Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal Terhadap Efek dan Bahaya Amfetamin

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan

Iskandar Muda Sunggal Terhadap Efek dan Bahaya Amfetamin

Oleh :

FRANSISCA KOTSASI

090100344

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA YAYASAN SULTAN ISKANDAR MUDA TERHADAP EFEK DAN BAHAYA AMFETAMIN

KARYA TULIS ILMIAH

”Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh:

FRANSISCA KOTSASI 090100344

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal Terhadap Efek dan Bahaya Amfetamin

Nama : Fransisca Kotsasi NIM : 090100344

Pembimbing Penguji I

(dr. Hasanul Arifin, Sp.An, KAP, KIC) (dr. Remenda Siregar, Sp.KK) NIP : 19510423 197902 1 003 NIP : 140226756

Penguji II

(dr. Murniati Manik, M.Sc, Sp.KK, Sp.GK) NIP : 19530719 198003 2 001

Medan, 15 Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Latar belakang: Amfetamin merupakan salah satu zat yang banyak disalahgunakan untuk kepentingan rekreasional pribadi. Data dari BNN menunjukkan bahwa penyalahgunaan Amfetamin terbanyak terdapat pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Pengetahuan mengenai efek dan bahaya penyalahgunaan Amfetamin bagi pelajar dan mahasiswa penting untuk mencegah dampak buruk pada generasi muda dan meminimalkan angka kematian yang disebabkan oleh penyalahgunaan Amfetamin.

Tujuan: Penelitian ini dirancang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA terhadap efek dan bahaya Amfetamin.

Metode: Desain penelitian berupa studi cross sectional yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 83 siswa. Responden yang telah menandatangani surat persetujuan setelah penjelasan diminta mengisi kuesioner untuk melihat tingkat pengetahuan responden terhadap efek dan bahaya Amfetamin. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program komputerisasi.

Hasil : Dari hasil penelitian, didapatkan 2 siswa (2,4%) berpengetahuan kurang, 71 siswa (85,5%) berpengetahuan sedang dan 10 siswa (12%) berpengetahuan baik terhadap efek dan bahaya penyalahgunaan Amfetamin.


(5)

ABSTRACT

Background: Amphetamine is one of many substance that mostly abused for personal interests. Data from BNN showed that most Amphetamine abuse was found in students. Knowledge about effects and dangers of Amphetamine abuse for students is important to prevent the adverse effects on the youth and minimize the numbers of death caused by Amphetamine abuse.

Objective: This study was designed to determine the level of knowledge aimed at high school students on the effects and dangers of Amphetamine abuse.

Methods: This study design is descriptive cross-sectional studies. The population in this study is students of Sultan Iskandar Muda school. The samples of this study are 83 students. Respondents who have signed the letter of consent after received an explanation were asked to fill a questionaire to determine the level of knowledge on the effects and dangers of Amphetamine abuse. The data obtained were analyzed by using computerization programme.

Results: There are 10 students (12%) who have good knowledge, 71 students (85,5%) who have average knowledge and 2 students (2,4%) who have poor knowledge on effects and dangers of Amphetamine abuse.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. dr. Hasanul Arifin, Sp.An, KAP, KIC, selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu, dan masukan-masukan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Prof. Dr. dr. Delfitri Munir, Sp.THT-KL (K), selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran USU.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan.

5. Keluarga penulis yang tercinta yaitu Jessica Kotsasi, Veronica Kotsasi dan Careen Kotsasi selaku saudara peneliti dan Bapak Kwek Beng Chun serta Ibu Liong Pau Tjan selaku orang tua peneliti, yang telah memberikan dukungan selama ini dalam bentuk moril maupu n materiil.

6. Teman-teman kelompok sesama bimbingan penelitian, Meisyarah dan Sharan, dan teman-teman penulis lainnya, yang telah memberi bantuan berupa saran, kritikan, dan motivasi selama penyusunan penelitian.

7. Teman-teman mahasiswa angkatan 2009 Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan saran, kritik, serta dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini.


(7)

8. Kakak- kakak senior yang telah memberikan masukan berharga selama penyusunan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas penelitian ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.

Medan, 10 Desember 2012

Fransisca Kotsasi (NIM: 090100344)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR ISTILAH ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengetahuan ... 5

2.1.1. Pengertian Pengetahuan ... 5

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 5

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 6

2.1.4. Proses Memperoleh Pengetahuan ... 6

2.1.5. Cara Pengukuran ... 7

2.2. Amfetamin ... 7

2.2.1. Struktur Kimiawi Amfetamin ... 7

2.2.2. Bentuk Sediaan Obat Amfetamin ... 8

2.2.3. Cara Penggunaan ... 8

2.2.4. Farmakologi Amfetamin ... 9

2.2.5. Derivat Amfetamin ... 9

2.2.6. Penggunaan Klinis Amfetamin dan Derivatnya ... 11

2.2.7. Efek Amfetamin ... 12

2.2.7.1. Efek Sistemik ... 13

2.2.7.2. Efek Psikiatris ... 14

2.2.7.3. Efek Neurologis ... 15

2.3. Intoksikasi Amfetamin... 16

2.4. Ketergantungan dan Penyalahgunaan Amfetamin ... 17


(9)

2.6. Overdosis Amfetamin ... 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 22

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 22

3.2. Defenisi Operasional ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Rancangan Penelitian ... 24

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4.3.1. Populasi Penelitian... 24

4.3.2. Sampel Penelitian... 24

4.4. Metode Pengumpulan Data... 26

4.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 26

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 27

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 28

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 28

5.1.3. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden... 31

5.2. Pembahasan ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1. Kesimpulan ... 37

6.2. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1. Tabel Kriteria Diagnosa Intoksikasi Amfetamin

Menurut DSM IV TR 17

Tabel 2.2. Tabel Kriteria Diagnosa Penyalahgunaan Zat

Menurut DSM IV TR 18

Tabel 2.2. Tabel Kriteria Diagnosa Ketergantungan Zat

Menurut DSM IV TR 18

Tabel 2.2. Tabel Kriteria Diagnosa Putus Obat Amfetamin

Menurut DSM IV TR 20

Tabel 5.1. Tabel Distribusi Frekuensi Umur Responden 29

Tabel 5.2. Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden 29

Tabel 5.3. Tabel Distribusi Frekuensi Suku Responden 30

Tabel 5.4. Tabel Distribusi Frekuensi Agama Responden 30

Tabel 5.5. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Responden 31

Tabel 5.6. Tabel Distribusi Frekuensi Pendapat Responden 31

Tabel 5.7. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Responden 32

Tabel 5.8. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan Jenis Kelamin Responden 32

Tabel 5.9. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan Umur Responden 33

Tabel 5.10. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Struktur Dasar Molekul Amfetamin 8

Gambar 2.2. Sabu-Sabu 10


(12)

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Surat Persetujuan Ikut dalam Penelitian Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance


(14)

DAFTAR ISTILAH

ADHD : Attention Deficit Hyperactivity Disorder

APA : American Psychiatric Association

BNN : Badan Narkotika Nasional

DSM IV : Diagnostic and Statistical Manual IV

DMS IV TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 4th ed Text rev.

MDMA : 3,4-methyldioxymethamphetamine

NAPZA : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif NIDA : National Institute in Drug Abuse


(15)

ABSTRAK

Latar belakang: Amfetamin merupakan salah satu zat yang banyak disalahgunakan untuk kepentingan rekreasional pribadi. Data dari BNN menunjukkan bahwa penyalahgunaan Amfetamin terbanyak terdapat pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Pengetahuan mengenai efek dan bahaya penyalahgunaan Amfetamin bagi pelajar dan mahasiswa penting untuk mencegah dampak buruk pada generasi muda dan meminimalkan angka kematian yang disebabkan oleh penyalahgunaan Amfetamin.

Tujuan: Penelitian ini dirancang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA terhadap efek dan bahaya Amfetamin.

Metode: Desain penelitian berupa studi cross sectional yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 83 siswa. Responden yang telah menandatangani surat persetujuan setelah penjelasan diminta mengisi kuesioner untuk melihat tingkat pengetahuan responden terhadap efek dan bahaya Amfetamin. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program komputerisasi.

Hasil : Dari hasil penelitian, didapatkan 2 siswa (2,4%) berpengetahuan kurang, 71 siswa (85,5%) berpengetahuan sedang dan 10 siswa (12%) berpengetahuan baik terhadap efek dan bahaya penyalahgunaan Amfetamin.


(16)

ABSTRACT

Background: Amphetamine is one of many substance that mostly abused for personal interests. Data from BNN showed that most Amphetamine abuse was found in students. Knowledge about effects and dangers of Amphetamine abuse for students is important to prevent the adverse effects on the youth and minimize the numbers of death caused by Amphetamine abuse.

Objective: This study was designed to determine the level of knowledge aimed at high school students on the effects and dangers of Amphetamine abuse.

Methods: This study design is descriptive cross-sectional studies. The population in this study is students of Sultan Iskandar Muda school. The samples of this study are 83 students. Respondents who have signed the letter of consent after received an explanation were asked to fill a questionaire to determine the level of knowledge on the effects and dangers of Amphetamine abuse. The data obtained were analyzed by using computerization programme.

Results: There are 10 students (12%) who have good knowledge, 71 students (85,5%) who have average knowledge and 2 students (2,4%) who have poor knowledge on effects and dangers of Amphetamine abuse.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada era reformasi cukup memberikan harapan yang lebih baik, namun di sisi lain masih ada masalah yang memprihatinkan khususnya menyangkut perilaku sebagian generasi muda yang terperangkap pada penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya), baik mengkonsumsi maupun mengedarkannya (Sutiyoso, 2008).

