gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan mobilitas sekunder akibat stroke Asuhan keperawatan kasus A. Pengkajian gangguan mobilisasi

3. Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali jika pasien dapat mentoleransinya 4. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstrimitas saat masuk yang sakit 5. Anjurkan pasien melakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang tidak sakit 6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien 7. Observasi kemampuan mobilitas pasien lebih besar menimbulkan kerusakan pada kulit dekubitus 3. Membantu mempertahankan ektensi pinggul fungsional tapi mungkin akan meningkatkan ansietas trauma mengenai kemampuan pasien benafas 4. Gerakan aktif memberikan dan memperbaiki massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan. 5. Mencegah otot volunter kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan 6. Peningkatan kemampuan daam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi 7. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan gerak pasien setelah di lakukan latihan dan untuk menentukan intervensi selanjutnya dongoes,marilyn, 1999

b. gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan mobilitas sekunder akibat stroke

Tujuan: tidak ada di temukan lagi integitas kulit ,atau tidak adanya lesi pada kulit Kriteria hasil: a. Mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka b. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka. Universitas Sumatera Utara Intervensi Rasional 1. melakukan latihan mobilisasi 2. Ubah posisi tiap 2 jam 3. bersikan luka dan kolaborasi obat luka 4. Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin, hindari trauma dan panas pada kulit. 1. Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah 2. Menghindari tekanan yang berlebihan pada daerah yang menonjol 3. Mempertahankan keutuhan kulit 4. Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler c. Gangguan eliminasi bowel konstipasi berhubungan dengan defek stimulasi saraf, otot dasar pelviks lemah dan imobilitas sekunder akibat stroke ditandai pasien belum BAB selama 4 hari, teraba distensi abdomen. Tujuan: Pasien mampu memenuhai eliminasi bowel Kriteria hasil: - a. Pasien dapat defekasi secara spontan dan lancar dengan menggunakan obat b. Konsistensi feses lembek c. Tidak teraba distensi abdomen Intervensi Rasional 1. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang penyebab konstipasi. 2. Anjurkan pada pasien untuk makan makanan yang mengandung serat. 3. Bila pasien mampu minum, berikan asupan cairan yang cukup 2 literhari jika tidak ada kontraindikasi. 4. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan pasien. 1. Konstipasi disebabkan oleh karena penurunan peristaltic usus. 2. Diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler 3. Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler 4. Aktivitas fisik membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus otot Universitas Sumatera Utara 5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses laksatif, supositoria, enema abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic 5. Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi dongoes,marilyn, 1999 d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara di hemisfer otak yang ditandai dengan dengan kerusakan artikulasi, tidak dapat berbicara,tidak mampu memahami bahasa tertulisucapan. Tujuan : Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal dengan Kriteria hasil: a. Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi b. Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat. INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji tipe derajat disfungsi, sperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan bebica atau membuat pengetian sendiri 2. Bedakana antara afasia dengan disartria 1. Membantu menentukan daerahdan derajat karusakan serebralyang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi. 2. Intevensi yan dipilih tegangtung pada tipe keusakannya. Afasia adala ganggaun dalam menggunakandan mengimtepretasikan simbol-simbol bahasa dan mungkin melibatkan komponen senrorik dan motorik.disatria dapat memahami, membaca dll. Tapi ada gangguan Universitas Sumatera Utara 3. Pehatikan kesalahan dalam berkomunikasi dan beikan umpan balik 4. Mintalah pasien untuk mengikuti peintah sedehana seperti membuka mata , tunjuk ke pintuulangi dengan kata atau kalimat sedehana 5. Tunjukan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut. 6. Minta pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “sh” atau “pus” 7. Beikan mode komunikasi alternatif, seperti menulis, menggambar 8. Katakan secara langsun dengan pasien, berbicara secara berlahan dan dengan tenang, gunakan pertanyaan terbuka dengan jawan “ya” “tidak. 9. Bicara dengan dada normal dan hindari percakapan yang cepat, berika pada pasien jarak dan waktu untuk berespon 10. Ajurkan pengunjungorng terdekat mempertahankan usahanya untuk dalam berbicara , kelemahan dan paralisis dari otot-otot daerah oral 3. pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memntau ucapan yang kelua dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang di ucapkan tidaknyata. 4. Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorikafasia senorik. 5.malakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorikafasia motorik sepeti pasien mungkin mengenalinya tetapi tidak dapat menyebutkannya 6. Mengidentifikasi adanya disatria sesuai komponen motorik dari bicaa seperti lidah, kontrol napas yang dapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin tidak di sertai atrisia motorok 7.Memberi komunikasi tentang kebutuhan dasar keadaan defisit yang mendasari 8.Menurukan kebingunganansietas selama komunikasi dan berespon pada informasi yang lebih banyak pada suatu tertentus 9.pasien tidak perlu merusak pendengar dan meninggikan suara dapat menimbulkan marah pasien menyebabkan kepedihan 10.Mengurangi isolasi pasien dan peningkatkan penciptaan komunikasi Universitas Sumatera Utara berkomunikasi dengan pasien , sepeti membaca surat, diskusi tentang hal-hal yang terjadi pada keluarga 11. Diskusikan mengenai hal-hal yang dikenal pasien, seperti pekerjaan, keluarga dan hobbikesenangan 12. Hargai kemampuan pasien sebelum terjadi penyakit, hindari pembicaraan yang merndahkan pada pasien atau membuat hal-hal yang menentang kebanggan pasien

