3. Teknik Pengumpulan Data Peneliti melakukan studi dokumentasi dan pengumpulan data data
terkait dengan masalah penelitian dari berbagai sumber kepustakaan seperti buku, majalah, internet, dan lain-lain.
4. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang dilakukan didalam penelitian ini ialah
dengan cara menyesuaikan data yang didapat kedalam teorinya van Dijk. Data-data tersebut merupakan data yang terdapat di dalam novel Kopiah
Gus Dur, kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti dengan disesuaikan pada kerangka dalam analisa wacana.
Selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk sekumpulan informasi dan interpretasi peneliti sebagai acuan dalam menarik
kesimpulan dan saran pada akhir penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun atas lima bab yang terdiri dari: BAB I
:Bab ini berisi Pendahuluan yang membahas Latar Belakang, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II :Bab ini berisi Kerangka Pemikiran yang membahas mengenai
Konsep Analisis Wacana yang terdiri dari Pengertian Analisis Wacana, Varian Analisis Wacana, dan Analisis Wacana Teun A.
van Dijk, Konsep Dakwah yang terdiri dari Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur Dakwah, dan Tujuan Dakwah, Pesan Dakwah yang
terdiri dari Aqidah, Syariah, dan Akhlak, serta Novel Sebagai Media Dakwah.
BAB III :Merupakan bab mengenai Gambaran Umum Novel Kopiah Gus
Dur Karya Damien Dematra yang mencakup Biografi Damien Dematra, Karya-Karya Damien Dematra, dan Sinopsis Novel
Kopiah Gus Dur. BAB IV
:Merupakan bab Temuan Data dan Pembahasan yang mencakup Wacana Pesan Dakwah yang ditampilkan oleh Damien Dematra Di
Dalam Novel Kopiah Gus Dur, Analisis Novel Kopiah Gus Dur Dilihat dari Kognisi Sosial, Analisis Novel Kopiah Gus Dur Dilihat
dari Konteks Sosial. BAB V
:Merupakan bab Penutup yang mencakup Kesimpulan dan Saran.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Analisis Wacana 1. Pengertian Analisis Wacana
Secara etimologi bahasa istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wacwakvak
yang artinya „berkata‟ atau „berucap‟. Kata ana yang berada di belakang adalah bentuk sufiks akhiran yang bermakna „membedakan‟
nominalisasi. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan.
1
Namun, istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguis di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris discourse. Kata
discourse sebdiri berasal dari bahsa Latin yakni discursus lari ke sana ke mari. Kata ini diturunkan dari kata dis dan dalam arah yang berbeda dan kata currere
lari.
2
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia terdapat tiga makna dari istilah wacana. Pertama, percakapan; ucapan; tutur. Kedua, keseluruhan tutur yang
merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terlengkap yang realisasinya merupakan bentuk karangan yang utuh.
3
1
Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis Wacana Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005, h.3.
2
Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana Yogyakarta: Kanisius, 1993, h. 3.
3
Hoetomo M. A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya: Mitra Pelajar, 2005, h. 588.
11
Sedangkan secara terminologi, istilah wacana memiliki arti yang sangat luas. Luasnya makna wacana disebabkan oleh perbedaan lingkup dan disiplin
ilmu yang memakai istilah wacana tersebut, mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, dan, sastra.
4
Secara ringkas dan sederhana, teori wacana menjelaskan sebuah peristiwa terjadi seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pertanyaan. Karena itulah ia
dinamakan analisis wacana.
5
Analisis wacana menekankan pada “how the
ideological significance of news is part and parcel of methods used to process news” bagaimana signifikansi ideologis berita merupakan bagian dan menjadi
paket metode yang digunakan untuk proses media. Dari beberapa definisi mengenai analisis wacana di atas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana adalah
studi tentang susunan struktur pesan dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi adalah telaah mengenai aneka fungsi bahasa.
2. Varian Analisis Wacana
Dalam perkembangannya, model analisis wacana dikemukakan para ahli melalui pendekatan yang beragam. Diantara para ahli yang mengembangkan
model analisis wacana adalah: a. Roger Fowler dkk.
Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew mulai dikenal sejak diterbitkannya buku Language and Control pada tahun 1979.
4
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semantik dan Analisis Framing Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 9.
5
Ibid., h. 12.
Mereka menggunakan pendekatan critical linguistics. Berikut akan digambarkan secara detail beberapa elemen yang ditelaah oleh Fowler dkk.
Tabel 3 Kosakata
Sebagai sistem klasifikasi bahasa menggambarkan bagaimana realitas
dunia dilihat, memberi kemungkinan seseorang untuk mengontrol dan
mengatur pengalaman pada realitas sosial. Akan tetapi, sistem klasifikasi
ini berbeda-beda antara seseorang atau satu kelompok dengan kelompok lain.
1. Kosakata: Membuat Klasifikasi
Bahasa menyediakan
klasifikasi. Klasifikasi tersebut karena realitas
begitu kompleksnya, sehingga orang kemudian membuat penyederhanaan
yang abstraksi dari realitas tersebut. Realitas tersebut bukan hanya bisa
dikenali, pada
akhirnya berusaha
dibedakan dengan yang lain.
2. Kosakata: Membatasi Pandangan
Bahasa pada
dasarnya bersifat
membatasi, kita diajak berfikir untuk memahami seperti itu, bukan yang lain.
Hal tersebut berpengaruh terhadap bagaimana
kita memahami
dan memaknai suatu peristiwa.
3. Kosakata: Pertarungan Wacana
Dalam suatu pemberitaan, setiap pihak mempunyai pendapat sendiri-sendiri,
masing-masing mempunyai
klaim
kebenaran dengan penjelasan yang berbeda dalam upaya memenangkan
perhatian publik.
Masing-masing menggunakan kosakata sendiri agar
lebih diterima oleh publik.
4. Kosakata: Marjinalisasi
Pilihan linguistik tertentu dengan kata, kalimat, proposisi yang membawa nilai
ideologis tertentu. Kita dipandang bukan sesuatu yang netral.
Tata Bahasa
Dalam tata bahasa secara umum ada tiga model yang diperkenalkan Fowler
dkk., yaitu:
Pertama, transitif
merupakan model yang berhubungan dengan proses, dengan melihat bagian
mana yang dianggap sebagai penyebab suatu
tindakan. Kedua,
intransitif merupakan
model dengan
menghubungkan seorang aktor pada suatu proses tetapi tanpa menjelaskan
atau menggambarkan akibat atau objek yang
dikenal. Ketiga,
relasional
1. Efek Bentuk Kalimat Pasif: Penghilangan Pelaku
Dalam tata bahasa bentuk kalimat pasif dapat membuat halus atau netral sisi
pelaku karena yang adalah sasaran dari suatu tindakan pelaku.
2. Efek Nominalisasi: Penghilangan Pelaku
Nominalisasi bisa
menghilangkan subjek karena dalam bentuk ini bukan
lagi kegiatan tindakan yang ditekankan melainkan suatu peristiwa. Peristiwa ini
merupakan model
yang menggambarkan hubungan diantara dua
etnis bagian yang melakukan tindakan dan yang menjadi akibat.
pada hakikatnya tidak memerlukan subjek.
Dalam menganalisis suatu teks model Roger Fowler memiliki kerangka untuk menganalisis wacana. Kerangka analisis tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 4 TINGKAT
YANG INGIN DILIHAT
Kata
Meliputi pilihan kosakata yang dipakai untuk menggambarkan peristiwa
dan pilihan
kosakata yang
dipakai untuk
menggambarkan katro agen yang terlibat dalam peristiwa.
Kalimat
Bagaimana peristiwa digambarkan lewat rangkaian kata.
6
b. Theo van Leeuwen Model analisis yang diperkenalkan Theo van Leeuwen untuk mendeteksi
dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang
kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaanya sementara
6
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media Yogyakarta: LkiS, 2001, h. 166.
kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus-menerus menjadi objek pemaknaan, dan digambarkan secara buruk.
7
Analisis wacana van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Berikut tabel yang akan
menguraikan tentang persoalan tersebut.
