1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi tentang
pandaftaran perubahan data fisik dan yuridis tanah, sehingga diharapkan dapat bermanfaat disamping untuk pengembangan ilmu hukum juga bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian yang ruang lingkupnya lebih luas.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada : Masyarakat agar mengetahui akan betapa pentingnya atas pendaftaran perubahan data fisik dan yuridis tanah, sehingga dapat
memotivasi para pemilik tanah untuk melakukan pendaftaran perubahan data fisik dan yuridis tanah, serta kepada pemerintah, agar dapat menjadi bahan
masukan dalam menyusunmerumuskan peraturan dan sekaligus kebijakan yang menyangkut pendaftaran perubahan data fisik dan yuridis tanah.
E. Keaslian Penelitian
Sepanjang yang diketahui melalui penelusuran di perpustakaan, khususnya di
lingkungan Universitas Sumatera Utara, dari hasil-hasil penelitian yang sudah ada
dan yang sedang dilaksanakan tentang ” Analisis Yuridis Mengenai Faktor Penyebab Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik dan Yuridis Tanah Oleh
Masyarakat Di Kecamatan Medan Timur Pada Kantor Pertanahan Kota Medan ” belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Dengan demikian dapat dianggap bahwa penelitian ini adalah asli karena baru pertama kali dilakukan dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
F. Kerangka Teori Dan konsepsi
G.
Kerangka Teori
Pendaftaran tanah berasal dari kata cadastre bahasa Belanda kadaster yaitu suatu istilah teknis untuk suatu rekaman, yang menunjukkan kepada luas, nilai, dan
kepemilikan atau lain-lain alas hak terhadap suatu bidang tanah. Pengertian lebih tegas, cadastre berarti alat yang tepat untuk memberikan uraian dan identifikasi dari
lahan dan juga sebagai continues recording dari hak atas tanah.
12
Berbicara mengenai tanah sepintas lalu muncul bayangan dibenak kita adalah lapisan bumi yang paling atas, namun kata “tanah” itu ternyata mengandung kaitan
yang sangat kompleks dan beraneka ragam, sehingga kita dituntut untuk tidak memepergunakan naluri saja dan atau menerapkan suatu sistem hukum saja.
Ada beberapa pendapat dari beberapa kalangan akademisi yang berbeda dalam mendefinisikan tentang tanah, antara lain yaitu :
a. Tanah adalah merupakan permukaan bumi, yang dalam penggunaannya meliputi
juga sebagian tubuh bumi yang ada dibawahnya dan sebagian ruang angkasa yang ada diatasnya dengan pembatasan pasal 4 UUPA yaitu sekedar dperlukan untuk
kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah yang bersangkutan, dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan lainnya yang lebih
tingggi.
13
12
A. P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia Berdasarkan PP. 24 Tahun 1997 dilengkapi dengan Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah PP. 37 Tahun 1998, Bandung: Mandar
Maju, 1999, hal. 18.
13
Lihat H.Rustam Effendi Rasyid, Pendaftaran Tanah dan PPAT, hal 1.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
b. Tanah adalah hanya merupakan salah satu bagian dari bumi, disamping ditanam
di bumi ataupun ditubuh bumi.
14
c. Tanah itu adalah tidak bergerak, sehingga secara fisik tidak dapat dapat
diserahkandipindahdibawa dan kedua tanah itu adalah bersifat abadi, seterusnya dikatakan : “in its original in english Law, land is not regarded as comprising
merely the surface; it is deem to include everything which is fixed to it, and also the air which lies above it right up into the sky, and whatever lies below it right
downt into the centre of the earth, it includes land covered with water and so even the sea-bed is land. Land is as unchangeable in extent as the earth it self; if
cannnot be increased or destroyed as can all other forms of wealth. Dari uraian tersebut diatas jelaslah bahwa pengertian “land” menurut hukum Inggris adalah
pengertian yang kita kenal dengan pengertian agraria, karena mencakup bumi, air dan ruang angkasa tersebut, dan bahwa tanah menurut hukum Indonesia UUPA
hanya bagian terkecil dari bumi tersebut.