13. Kolaboasi

Konsultasi dengan ujuk kepeda ahli terpi wicara yang efektif 11.meningkatkan pecakapan yang bermakna dan membeikan kesempatan untuk keterapilan praktis 12.kemampuan pasien untuk merasakan harga diri, sebab kemampuan intelektual pasien seingkali tetap baik Pengkajian secara individual kemampuan berbicara secara sensori, motorik dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan kebutuhan terapi. dongoes,marilyn, 1999 e. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori yang ditandai dengan disorientasi terhadap waktu tempat orang, perubahan dalam respon terhadap rangsangan Tujuan : Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan Kriteria hasil: a. Adanya perubahan kemampuan yang nyata b. Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat dan orang INTEVENSI RASIONAL 1. Lihat kembali proses patologis indvidual 1.Keasadaran akan tipe atau daerah yang terkena membentu dalam mengkajimengantisipasi defisit spesipik Universitas Sumatera Utara 2. Evaluasi adanya gangguan penglihatan ,catat adanya penutunan lapangan pandang, peubahan ketajaman pesepsi bidang horizontal dan vertikal. Adanya diplopia pandangan ganda 3. Dekati pasien dari daerah penglihatan normal biakan lampu menyala ;letakkan benda dalam jangkauan lapang penglihatan yang normal, tutup mata yang sakit bila perlu 4. Ciptakan lingkuanga yang sedehana, pindakan peabot yang membahayakan 5.beikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, sperti berikan kepada pasien suatu benda untuk menyetuh, meraba, biaran pasien menyentuh dinding batas- batas yang lainnya 6.lindungi pasien dengan suhu yang berlebihan kaji adanya lingkunagn yang membahayakan .rekomendasikan dengan pemeriksaan terhadap suhu air dengan tangan yang nomal. 7.obsevasi respon perilaku seperti benusuhan,menangis afek tidak sesuai 8.hilangkan kebisisngan atau stimulan ekternal yang belebihan sesuai dan perawatan. 2.Munculnya gangguan penglihatan dapat bedampak negatif terhadap kemampuan pasien untuk menerima lingkungan dan mempelajari kembali keterampilam motorik dan menigkatkan terjadinya resiko cedera 3.pemberian pengenalan terhadap adanya orangbenda dapat membatu masalah persepsi 4.menurunkan membatasi jumlah stimulasi penglihatan mungkin dapat menimbulkan kebingungan terhadap interprestasi lingkungan ; menurunkan esiko terjadinya kecelakaan 5.membantu melatih kembali jasa sensorik untuk menginterasikan persepsi dan intepretasi stimulan. Membantu pasien utnuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan pengguanaan dari daerah yang berpengaruh. 6.meningkatkan keamanan pasien yang menurukan resiko terjadinya trauma. 7.respon individu berpaiasi tetapi pada umunya yang terlihat epeti emosi labil 8. menurunkan ansietas dan respon emosi yang belebihankebingungan berhubungan dengan sensoi berlebihan Universitas Sumatera Utara kebutuhan 9.bicara dengan tenang dan berlahan, dengan menggunakan kalimat yang pendek, pertahankan kontak mata 10.lakukan validasi terhadap persepsi pasien, orientasikan kembali secara teratur pada ligkuang. Staf, dan tindakan yang akan di lakukan 9.pasien mungkin mengalami keterbatasab dalam rantang perhatian atau pemahaman. Tindakan ini dapat membantu paien dalam berkomunikasi Membatu paien untuk mengidektifikasi ketidakkonsistenan dari pesepsi dan integrasi stimylus dan mungkin menurunkan distorsi persepsi pada realitas. dongoes,marilyn, 1999 f. Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan neomuskuler ditandai dengan pasien tidak mampu makan peroral Tujuan Mendemontrasikan metode makan tepat untuk situasi individual dengan aspiasi tecegah Kriteria hasil Mempertahankan berat badan yang di inginkan INTERVENSI RASIONAL 1.tinjau ulang patologi kemampuan menelan pasien secara indivudual, catat luas paralisisfasial, ganggaun lidah, kemampuan untuk melindungi jalan nafas, timbang berat badan secara teratur sesuai kebutuhan 2.bantu pasien dengan mengontrol kepala 3.latakkan pasien pada posisi duduk tegak selama dan setelah makan 1. intervensi nutrisipilihan rute nakanan ditentukan oleh faktor-faktor lain 2.menetralkan hiperektensi, membantu mencegah aspirasi, dan menungkatkan kemampuan untuk menelan 3.menggunakan garfitasi untuk memudahkan poses menelan dan Universitas Sumatera Utara 4.stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secaa manual