Penyalahgunaan dan pengedar gelap narkoba merupakan masalah global dan menjadi ancaman serius bagi bangsa dan Negara. Saat ini, di dunia sudah lebih dari 200 juta orang menggunakan Narkotika dan obat-obatan terlarang. Masalah penyalahgunaan narkoba yang terjadi di dunia didominasi oleh Amfetamin seperti ekstasi. Masalah penyalahgunaan NAPZA di Indonesia yang sebelumnya didominasi oleh opium, sekarang cenderung bergeser pada Amfetamin seperti ekstasi dan shabu-shabu (Hidayati, 2009).

Amfetamin merupakan golongan obat simpatomimetik yang menstimulasi sistem saraf pusat dan menekan nafsu makan. Amfetamin sebagai obat yang memiliki efek stimulansia, memiliki cara kerja dengan meningkatkan kadar dopamine di dalam otak. Dopamine adalah zat kimia (atau neurotransmiter) yang berhubungan dengan kesenangan, pergerakkan, dan perhatian. Penggunaan Amfetamin dilegalkan untuk beberapa indikasi medis seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), narkolepsi, dan obesitas (Brenner, 2010).

Amfetamin banyak disalahgunakan untuk meningkatkan performa dan untuk tujuan rekreasional. Pada tahun 2009, 2,8 juta masyarakat Amerika yang berumur ≥12 tahun menyalahgunakan Amfetamin sekurang -kurangnya sekali dalam setahun (Substance Abuse and Mental Health Services Administration, 2012).

Dari penelitian yang dilakukan oleh National Institute of Drug Abuse (NIDA)-funded 2010 Monitoring the Future Study menunjukkan bahwa 2,4 % siswa tingkat 8, 4,7% siswa tingkat 10, dan 4,5% siswa tingkat 12


(18)

menyalahgunakan Amfetamin sekurang-kurangnya sekali dalam setahun (Monitoring the Future, 2010).

Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada tahun 2005 adalah 1,55%, meningkat menjadi 1,99% pada tahun 2008, mencapai 2,4% pada tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai 2,8% (5,6 juta) pada tahun 2015 apabila tidak ditangani secara serius (Instruksi Presiden, 2011).

Bentuk sediaan obat Amfetamin adalah tablet. Efek Amfetamin akan lebih cepat muncul apabila tablet digerus, kemudian dihirup maupun disuntikkan. Penggunaan Amfetamin akan menimbulkan gangguan kesehatan dan gangguan mental. Gangguan terhadap kesehatan, seperti kerusakan jantung, paru-paru, ginjal, otak, hati, susunan saraf, organ reproduksi, risiko penularan HIV/AIDS, dan lain sebagainya. Gangguan terhadap mental, seperti : perubahan sikap dan perilaku, gelisah, cemas, takut, curiga, panik, bingung, mudah emosi, agresif, gangguan daya ingat, gangguan kesadaran, dan malas (Handly, 2012).

Keracunan Amfetamin akan menimbulkan gejala seperti peningkatan atau penurunan kecepatan detak jantung, mual, muntah, dilatasi pupil, hipertermia, penurunan berat badan yang signifikan, retardasi psikomotor, stress respiratorik, kejang dan bahkan koma. Sedangkan gejala yang muncul akibat putus obat adalah kelelahan, mimpi buruk, peningkatan nafsu makan, dan retardasi psikomotor (Sadock, 2007).

Badan Narkotika Nasional (BNN) merilis data pada tahun 2008 yang membuat sebagian besar kalangan, masyarakat maupun instansi, merasa prihatin dengan masih tingginya tingkat penyalahgunaan narkotika dan psikotropika di Indonesia. Dari sebanyak 3,2 juta penyalahgunaan zat psikotropika, 60 persennya adalah remaja dengan tingkat kematian 40 jiwa per hari atau sekitar 15.000 jiwa melayang setiap tahunnya. Update data dari BNN tentang penyalahgunaan narkotika pada tahun 2009 menjadi 3,7 juta penyalahguna dengan 1,1 juta diantaranya adalah pelajar dan mahasiswa dengan rinciannya adalah 12.848 penyalahguna narkoba merupakan pelajar SD, 110.870 merupakan pelajar SMP/SMA/sederajat, dan sisanya merupakan mahasiswa.


(19)

Hal di atas mengisyaratkan kepada kita untuk peduli dan memperhatikan secara lebih khusus untuk menanggulanginya karena bahaya yang ditimbulkan dapat mengancam keberadaan generasi muda yang kita harapkan kelak akan menjadi pewaris dan penerus perjuangan bangsa di masa mendatang. Maka penulis ingin mengetahui tingkat pengetahuan pelajar SMA terhadap efek penggunaan dan bahaya penyalahgunaan Amfetamin.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana tingkat pengetahuan siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal terhadap efek dan bahaya Amfetamin?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal terhadap efek dan bahaya Amfetamin sehingga dapat dijadikan parameter untuk dilakukan penyuluhan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA terhadap bentuk sediaan obat Amfetamin.

b) Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA terhadap efek putus obat Amfetamin.

c) Mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA terhadap efek keracunan Amfetamin.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat :

a) Menambah pengetahuan masyarakat, terutama kalangan remaja terhadap bahaya penyalahgunaan Amfetamin.


(20)

b) Meningkatkan kewaspadaan masyarakat, terutama kalangan remaja agar tidak terjerumus dan tidak mencoba maupun menyalahgunakan Amfetamin.

c) Memberi informasi kepada pemerintah atau instansi terkait untuk membuat kebijakan dan upaya penanggulangan.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Analisa taksonomi bloom yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari anatara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek yang dipelajari harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


(22)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada, misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dan dapat menyesuaikan.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: sosial ekonomi, kultur atau budaya, pendidikan, dan pengalaman.

2.1.4. Proses Memperoleh Pengetahuan

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003), sebelum seseorang mengadopsi sikap atau perilaku baru, di dalam diri seseorang akan terjadi proses yang berurutan, yaitu :


(23)

1) Awareness, yakni individu mengetahui dan menyadari tentang adanya stimulus.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik dan menaruh perhatian terhadap stimulus.

3) Evaluation, yakni orang memberikan penilaian dengan menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial, yakni orang mulai mencoba memakai atau berprilaku.

5) Adaptation, yakni subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.5. Cara Pengukuran

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian ke dalam pengetahuan yang diukur dan dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan domain kognitif (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Amfetamin

2.2.1. Struktur Kimiawi Amfetamin

Amfetamin memiliki struktur molekul kimiawi yang sangat sederhana namun menghasilkan sejumlah efek yang sangat menarik. Ahli kimia dalam bidang obat-obatan telah berusaha mencari tahu cara kerja dari obat ini, dengan mengutamakan efek obat dan mengabaikan yang lain dengan cara modifikasi struktur molekul Amfetamin (Cadwell, 1980).

Struktur dasar molekul Amfetamin (gambar 2.1.) memiliki sejumlah ciri-ciri penting pada efek farmakologi antara lain pada cincin aromatik yang tidak

dapat diubah, dua rantai karbon, grup α- metal, dan grup amino. Modifikasi dari salah satu ciri-ciri diatas akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada cara kerja molekul tersebut. Perubahan pada cincin aromatik mengubah efek obat yang

bekerja pada sistem saraf pusat; grup β- hidroksil menurunkan efek anoretik dan


(24)

pada sistem saraf pusat; substitusi alkil pada grup amino meningkatkan efek anoretik (Costa, 1970).

Gambar 2.1. Struktur dasar molekul Amfetamin (Cadwell, 1980)

2.2.2. Bentuk Sediaan Obat Amfetamin

Oral : tablet (gambar 2.3.)

2.2.3. Cara Penggunaan

Penggunaan Amfetamin dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : 1. Oral : administrasi Amfetamin secara oral merupakan satu-satunya cara

yang dipakai untuk kepentingan terapeutik, namun metode ini juga banyak digunakan untuk kepentingan rekreasional (Uitermark, 2006). Efek Amfetamin dengan administrasi oral muncul dalam jangka waktu sekitar 15-60 menit, mencapai puncak dalam waktu 2-3 jam, dan mulai menurun setelahnya (Angrist, 1987).

2. Dihirup : administrasi Amfetamin secara intranasal dengan cara menggerus tablet hingga menjadi bubuk halus kemudian dihirup. Cara ini tidak digunakan untuk kepentingan terapeutik. Tetapi, inhalasi Amfetamin menjadi rute kedua terbanyak yang digunakan untuk kepentingan rekreasional. Inhalasi Amfetamin ke dalam rongga hidung, dimana terjadi absorpsi yang cepat melalui selaput lendir. Efek Amfetamin muncul dalam hitungan menit dan memiliki durasi efek yang singkat (Uitermark, 2006). 3. Injeksi : injeksi Amfetamin juga tidak digunakan untuk kepentingan

terapeutik, tetapi untuk kepentingan rekreasional atau dalam keadaan tertentu seperti percobaan pada hewan coba. Injeksi Amfetamin biasanya dilakukan secara intravena atau subkutan, dan disirkulasi secara cepat


(25)

melalui aliran darah. Injeksi Amfetamin memiliki bioavailability tertinggi dan menghasilkan efek yang cepat dan hebat. Ketika diinjeksi, efek Amfetamin akan muncul dengan segera namun memiliki durasi efek yang singkat (Kramer, 1967).

