Perumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Kromatografi lapis tipis

Berdasarkan hal di atas maka peneliti tertarik untuk mengisolasi senyawa triterpenoidsteroid yang terdapat pada daun tumbuhan karamunting Rhodomyrtus tomentosa Wight. dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80 . Lalu ekstrak etanol difraksinasi dengan n-heksan. Selanjutnya dianalisis dengan kromatografi lapis tipis KLT. Dilanjutkan dengan kromatografi kolom dan senyawa hasil isolasi di karakterisasi secara spektrofotometri ultraviolet UV dan spektrofotometri inframerah IR.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah senyawa triterpenoidsteroid dapat di ekstraksi secara maserasi dengan pelarut etanol 80 lalu difraksinasi dengan n-heksan 2. Apakah senyawa triterpenoidsteroid dapat di isolasi dengan cara KLT dan kromatografi kolom dengan menggunakan pelarut landaian. 3. Apakah senyawa triterpenoidsteroid hasil isolasi dapat di karakterisasi secara spektrofotometri UV dan spektrofotometri IR.

1.3 Hipotesis

1. Senyawa triterpenoidsteroid yang terdapat pada daun tumbuhan karamunting Rhodomyrtus tomentosa Wight. dapat di ekstraksi secara maserasi dengan etanol 80 lalu difraksinasi dengan n-heksan 2. Senyawa triterpenoidsteroid dapat di isolasi dengan KLT, dan kromatografi kolom dengan menggunakan pelarut landaian. 3. Senyawa triterpenoidsteroid hasil isolasi dapat di karakterisasi secara spektrofotometri UV dan IR. Universitas Sumatera Utara

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengekstraksi senyawa triterpenoidsteroid yang terdapat dalam daun tumbuhan karamunting Rhodomyrtus tomentosa Wight. 2. Untuk mengisolasi senyawa triterpensteroid yang terdapat dalam daun tumbuhan karamunting Rhodomyrtus tomentosa Wight. 3. Untuk karakterisasi senyawa hasil isolasi secara spektrofotometri UV dan IR

1.5 Manfaat Penelitian

Merupakan bahan informasi berupa data-data kimia senyawa triterpenoidsteroid hasil isolasi daun tumbuhan karamunting Rhodomyrtus tomentosa Wight. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Tumbuhan Tumbuhan karamunting Rhodomyrtus tomentosa Wight. adalah tumbuhan liar pada tempat yang mendapat sinar matahari cukup, seperti di lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang. Ciri-ciri tumbuhan ini termasuk dalam kelompok perdu, daun tunggal, permukaan daun berambut bila diraba terasa kasar, pangkal daun membulat, tepi daun rata, ujung daun meruncing. Bunga termasuk bunga majemuk berwarna ungu kemerah-merahan, buahnya dapat dimakan, mempunyai biji berukuran kecil. Anonim 1, 2007 Sistematika tumbuhan Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Rhodomyrtus Jenis : Rhodomyrtus tomentosa Wight. Anonim 2, 2007 Universitas Sumatera Utara 2.2.Uraian kimia 2.2.1. Triterpenoid Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena, senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif Harborne,1987. Menurut Harborne 1987 senyawa triterpenoid dapat dibagi menjadi empat golongan,yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid, dan glikosida jantung.

2.2.2 Triterpen sebenarnya

Berdasarkan jumlah cincin yang terdapat dalam struktur molekulnya triterpen sebenarnya dapat dibagi atas: 1. Triterpen asiklik yaitu triterpen yang tidak mempunyai cincin tertutup, misalnya skualena. 2. Triterpen trisiklik adalah triterpen yang mempunyai tiga cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya: ambrein. 3. Triterpen tetrasiklik adalah triterpen yang mempunyai empat cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya:lanosterol. 4. Triterpen pentasiklik adalah triterpen yang mempunyai lima cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya α-amirin.