dengan menekan ringan keatas atau di bawah dagu jika di butuhkan 5.letakkan makan pada daerah mulut yang tidak teganggu 6.sentuh bagian pipi bagian dalam dengan spatel lidahtempatkan esuntuk mengetahui adanya kelemahan lidah 7.berikan makanan dengan perlahan pada lingkunagn yang tenag 8.mulai memberikan makanan peroral setngah cair, stengah lunak ketika pasien dapat menelan air. 9.anjurkan pasien untuk menggunakan sedotan untuk munum air 10.pertahankan masukan dan haluaran dengan akurat, catat jumlah kalori yang masuk 11.anjurkan untuk berpartisipasi dalam progam latihan kegiatan 12. kolaborasi Berikan cairan melalui IV adanatau makanan melalui selang menurunkan resiko terjadinya aspirasi 4.membantu dalam melatih sensori dan meningkatkan kontrol muskuler 5.membeikan stimulasi sensori termasuk ras kecapyang dapat mencetuskan rasa usaha menelan dan meningkatkan masukan 6.dapat meningkatkan gerak dan kontrol lidah 7.pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksiganggaun dari luar 8.makan lunak caian kental lebih mudah untuk mengendalikan dalam mulut, menurunkan resiko terjadinya aspirasi 9.menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak 10.jika usaha menelan tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan cairan atau makanan harus di cari metode alternatif untuk makanan. 11.dapat meningkatkan pelepasan endofrin dalam otak yang meningkatkan perasaan senang dan meningkatkan nafsu makan 12. mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika psien tidak mempu Universitas Sumatera Utara memasukkan sesgala sesuatu dar mulut. dongoes,marilyn, 1999 g. Kurangnya perawatan diri brehubungan dengan penutunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol koordinasi otot ditandai dengan ketidakmampuan mandikan bagian tubuh, tioleting dan makan Tujuan ; mendemontasikan teknikperubahan gaya hidup utnuk memenuhi kebutuhan perewatan diri Kriteria hasil a. Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri b. Mengidentifikasi sumber pribadikomunitas memberikan banuan sesuai dengan kebutuhan INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji tingkat kemampaun dan tingkat kekuangan dengan menggunakan sekala 0-4 untuk melakukan kebutuhan sehari-hari 2. Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat di lakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai dengan yang di butuhkan 3. Sadari perilaku aktivitas impulsif karena gangguan dalam pengambilan keputusan 4. Pertahankan dukungan sikap yang tegas , beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya 5. Berikan umpan balik yang positif 1.membantu dalam mengantisipasi merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual 2.untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan 3.dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatkan keamanan pasien 4.pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pembeian asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten 5.meningkatkan perasaan makna diri, emningkatkan kemandirian , dan mendorong pasien untuk berusaha Universitas Sumatera Utara ntuk setiap usaha yang di laukan atau keberhasilannya 6. Buat rencana terhadap ganggau penglihatan yang adad; seperti Letakkan makanan dan alat-alat lainnya pada sisi yang tidak sakit Sesuaikan tempat tidur seinggan sisi tubuh pasien yang tidak sakit menghadap keruangan dan sisi yang sakit menghadap ke dinding. 7. gunakan alat bantu pibadi, seperti kombinasi pisasu bercabang, sikat tangkai panjang , tangkai panjang untuk mengambil sesuatu dari lantai ; kursi mandi pancuran. Kloset duduknya agak tinggi. 8. Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi untuk kebutuhannya untuk menghindari danatau kemampuan menggunakan urinal, bedpan.bawa pasien kemamandi dengan teraturinterval waktu tertentu untuk berkemih jika memungkinkan 9. Indentifikasi ebiasan defekasi sebelumnya dan kebalikannnya pada kebiasaan pola normal tersebut. Kadar makanan yang berserat, anjurkan minum banyak dan tingkat aktivitas 10. Kolaborasi secara kontinu 6.pasien akan dapat melihat untuk makan makanannya. Akan dapat melihat kika naik turun dari tempat tidur, dapat mengobservasi oang-orang yang datang ke uangan tersebut 7.memberi keamanan ketika pasien bergerak di ruangan ,untuk menutunkan resiko jatuhterbentur perabot tersebut.pasien dapat mengenai diri sendiri, meningkatkan