Tabel 5 Exclusion
Merupakan wacana
yang dalam
tampilannya dalam suatu teks berita, ada kelompok atau seseorang yang
dihilangkan dalam pemberitaan.
1. Pasivasi
Pada dasarnya ini adalah proses bagaimana suatu kelompok atau aktor
tertentu tidak dilibatkan dalam suatu pembicaraan
atau wacana.
Lewat pemakaian kalimat pasif.
2. Nominalisasi
Strategi ini
berhubungan dengan
mengubah kata kerja verba menjadi kata
benda nomina.
Umumnya dilaku
kan dengan imbuhan “pe-an”. Nominalisasi
tidak membutuhkan
subjek sehingga dapat menghilangkan pelaku dalam sebuah wacana.
3. Penggantian anak kalimat
7
Ibid., h. 171.
Penggantian subjek juga bisa dilakukan dengan penggantian anak kalimat yang
sekaligus berfungsi sebagai aktor.
Inclusion
Berhubungan dengan
pertanyaan begaimana masing-masing pihak atau
kelompok itu
ditampilkan lewat
pemberitaan. Dengan memakai kata, kalimat,
informasi, atau
susunan kalimat tertentu, cara bercerita tertentu,
masing-masing kelompok
direpresentasikan dalam teks.
1. Diferensi-Indeferensi
Hadirnya peristiwa atau kelompok lain selain yang diberitakan, bisa menjadi
penanda yang baik bagaimana suatu kelompok
atau peristiwa
direpresentasikan dalam teks yang merupakan strategi wacana bagaimana
suatu kelompok disudutkan dengan menghadirkan kelompok atau wacana
lain yang dipandang lebih dominan atau bagus.
2. Objektivitas-Abstraksi
Berhubungan dengan
pertanyaan apakah informasi mengenai suatu
peristiwa atau aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret
ataukah yang
ditampilkan adalah
abstraksi.
3. Nominasi-Kategorisasi
Dalam suatu pemberitaan mengenai
aktor atau
mengenai suatu
permasalahan, seringkali terjadi pilihan apakah aktor tersebut ditampilkan apa
adanya, ataukah yang disebut adalah kategori dari aktor sosial tersebut.
4. Nominasi-Identifikasi
Merupakan startegi tentang bagiaman suatu
kelompok, peristiwa,
atau tindakan tertentu didefinisikan. Proses
pendifinisiannya dilakukan
dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas.
5. Determinasi-Indeterminasi
Penulisan anonim tidak jelas oleh wartwan karena belum mendapatkan
bukti yang cukup jelas untuk menulis atau karena ada ketakutan struktural
kalau kategorisasi yang jelas dari seorang aktor sosial disebut dalam teks.
6. Asimilasi-Individualisasi
Berhubungan dengan
pertanyaan, apakah aktor sosial yang diberitakan
ditunjukkan dengan jelas kategorinya atau tidak yang terjadi karena dalam
pemberitaan bukan kategori aktor sosial yang spesifik yang disebut dalm berita
tetapi komunitasi atau kelompok sosial dimana seseorang berada tersebut.
7. Asosiasi-Disasosiasi
Berhubngan dengan pertanyaan, apakah aktor atau suatu pihak ditampilkan
sendiri ataukah ia dihubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar yang
terjadi seringkali tanpa disadari.
Dalam kerangka analisisnya van Leeuwen memberikan serangkaian strategi wacana bagaimana wacana itu dapat digunakan sedemikian rupa sehingga
dapat mempengaruhi makna yang sampai ke tangan pembaca. Secara umum, apa yang dilihatnya dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 6 TINGKATAN
YANG INGIN DILIHAT Ekslusi
Apakah ada aktor seseorang kelompok sosial yang dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan.
Bagaimana strategi
yang dilajukan
untuk menyembunyikan atau menghilangkan aktor sosial
tersebut?
Inklusi
Dari aktor sosial yang disebut dalam berita, bagaimana mereka ditampilkan? Dengan strategi apa pemarjinalan
atau pengucilan dilakukan?