2.2.4. Farmakologi Amfetamin

Amfetamin merupakan campuran dari isomer d-amfetamin dan l-amfetamin (Usdin, 1979). D-l-amfetamin bekerja dengan cara membebaskan dopamin ke celah sinaptik sedangkan isomer l-amfetamin bekerja dengan cara membebaskan norepinefrin. Oleh karena itu, Amfetamin dikatakan sebagai obat simpatomimetik yang bekerja secara tidak langsung dengan menekankan pada pembebasan neurotransmitter simpatetik daripada bekerja secara aktif pada

reseptor α- maupun β- adrenergik (Katzung, 2009).

2.2.5. Derivat Amfetamin

Berikut ini merupakan derivat dari Amfetamin : 1. Metamfetamin

Amfetamin dan Metamfetamin merupakan dua simpatomimetik amin yang memiliki hubungan yang erat dan keduanya juga banyak disalahgunakan. Metamfetamin yang dikenal sebagai shabu-shabu berbentuk kristal bening seperti butiran gula, tetapi ukurannya sedikit lebih besar sehingga ada yang menyebutnya crystal meth. Metamfetamin lebih banyak dipilih oleh para penyalahguna karena norepinefrin yang dibebaskan lebih sedikit dibandingkan Amfetamin. Selain itu, Metamfetamin lebih mudah dibakar dan dihirup. Efek yang dihasilkan dengan cara menghirup shabu-shabu lebih besar dibandingkan efek yang dihasilkan dengan cara mengonsumsi secara oral. Hal ini mungkin dikarenakan oleh cepatnya peningkatan kadar dopamin di dalam otak (Kelly, 2001).


(26)

Gambar 2.2. Sabu-sabu (Sulistyo, 2012)

2. 3,4- methyldioxymethamphetamine (MDMA)

MDMA merupakan obat sintetik, psikoaktif yang struktur kimiawinya sama seperti Metamfetamin. MDMA atau yang lebih dikenal dengan nama ekstasi, menghasilkan efek psikostimulan dan psikomimetik dengan cara meningkatkan kadar dopamin dan serotonin di dalam otak. MDMA dikonsumsi secara oral, biasanya dalam bentuk tablet. MDMA bersifat neurotoksik pada neuron serotonergik, terlihat degenerasi jalur serotonergik dengan jelas pada hewan percobaan. Penggunaan MDMA pada manusia akan menghancurkan neuron serotonergik di dalam otak yang berkontribusi pada beberapa komplikasi psikiatri seperti reaksi panik, psikosis, depresi dan bunuh diri (Ricaurte, 2001).

Gambar 2.3. Ekstasi (Kabar Banten, 2012)

2.2.6. Penggunaan Klinis Amfetamin dan Derivatnya

Amfetamin dan Metamfetamin dilegalkan untuk beberapa kondisi medis antara lain :

1. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

ADHD adalah suatu kelainan neurobehaviour yang terjadi sekitar 5% pada anak-anak. Tiga bentuk dasar ADHD menurut Diagnostic and Statistical


(27)

Manual IV (DSM-IV) of the American Psychiatric Association (APA) adalah mereka yang :

1. Tidak memberikan perhatian 2. Hiperaktif atau impulsive

3. Kombinasi dari (1) dan (2), yang dimana paling banyak ditemuka n.

Pengobatan yang paling umum untuk mengobati ADHD adalah dengan menggunakan obat stimulan. Meskipun penggunaan obat stimulan untuk mengobati ADHD terlihat tidak biasa, tetapi sebenarnya obat stimulan juga memiliki efek penenang pada anak yang menderita ADHD (Brenner, 2010).

Beberapa opsi pengobatan pada ADHD antara lain adalah campuran

Amfetamin, Metamfetamin, Dextroamfetamin, Metilfedinat,

Lisdexamfetamin, atau Atomoxetin (The MTA Coorperative Group, 1999). 2. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gangguan pola tidur yang ditandai dengan kebanyakan tidur pada siang hari (excessive daytime sleepiness) bahkan setelah tidur malam yang cukup. Penyebab pasti terjadinya narkolepsi belum sepenuhnya diketahuinya, namun beberapa studi menyatakan bahwa kelainan genetik memegang peranan penting (National Health Service, 2010).

Katapleksi, kebanyakan tidur pada siang hari, serangan tidur, halusinasi, paralisis otot sementara dan automatic behavior merupakan gejala dari narkolepsi. Pada saat ini, masih belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan narkolepsi, namun ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengurangi defek dari narkolepsi yaitu dengan melatih kebiasaan tidur, mengubah gaya hidup, dan menggunakan obat stimulan yang bekerja dengan cara merangsang sistem saraf pusat sehingga menjaga penderita narkolepsi tetap terbangun pada saat melakukan aktivitasnya (National Health Service, 2010). Campuran Amfetamin, Dextroamfetamin, Metilfenidat, Modafinil, dan Armodanifil adalah obat stimulan yang diindikasikan untuk pengobatan narkolepsi (Brenner, 2010).


(28)

Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (Dorland, 2002). Obesitas merupakan masalah kesehatan yang penting pada negara yang sedang berkembang dan Amfetamin merupakan obat pertama yang digunakan untuk menurunkan kelebihan berat badan. Metamfetamin hanya diindikasikan pada penggunaan jangka pendek untuk mengatasi obesitas akibat faktor eksogen. Fenteramin dan Sibutramin merupakan derivat dari Amfetamin yang digunakan sebagai penekan nafsu makan. Obat-obat tersebut juga bekerja dengan cara merangsang pusat kenyang di hipotalamus melalui mekanisme simpatomimetik. Dibandingkan dengan Amfetamin, Fenteramin dan Sibutramin menghasilkan lebih sedikit rangsangan pada sistem saraf pusat dan potensi terjadinya ketergantungan zat lebih rendah (Brenner, 2010).

2.2.7. Efek Amfetamin

Amfetamin merupakan obat simpatomimetik yang bekerja secara tidak langsung, yang menyebabkan pelepasan amin endogen seperti dopamin dan noradrenalin (Katzung, 2009). Pada susunan saraf pusat, Amfetamin menstimulasi korteks serebri, striatum, sistem limbik, dan batang otak (Klawans, 1981).

Pada manusia, dengan dosis kecil atau sedang akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan cara (Sadock, 2007) :

- Meningkatkan kewaspadaan - Meningkatkan aktivitas lokomotor - Meningkatkan mood

- Menurunkan nafsu makan - Menimbulkan euforia

- Meningkatkan suhu tubuh (hipertermi)

Pada penggunaan dosis tinggi secara tunggal atau pemakaian yang terus menerus dengan dosis kecil selama beberapa hari, Amfetamin dapat menginduksi gangguan psikis toksik yang ditandai dengan (Sadock, 2007):


(29)

- Halusinasi auditorik

2.2.7.1. Efek Sistemik

Efek sistemik yang ditimbulkan oleh Amfetamin yaitu (Japardi, 2012): a. Gangguan kardiovaskular

Amfetamin dapat menyebabkan : - Hipertensi

- Sinus takikardi - Iskemik miokard b. Kerusakan ginjal

Amfetamin mengakibatkan Myoglobinuric Tubular Necrosis, sedangkan Metamfetamin dapat menyebabkan Proliferatif Glomerulonephritis akibat dari suatu Systemic Necrotizing Vasculitis. Biasanya terjadi bila Amfetamin digunakan secara intravena. Keadaan ini jarang terjadi dan timbul bila terjadi overdosis. Metamfetamin merupakan golongan yang paling sering menyebabkan kerusakan ginjal.

c. Gangguan saluran pencernaan

Amfetamin dapat menyebabkan toksisitas pada kolon akibat iskemik. d. Fungsi seksual

Amfetamin mempengaruhi fungsi seksual dengan beberapa cara yang berbeda. Pada dosis rendah, Amfetamin meningkatkan performa seksual dengan cara menurunkan ansietas atau meningkatkan mood yang bersifat sementara. Dengan penggunaan Amfetamin yang berkepanjangan, fungsi ereksi, orgasme, dan fungsi ejakulasi menjadi tergangu. Meskipun tidak ada bukti konkrit yang menyatakan bahwa dorongan seksual meningkat, namun pengguna selalu memiliki perasaan bahwa energinya meningkat dan dapat aktif secara seksual. Pada akhirnya, terjadi disfungsi. Laki-laki biasanya akan menjalani dua tahap yaitu dimulai dengan ereksi lama tanpa ejakulasi, kemudia kehilangan fungsi ereksi secara perlahan-lahan.


(30)

Mekanisme hipertermia yang ditimbulkan Amfetamin biasanya terjadi akibat gangguan termoregulasi. Selain itu, Amfetamin dapat menimbulkan hipertermi sentral karena hiperrefleksi otonom (meningkatkan produksi panas). Peningkatan suhu khas, berkisar 39˚ -40˚. Biasanya suhu kembali normal dalam 48-72 jam setelah pemakaian obat dihentikan, tetapi dapat menetap beberapa hari sampai minggu bila disertai ruam akibat reaksi obat. Hipertermi biasanya berhubungan dengan intoksikasi. Hipertermi merupakan gejala yang paling sering ditemukan dan keadaan ini dapat reversibel.

2.2.7.2. Efek Psikiatris

a. Gangguan mood

Menurut DSM IV TR, permulaan dari terjadinya gangguan mood yang diinduksi oleh Amfetamin, dapat muncul pada saat penggunaan maupun penghentian zat. Pada umumnya, penggunaan zat dihubungkan dengan gejala seperti agresif, sedangkan penghentian zat dihuungkan dengan gejala seperti depresi (Sadock, 2007).

b. Gangguan ansietas

Amfetamin dapat menginduksi gejala yang sama seperti pada gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, dan gangguan phobia. Menurut DSM IV TR, gangguan ansietas yang diinduksi oleh Amfetamin juga muncul pada saat penggunaan dan penghentian zat (Sadock, 2007).

c. Gangguan tidur

Penggunaan Amfetamin dapat menyebabkan terjadinya insomnia dan gangguan tidur, sedangkan penghentian Amfetamin dapat menyebabkan terjadinya hipersomnolen dan mimpi buruk (Sadock, 2007).

