Peranan Kesehatan Mata Melalui Puskesmas

dimaksud dengan jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990:101. Meskipun terjadi keanekaragaman jam kerja, umumnya pekerja informal bekerja lebih dari 7 jamhari. Hal ini menimbulkan adannya beban tambahan pada pekerja yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan mata. Bagi faktor umur, kesehatan mata berkurang menurut bertambahnya usia. Pada tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 66, melainkan berkurang. Maka dari itu, kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dengan ketajaman yang sama.Makin banyak umur, lensa bertambah besar dan lebih pipih, berwarna kekuningan dan menjadi lebih keras. Hal ini mengakibatkan lensa kehilangan kekenyalannya, dan karena itu, kapasitasnya untuk melengkung juga berkurang. Akibatnya, titik-titik dekat menjauhi mata, sedang titik jauh pada umumnya tetap saja Sidarta, 1997.

2.3. Peranan Kesehatan Mata Melalui Puskesmas

Angka kebutaan di Indonesia diperkirakan sekitar tahun 1982 yaitu 1,3 dari jumlah penduduk, di antaranya kebutaan tersebut dapat dicegah dan diobati. Pada umumnya pelayanan kesehatan mata, terutama dititikberatkan pada pelayanan individu. Selama orientasi kita masih terpaku pada pelayanan individu, maka kebutaan akan bertambah terus yang mungkin pada akhir abad kedua puluh dapat berlipat ganda. Pengetahuan mengenai pencegahan dan pengobatan trakoma atau xeroftalmi, telah kita kuasai, demikian juga memperbaiki ketajaman penglihatan pada katarak dengan berbagai operasi, maupun keratoplasti pada kerusakan kornea. Tetapi yang menjadi masalah utama ialah bagaimana cara penerapannya pada seluruh bangsa Indonesia. Untuk mencapainya, tentu perlu koordinasi yang mantap dalam pelayanan kesehatan mata, dalam usaha pencegahan kebutaan dan penurunan fungsi penglihatan Sidarta, 1997. Sejak 19791980 telah dimulai pelayanan kesehatan mata melalui Puskesmas, yang merupakan pintu gerbang utama dalam pelayanan kesehatan, yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Menurut terminologi W.H.O. Puskesmas disebut Primary Eye Care P.E.C., adalah unit terdepan yang Universitas Sumatera Utara merupakan bagian integral dari Puskesmas, yang meliputi usaha-usaha peningkatan pencegahan dan pengobatan terhadap individu dan masyarakat, di mana masyarakat merupakan sasaran utama dari pelayanan tersebut Trisnowiyanto, 2002. Tujuan Primary Eye Care P.E.C adalah melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan mata yang diintegrasikan di Puskesmas, yang berhubungan langsung dengan masyarakat, sehingga angka kesakitan mata dapat ditekan dan kebutaan serta kemunduran fungsi penglihatan dapat dihilangkan. Dalam usahanya mencapai tujuan dari Primary Eye Care maka dibuat kebijakan Trisnowiyanto, 2002. Penduduk yang berpenghasilan rendah, baik yang tinggal di desa maupun di kota, mendapat prioritas dalam pelayanan kesehatan mata. Pelayanan terutama ditekankan pada usaha peningkatan kesehatan mata, pencegahan dan pengobatan.Pelayanan kesehatan mata mengutamakan pelayanan penderita yang berobat jalan. Sistem pelayanan kesehatan mata berorientasi pada masyarakat dengan partisipasi aktif mereka.Demi keberhasilan kegiatan Primary Eye Care peranan dokter Puskesmas dan para medik, yang mendapat pendidikan tambahan di bidang Ilmu Kesehatan Mata sangat penting. Karenanya dokter Puskesmas beserta stafnya perlu mendapat penyegaran dan latihan mengenai pengetahuan kesehatan mata, sehingga mereka terampil dalam pekerjaannya di Puskesmas Sidarta, 1997. Antara peran dokter beserta staf adalah membuat diagnosa dini dan pengobatan dini dari penyakit mata yang terbanyak pada masyarakat. Melakukan operasi kecil seperti entropion, ektropion, insisi hordeolum, kalasion, pengeluaran benda asing dikornea dan abses kelopak mata. Melakukan pertolongan pertama pada glaukoma kongestif akut, hifema, ulkus kornea dan trauma. Melaksanakan rujukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri ke tingkat yang lebih tinggi contohnya mata merah dengan penurunan visus, katarak dengan visus yang buruk serta ambliopia.Melaksanakan pengawasan lanjut, pada kelainan-kelainan mata sebelum dirujuk misalnya kata rak stadium imatur, yang belum dirujuk, bila belum ada indikasi operasi.Menumbuhkan partisipasi masyarakat dengan Universitas Sumatera Utara meningkatkan kesadaran dan motivasi masyarakatMembuat laporan dan pencatatan kasus dengan memperhatikan nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, keluhan dan gejala, diagnosa dan pengobatan yang diberikan. Melakukan case finding, baik aktif, maupun pasif, untuk kasus-kasus yang didapat di Primary Eye Care ataupun di lapangan.Melaksanakan pemeriksaan ketajaman penglihatan memakai Optotipe Snellen. Jika tajam penglihatan tak dapat mencapai 510 sebaiknya rujuk. Pemeriksaan tonometri, terutama untuk orang yang berusia 40 tahun atau lebih, memakai tonometer Schiotz, guna menemukan glaukoma secara dini. Melakukan pengobatan sesual seperti pada xeroftalmia, konjungtivitis gonore dan nongonore, trakoma, trauma mata tanpa penurunan tajam penglihatan dan lain-lain Darling, Vera, dan Margaret, 1996.

2.4. Penjagaan Kesehatan Mata