8
b. Sara Mills Titik perhatian Sara Mills pada wacana terutama mengenai feminisme:
bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik dalam novel, gambar, foto, atau apapun dalam berita. Oleh karena itu apa yang dilakukan oleh Sara Mills sering
juga disebut dengan perspektif feminisme dengan titik perhatian yang menunjukkan pada bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita.
9
Tabel berikut akan menjelaskan tentang model analisis wacana Sara Mills:
Tabel 7 Posisi: Subjek-Objek
Dengan menekankan bagaimana posisi dari berbagai aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa ditempatkan dalam teks. Posisi-posisi tersebut pada akhirnya
menentukan bentuk teks yang hadir ditengah khalayak.
Posisi Pembaca
Dalam teks ini menekankan bahwa teks adalah hasil negosiasi antara penulis dengan pembaca. Oleh karena itu, pembaca disini tidaklah dianggap semata
sebagai pihak yang menerima teks, tetapi juga ikut melakukan transaksi sebagaimana akan terlihat dalam teks.
8
Ibid., h. 192-193.
9
Ibid., h. 199.
Secara umum, ada dua hal yang diperhatikan dalam analisis model ini yaitu:
1. Bagaimana aktor sosial dalam berita tersebut diposisikan dalam
pemberitaan. Siapa pihak yang diposisikan sebagai penafsir dalam teks untuk memaknai peristiwa, dan apa akibatnya.
2. Bagaimana poembaca diposisikan dalam teks. Teks berita dimaknai
sebagai hasil negosiasi antara penulis dan pembaca.
10
Kerangka Analisis Sara Mills dijelaskan dalam tabel beikut ini:
Tabel 8 TINGKAT
YANG INGIN DILIHAT Posisi
Subjek-Objek
Bagaimana peristiwa dilihat, dari kacamata siapa peristiwa itu dilihat, siapa yang diposisikan sebagai pencerita
subjek dan siapa menjadi objek yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai
kesempatan untuk
menampilkan dirinya
sendiri, gagasannya
ataukah kehadirannya,
gagasannya ditampilkan oleh kelompok atau orang lain.
Posisi Penulis-Pembaca
Bagaimana posisi pembaca ditampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca memposisikan dirinya didalam teks
yang ditampilkan. Kepada kelompok manakah pembaca mengidentifikasikan dirinya.
11
10
Ibid., h. 210-211.
11
Ibid., h. 211.
3. Analisis Wacana Teun A. van Dijk
Model analisis wacana van Dijk kerap disebut sebagai “kognisi sosial”. Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial,
terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks.
12
a. Teks Untuk memperoleh gambaran struktur teks dalam model van Dijk, berikut
gambaran singkatnya: 1. Tematik, secara harfiah berarti tema. Tema adalah suatu amanat utama
yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya. 2. Skematik, menggambarkan bentuk wacana umum yang disusun dengan
sejumlah kategori seperti pendahuluan, isi, penutup, kesimpulan, dan sebagainya. Struktur ini merupakan satu kesatuan yang mendukung
gagasan utama dalam berita. Pemuatan story body juga merupakan strategi penulis membentuk pemaknaan terhadap peristiwa yang dilakukan
dengan menonjolkan bagian tertentu dan menyembunyikan bagian yang lain.
3. Semantik, adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna lesikal maupun makna gramatikal.
13
Menggambarkan bentuk wacana umum dengan kategori latar, detil, dan maksud.
4. Sintaksis, merupakan struktur teks yang dalam pengemasannya menentukan koherensi dan kata ganti yang digunakan dalam kalimat.
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat dalam teks.
12
Sobur, Analisis Teks Media, h. 73.
13
Ibid., h. 78
5. Stilistik yaitu cara yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan maksud dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.