2.2.7.3. Efek Neurologis

Amfetamin menimbulkan efek neurologis seperti (Japardi, 2012) : a. Gangguan kesadaran


(31)

Gangguan kesadaran dapat terjadi pada penggunaan Amfetamin. Koma pada Amfetamin biasanya terjadi setelah kejang. Koma yang terjadi pada pengguna narkotika dapat dihubungkan dengan:

1. Overdosis, murni (jarang), campuran dengan sedative. 2. Hipoksia, edema paru, aspirasi pneumonia, pneumonia 3. Hipoglikemi

4. Postanoksik enselofati 5. Trauma

6. Kejang 7. Sepsis

Gejala fisik yang ditimbulkan antara lain : 1. Pireksia

2. Hipertensi 3. Takikardi 4. Aritmia 5. Dilatasi pupil 6. Tremor 7. Kejang

b. Gangguan pergerakkan

Chorea merupakan gangguan yang sering ditemukan. Hal ini dianggap sebagai reaksi toksik setelah pemakaian kronis. Pada dosis kecil, Amfetamin dapat menimbulkan chorea pada tungkai dan orofasial yang bersifat reversibel. Pada pengguna kronis, dapat menimbulkan chorea generalisata.

c. Gangguan pertumbuhan

Pada anak-anak, Amfetamin dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Hal ini terjadi pada pemakaian kronis. Anak-anak hanya dapat tumbuh sampai 60-75% dari normal, tetapi bila obat dihentikan makan tampak pertumbuhan anak kembali normal.


(32)

Vaskulitis sistemik ditemukan setelah pemakaian kronis intravena dan oral dari Amfetamin. Pada usia muda, proses vaskulitis terbatas pada sirkulasi serebri sehingga dapat menimbulkan sindroma stroke akut. Mekanisme terjadinya vaskulitis ini tidak jelas.

e. Stroke perdarahan

Amfetamin dapat menyebabkan perdarahan intraserebral melalui mekanisme vaskulopati ataupun hipertensi akut. Perdarahan otak dapat terjadi setelah pemakaian Amfetamin secara injeksi. Perdarahan intraserebral ataupu subaraknoid dapat terjadi pada pengguna Amfetamin. f. Kejang

Pada pengguna Amfetamin, kejang dapat timbul baik pada pemakaian pertama kali ataupun pada pemakaian kronis, biasanya akibat intoksikasi akut. Kejang dapat berupa kejang fokal, umum, tonik klonik ataupun status epilepsi. Seluruh kasus kejang pada pemakai Amfetamin terjadi pada pemakai secara intravena.

2.3. Intoksikasi Amfetamin

Gejala intoksikasi Amfetamin dan Kokain adalah sama. Kriteria diagnosa keracunan Amfetamin dan Kokain menurut DSM IV TR juga hampir sama. Namun, pada kriteria diagnosa intoksikasi Amfetamin menurut DSM IV TR menspesifikasikan gangguan perseptual sebagai gejala dari intoksikasi Amfetamin (Sadock, 2007).

Tabel 2.1. Tabel Kriteria Diagnosa Intoksikasi Amfetamin Menurut DSM IV TR

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Amphetamine Intoxication

A. Recent use of amphetamine or a related substance (e.g., methylphenidate). B. Clinically significant maladaptive behavioral or psychological changes

(e.g., euphoria or affective blunting; changes in sociability;

hypervigilance; interpersonal sensitivity; anxiety, tension, or anger; stereotyped behaviors; impaired judgment; or impaired social or

occupational functioning) that developed during, or shortly after, use of amphetamine or a related substance.

C. Two (or more) of the following, developing during, or shortly after, use of amphetamine or a related substance:


(33)

2. apillary dilation

3. elevated or lowered blood pressure 4. perspiration or chills

5. nausea or vomiting 6. evidence of weight loss

7. psychomotor agitation or retardation

8. muscular weakness, respiratory depression, chest pain, or cardiac arrhythmias

9. confusion, seizures, dyskinesias, dystonias, or coma

D. The symptoms are not due to a general medical condition and are not better accounted for by another mental disorder.

Specify if:

With perceptual disturbances

(From American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2000, with permission.)

2.4. Ketergantungan dan Penyalahgunaan Amfetamin (Amphetamine Dependence and Amphetamine Abuse)

Ketergantungan Amfetamin dapat menyebabkan penurunan yang drastis pada kemampuan seseorang dalam bekerja, mengabaikan kewajibannya dalam keluarga dan meningkatkan stress. Seseorang yang menyalahgunakan Amfetamin membutuhkan dosis yang semakin tinggi untuk mendapatkan efek lebih dan tanda-tanda fisik pada penyalahgunaan Amfetamin (seperti penurunan berat badan dan paranoid) hampir selalu berkembang dengan penyalahgunaan yang berkelanjutan (Sadock, 2007).

Tabel 2.2. Tabel Kriteria Diagnosa Penyalahgunaan Zat Menurut DSM IV TR

DSM-IV-TR Criteria for Substance Abuse

A. A maladaptive pattern of substance use leading to clinically significant impairment or distress, as manifested by one (or more) of the following, occurring within a 12-month period:

1. recurrent substance use resulting in a failure to fulfill major role obligations at work, school, or home (e.g., repeated absences or poor work performance related to substance use; substance-related absences, suspensions, or expulsions from school; neglect of children or household)

2. recurrent substance use in situations in which it is physically hazardous (e.g., driving an automobile or operating a machine


(34)

when impaired by substance use)

3. recurrent substance-related legal problems (e.g., arrests for substance-related disorderly conduct)

4. continued substance use despite having persistent or recurrent social or interpersonal problems caused or exacerbated by the effects of the substance (e.g., arguments with spouse about consequences of intoxication, physical fights)

B. The symptoms have never met the criteria for Substance Dependence for this class of substance.

(From American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2000, with permission.)

Tabel 2.3. Tabel Kriteria Diagnosa Ketergantungan Zat Menurut DSM IV TR

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Substance Dependence

A maladaptive pattern of substance use, leading to clinically significant impairment or distress, as manifested by three (or more) of the following, occurring at any time in the same 12-month period:

1. tolerance, as defined by either of the following:

a. a need for markedly increased amounts of the substance to achieve intoxication or desired effect

b. markedly diminished effect with continued use of the same amount of the substance

2. withdrawal, as manifested by either of the following:

a. the characteristic withdrawal syndrome for the substance (refer to Criteria A and B of the criteria sets for Withdrawal from the specific substances)

b. the same (or a closely related) substance is taken to relieve or avoid withdrawal symptoms

3. the substance is often taken in larger amounts or over a longer period than was intended

4. there is a persistent desire or unsuccessful efforts to cut down or control substance use

5. a great deal of time is spent in activities necessary to obtain the substance (e.g., visiting multiple doctors or driving long distances), use the substance (e.g., chain-smoking), or recover from its effects

6. important social, occupational, or recreational activities are given up or reduced because of substance use

7. the substance use is continued despite knowledge of having a persistent or recurrent physical or psychological problem that is likely to have been caused or exacerbated by the substance (e.g., current cocaine use despite recognition of cocaine-induced depression, or continued drinking despite


(35)

recognition that an ulcer was made worse by alcohol consumption)

Specify if:

With Physiological Dependence: evidence of tolerance or withdrawal (i.e., either Item 1 or 2 is present)

Without Physiological Dependence: no evidence of tolerance or withdrawal (i.e., neither Item 1 nor 2 is present)

Course specifiers (see Table 12.1-5 for definitions): Early Full Remission

Early Partial Remission

Sustained Full Remission

Sustained Partial Remission

On Agonist Therapy

In a Controlled Environment

(From American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2000, with permission.)

2.5. Efek Putus Obat Amfetamin

Gejala seperti ansietas, tremor, disforik, letargi, kelelahan, mimpi buruk, kepala pusing, keringat berlebihan, tegang otot, tegang otot perut, dan rasa lapar yang tidak puas, muncul setelah penghentian obat Amfetamin. Gejala putus obat Amfetamin pada umumnya mencapai puncak dalam dua sampai empat hari dan sembuh dalam satu minggu. Gejala putus obat yang paling serius adalah depresi, yang dapat menjadi berat setelah penggunaan Amfetamin dengan dosis tinggi yang berkelanjutan dan dapat dihubungkan dengan ide bunuh diri. Kriteria diagnosa putus obat Amfetamin menurut DSM IV TR (tabel 2.4.) menekankan bahwa keadaan disforik dan perubahan psikologi penting dalam penegakkan diagnose (Sadock, 2007).

Tabel 2.4. Tabel Kriteria Diagnosa Putus Obat Amfetamin Menurut DSM IV TR

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Amphetamine Withdrawal

A. Cessation of (or reduction in) amphetamine (or a related substance) use that has been heavy and prolonged.

B. Dysphoric mood and two (or more) of the following physiological

changes, developing within a few hours to several days after Criterion A: 1. fatigue

2. vivid, unpleasant dreams 3. insomnia or hypersomnia


(36)

4. increased appetite

5. psychomotor retardation or agitation

C. The symptoms in Criterion B cause clinically significant distress or impairment in social, occupational, or other important areas of functioning.