kemampuan sendiri dan harga dirri 8.mungkin mengalami gangguan sarafkandung kemih,tidak dapat mengatakan kebutuhannya pada pase akut tetapi bisa balik mengontrol fungsi ini sesuai dengan proses pekembangan penyambuhan 9.mengkaji perkembangan program latihan mandiri dan membatu dalam pencegahan konstipasi dan sembelit pengaruh jangka panjang Mungkin di butuhkan pada awal untuk membantu menciptakanmerangsang fungi defekasi teratur Universitas Sumatera Utara Berikan obat supo sitoria Konsultasikan dengan ahkli fisioterafiahli akupasi Membeikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong kasus dongoes,marilyn, 1999 h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima pasien tentang penyakit dialami oleh pasien yang dtandai dengan keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber-sumber informasi Tujuan :berpartisipasi dalam proses belajar Kriteria hasil a. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisiprognosis dan aturan traupertik b. Memulai perubahan gaya hidup yang di perlukan INTERVENSI RASIONAL 1. Evaluasi tipe derajat dari gangguan persepsi sensori 2. Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada individu 3. Tinjau ulang keterbatasan saat ini dan diskusikan rencana kemungkinan melakukan kembali aktivitas termasuk hubungan seksual 4. Tinjau ulang atau pertegas kembali pengobatan yang diberikan Identifikasi cara meneruskan program setelah pulang 5. Diskusikan encana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri 1. Defisit mempengaruhi pilihan metode pengajaran dan isi komplesitas intruksi 2. Membantu dalam harapan yang realistis dan meningkatkan pemahaman terhadap kebutuhan saat ini 3. Meningkatkan pemahaman , berikan harapan pada masa datang dan menimbulkan harapan dari keterbatasan hidup secara “nomal” 4. Aktivitas yang di anjutkan ,pembatasan dan kebutuhan obat terapi di buat bedasarkan pendekatan interdisiplin terekordinasi. Mengikuti cara tersebut merupakan suatu hal yang terpenting pada kemuajuan pemulihan pemulihan dan Universitas Sumatera Utara 6. Beikan intruksi daan jadwal tertulis mengenai aktifitas pengobatan dan faktor-factor penting lainnya 7. Anjurkan pasien untuk merujuk pada daftar komunikasi tetulis catatan yang ada dari pada hanya bergantung pada apa yang di ingat 8. Sarankan pasien menurunkanmembatasi stimulasi lingkungan terutama selama kegiatan berpikir 9. Rekomendasikan pasien untuk menerima bantuan dalam proses pemecahan masalah dan mempalidasi keputusan sesuai dengan kebutuhan 10. Indentifikasi faktor-faktor resiko secara individual seperti hipertensi.kegemukan, merokok,aterokelorosis menggunakan kontrasepsi oral perubahan pola hidup yang penting 11. Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan kontrol secara medis contoh perubahan fungsi penglihatan, sensorik dan motorik ; gangguan respon mental dan prilaku dan sakit kepala yang hebat 12. Rujuk pada perencanaan pemulihan pencegahan komplikasi 5. Berbagai tingkat bantuan mungkin di pelukan perlu di rencanakan berdasaan kebutuhan individual 6. Memberikan penguatan visual dan sumber rujukan setelah sembuh 7. Memberikan bantuan untuk menyokong ingatan dan meningkatkan perbaikan dalam keterampilan daya pikir 8. Stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses berfikir 9. Beberapa pasien trauma dengan masalah CVS kanan mungkin mengalami gangguan dalam cara pengambilan keputuan yang memanjang dan beprilaku infulsif kehilangan kemampuan untuk mengungkapkan keputusan yang di buatnya. 10. Meningkatkan kesehatan secara umum dan mungin menurunkan esiko kambuh 11. Evaluasi dan intervensi dengan cepat menurunkan resiko terjadinya komplikasi kehilangan fungsi yang Universitas Sumatera Utara penngawasan di tumah dengan mengunjungi perawat 13. Identifikasi sumber-sumber yang ada di masyarakat, seperti perkumpula stroke atau progam pendukung lainnya 14. Rujuk tegaskan perlunya evalusasi denga tim ahli rehabilitasi seperti ahli fisioteapi fisik,terapi okupasi, dan terpai wicara berlanjut 12. Lingkuangan umah mungkin memerlukan evaluasi dan memodivikasi untuk memenuhi kebutuhan individu 13. Meningkatkan kemampuan koping dan meningkatkan penangan di rumah dan penyesuain terhadap kerusakan 14. Kerja yang baik pada akhirnya diharapkan meminimalkan adanya gejala sisa atau penurunan neurologis Universitas Sumatera Utara

