteliti

= Variabel Perancu

Stres sedang

Stres berat Stress ringan

Coping stres

Waktu yang digunakan untuk belajar Persiapan Mengikuti

pelajaran

Kebiasaan belajar

Stres

Problem Focus Coping Emotion Focus

Coping

Kognitif Kognatif

Intensitas belajar

Motivasi belajar

Fisik Psikis

Faktor eksternal Faktor internal

Faktor yang mempengaruhi belajar

Lingkungan keluarga Lingkungan


(35)

2.3 Kerangka Konsep

Variabel bebas

Variabel Terikat

Tingkat stres  Stres ringan  Stres sedang  Stres berat

Rata-rata waktu yang di gunakan untuk belajar

Kebiasaan belajar untuk menghadapi

ujian Persiapan untuk mengikuti perkuliahan


(36)

2.4 Definisi Operasional

Tabel 2.4 Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

Independen: Intensitas Belajar

Intensitas belajar adalah jumlah atau tingkat intens mahasiswa dalam belajar untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Pengisian kuesioner Kuesioner dengan menggunakan skala likert.  Intensitas belajar rendah  Intensitas belajar sedang  Intensitas belajar tinggi Ordisnal Dependen : Stres pada Mahasiswa Tingkat dimana mahasiswa harus berespons dalam mengatasi ancaman yang di sebabkan oleh perubahan, yang di pengaruhi oleh stressor yang dihadapi.

Pengisian Kuesioner

Kuesioner tingkat stres DASS 42 yang telah dimodifikasi  Stres ringan  Stres sedang  Stres berat

Ordinal


(37)

Bab 3 Metode Penelitian

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mengetahui pengaruh tingkat intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada PSPD 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian cross sectional disebut penelitian transversal karena variabel bebas sebagai faktor penyebab dan variabel terikat sebagai efek yang hanya diobservasi satu kali dalam waktu yang bersamaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dilaksanakan pada Februari-Agustus 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah subyek yang mempunyai karakteristik tertentu. Pupulasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PSPD 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.29,30

2. Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel. Dengan demikian peneliti mengambil sampel dari seluruh mahasiswa PSPD 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 94 mahasiswa. 29,30


(38)

3.4. Kriteria Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua mahasiswa PSPD 2011 di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kriteria Inklusi:

Kriteria inklusi adalah subyek yang memiliki kriteria untuk masuk ke dalam penelitian. Pada penelitian ini, penulis menentukan kriteria dalam penelitian sebagai berikut:

 Subyek merupakan mahasiswa aktif di PSPD 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Subyek bersedia menjadi responden penelitian.

Kriteria Eksklusi :

Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari penelitian karena berbagai sebab. Pada penelitian ini, kriteria ekslusi sebagai berikut:

 Subyek sebagai peneliti yang merupakan mahasiswa aktif di PSPD 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Subyek tidak bersedia menjadi responden

 Subyek mengalami sakit sehingga tidak dapat memahami kuesioner yang diberikan.

 Subyek tidak masuk perkuliahan seperti biasanya.

3.5. Cara Kerja Penelitian

Subyek memenuhi kriteria inklusi

Mencari Subyek penelitian yang memenuhi kriteria


(39)

3.6. Variabel Yang Diteliti

 Variabel bebas/independen

Variabel bebas/indenpenden adalah variabel yang akan mengakibatkan variabel tergantung. Pada penelitian ini, variabel bebas adalah Intensitas Belajar.

 Variabel tergantung/dependen

Variabel tergantung/dependen adalah variabel yang merupakan hasil atau efek dari variabel bebas. Pada penelitian ini, variabel tergantung adalah Stres.