D. The symptoms are not due to a general medical condition and are not better accounted for by another mental disorder.

(From American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 4th ed. Text rev. Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2000, with permission.)

2.6. Overdosis Amfetamin

Overdosis akut Amfetamin akan menimbulkan gejala seperti kejang, hipertensi, takikardi, hipertermi, psikosis, halusinasi, stroke dan yang paling fatal adalah kematian (Handley, 2012).


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal

Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal adalah semua siswa yang menempuh kelas X, XI, dan XII SMA jurusan IPA/IPS di Yayasan Sultan Iskandar Muda Sunggal.

3.2.2. Pengetahuan terhadap efek dan bahaya Amfetamin

Pengetahuan terhadap efek dan bahaya Amfetamin adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal mengenai efek dan bahaya Amfetamin.

a. Cara Ukur : metode angket b. Alat Ukur : kuesioner

Kuesioner ini berisikan 15 pertanyaan yang meliputi efek dan bahaya Amfetamin dengan kemungkinan jawaban benar dan salah.

Skor 1  untuk jawaban benar Skor 0  untuk jawaban salah c. Skala Pengukuran : ordinal d. Hasil Pengukuran :

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut :

Pengetahuan terhadap efek dan bahaya

Amfetamin Siswa SMA Yayasan

Perguruan Sultan Iskandar Muda


(38)

1. Pengetahuan baik, jika responden mengetahui sebagian besar atau seluruh tentang efek dan bahaya Amfetamin (skor jawaban responden >17).

2. Pengetahuan sedang, jika responden mengetahui sebagian tentang efek dan bahaya Amfetamin (skor jawaban responden 10-17). 3. Pengetahuan kurang, jika responden mengetahui sebagian kecil

tentang efek dan bahaya Amfetamin (skor responden <10).

4. Tidak berpengetahuan, jika responden tidak memiliki jawaban yang benar.


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan bentuk studi cross sectional (potong lintang) dimana penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana tingkat pengetahuan siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal terhadap efek dan bahaya Amfetamin.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi tersebut karena sekolah tersebut merupakan sekolah multikultural yang terdiri dari berbagai macam etnik dan ras, serta belum pernah dilakukan penelitian ini sebelumnya.

Pengumpulan data penelitian dilakukan pada Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 setiap hari kerja mulai pukul 08.00 sampai 15.00 WIB ataupun hingga jumlah sampel yang diperlukan telah terpenuhi.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua siswa yang masih aktif di kelas X, XI, dan XII SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal angkatan 2012/2013.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria pemilihan sampel. Teknik pemilihan sampel ialah teknik

probability sampling dengan cara stratified random sampling. Pada stratified random sampling, penarikan sampel dilakukan dengan membagi populasi sasaran ke dalam strata (golongan) menurut karakteristik tertentu yang dianggap penting oleh penulis (Wahyuni, 2007). Pertama, peneliti membagi jumlah populasi


(40)

berdasarkan tingkat pendidikan yaitu kelas X, XI dan XII. Kemudian, peneliti memilih sampel berdasarkan nomor absensi secara acak yang dilakukan dengan program komputerisasi.

Adapun jumlah sampel yang diperlukan dihitung dengan cara estimasi proporsi pada populasi terbatas berdasarkan rumus di bawah ini (Wahyuni, 2007):

n =

N × Z 1−∝2

2 × P × (1P) (N−1) × d2+ Z

1−∝2

2 × P × (1P)

dimana:

n = jumlah sampel minimum

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku menurut tabel Z pada α tertentu P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir N = jumlah di populasi

Pada penelitian ini, ditetapkan nilai α sebesar 0,05 (tingkat kepercayaan

95%) sehingga diperoleh nilai Z1-α/2 sebesar 1,96. Nilai P yang digunakan ialah 0,5 dengan kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir 0,1. Jumlah populasi dapat dilihat pada rincian tabel berikut :

Kelas Jurusan Jumlah murid

I - 176 orang

II IPA 110 orang

IPS 101 orang

III IPA 106 orang

IPS 103 orang

Total murid (N) 596 orang

Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:


(41)

n = 596 × 1,96

2× 0,5 × 0,5 (596−1) × 0,12+ 1,962× 0,5 × 0,5

n = 82,83

Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 82,83 orang, dibulatkan menjadi 83 orang, dengan rincian :

Kelas Jurusan Jumlah murid Jumlah sampel

I - 176 orang 19 orang

II IPA 110 orang 16 orang

IPS 101 orang 16 orang

III IPA 106 orang 16 orang

IPS 103 orang 16 orang

Besar sampel (n) 83 orang

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian, meliputi tingkat pengetahuan siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal. Pengumpulan dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur, sedangkan reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.

Uji validitas dilakukan dengan kolerasi pearson, skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan r tabel. Jika nilai koefisien kolerasi


(42)

pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada pada r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien yang Reabilitas Alpha pada aplikasi SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.

Dalam penelitian ini digunakan alat ukur dengan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti, sehingga peneliti harus melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas akan dilaksanakan setelah ujian proposal dan setelah proposal penelitian ini diterima.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner akan ditabulasi untuk kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan program komput erisasi.


(43)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Sekolah Menengah Atas Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal didirikan pada tanggal 25 Agustus 1987 yang bertempat pada Jalan Tengku Amir Hamzah Pekan I, Gang Bakul Medan Sunggal 20128. Kepala sekolah yang sedang menjabat sekarang ialah Edy Jitro Sihombing, MPd. Untuk kontak dan informasi, sekolah tersebut dapat dihubungi melalui telepon (061) 8457702 / 8457033 dan e-mailypsim.sch.id

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 83 orang yang merupakan siswa/I dari Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda. Responden yang ikut serta dalam penelitian adalah siswa/i yang berusia 14 tahun sebanyak 9 orang (10,8%), siswa/i yang berusia 15 tahun sebanyak 19 orang (22,9%), siswa/i yang berusia 16 tahun sebanyak 31 orang (37,3%), siswa/i yang berusia 17 tahun sebanyak 21 orang (25,3%), dan siswa/i yang berusia 18 tahun sebanyak 3 orang (3,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(44)

Tabel 5.1. Tabel Distribusi Frekuensi Umur Responden Kelompok Usia Jumlah (orang) Persentasi (%)

14 tahun 9 10,8

15 tahun 19 22,9

16 tahun 31 37,3

17 tahun 21 25,3

18 tahun 3 3,6

Total 83 100,0

Berdasarkan jenis kelamin responden, kelompok terbesar terdapat pada jenis kelamin perempuan dengan jumlah 53 orang (63,9%) dan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 30 orang (36,1%).

Tabel 5.2. Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan suku responden, kelompok terbesar terdapat pada suku Batak, yaitu 37 orang (44,6%), dan kelompok terkecil pada suku Manado, Minang, dan Tamil yaitu masing-masing 1 orang (1,2%).

Tabel 5.3. Tabel Distribusi Frekuensi Suku Responden

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentasi (%)

Laki-laki 30 36,1

Perempuan 53 63,9

Total 83 100,0

Suku Jumlah (Orang) Persentasi (%)

Aceh 3 3,6

Batak 37 44,6

Jawa 17 20,5

Manado 1 1,2

Melayu 8 9,6

Minang 1 1,2

Padang 2 2,4


(45)

Berdasarkan agama responden, kelompok terbesar terdapat pada agama Islam dengan 47 orang (56,6%), dan kelompok terkecil pada agama Buddha dengan 11 orang (13,3%).

Tabel 5.4. Tabel Distribusi Frekuensi Agama Responden Agama Jumlah (Orang) Persentasi (%)

Islam 47 56,6

Buddha 11 13,3

Kristen 25 30,1

Total 83 100,0

Berdasarkan tingkat pendidikan responden, kelompok terbesar terdapat pada tingkat pendidikan Kelas XII, yaitu sebanyak 32 orang (38,6%), dan kelompok terkecil terdapat pada kelompok Kelas X, yaitu sebanyak 21 orang (25,3%).

Tabel 5.5. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentasi (%)

Kelas X 21 25,3

Kelas XI (IPA/IPS) 30 36,1

Kelas XII (IPA/IPS) 32 38,6

Total 83 100,0

Berdasarkan pendapat responden, pendapat terbanyak responden adalah untuk tujuan kesenangan yaitu sebanyak 66 orang (79,5%).

Tionghua 13 15,7


(46)

Tabel 5.6. Tabel Distribusi Frekuensi Pendapat Responden

Umur Responden Jumlah (orang) Persentasi(%)

Laki-laki Perempuan Total

J J J %

Meningkatkan performa 8 4 12 14,5

Menurunkan berat badan 9 3 12 14,5

Mengatasi serangan tidur 7 10 17 20,5

Tujuan kesenangan 30 36 66 79,5

Diajak teman

Hanya ingin membuang uang Kurang perhatian orangtua Menghilangkan beban Hanya ingin mencoba

30 7 3 15 4 35 0 4 4 0 65 7 7 19 4 78,3 8,4 8,4 22,9 4,8

5.1.3. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden

Berdasarkan tingkat pengetahuan responden, responden yang berpengetahuan baik berjumal 10 orang (12,0%), responden yang berpengetahuan sedang sebanyak 71 orang (85,5%), dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang (2,4%).