2.7 Asuhan keperawatan kasus A. Pengkajian gangguan mobilisasi

I. Biodata

Nama : Nurhaidah Br. Silitonga Jenis kelamin : Perempuan Umur : 59 tahun Status perkawinan : Janda Agama : Protestan Pendidikan : SLTA Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : jalan pembengunan Gg Horas. Deli Serdang Tanggal masuk RS : 31- Mei- 2014 No. Register : 00.92.37.99 Ruangan kama : Ruang XV Dahlia I kamar 9 Golongan darah : B Tanggal pengkajian : 02-juni-2014 Tanggak Operasi : Tidak pernah dilakukan operasi Diangnosa Medis : Stroke

I. KELUHAN UTAMA

Pasien mengeluh lumpun pada ekstremitas superiors sinistra dan ekremitas inferior sinista sehingga tidak bisa bergeak

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Pasien mengalami kelemahan pada kedua ektremitas bawah kanan dan kiri,dan tangan kanan, yang pertamanya dimana pasien mengalami peningkatan tekanan darah darah tinggi, kelemahan ektremitas ini di alami pasien sejak 2 hari yang lalu sebelum di bawak di RSU. Pirngadi Medan III. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DI DERITA Keluarga paien mengatakan pasien pernah mengalami penyakit berat eprti hipertensi 20 tahun yang lalu, keluarga juga mengatakan pasien pernah mengalami kelemahan pada tangan kanan pada saat pasien mengalami peningkatan tekanan darah tinggi, riwayat muskuluskletal pasien pernah mengalami osteoposis dan penyakit paru pasien tidak pernah mengalami penyakit paru yang berat hanya sekedar influenza biasa aja. Riwayat Universitas Sumatera Utara pemakanian obat; selama penyakit hipetensi yang pernah di derita oleh pasien pasien belum pernah mengkonsumsi obat medis baik dari dokter maupun dari bidan atau perawat, pasien hanya berorat obat tradisional jika hipertensinya kambuh,

IV. KEMAMPUAN FUNGSI MOTORIK DAN SENSORIK

Adanya kelemahankelumpuhan pada tangan kanan ,kaki kiri dan kaki kanan

V. KEMAMPUAN MOBILITAS

Pada saat di lakukan pengkajian mobilitas fisik pada pasien, pasien sangat tergantung dan tidak dapat melakukan dan berpartisifasi dalam perawatan nilai tingkat aktivitas dan mobilitas pasien adalah 4.

VI. KEKUATAN OTOT DAN GANGGUAN KOORDINASI

Pada saat dilakukan pengkajian kekuatan otot pada pasien tidak ada gerakan saat di intruksikan untuk mengangkat tangan dan kontraksi otot dapat di palpasi dengan nilai kekuatan otot 1

VII. PENGKAJIAN GCS TINGKAT KESADARAN

GCS : 7 E Eye : 2, dengan rangsangan nyeri. VVerbal : 1, tidak ada respon Mmotorik : 4 , menghindar menarik extremitas atau tubuh menjahui stimulus saat di berikan rangsangan nyeri Universitas Sumatera Utara

1.7 Analisa data No.