3.7. Managemen Data

3.7.1. Pengelolahan Data

Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS, dengan melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi angka-angka atau kode-kode tertentu yang telah disesuaikan dengan data kuesioner (coding), memasukan data sesuai kode yang ditentukan masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar (entry). Data digolongkan, diurutkan, serta disederhanakan sehingga mudah dibaca dan diintrepetasikan (cleaning).29,30,31

Subyek Bersedia

Kesimpulan Analisis Data Pengisian Kuesioner


(40)

3.7.2. Analisis Data

Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat merupakan analisis yang disajikan dalam bentuk persentase atau proporsi distribusi dari tingkat intensitas belajar dan stress yang dialami subyek. Analisis bivariat merupakan analisis data yang digunakan untuk mengetahui interaksi dua variabel. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi Square jika memenuhi syarat. Jika tidak memenuhi syarat, maka digunakan uji alternatif yaitu uji Fisher dengan menggunakan software SPSS.29,30,31


(41)

Bab 4

Hasil dan Pembahasan 4.1 Persiapan Peneliti

4.1.1 Pelaksana Uji Coba Instrumen

Pelaksanaan uji coba instrumen untuk kuesioner intensitas belajar dilaksanakan pada tanggal 25 agustus 2014. Subyek yang digunakan adalah 30 dari 94 mahasiswa PSPD 2011 yang diambil dengan metode undian.

4.1.2 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Kuesioner intensitas belajar dilakukan uji validitas menggunakan teknik korelasi. Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson product moment dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.0. Pertanyaan yang diuji cobakan sebanyak 22 item pertanyaan. Setalah dilakukan uji validasi terdapat 10 pertanyaan yang valid sedangkan 12 pertanyaan tidak valid. Susunan alat ukur intensitas belajar dengan nomor urut yang baru terlampir. Adapun kategori tingkat intensitas belajar adalah.5

 Tingkat intensitas belajar rendah <55.5%  Tingkat intensitas belajar sedang 55.6-77.8%  Tingkat intensitas belajar tinggi 77,9 – 100%

b. Uji Reliabilitas

Setelah dilakukan uji reliabilitas pada 10 item pertanyaan yang valid dari kuesioner tingkat intensitas belajar dengan cara membandingkan nilai r Alpha > r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Dari hasil uji didapatkan nilai r tabel (0,36) lebih kecil dibandingkan dengan r Alpha, maka dari kesepuluh pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel.


(42)

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26-29 agustus 2014 yaitu dengan menggunakan data primer yang diambil melalui kuesioner penelitan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian yang pengukuran hanya dilakukan satu kali atau sekali waktu pengukuran. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PSPD 2011 adalah 94 sampel.

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan gambaran karakteristik pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Selanjutnya hasil analisis univariat akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini:

4.2.1.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Intensitas Belajar

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Intensitas Belajar Pada Mahasiswa PSPD 2011

Tingkat Intensitas Belajar Mahasiswa

Jumlah Responden Presentase

Rendah 14 Orang 14,9%

Sedang 59 Orang 62,8%

Tinggi 21 Orang 22,3%

Total Responden 94 Orang 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 94 responden, terdapat 14 mahasiswa yang memiliki tingkat intensitas belajar rendah (14,9). Adapun 59 mahasiswa termasuk dalam kategori tingkat intensitas belajar sedang (62,8%) dan


(43)

mahasiswa dengan tingkat intensitas belajar tinggi terdapat 21 mahasiswa (22,3%). Untuk lebih jelasnya kita lihat pada diagram dibawah ini.

Diagram 4.1 Distribusi Tingkat Intensitas Belajar Mahasiswa PSPD 2011 4.2.1.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Stres

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Stres Pada Mahasiswa PSPD 2011

Tingkat Stres Mahasiswa Jumlah Responden Presentase

Ringan 93 Orang 98,9%

Sedang 1 Orang 1,1%

Berat Tidak ada 0%

Total Responden 94 Orang 100%

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa PSPD 2011 yaitu ringan dan sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian tentang

14.9%

62.8%

22.3%

Kategori Tingkat Intensitas Belajar

Intensitas Belajar Rendah Intensitas Belajar Sedang Intensitas Belajar Tinggi


(44)

prevalensi stres pada mahasiswa kedokteran. Penelitian tersebut dilakukan di Iran dan Arab Saudi memperlihatkan bahwa mahasiswa kedokteran yang mengalami stres ringan lebih besar persentasenya dari stres sedang dan berat yang dialami oleh mahasiswa kedokteran.11,12

Dari tabel diatas, mahasiswa PSPD 2011 yang mengalami stres ringan sebanyak 93 orang dengan persentase 98,9% dan stres sedang didapatkan hanya 1 orang dengan persentase 1,1%. Untuk lebih jelasnya kita lihat diagram tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa PSPD 2011 dibawah ini.