Tabel 5.7. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat pengetahuan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Baik 10 12,0

Kurang 2 2,4

Sedang 71 85,5


(47)

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan siswa tentang Amfetamin berdasarkan karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.8. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Tingkat Pengetahuan Total

Baik Kurang Sedang

J % J % J % J %

Laki-laki 5 50 1 50 24 33,8 30 36,1

Perempuan 5 50 1 50 47 66,2 53 63,9

Total 10 100 2 100 71 100 83 100

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan siswa tentang Amfetamin berdasarkan karakteristik umur dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.9. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Umur Responden

Umur Responden Tingkat Pengetahuan Total

Baik Kurang Sedang

J % J % J % J %

14 1 10 1 50 7 9,9 9 10,8

15 2 20 1 50 16 22,5 19 22,9

16 3 30 0 0 28 39,4 31 37,3

17 4 40 0 0 17 23,9 21 25,3

18 0 0 0 0 3 4,2 3 3,6

Total 10 100 2 100 71 100 83 100

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan siswa tentang Amfetamin berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.10. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden


(48)

Tingkat Pengetahuan

Responden

Tingkat Pengetahuan Total

Baik Kurang Sedang

J % J % J % J %

Kelas X 2 20 2 100 17 23,9 21 25,3

Kelas XI 3 30 0 0 27 38,0 30 36,1

Kelas XII 5 50 0 0 27 38,0 32 38,6

Total 10 100 2 100 71 100 83 100

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan siswa/i yang berpengetahuan baik sebesar 12%, berpengetahuan sedang sebesar 85,5% , dan yang berpengetahuan kurang sebesar 2,4%.

Berdasarkan distribusi frekuensi umur responden, 10,9% siswa berumur 14 tahun, 22,9% siswa berumur 15 tahun, 37,3% siswa berumur 16 tahun, 25,3% siswa berumur 17 tahun dan 3,6% siswa berumur 18 tahun.

Berdasarkan distribusi frekuensi jenis kelamin responden, 36,1% siswa berjenis kelamin laki-laki dan 63,9% siswa berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan distribusi frekuensi suku responden, 3,6% siswa berasal dari suku Aceh, 44,6% siswa berasal dari suku Batak, 20,5% siswa berasal dari suku Jawa, 1,2% siswa berasal dari suku Manado, 9,6% siswa berasal dari suku Melayu, 1,2% siswa berasal dari suku Minang, 2,4% siswa berasal dari suku Padang, 1,2% siswa berasal dari suku Tamil dan 15,7% siswa berasal dari suku Tionghua.

Berdasarkan distribusi frekuensi agama responden, 56,6% siswa beragama Islam, 13,3% siswa beragama Buddha dan 30,1% siswa beragama Kristen.

Berdasarkan distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden, 25,3% siswa duduk di kelas X, 36,1% siswa duduk di kelas XI dan 38,6% siswa duduk di kelas XII.

Berdasarkan hasil crosstab antara tingkat pengetahuan dan jenis kelamin responden, siswa yang berpengetahuan baik dan kurang adalah sama antara


(49)

kelompok jenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing sebesar 50%, sedangkan siswa yang berpengetahuan sedang terbanyak terdapat pada kelompok jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 66,2%

Berdasarkan hasil crosstab antara tingkat pengetahuan dan umur responden, siswa yang berpengetahuan baik terbanyak terdapat pada kelompok umur 17 tahun yaitu sebesar 40%, siswa yang berpengetahuan sedang terbanyak terdapat pada kelompok umur 16 tahun yatu sebesar 39,4%, dan siswa yang berpengetahuan kurang terbanyak terdapat pada kelompok umur 14 tahun dan 15 tahun yaitu masing-masing sebesar 50%.

Berdasarkan hasil crosstab antara tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan responden, siswa yang berpengetahuan baik terbanyak terdapat pada kelompok kelas XII yaitu sebesar 50%, siswa yang berpengetahuan sedang terbanyak adalah sama antara kelompok kelas XI dan XII yaitu masing-masing sebesar 27%, dan siswa yang berpengetahuan kurang terbanyak terdapat pada kelompok kelas X yaitu sebesar 100%.

Berdasarkan sumber informasi tentang efek dan bahaya Amfetamin yang diperoleh siswa, 50,6% siswa memperoleh informasi dari sesama teman, 61,4% siswa memperoleh informasi dari anggota keluarga, 83,1% siswa memperoleh informasi dari guru, 69,9% siswa memperoleh informasi dari media cetak, 74,7% siswa memperoleh informasi dari media elektronik dan 4,8% tidak permah memperoleh informasi.

Berdasarkan penyuluhan yang diperoleh, 80,7% siswa memperoleh penyuluhan dari pihak sekolah, 27,7% siswa memperoleh penyuluhan dari pihak kepolisian, 28,9% siswa memperoleh penyuluhan dari pihak sosial, 49,4% siswa memperoleh penyuluhan dari petugas kesehatan dan 12% siswa tidak pernah memperoleh penyuluhan.

Berdasarkan pendapat responden, mengapa orang menyalahgunakan Amfetamin, 14,5% siswa berpendapat bahwa penggunaan Amfetamin untuk meningkatkan performa, 14,5% siswa berpendapat bahwa penggunaan Amfetamin untuk menurunkan berat badan, 20,5% siswa berpendapat bahwa penggunaan Amfetamin untuk mengatasi serangan tidur, 79,5% siswa berpendapat bahwa


(50)

penggunaan Amfetamin untuk tujuan kesenangan, 78,3% siswa berpendapat bahwa penggunaan Amfetamin dilakukan hanya sekedar diajak teman, 8,4% siswa berpendapat bahwa penggunaan Amfetamin dilakukan hanya ingin membuang uang, 8,4% siswa berpendapat bahwa penggunaan Amfetamin kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orangtua, 22,9% siswa berpendapat bahwa penggunaan Amfetamin untuk menghilangi beban pikiran dan 4,8% siswa berpendapat bahwa penggunaan Amfetamin dilakukan hanya sekedar ingin mencoba.

Penelitian sebelumnya yang mirip dengan penelitian ini adalah “Tingkat Pengetahuan Siswa Siswi Sekolah Menengah Atas Harapan Tahun 2011 Tentang Bahaya Narkotika dan Efek Sampingnya” (Premaaloshinee, 2012). Dari 30 siswa yang menjadi responden, hanya 35,2% siswa yang memiliki pengetahuan baik tentang narkotika.

Survei yang dilakukan oleh Sudarmanik (2010) mengenai “Tingkat Pengetahuan Tentang Narkoba dan Bahaya Penyalahgunaannya Pada Siswa SMP Negeri se-Kecamatan Klojen Kota Malang” menunjukkan bahwa dari 257 responden, hanya 1,56% responden yang memiliki pengetahuan baik tentang narkoba.

Penelitian yang dilakukan Noor (2011) tentang “Tingkat Pengetahuan Mengenai Bahaya Ekstasi Terhadap Gangguan Fungsi Otak Pada Mahasiswa Fakultas Teknik Tahun 3 di Universitas Teknologi Malaysia” menunjukkan bahwa dari 90 responden, hanya 28 (31,1%) responden yang memiliki pengetahuan baik tentang bahaya ekstasi terhadap gangguan fungsi otak.

Dari hasil penelitian ini dan sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tentang ekstasi dan narkoba masih rendah baik dikalangan pelajar SMP, SMA maupun mahasiswa. Hal ini mungkin dikarenakan oleh minimnya atau tidak adanya edukasi atau informasi mengenai ekstasi dan narkoba. Untuk itu, perlu diberikan edukasi dan informasi mengenai bahaya penyalahgunaan ekstasi dan narkoba terutama kepada pelajar SMP dan SMA di sekolah dan mahasiswa.


(51)

(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan siswa Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal adalah pengetahuan kurang 2,4%, pengetahuan sedang 85,5%, dan pengetahuan baik 12%.

2. Siswa yang berpengetahuan baik dan kurang adalah sama antara kelompok jenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing sebesar 50%, sedangkan siswa yang berpengetahuan sedang terbanyak terdapat pada kelompok jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 66,2%.

3. Siswa yang berpengetahuan baik terbanyak terdapat pada kelompok umur 17 tahun yaitu sebesar 40%, siswa yang berpengetahuan sedang terbanyak terdapat pada kelompok umur 16 tahun yatu sebesar 39,4%, dan siswa yang berpengetahuan kurang terbanyak terdapat pada kelompok umur 14 tahun dan 15 tahun yaitu masing-masing sebesar 50%.

4. Siswa yang berpengetahuan baik terbanyak terdapat pada kelompok kelas XII yaitu sebesar 50%, siswa yang berpengetahuan sedang terbanyak adalah sama antara kelompok kelas XI dan XII yaitu masing-masing sebesar 27%, dan siswa yang berpengetahuan kurang terbanyak terdapat pada kelompok kelas X yaitu sebesar 100%.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:


(53)

1. Hendaknya pengisian kuesioner dilakukan secara wawancara sehingga hasil penelitian lebih akurat.

2. Bagi instansi terkait agar dapat meningkatkan pengetahuan para siswa tentang efek dan bahaya Amfetamin sebagai upaya menurunkan angka kejadian penyalahgunaan Amfetamin.

3. Perlu dilaksanakan penelitian yang lebih dalam tentang Amfetamin kepada siswa di Indonesia dengan cakupan responden dan lokasi penelitian yang lebih luas.


(54)

Daftar Pustaka

Angrist, B., Corwin, J., Bartlik, B., Cooper, T., 1987. Early pharmacokinetics and clinical effects of oral D-amphetamine in normal subjects. Biol Psychiatry

22 (11) : 1357-1368

APA, 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th ed. Washington, DC : American Psychiatric Association Press, 78-85

BNN. Hasil Survey Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di 33 Propinsi di Indonesia tahun

2006. Available

fro

March 2012]

Brenner, G.M. & Stevens, C.W., 2010. Pharmacology Third Edition. Philadelphia : Saunders Elsevier Inc., 250

Cadwell, J., 1980. Amphetamines and Related Stimulants : Chemical, Biological, Clinical, and Sociological Aspects. Florida : CRC Press, Inc., 2-10.