2.2.3 Steroid

Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin Universitas Sumatera Utara siklopentana. Dahulu sering digunakan sebagai hormon kelamin, asam empedu, dll. Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa steroid yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan .Tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi yaitu: sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol.Harborne, 1987; Robinson, 1995 Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas: 1. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan misalnya kolesterol. 2. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan misalnya sitosterol dan stigmasterol 3. Mycosterol, yaitu steroid yang berasal dari fungi misalnya ergosterol 4. Marinesterol, yaitu steroid yang berasal dari organisme laut misalnya spongesterol. Berdasarkan jumlah atom karbonnya, steroid terbagi atas: 1. Steroid dengan jumlah atom karbon 27, misalnya zimasterol 2. Steroid dengan jumlah atom karbon 28, misalnya ergosterol 3. Steroida dengan jumlah atom karbon 29, misalnya stigmasterol 2.3.Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Cara ekstraksi yang tepat tergantung pada bahan tumbuhan yang diekstraksi dan jenis senyawa yang diisolasi Ditjen POM, 2000; Gritter, 1991. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-bahan Universitas Sumatera Utara dikeringkan lebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu Harborne, 1987 Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut Ditjen POM, 2000 yaitu: A.Cara Dingin 1. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan pelarut yang banyak dan penyarian kurang sempurna. 2.Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnyapenampungan ekstrak secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat. Untuk menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat secara kualitatif pada perkolat akhir. B.Cara Panas 1.Refluks Refluks adalah ekstraksi pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Universitas Sumatera Utara 2.Digesti Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan umumnya 25-30 C. 3.Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru, dengan menggunakan alat soxhlet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4.Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90 C selama 15 menit. 5.Dekok Dekok adalah ekstraksi dengan pelarutb air pada temperatur 90 o C selama 30 menit. Penguapan ekstrak larutan dilakukan dengan penguap berpusing dengan pengurangan tekanan, yaitu rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak yang kental.Harborne, 1987 2.4.Kromatografi Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan proses migrasi dari komponen-komponen senyawa di antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak membawa zat terlarut melalui media fase diam sehingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang terelusi lebih awal atau paling akhir karena perbedaan afinitas antara masing-masing zat terlarut dengan fase diam Hostettman, 1995 Universitas Sumatera Utara

2.4.1. PEMAKAIAN KROMATOGRAFI

Kita melakukan kromatografi pada hakikatnya untuk menjawab tiga pertanyaan; senyawa apa yang ada? Berapa banyaknya? Bagaimana kita memperoleh komponen yang murni? Pemakaian Kualitatif Senyawa apa yang ada? Pemakaian kromatografi secara kualitatif mengungkapkan ada atau tidak adanya senyawa tertentu dalam cuplikan. Agar dapat terdeteksi dalam campuran, banyaknya senyawa itu harus memadai supaya dapat diukur. Kromatografi kualitatif memberi informasi mengenai kerumitan suatu campuran. Campuran di kromatografi pada berbagai kondisi dan bahkan dengan beberapa cara atau cara gabungan. Kromatografi kualitatif sering dipakai untuk menetapkan pola sidik jari campuran yang rumit, yang komponennya mungkin diketahui atau harga diketahui sebagian.ini dapat dilakukan pada campuran seperti ekstrak jaringan, urin, darah, bahan kimia kasar, atau obat. Cuplikan yang diperiksa dikromatografi dan hasilnya dibandingkan dengan pola normal. Dua keuntungan utama kromatografi sebagai metode kualitatif yaitu cuplikan senyawa yang dibutuhkan untuk analisis sangat sedikit dan biasanya waktu analisis pendek. Pemakaian Kuantitatif Berapa banyak yang ada? Kromatogarafi kuantitatif menunjukkan banyaknya masing-masing komponen campuran, nisbi terhadap komponen lain atau sebagai kuantitatif mutlak jika memakai standar pembanding baku dan kalibrasi yang sesuai. Universitas Sumatera Utara Metode kuantitatif dipakai untuk penetapan kadar cuplikan secara rutin, umumnya sebagai bagian dari pengendalian mutu di industri dan terutama dalam pemantauan masalah lingkungan air dan udara. Pemakaian preparatif Bagaimana kita memperolehnya? Kromatografi preparatif dipakai untuk memperoleh komponen campuran dalam jumlah yang memadai mg sampai g dalam keadaan murni sehingga komponen itu dapat dicirikan lebih lengkap atau dipakai pada reaksi berikutnya.Gritter, 1991