Diagram 4.2 Distribusi Tingkat Stres pada Mahasiswa PSPD 2011

Dari hasil tabel dan diagram diatas, diketahui bahwa stres yang paling banyak dialami oleh mahasiswa PSPD 2011 adalah stres ringan dengan persentase 98,90%. Stres dialami oleh mahasiswa kedokteran merupakan suatu kejadian fenomena yang terdapat di seluruh dunia. Stres adalah kejadian yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Faktor penyebab terjadinya stres pada mahasiswa kedokteran

98.90%

1.10% 0%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat

Tingkat Stres pada Mahasiswa PSPD 2011


(45)

antara lain adanya tuntutan maupun tekanan dari individu itu sendiri, selain itu tekanan kurikulum akademik juga menimbulkan stres.26

4.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antar dua variabel yang berjenis kategorik dalam bentuk proporsi atau presentase. Pada penelitian ini melihat adakah pengaruh hubungan antara tingkat intensitas belajar dengan terjadinya stres pada mahasiswa PSPD 2011. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan Uji Chi Square.

Tabel 4.3 Pengaruh Tingkat Intensitas Belajar Dengan Terjadinya Stres. Kategori Tingkat Stres

Total

P-Value Ringan Sedang Berat

Kategori tingkat Intensitas Belajar Rendah

Jumlah 14 0 0 14 0,741

Kategori Tingkat Intensitas Belajar dalam %

100% 0% 0% 100%

Sedang

Jumlah 58 1 0 59

Kategori Tingkat Intensitas Belajar dalam %

98,3% 1,7% 0% 100%

Tinggi

Jumlah 21 0 0 21

Kategori Tingkat Intensitas Belajar dalam %

100% 0% 0% 100%

Total Jumlah 93 1 0 94

Kategori Tingkat Intensitas Belajar dalam %


(46)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 14 mahasiswa PSPD 2011 dengan tingkat intensitas belajar rendah seluruhnya 100% mengalami stres ringan, selanjutnya 59 mahasiswa dengan tingkat intensitas belajar sedang di dapatkan 58 mahasiswa yang mengalami stres ringan dengan persentase 98,3% dan 1 orang mahasiswa mengalami stres sedang dengan persentase 1,7%, serta 21 mahasiswa dengan tingkat intensitas belajar tinggi seluruhnya 100% mengalami stres ringan.

Berdasarkan Hasil uji statistik dalam hal ini peneliti menggunakan uji Chi Square. Pada uji Chi Square diperoleh nilai P = 0,741 yang berarti P>0,05 sehingga hasilnya tidak terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara tingkat intensitas belajar dengan terjadinya stres pada mahasiswa PSPD 2011.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang mengalami keterbatasan pada peneliti sehingga dapat mempengaruhi proses dan hasil penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain:

1. Responden yang dilakukan pada penelitian ini masih kurang banyak.

2. Belum ada penelitian sebelumnya yang menjelaskan tentang pengaruh tingkat intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada mahasiswa kedokteran.


(47)

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Mahasiswa yang mengalami tingkat intensitas belajar rendah sebesar 14,9%, intensitas belajar sedang 62,8% dan intensitas belajar tinggi sebesar 22,3% pada mahasiswa PSPD 2011 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Mahasiswa yang mengalami stres ringan adalah sebesar 98,9% dan stres sedang sebesar 1,1% sedangkan tidak ada mahasiswa yang mengalami stres berat pada mahasiswa PSPD 2011 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada mahasiswa PSPD 2011 Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5.2 Saran

1. Untuk Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan responden yang lebih banyak lagi.

2. Untuk Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan metode lain untuk melihat perbandingan antara tingkat intensitas belajar dengan stres pada mahasiswa kedokteran.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih banyak tentang tingkat intensitas belajar terhadap terjadinya stres pada mahasiswa kedokteran.