Costa, E., & Garattini, S., 1970. Amphetamines and Related Compounds. New York : Raven Press, 3

Dorland, W.A.N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC, 1520

Handly, N., et al., 2012. Amphetamine Toxicity. Available

fro

March 2012]

Hidayati, 2009. Penyalahgunaan Narkotika di Indonesia. Available

from

2012]

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun


(55)

2011-2015. Available

from

Japardi, I., 2012. Efek Neurologis dari Ekstasi dan Shabu-Shabu. Available

from

Kabar Banten, 2012. BNN: Modus Jaringan Narkotika sudah Online. Available

fro

Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J., 2009. Autonomic Drugs. Basic and Clinical Pharmacology 11th Edition. Singapore : The McGraw-Hill Companies, Inc., 141

Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J., 2009. Drugs That Act in the Central Nervous System. Basic and Clinical Pharmacology 11th Edition. Singapore : The McGraw-Hill Companies, Inc., 565

Kelly, W.J., 2001. AHFS Drug Hanbook 2nd ed. Philadelphia : Lippincott, 790-792

Klawan, H.L., 1981. Textbook of Clinical Neuropharmacology. New York : Raven Press, 249

Kramer, J.C., et al., 1967. Amphetamine Abuse : Pattern and Effects of High

Doses Taken Intravenously. Available

fro

Monitoring the Future, 2010. MDMA (Ecstasy). Available

fro


(56)

National Health Service, 2010. Narcolepsy. Available

from

[Accessed 22 March 2012]

Notoatmodjo, S., 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 10-18

Ricaurte, G.A., & McCann, U.D., 2001. Experimental studies on 3,4-methylenedioxymethamphetamine (MDMA,”ecstasy”) and its potential to damage brain serotonin neurons. Neurotox Res 3(1):85-99

Sadock, B.J. & Sadock, V.A., 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry 10th Edition, United States : Lippincott Williams & Wilkins, 407-411

Substance Abuse and Mental Health Services Administration, 2012. National

Survey on Drug Use and Health. Available

from

2012]

Sulistyo, F., 2012. Psikotropika. Available

from

20 March 2012]

Sutiyoso, B., 2008. Penyalahgunaan Narkoba. Available

from

[Accessed 20 March 2012]

The MTA Cooperative Group, 1999. A 14-months randomized clinical trial of treatment strategies for attention-deficit hyperactivity disorder. Archives of General Psychiatry, 56:1073-1086

Uitermark, J. & Cohen, P., 2006. Amphetamine users in Amsterdam : Patterns of use and modes of self-regulation. Additction Research and Theory; 14(2) : 159-88

Usdin, E. & Forrest, I.S., 1979. Psychotherapeutic Drugs Part 1. New York : Marcel Dekker, 83

Wahyuni, A.S., 2007. Metode Penarikkan Sampel dan Besar Sampel. Statistika Kedokteran. Jakarta : Bamboedoea Communication, 114-116


(57)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI Lampiran 1

DATA PRIBADI

1. Nama : Fransisca Kotsasi

2. Tempat/Tanggallahir : Medan, 05Mei 1991

3. Agama : Buddha

4. Alamat : Jalan Gandhi NO. 130 B/ 118

5. No Telp/HP : 0819859190

6. Alamat email : kotznatural_91@hotmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1995 – 1997 : TK Methodist 3 Medan 2. Tahun 1997 – 2003 : SD Methodist 3 Medan 3. Tahun 2003 – 2006 : SMP Methodist 3 Medan 4. Tahun 2006 – 2009 : SMA Sutomo 1 Medan

RIWAYAT PELATIHAN

1. Seminar Dokter Keluarga & Workshop Sirkumsisi

2. Workshop Hewan Coba, Scientific Class & Seminar Update Kedokteran 2010 3. Seminar KTI & Update Kedokteran 2012

RIWAYAT ORGANISASI

1. Anggota KMB USU


(58)

LEMBAR PENJELASAN Lampiran 2

Bapak/Ibu Yth,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA terhadap efek dan bahaya Amfetamin khususnya yang bersekolah di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal. Setelah itu, hasil skor yang didapat dari responden akan dianalisis. Bila telah didapatkan hasil, maka dapat diupayakan usaha yang lebih optimal sehubungan dengan hasil yang telah didapat.

Untuk memperoleh keterangan di atas, suatu alat penelitian yang disebut kuesioner dan metode angket akan digunakan. Kuesioner yang diberikan terdiri dari 25 pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Identitas responden akan dirahasiakan dan data penelitian hanya digunakan untuk keperluan penelitian serta tidak akan dipublikasi dalam bentuk apapun.

Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari siapapun. Seandainya Saudara/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan terdapat sanksi apapun. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu yang terpilih menjadi sukarelawan pada penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan ikut dalam penelitian yang telah dipersiapkan.

Jika masih terdapat hal-hal yang kurang jelas sehubungan dengan penelitian ini, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya, Fransisca (HP: 0819859190). Atas perhatian Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya, Fransisca


(59)

Lampiran 3

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama :

Umur : Jenis Kelamin : Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti secara terperinci dan jelas tentang penelitian “Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal Terhadap Efek dan Bahaya Amfetamin”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,_______________2012 Yang membuat pernyataan

( _________________________)


(60)

Kuesioner Penelitian Lampiran 4

Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal Terhadap Efek dan Bahaya Amfetamin

I. Data Umum

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : 3. Umur :

4. Kelas : 5. Agama : 6. Suku :

II. Sumber Informasi

1. Dari manakah saudara memperoleh informasi tentang efek dan bahaya Amfetamin (Ekstasi dan Shabu-Shabu)?(jawaban boleh lebih dari 1)

Teman

Anggota Keluarga (ayah, ibu, kakak, atau adik) Guru

Media cetak Media Elektronik

Tidak pernah memperoleh informasi

2. Dari manakah saudara mendapat penyuluhan tentang efek dan bahaya Amfetamin (Ekstasi dan Shabu-Shabu)?(jawaban boleh lebih dari 1)

Pihak Sekolah Kepolisian

Departemen Sosial Petugas Kesehatan

Tidak pernah mendapat penyuluhan

III. Tingkat Pengetahuan

1. Amfetamin adalah a. Narkoba b. Ganja c. Obat batuk d. Obat tidur


(61)

a. Merangsang sistem pergerakkan b. Merangsang sistem saraf pusat c. Merangsang sistem pernafasan d. Merangsang sistem pencernaan

3. Amfetamin banyak disalahgunakan untuk a. Tujuan klinis

b. Tujuan pribadi c. Tujuan bersama d. Tujua umum

4. Dibawah ini adalah obat yang termasuk golongan Amfetamin adalah a. Ganja b. Ekstasi c. Heroin d. Morphine

5. Bentuk sediaan shabu-shabu adalah a. Tablet

b. Kristal bening c. Cairan

d. Serbuk

6. Bentuk sediaan ekstasi adalah a. Tablet

b. Serbuk c. Cairan

d. Kristal bening

7. Penggunaan shabu-shabu dilakukan dengan cara a. Dimakan

b. Dibakar kemudian dihirup c. Disuntikka n

d. Dioleskan

8. Penggunaan ekstasi dilakukan dengan cara a. Dimakan

b. Disuntik c. Dihirup d. Dioleskan

9. Cara penggunaan Amfetamin yang menghasilkan efek paling cepat dan hebat adalah

a. Dihirup b. Dimakan


(62)

c. Dioleskan d. Disuntikka n

10.Penggunaan ekstasi akan menyebabkan terjadinya a. Depresi

b. Peningkatan mood

c. Peningkatan nafsu makan d. Panik

11.Efek yang ditimbulkan pada penggunaan ekstasi adalah a. Kerusakan saraf

b. Kerusakan organ c. Kerusakan otot d. Gangguan mental

12.Amfetamin dilegalkan untuk kegunaan klinis seperti a. Untuk mengatasi depresi

b. Untuk mengatasi gangguan perhatian c. Untuk mengatasi rasa panik

d. Untuk meningkatkan berat badan 13.Pada pengguna Amfetamin akan terlihat

a. Pelebaran diameter pupil mata b. Pengecilan diameter pupil mata c. Diameter pupil mata normal d. Kebutaan

14.Denyut jantung pada pengguna Amfetamin akan terasa a. Lambat

b. Cepat c. Normal d. Berhenti

15.Pola pernafasan pada pengguna Amfetamin akan terlihat a. Normal

b. Cepat c. Lambat d. Berhenti

16.Penggunaan Amfetamin akan menimbulkan a. Peningkatan berat badan

b. Penurunan berat badan c. Peningkatan nafsu makan d. Menghilangkan nafsu makan

17.Efek secara seksual yang timbul pada pengguna Amfetamin jangka panjang adalah


(63)

a. Gangguan seksual b. Keaktifan secara seksual c. Gairah seksual menurun

d. Tidak mengalami gangguan secara seksual

18.Gangguan seksual yang timbul pada pengguna Amfetamin jangka panjang adalah

a. Sakit pada saat berhubungan seksual b. Impotensi

c. Penis menjadi kecil d. Gairah seksual menurun

19.Penggunaan obat Amfetamin akan menimbulkan gejala seperti a. Halusinasi

b. Penurunan suhu tubuh c. Penururnan performa d. Peningkatan berat badan

20.Penghentian obat Amfetamin akan menimbulkan gejala seperti a. Ilusi

b. Emosi

c. Peningkatan mood d. Penurunan berat badan

21.Gangguan tidur yang dialami oleh pengguna Amfetamin adalah a. Mimpi buruk

b. Insomnia

c. Kebanyakan tidur d. Serangan tidur

22.Gejala penghentian obat Amfetamin adalah a. Penurunan nafsu makan

b. Kelelahan c. Merasa senang d. Merasa galau

23.Ciri-ciri orang yang mengalami ketergantungan terhadap Amfetamin adalah

a. Penurunan efek dengan dosis yang sama b. Peningkatan mood yang berkepanjangan c. Kelelahan

d. Mimpi buruk

24.Bahaya yang ditimbulkan dari keracunan Amfetamin adalah a. Kehilangan kesadaran


(64)

b. Stroke c. Lumpuh

d. Penurunan tekanan darah

25.Akibat paling fatal dari overdosis Amfetamin adalah a. Kematian

b. Koma c. Kejang d. Stroke

IV. Pendapat Responden

Menurut Saudara/i, mengapa orang menyalahgunakan Amfetamin? a. Untuk meningkatkan performa

b. Untuk menurunkan berat badan c. Untuk mengatasi serangan tidur d. Untuk tujuan kesenangan e. Diajak teman

f. Hanya ingin membuang uang

g. Lain-lain (pendapat lain selain pilihan yang diberikan)

... ... ...