6. Retoris, adalah gaya yang diungkapkanketika seseorang berbicara ata menulis yang memiliki fungsi persuasif dan berhubungan erat dengan
bagaimana pesan itu disampaikan kepada khalayak. b. Konteks Sosial
Konteks Sosial adalah faktor-faktor yang mempengaruhi cerita atau teks yang berasal dari luar. Menurut van Dijk struktur ini melhat bagaimana teks
dihubungkanlebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam publik atas suatu wacana. Konteks sosial berusaha memasukkan semua
situasi dan hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa. c. Kognisi Sosial
Struktur ini menekankan pada bagaimana peristiwa dipahami, didefinisikan, kemudian ditampilkan dalam suatu model. Proses terbentuknya teks
pada tahap ini memasukkan informasi yang digunakan untuk menulis dari suatu wacana.
B. Konsep Dakwah 1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata dakwah berasal dari bahsa Arab yang berarti pemanggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak. Bila diurai
menurut tata bahasa Arab kata dakwah berasal dari kata ةوعد - اوعدي - اعد yang
artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu.
14
Sedangkan secara terminologi istilah kata dakwah memiliki arti yang beragam. Hal ini disebabkan karena adaanya perbedaan sudut pandang dan
penafsiran yang dilakukan oleh para ahli dan praktisi dakwah. Beberapa diantaranya yang memaparkan pengertian tentang dakwah adalah:
a. Prof. Toha Yahya Omar menyatakan bahwa dakwah Islam adalah sebagai
upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemashlahatan didunia dan akhirat.
15
b. Syaikh Ali Mahfudz didalam kitabnya Hidayatul Mursyiddin dakwah
adalah mendorong meotivasi manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma‟ruf dan
mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
16
c. Syaikh Abdullah Ba‟alawi mengatakan dakwah adalah mengajak,
membimbing, dan memipin orang yang belum mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan ke jalan ketaatan kepada
Allah, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka berbuat jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
17
14
Mahmud Yunus, Kamus Arab- Indonesia Jakarta: PT Hidayah Karya Agung, 1989, h. 128.
15
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah Jakarta: Wijaya, 1992, h. 1.
16
Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006, h. 10.
17
Ibid.
d. Syaikh M. Abduh mengatakan dakwah adalah menyeru kepada kebaikan
dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang diwajibkan kepada setiap muslim.
18
e. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang
menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma‟ruf nahi
munkar.
19
Dari berbagai pengertian tentang dakwah diatas dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu usaha baik dalam bentuk lisan, tulisan, perbuatan, dan
sebagainya yang merupakan proses untuk menyeru, mengajak individu atau kelompok agar mau menuju jalan Islam untuk beramal ma‟ruf nahi munkar dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai keridloan Allah.
2. Unsur-Unsur Dakwah
Untuk mencapai hasil dakwah yang efektif, dibutuhkan unsur-unsur dakwah yang saling mendukung agar proses kegiatan dakwah dapat terlaksana
dengan sempurna. Unsur-unsur dakwah ini antara lain: a.
Subyek Dakwah Pada dasarnya da‟i subyek dakwah adalah orang atau sekelompok orang
yang melaksanakan atau menyiarkan dakwah.
20
Seorang da‟i harus memiliki landasan keilmuan yang cukup serta teladan yang baik dalam berdakwah agar
dalam proses menyampaikan dakwah mampu menghadapi tantangan dan cobaan di la
pangan ketika berhadapan dengan obyek dakwah mad‟u.
18
Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam Solo: Citra Islami Press, 1996, h. 13-14.
19
Nur Amien Fattah, Metode Dakwah Wali Songo Pekalongan: PT. T. B. Bahagia, h. 16-17.
20
Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, op. cit., h. 20.
b. Obyek Dakwah
Obyek dakwah mad‟u adalah orang yang menerima pesan dakwah dari subyek dakwah. Dalam kegiatan dakwah unsur ini harus diperhatikan karena
merupakan sasaran dakwah. Sifat, karakteristik, se rta jenis dan model mad‟u
harus dipahami oleh seorang da‟i agar tujuan dari dakwah dapat diterima dengan mudah.
c. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah inti dari pesan dakwah yang disampaikan dari seorang da‟i terhadap mad‟u, materi dakwah merupakan ajaran-ajaran Islam
yang termaktub didalam Al- Qur‟an dan Hadits yang meliputi perkara
mengenai aqidah, syariah, dan akhlak. Materi yang diperlukan untuk suatu kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang
berbeda. Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu untuk pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah
pendengar itu heterogen artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah sejenisnya.