(48)

Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 7th ed. USA: Brooks/cole; 2010

2. Anonymous. Landasan teori konsep belajar. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2011

3. Yulianto A, Wahyudi BD, Estriyanto Y. Pengaruh intensitas belajar dan pola belajar terhadap prestasi belajar. Surakarta: PTK FKIP Universitas Sebelas Maret. 2011

4. Anwar M. Peningkatan intensitas belajar mandiri dengan layanan informasi di kelas. Semarang: IKIP. 2013

5. Sholikhah S. Hubungan Intensitas dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa SI. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 2010 6. Chrisyanti D, Mustami’ah D, Sulistiani W. Hubungan Antara penyesuaian diri

terhadap tuntunan akademik dengan kecenderungan stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Hang Tuah Surabaya: jurnal Fakultas Psikologi universitas hang tuah 2010; 153-157 Vol. 12 No. 03.

7. Verdika S, Retno GR, Suhoyo Y. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa fakultas UGM untuk melaksanakan pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual dalam problem-based learning: jurnal pendidikan kedokteran dan propesi kesehatan Indonesia 2009; 32: Vol. 4 No.1.

8. Pamanathan VV, Husada MS. Overview of stress level among the students in medical faculty of north sumatera university odd semester academic year 2013/2013. E-Journal FK USU. 2009; Vol.1 No.1

9. Maulana ZF, Soleha TU, Saftarina F, Siagian JMC. Diffterences in Stress Level Between First-year and Second-Year Medical Students in Medical Faculty of Lampung University: Medical Faculty of Lampung Univesity, 2013.


(49)

10.Sherina MS, Rampal L, Kaneson N. Psychological Stress Among Undergraduate Medical Students: Faculty of Medicine and Health Sciences University Putra Malaysia, Selangor; Med J Malaysia Vol. 59 No. 2 June 2004.

11.Albulghani HM. Stress and Depression among Medical students: A cross sectional study at a medical college in Saudi Arabia. Pak J Med Sci. 2008; Vol.24 No.1.

12.Shaikh S, Shaikh AH, Magsi I. Stress Among Medical Students Of University Of Interior Sindh: Department of Psychiatry, Medical Channel Vol. 16, No. 4 October-December 2010.

13.Sreeramareddy CT, Shankar PR, Binu VS, Mukhopadhyay C, Ray B, Menezes RG. Psychological morbidity, sources of stress and coping strategies among undergraduate medical students of Nepal. BioMed Central edical Education. 2007; 7:26

14.Darmawanti I. Hubungan antara tingkat religiusitas dengan kemampuan dalam mengatasi stres (Coping Stress). Jurnal Psikologi: Teori & Terapan. 2012; Vol.2, No.2.

15.Ismail RI, Basuki B. Coping related to total stress score among post graduate medical students and residents. Faculty of Medicine, University Indonesia. 2012; Vol.3, No. 2

16.Mustaqim. Hubungan antara motivasi, intensitas belajar, dan kemampuan awal siswa dengan hasil belajar matematika. Semarang: IKIP PGRI; 2011 17.Rahmi N. Related stress level student with learning achievement level II Prodi

D-III Midwifery Banda Aceh. Banda Aceh: Journal ilmiah STIKes

U’Budiyah;2013.

18.Nugroho A. Cara mengikuti pelajaran. Surabaya: Universitas airlangga; 2011. 19.Radman Al-Dubai SA, Al-Naggar RA, Alshagga MA, Rampal KG. Stress and

coping strategies of student in a medical faculty in Malaysia. Malaysian J Med Sci. 2011; 18(3): 57-64.


(50)

20.Kandasami. Tinjauan pustaka stres, sumber stres, patogenesis stres dan patofisiologi stres. Universitas Sumatera Utara: 2011;http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21565/4/Chapter%20II. 21.Cheryl L, Monaghan O, Patel MR, Phuoc V, Sapp JH. Medical student stress

and burnout. Committee on physician health and rehabilitation. 2013;p 2-3. 22.Isnaeni DN. Hubungan antara stres dengan pola mentruasi pada mahasiswa D

IV kebidanan jalur regular. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2010

23.Sundari J. Hubungan antara tingkat stres dengan intensitas olahraga pada mahasiswa regular. Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas ilmu keperawatan; 2012.