(65)

Lampiran 6

umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 14 9 10.8 10.8 10.8

15 19 22.9 22.9 33.7

16 31 37.3 37.3 71.1

17 21 25.3 25.3 96.4

18 3 3.6 3.6 100.0

Total 83 100.0 100.0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 30 36.1 36.1 36.1

perempuan 53 63.9 63.9 100.0

Total 83 100.0 100.0

kelas responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 21 25.3 25.3 25.3

2 30 36.1 36.1 61.4

3 32 38.6 38.6 100.0


(66)

agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid islam 47 56.6 56.6 56.6

buddha 11 13.3 13.3 69.9

kristen 25 30.1 30.1 100.0

Total 83 100.0 100.0

suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid aceh 3 3.6 3.6 3.6

batak 37 44.6 44.6 48.2

jawa 17 20.5 20.5 68.7

manado 1 1.2 1.2 69.9

melayu 8 9.6 9.6 79.5

minang 1 1.2 1.2 80.7

padang 2 2.4 2.4 83.1

tamil 1 1.2 1.2 84.3

tionghua 13 15.7 15.7 100.0

Total 83 100.0 100.0

pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 10 12.0 12.0 12.0

kurang 2 2.4 2.4 14.5


(67)

pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 10 12.0 12.0 12.0

kurang 2 2.4 2.4 14.5

sedang 71 85.5 85.5 100.0

Total 83 100.0 100.0

jenis kelamin responden * pengetahuan Crosstabulation

pengetahuan

Total

baik kurang sedang

jenis kelamin responden laki-laki Count 5 1 24 30

% within pengetahuan 50.0% 50.0% 33.8% 36.1%

perempuan Count 5 1 47 53

% within pengetahuan 50.0% 50.0% 66.2% 63.9%

Total Count 10 2 71 83

% within pengetahuan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

umur responden * pengetahuan Crosstabulation

pengetahuan

Total

baik kurang sedang

umur responden 14 Count 1 1 7 9

% within pengetahuan 10.0% 50.0% 9.9% 10.8%

15 Count 2 1 16 19

% within pengetahuan 20.0% 50.0% 22.5% 22.9%

16 Count 3 0 28 31

% within pengetahuan 30.0% .0% 39.4% 37.3%

17 Count 4 0 17 21


(1)

Correlations

pertanyaan 6

pertanyaan 7

pertanyaan 8

pertanyaan 9

pertanyaan

10 p total

pertanyaan 6

Pearson Correlation

1 .404 .608** .608** .608** .831**

Sig. (2-tailed) .077 .004 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 7

Pearson Correlation

.404 1 .404 .081 .081 .547*

Sig. (2-tailed) .077 .077 .735 .735 .012

pertanyaan 2

Pearson Correlation

.793** 1 .490* .490* .243 .805**

Sig. (2-tailed) .000 .028 .028 .303 .000

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 3

Pearson Correlation

.667** .490* 1 .375 .000 .682**

Sig. (2-tailed) .001 .028 .103 1.000 .001

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 4

Pearson Correlation

.667** .490* .375 1 .289 .774**

Sig. (2-tailed) .001 .028 .103 .217 .000

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 5

Pearson Correlation

.192 .243 .000 .289 1 .511*

Sig. (2-tailed) .416 .303 1.000 .217 .021

N 20 20 20 20 20 20

p total Pearson Correlation

.885** .805** .682** .774** .511* 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .021

N 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(2)

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 8

Pearson Correlation

.608** .404 1 .608** .608** .831**

Sig. (2-tailed) .004 .077 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 9

Pearson Correlation

.608** .081 .608** 1 1.000** .831**

Sig. (2-tailed) .004 .735 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 10

Pearson Correlation

.608** .081 .608** 1.000** 1 .831**

Sig. (2-tailed) .004 .735 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20

p total Pearson Correlation

.831** .547* .831** .831** .831** 1

Sig. (2-tailed) .000 .012 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(3)

pertanyaan 11

pertanyaan 12

pertanyaan 13

pertanyaan 14

pertanyaan 15 p total

pertanyaan 11

Pearson Correlation

1 .123 .204 .229 .357 .627**

Sig. (2-tailed) .605 .388 .332 .122 .003

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 12

Pearson Correlation

.123 1 .101 .099 .452* .589**

Sig. (2-tailed) .605 .673 .679 .045 .006

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 13

Pearson Correlation

.204 .101 1 .140 .250 .571**

Sig. (2-tailed) .388 .673 .556 .288 .008

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 14

Pearson Correlation

.229 .099 .140 1 .490* .560*

Sig. (2-tailed) .332 .679 .556 .028 .010

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 15

Pearson Correlation

.357 .452* .250 .490* 1 .786**

Sig. (2-tailed) .122 .045 .288 .028 .000

N 20 20 20 20 20 20

p total Pearson Correlation

.627** .589** .571** .560* .786** 1

Sig. (2-tailed) .003 .006 .008 .010 .000

N 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(4)

Correlations

pertanyaan 16

pertanyaan 17

pertanyaan 18

pertanyaan 19

pertanyaan 20 p total

pertanyaan 16

Pearson Correlation

1 .101 .000 .420 .302 .643**

Sig. (2-tailed) .673 1.000 .065 .196 .002

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 17

Pearson Correlation

.101 1 .373 .099 .010 .574**

Sig. (2-tailed) .673 .105 .679 .966 .008

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 18

Pearson Correlation

.000 .373 1 .336 -.154 .520*

Sig. (2-tailed) 1.000 .105 .147 .518 .019

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 19

Pearson Correlation

.420 .099 .336 1 .183 .651**

Sig. (2-tailed) .065 .679 .147 .440 .002

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 20

Pearson Correlation

.302 .010 -.154 .183 1 .490*

Sig. (2-tailed) .196 .966 .518 .440 .028

N 20 20 20 20 20 20

p total Pearson Correlation

.643** .574** .520* .651** .490* 1

Sig. (2-tailed) .002 .008 .019 .002 .028

N 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(5)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

Correlations

pertanyaan 21

pertanyaan 22

pertanyaan 23

pertanyaan 24

pertanyaan

25 p total

pertanyaan 21

Pearson Correlation

1 -.010 .201 -.174 .287 .472*

Sig. (2-tailed) .966 .395 .463 .220 .036

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 22

Pearson Correlation

-.010 1 .452* .290 .287 .695**

Sig. (2-tailed) .966 .045 .215 .220 .001

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 23

Pearson Correlation

.201 .452* 1 .000 .153 .592**

Sig. (2-tailed) .395 .045 1.000 .519 .006

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 24

Pearson Correlation

-.174 .290 .000 1 .236 .448*

Sig. (2-tailed) .463 .215 1.000 .317 .047

N 20 20 20 20 20 20

pertanyaan 25

Pearson Correlation

.287 .287 .153 .236 1 .695**

Sig. (2-tailed) .220 .220 .519 .317 .001

N 20 20 20 20 20 20

p total Pearson Correlation

.472* .695** .592** .448* .695** 1

Sig. (2-tailed) .036 .001 .006 .047 .001

N 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(6)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


Dokumen yang terkait

Gambaran Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Bermuatan Multikultural (Studi pada Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan)

1 23 120

Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Terhadap Kesehatan Mata Di Kota Medan

1 45 74

MEMBANGUN MASYARAKAT MULTIKULTURAL MELALUI PENDIDIKAN FORMAL (STUDI KASUS YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN).

1 9 23

MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH PEMBAURAN(STUDY KASUS PADA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN).

0 3 33

BUDAYA SEKOLAH YANG DILAKSANAKAN DI SD YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA SUNGGAL-MEDAN.

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Gambaran Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Bermuatan Multikultural (Studi pada Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan)

0 0 14

GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BERMUATAN MULTIKULTURAL (STUDI PADA SISWA SMA YAYASAN PERGURUAN SULTAN ISKANDAR MUDA MEDAN)

0 0 12

1. Seminar Dokter Keluarga Workshop Sirkumsisi 2. Workshop Hewan Coba, Scientific Class Seminar Update Kedokteran 2010 3. Seminar KTI Update Kedokteran 2012 - Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal Terhadap Efek dan B

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal Terhadap Efek dan Bahaya Amfetamin

0 0 16

Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sunggal Terhadap Efek dan Bahaya Amfetamin

0 0 14