C. Sinopsis Novel Kopiah Gus Dur
Mengisahkan tentang seorang preman jalanan yang ganteng tapi pendek bernama Sitor Lubis atau biasa dipanggil “Jarib” alias jari ajaib dan perjalanannya
bersama kopiah Gus Dur. Sebuah kopiah anyaman yang didapatnya langsung dari tangan sang mantan Presiden tersebut ketika ia memalak mobil yang sedang
parkir didaerah “palakannya” yang ternyata didalamnya ada Gus Dur. Jarib memang telah lama mengidolakan Gus Dur, Gus Dur baginya adalah
tokoh yang tiada duanya, meskipun preman, Jarib suka membaca dan mengikuti perkembangan berita melalui koran yang juga merupakan hasil palakannya. Jarib
selalu terobsesi dengan pemikiran pluralisme ala Gus Dur, ia juga senang dengan humor-humor ala Gus Dur yang selalu mengandung nilai intelektual dan ironi.
Setelah menerima kopiah anyaman dari Gus Dur, kehidupan Jarib mendadak berubah, ia menjadi orang yang alim, bicaranya penuh dengan hikmah
dan nasehat kebaikan, sholat yang telah lama ia tinggalkanpun kembali ia jalani bahkan dengan berjamaah di mesjid. Singkat kata Jarib tiba-tiba insyaf,
perilakunya berubah hampir 180 derajat. Hal ini menjadikan lingkungan preman disekitarnya menjadi bingung dan bahkan ada yang menghina perubahannya.
Jarib juga merasa seolah-olah memiliki kekuatan sakti, ia tiba-tiba dapat dengan mudah menaklukkan preman-preman besar yang menantangnya, sehingga
atas keadaan itu ia pun mendadak menjadi ketua preman. Namun bukan sembarangan ketua preman, ketua preman ini bahkan dipanggil ustadz oleh para
anak buahnya. Jarib mengendalikan lingkungannya dengan falsafah keihklasan dan anti membuat orang bersedih atau menangis. Menurutnya, meskipun preman
tapi harus baik hati.
Nama Jarib pun dengan sekejap menjadi harum dan terkenal, ia menebarkan cahaya kebajikan kepada setiap hal yang bersentuhan dengannya,
banyak orang menyukai gayanya memimpin dan membagi hasil kepada sesama preman. Namun selain ada yang kagum, ada juga yang iri terhadap kekuasaannya.
Bento, sang preman besar yang terkenal seram dan sadis yang menguasai daerah disebelah wilayah Jarib merasa terusik dan tidak terima atas pertumbuhan geng
Jarib yang terus meningkat. Atas tuduhan mempengaruhi anak buahnya untuk pindah ke geng Jarib,
Bento menantang Jarib dalam sebuah perkelahian ala preman. Perkelahian antar geng. Namun Jarib dengan bijak malah balik menantang Bento untuk duel satu
lawan satu. Dengan kesaktiannya bukanlah perkara yang sulit untuk menjatuhkan Bento, namun Polisi lebih dulu datang dan melerai perkelahian tersebut.
Jarib pun ditahan Polisi atas alasan membuat onar, namun lagi-lagi karena “kesaktiannya” dan intelektualitasnya Jarib mampu meyakinkan Polisi bahwa
semuanya terkendali dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jarib pun bebas dan langsung menuju markas Bento untuk menyelesaikan masalah yang tertunda.
Alih-alih berkelahi, Jarib malah membuat kesepakatan dengan Bento melalui penawaran yang sulit untuk ditolak. Jarib berjanji akan membagi hasil
pendapatannya untuk anak buah Bento. Bento seperti tersihir, tidak menyangka ia akan didatangi Jarib dan menawarkan solusi masalah dengan dialog.
Begitu besarnya pengaruh kopiah yang diberikan oleh Gus Dur kepada Jarib, ia menjadi bersinar bukan saja nama dan daerah kekuasaannya namun
pesona Jarib yang selama ini terpendam di mata kaum hawa pun mulai terbuka. Jarib ditaksir oleh cewek yang ia taksir selama ini. Namun perjalanan cinta Jarib
tak semudah membalikkan telapak tangan, kisah cintanya dipenuhi dengan pertarungan dan pengorbanan ala jalanan. Jarib mencintai seorang wanita penjaja
seks, ia harus berhadapan dengan lelaki hidung belang bernama Heru yang telah lebih dulu memiliki Si Manis, sang putri cinta Jarib dengan membelinya kepada
germo Si Manis. Pertengkaran pun terjadi, Heru menuntut uang ganti sebanyak sepuluh juta. Tak berpikir panjang lagi, Jarib menyanggupi untuk membayarnya.
Si Manis merasa hina atas keadaan itu, ia pun pergi dan meninggalkan kedua lelaki yang memperebutkannya itu. Jarib kembali kesepian namun tidak
pernah menyesali perbuatannya, baginya cinta itu harus merdeka, jika ada orang yang ingin mencintainya, maka ia ingin dicintai dalam kebebasan.
Tidak lama Si Manis pergi ia kembali lagi menemui Jarib, namun kali ini dalam keadaan yang berbeda, Si Manis telah bertaubat, ia tidak lagi menjadi
penjaja seks, terinspirasi dari kehidupan Jarib, Si Manis pun akhirnya memilih untuk insyaf membersihkan diri. Mulai memakai pakaian muslimah, aktif
dipengajian dan melaksanakan sholat. Jarib memberanikan diri melamar Si Manis, dan lamarannya diterima,
mereka pun menikah dengan sebuah pesta pernikahan yang meriah. Seminggu setelah pesta pernikahannya, ketika hujan rintik di bulan desember, Jarib merasa
ada yang tidak enak dengan perasaannya, ia meletakkan kopiah kesayangannya di dalam laci. Untuk menghilangkan perasaan tidak enaknya Jarib pun berjalan-jalan
keluar rumah menuju jalan raya hingga matahari terbenam. Namun sesampainya dirumah perasaan gundah itu belum juga hilang, ia membuka laci ingin
mengambil kopiahnya, namun malang kopiah itu sudah tidak ada di dalam laci, ia menuduh istrinya mengambil kopiah tersebut, istrinya pun tersinggung dan pergi
meninggalkan Jarib. Dalam sendirinya, tiba-tiba ada sesuatu didalam hatinya yang menyuruhnya untuk menyalakan televisi. Jarib tiba-tiba tersentak lalu berteriak
seolah tidak percaya atas apa yang terjadi, Gus Dur telah wafat, begitu beritanya. Tokoh yang selama ini ia idolakan telah berpulang ke Rahmatullah. Pria yang
selama ini selalu menjadi bagian dari semangat hidup dan perjuangannya telah tiada. Jarib terduduk lemas, mulai memahami mengapa tiba-tiba kopiah tersebut
hilang bersamaan dengan wafat tuannya. Jarib menjadi gamang dan ragu terhadap masa depannya dan bertanya-
tanya apakah kesaktiannya juga akan ikut hilang bersamaan dengan hilangnya kopiah tersebut? Apakah hidupnya akan kembali hitam bila ia tidak memakai
kopiah tersebut? Jarib akhirnya sadar bahwa kopiah tersebut hanya menggali sisi baik yang ada dalam dirinya saja, ia pun pasrah kepada Allah dan mulai mengerti
bahwa keyakinan dalam hatinya lah yang akan membuatnya tegar menghadapi kehidupan ini. Di ujung batinnya, sambil tersenyum Jarib mengucapkan “Selamat
Jalan Gus.”
BAB IV TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Wacana Pesan Dakwah yang Ditampilkan Oleh Damien Dematra di .