24.Amelia A. Landasan teori strategi coping stres. Universitas Sumatera Utara: 2011;http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22179/3/Chapter%20II. 25.Widhiastuti H. Studi meta-analisis tentang hubungan antara stres kerja dengan

prestasi kerja. Universitas Semarang: Journal psikologi; 2012. ISSN:0215-8884

26.Telumewo VR, Damajanty H, Sylvia CP, Marunduh R. Stres terhadap daya tahan belajar pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado; 2014

27.Prayascitta P. Hubungan antara coping stress dan dukungan sosial dengan motivasi belajar remaja yang orang tuanya bercerai. Universitas sebelas maret Surakarta; 2010

28.Suminarsis TA, Sudaryanto A. Hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping pada mahasiswa keperawatan menghadapi praktek belajar lapangan di rumah sakit. 2009; p. 149-151

29.Sastroasmoro S, Ismail S. Dasar-dasar metodelogi klinis. 4th ed. Jakarta: Segung Seto; 2011

30.Dahlan MS. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2009.

31.Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. 3rd ed. Jakarta: Salemba Medika; 2009.


(51)

Lampiran Kuesioner Penelitian

Lampiran – Lembar informasi penelitian

Dengan hormat,

Saya Faizal Rachmadi mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Dokter yang sedang melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi mengenai PENGARUH TINGKAT INTENSITAS BELAJAR TERHADAP TERJADINYA STRES PADA MAHASISWA PSPD 2011 FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. Oleh karena itu, saya berharap teman-teman bersedia meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan dan mengisi data yang dilampirkan berikut ini. Saya mengharapkan teman-teman memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan apa yang teman-teman rasakan atau pikirkan.

Kuesioner yang akan saya berikan terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat stres mahasiswa. Bagian kedua mencantumkan pertanyaan tingkat intensitas belajar mahasiswa. Diharapkan teman-teman dapat menyelesaikan pengisian kuesioner.

Atas perhatian dan bantuan saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya, Faizal Rachmadi NIM: 1111103000020


(52)

Data Responden

Nama :

NIM :

Usia :

Jenis Kelamin :

No. Telp :

Alamat Rumah :

Dengan ini saya bersedia untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Ciputat, - - 2014


(53)

Kuesioner tingkat stres ( DASS 42) Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman teman-teman mahasiswa dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.

2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, ataulumayan sering.

3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, teman-teman mahasiswa diminta untuk menjawab dengan cara

memberi tanda silang (X). Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah,

karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri teman-teman mahasiswa yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran teman-teman mahasiswa.

No PERNYATAAN 0 1 2 3

1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele.

2 Saya merasa bibir saya sering kering.

3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif. 4 Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali

terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).

5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan.


(54)

7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’). 8 Saya merasa sulit untuk bersantai.

9 Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir.

10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan.

11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.

12 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas.

13 Saya merasa sedih dan tertekan.

14 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).

15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.

16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.

17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia.

18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.

19 Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.

20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas. 21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat. 22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.


(55)

24 Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan.

25 Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah).

26 Saya merasa putus asa dan sedih.

27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah. 28 Saya merasa saya hampir panik.

29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal.

30 Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan.

31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.

32 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.

33 Saya sedang merasa gelisah.

34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.

35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan. 36 Saya merasa sangat ketakutan.

37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan. 38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.

39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

40 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.


(56)

42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu.

KUESIONER TINGKAT INTENSITAS BELAJAR Petunjuk Mengerjakan Kuesioner

5 : Selalu 4 : Sering

3 : Kadang-kadang 2 : Jarang

1 : Tidak Pernah

Berilah tanda (X) pada salah satu skala penilaian yang sesuai dengan pendapat anda pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman teman-teman. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah.

No Pernyataan

Skala Penilaian

1 2 3 4 5

1 Saya selalu berusaha memusatkan perhatian secara penuh pada penjelasan dosen.

2 Saya mencatat bagian penting dari materi pelajaran yang disampaikan oleh dosen. 3 Saya mempunyai jadwal belajar yang tetap

di rumah.