21
d. Metode Dakwah
Metode dakwah artinya cara-cara yang diperg unakan oleh seorang da‟i
untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sumber metode dakwah yang terdapat didalam Al- Qur‟an menunjukkan
ragam yang banyak, seperti “hikmah, nasihat yang benar, dan mujadalah atau
21
M. Syafa‟at Habib, Buku Pedoman Da‟wah Jakarta: Widjaya, 1982, h. 99.
berdiskusi atau berbantah dengan cara yang paling baik” Q.S. an-Nahl: 125, dengan kekuatan anggota tubuh tangan, dengan mulut lidah dan bila tidak
mampu, maka dengan hati Hadits Riwayat Muslim. Dari sumber metode itu tumbuh metode-metode yang merupakan operasionalisasinya yaitu dakwah
dengan lisan, tulisan, seni dan bil-hal.
22
Dalam kegiatan dakwah metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi mad‟u obyek dakwah baik dari segi ekonomi, pendidikan, latar belakang
sosial, dan adat agar tercapai keberhasilan dalam berdakwah. e.
Media Dakwah Media merupakan saluran dalam proses komunikasi atau penyampaian
pesan, dalam proses dakwah media saluran merupakan salah satu unsur yang paling penting yang menentukan efektifitas dari proses dakwah. Pemilihan
terhadap media saluran tertentu tergantung kepada metode dan sasaran dakwah. Media Dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar, novel dan sebagainya.
23
f. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah.
24
Secara umum tujuan dakwah adalah mengajak sekalian manusia menuju jalan Islam yang di ridhai oleh Allah agar
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun menurut Prof. Dr. H. Moh. Ardani, tujuan umum dakwah mesti diperinci lagi agar dapat diketahui
22
DR. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Jakarta: Logos, 1997, h. 34
23
Ibid., h. 35.
24
Ibid., h. 37
tujuan dakwahnya secara lebih terarah dan fokus. Diantara tujuan khusus dalam berdakwah menurut beliau adalah:
1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah. 2.
Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah memeluk agama Allah.
3. Mendidik dan mengajar anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.
Dari paparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh dakwah adalah menuntun umat manusia agar melaksanakan apa
yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya agar memperoleh keadaan hidup yang sejahtera.
C. Pesan Dakwah
Menurut Toto Tasmara pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al_Qur‟an dan sunnah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-
pesan risalah tersebut.
25
Sedangkan menurut Quraisy Shihab pesan dakwah merupakan Al-Islam yang bersumber pada Al-
Qur‟an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak. Jadi pesan dakwah dapat
dikatakan segala pernyataan yang berupa seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan untuk mengajak manusia baik melalui media lisan maupun
tulisan agar mengikuti ajaran Islam dan mampu mensosialisasikannya dalam
25
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, h. 43.
kehidupan dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun akhirat. Penjelasan dari pesan-pesan dakwah tersebut adalah:
1. Aqidah
Secara etimologi aqidah berasal dari kata al-aqdu yang berarti ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan, pengencangan dengan kuat dan
juga berarti yakin. Sedangkan secara terminologi, terdapat dua pengertian aqidah baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum aqidah
berarti hukum yang benar seperti keimanan dan ketauhidan kepada Allah, percaya kepada malaikat, rasul, kitab, qadha dan qadhar serta hari kiamat.
2. Syariah
Secara etimologi syariah artinya jalan. Sedangkan secara terminologi syariah artinya suatu sistem norma Ilahi yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alam lainnya.
26
Dalam pembahasan syariah meliputi perkara ibadah dan muamalah.
3. Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai tingkah laku
atau tabiat. Secara terminologi Prof. Dr. Farid Ma‟ruf mendefinisikan akhlak yaitu kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan
26
Endang Saefudin Anshari, Kuliah Al-Islam Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992, h. 85.
mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan fikiran terlebih dahulu.
27
D. Novel