2.5. Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis adalah kromatografi serapan, dimana sebagai fasa tetap diam berupa zat padat yang disebut adsorben penyerap dan fasa gerak adalah zat cair yang disebut larutan pengembang Gritter, 1991 Penyerap untuk KLT ialah silika gel, alumina, kiselgur, dan selulosa. Penyerap biasanya mengandung pengikat atau mengandung zat tambahan lain. Silika gel Silika gel merupakan penyerap yang paling banyak dipakai dalam KLT. Senyawa netral yang mempunyai gugusan sampai tiga pasti dapat dipisahkan pada lapisan yang diaktifkan dengan memakai pelarut organik atau campuran pelarut yang normal. Karena sebagian besar silika gel bersifar sedikit asam, maka asam sering agak mudah dipisahkan, jadi meminimumkan reaksi asam-basa antara penyerap dengan senyawa yang dipisahkan. Alumina Berbeda dengan silika gel, alumina bersifat sedikit basa dan sering dipakai untuk pemisahan basa.KLT pada alumina sering dipakai sebagai cara kualitatif cepat. Universitas Sumatera Utara Kiselgur dan selulosa Kiselgur dan selulosa merupakan bahan penyangga lapisan zat cair yang dipakai dalam sistem KCC, dan lapisan tipis selulosa berkaitan erat dengan kromatografi kertas klasik. Kromatografi jenis ini selalu dipakai untuk pemisahan senyawa polar seperti asam amino, karbohidrat, nukleotida, dan berbagai senyawa hidrofil alam lainnya. Air Ada atau tidak adanya air di dalam penyerap kromatografi atau penyangga sangat penting. Lapisan silika gel atau alumina yang akan dipakai untuk kerja penyerapan harus sesedikit mungkin mengandung air, karena jika tidak, maka air akan menempati semua titik penyerapan sehingga tidak akan ada linarut yang melekat. Lapisan yang mengandung air yang sedikit itu akan diaktifkan dan dibuat pemanasan pada 100 C, mungkin terjadi dehidrasi yang tak bolak-balik pada penyerap dan menyebabkan pemisahan kurang efektif. Kemudian lapisan harus disimpan di dalam desikator atau kotak kering. Lapisan niaga siap pakai keaktifannya beragam, tetapi biasanya dapat dipakai langsung begitu saja, atau dapat diaktifkan lagi dengan pemanasan. Memilih pelarut pengembang Umumnya fase gerak yang sering digunakan dalam kromatografi lapis tipis adalah berupa campuran dari pelarut organik dengan tujuan untuk memperoleh pemisahan yang lebih baik. Kombinasi pelarut berdasarkan atas kepolaritasannya, sehingga akan diperoleh sistem pengembang yang cocok.Dalam beberapa percobaan pelarut tunggal memberikan hasil yang memuaskan,akan tetapi pada sebagian percobaan pelarut tunggal dapat menggerakkan bercak terlalu jauh sehingga kombinasi pelarut yang mempunyai polaritas berbeda sering dikombinasikan dalam kromatografi lapis tipis Gritter, 1991 Universitas Sumatera Utara Pelarut-pelarut yang biasanya digunakan atau sering dikombinasikan dalam kromatografi lapis tipis adalah n-heksana, eter minyak tanah, karbon tetraklorida, eter, kloroform, etil asetat, asam asetat glasial, aseton, etanol, metanol dan air. Urutan ini berdasarkan bertambahnya sifat kepolaran dari pelarut tersebut. Menotolkan cuplikan Campuran yang akan dikromatografi harus dilarutkan di dalam pelarut yang agak non polar untuk ditotolkan pada lapisan. Pada umumnya, dipakai larutan 0,1-1. Hampir segala macam pelarut dapat dipakai, tetapi yang terbaik yang bertitik didih 50 dan 100 C. Pelarut yang demikian mudah ditangani dan mudah menguap dari lapisan. Air hanya dipakai jika tidak ada pilihan lain. Ada dua kekurangan utama KLT pada kaca objek. Pertama, lapisan nisbi tipis dibandingkan dengan lapisan buatan sendiri yang ukurannya lebih besar. Kedua, jarak untuk pengembangan kromatografi jauh lebih pendek. Jadi, kita harus menotolkan cuplikan dengan luas totolan sekecil mungkin. Penotolan dapat dilakukan dengan memakai kapiler halus yang dibuat dari pipa kaca demikian rupa sehingga besarnya tidak jauh berbeda dengan peniti. Cuplikan berupa larutan, harus ditotolkan sekitar 8-10mm dari salah satu ujung kaca objek yang terlapisi sempurna. Beberapa kali penotolan dapat dilakukan pada tempat yang sama asal saja lapisan kering dulu sebelum penotolan berikutnya Gritter, 1991 Universitas Sumatera Utara

2.6 Harga Rf Retardation factor