4 Saya selalu mencocokkan hasil catatan saya dengan teman yang lain agar tidak terjadi kesalahan.


(57)

5 Saya berdiskusi dengan teman untuk memperjelas pemahaman pelajaran setelah pelajaran selesai.

6 Saya dan teman-teman memiliki jadwal belajar kelompok minimal satu kali dalam seminggu.

7 Saya akan menggarisbawahi atau memberi tanda pada kalimat atau topik yang saya anggap penting.

8 Saya biasa membaca buku pelajaran diruangan yang bersih, rapi, dan tenang agar konsentrasi saya tetap terjaga.

9 Saya mendahulukan mengerjakan soal yang mudah dalam mengerjakan soal ujian. 10 Saya percaya diri ketika mengerjakan


(58)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Faizal Rachmadi Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir: Rimba Alai, 24 Juli 1994 Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. KH. Sulaiman NO 41 Rt 001 Rw 001 Desa Rimba Alai Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Nomor Telepon/HP : 081273069809/085211065124 Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1999 – 2005 : SDN Rimba Alai 2005 – 2008 : SMP N 1 Banyuasin III 2008 – 2011 : MAN Pangkalan Balai

2011 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(1)

Kuesioner tingkat stres ( DASS 42) Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman teman-teman mahasiswa dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.

2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, ataulumayan sering.

3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, teman-teman mahasiswa diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X). Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri teman-teman mahasiswa yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran teman-teman mahasiswa.

No PERNYATAAN 0 1 2 3

1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal

sepele.

2 Saya merasa bibir saya sering kering.

3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.

4 Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali

terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).

5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu

kegiatan.


(2)

7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’).

8 Saya merasa sulit untuk bersantai.

9 Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang

membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir.

10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa

depan.

11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.

12 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa

cemas.

13 Saya merasa sedih dan tertekan.

14 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika

mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).

15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.

16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.

17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang

manusia.

18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.

19 Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan

berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.

20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.

21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.

22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.


(3)

24 Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan.

25 Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis

melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah).

26 Saya merasa putus asa dan sedih.

27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.

28 Saya merasa saya hampir panik.

29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya

kesal.

30 Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan.

31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.

32 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap

hal yang sedang saya lakukan.

33 Saya sedang merasa gelisah.

34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.

35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi

saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.

36 Saya merasa sangat ketakutan.

37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.

38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.

39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

40 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin

menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.


(4)

42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu.

KUESIONER TINGKAT INTENSITAS BELAJAR Petunjuk Mengerjakan Kuesioner

5 : Selalu 4 : Sering

3 : Kadang-kadang 2 : Jarang

1 : Tidak Pernah

Berilah tanda (X) pada salah satu skala penilaian yang sesuai dengan pendapat

anda pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman teman-teman. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah.

No Pernyataan

Skala Penilaian 1 2 3 4 5

1 Saya selalu berusaha memusatkan

perhatian secara penuh pada penjelasan dosen.

2 Saya mencatat bagian penting dari materi

pelajaran yang disampaikan oleh dosen.

3 Saya mempunyai jadwal belajar yang tetap

di rumah.

4 Saya selalu mencocokkan hasil catatan

saya dengan teman yang lain agar tidak terjadi kesalahan.


(5)

5 Saya berdiskusi dengan teman untuk memperjelas pemahaman pelajaran setelah pelajaran selesai.

6 Saya dan teman-teman memiliki jadwal

belajar kelompok minimal satu kali dalam seminggu.

7 Saya akan menggarisbawahi atau memberi

tanda pada kalimat atau topik yang saya anggap penting.

8 Saya biasa membaca buku pelajaran

diruangan yang bersih, rapi, dan tenang agar konsentrasi saya tetap terjaga.

9 Saya mendahulukan mengerjakan soal

yang mudah dalam mengerjakan soal ujian.

10 Saya percaya diri ketika mengerjakan


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Faizal Rachmadi

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir: Rimba Alai, 24 Juli 1994

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. KH. Sulaiman NO 41 Rt 001 Rw 001 Desa Rimba

Alai Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Nomor Telepon/HP : 081273069809/085211065124

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1999 – 2005 : SDN Rimba Alai

2005 – 2008 : SMP N 1 Banyuasin III

2008 – 2011 : MAN Pangkalan Balai

2011 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.