15
d. Tanah dalam bahasa kita dapat dipakai dalam berbagai arti, maka perlu diberikan
batasan agar diketahui dalam arti apa istilah tersebut digunakan. Bila ditinjau apa bunyi dari Pasal 4 UUPA, maka jelaslah bahwa tanah dalam penegertian yuridis
14
Lihat Prof.DR.AP.Parlindungan, SH, Pendaftaran Tanah Di Indonesia Berdasarkan P.P.24 Tahun 1997, Dilengkapi Dengan Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah P.P.37 Tahun
1998, hal 20
15
Lihat, S.Rowton Simpson, Land Law and Registration, 1976, hal 5 dalam Prof. DR. AP. Parlindungan, SH, Pendaftaran Tanah Di Indonesia Berdasarkan PP 24 Tahun 1997 Dilengkapi
Dengan Peraturan Lihat, S.Rowton Simpson, Land Law and Registration, 1976, hal5 dalam Prof.DR.AP.Parlindungan, SH, Pendaftaran Tanah Di Indonesia Berdasarkan PP 24 Tahun 1997
Dilengkapi Dengan Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah PP 37 Tahun 1998 , Cetakan Pertama : 1999, Penerbit CV.Mandar Maju, hal 21.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
adalah permukaan bumi ayat 1. Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali; keadaan bumi
disuatu tempat; dan permukaan bumi yang diberi batas serta bahan-bahan dari bumi sebagian bahan sesuatu pasir, cadas, napal dan sebagainya.
16
Selanjutnya beberapa sarjana hukum juga berpendapat bahwa dalam Hukum Tanah Nasional sebutan tanah dipakai dalam arti yuridis sebagai suatu pengertian
yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA yakni dalam pasal 4, yang menyatakan, bahwa atas dasar hak menguasai Negara ditentukan adanya macam-macam hak atas
tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang dst... Oleh karena itu, dalam mengkaji masalah tanah kita mesti mengacu kepada
Hukum tanah yang berlaku, dan dalam hukum tanah dikenal adanya suatu hubungan yang abadi antara tanah dengan warga negara indonesia, dan ini menjadi hubungan
yang sangat sakral sehingga menjadi lahirlah hubungan magis religius antara tanah dengan pemiliknya dalam masyarakat. Oleh karena itu untuk menjual tanahpun
mengalihkannya masih terhalang untuk dapat dilakukan dengan serta merta, baik antar satu keturunan apalagi antar satu desa sebelum hak beli terdahulu dapat
dipenuhi.
17
Dengan demikian jelas bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi. Sedangkan hak atas tanah adalah atas sebagian tertentu permukaan
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia 1994 dalam Prof.Boedi Harsono, dalam bukunya yang berjudul Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang Pokok Agraria, Isi Dan
Pelaksanaannya, Jilid 1 Hukum Tanah Nasional, Edisi Revisi 2005, Penerbit Djambatan, pada hal 19
17
Lihat DR. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, Beberapa Dimensi Filosofis Hukum Agraria, Penerbit Pustaka Bangsa Press, hal 17
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
bumi yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar, karenanya hak- hak atas tanah bukan saja memberi wewenang untuk mempergunakan sebagian
tertentu permukaan bumi yang disebut tanah, tetapi juga tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang angkasa yang ada diatasnya. Oleh karena itu Hak
Atas Tanah adalah merupakan kewenangan yang bersifat umum kepada pemegang haknya untuk memeprgunakan tanah yang dihakinya dengan pembatasan.
18
Sebagai referensi demi memperkaya penulisan tesis ini, penulis juga mengutip beberapa istilah dari kamus Hukum Indonesia yang erat dan berkaitan dengan tanah
antara lain adalah sebagai berikut : 1.
Tanah umum general land banking kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh badan pemerintah untuk menyelenggarakan penyediaan, pematangan, dan
penyaluran tanah untuk semua jenis penggunaan tanah publik atau privat tanpa ditentukan terlebih dahulu penggunaannya, dengan tujuan untuk mengawasi pola
perkembangan daerah perkotaan dan atau mengatur harga tanah dan atau memperoleh capitall gains dari nilai lebih sebagai akibat investasi publik dan
atau mengatur penggunaan tanah, termasuk mengenai waktu, lokasi, jenis, dan skala pengembangannya.
19
18
Lihat H.Rustam Effendi Rasyid, Pendaftaran Tanah dan PPAT, hal 1
19
Prof. Dr. Maria S.W. Sumardjono, SH, MCl, MPa, kebijakan pertanahan antara regulasi dan implementasi edisi revisi, kompas, jakarta, 2005 dalam
http:www.kamus hukum.composcari.php?hal_top=11keyword=tanah
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
2. Tanah negara tanah-tanah yang dimiliki dan dikuasai penuh oleh negara yang
meliputi semua tanah yang sama sekali bebas dari hak-hak seseorang baik yang berdasarkan hukum adat ataupun hukum barat.
20
3. Pejabat pembuat akta tanah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat
akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa membebankan hak tanggungan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku UU No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
21
4. Kantor pertanahan unit kerja badan pertanahan nasional di wilayah kabupaten,
kotamadya, atau wilayah administratif lain yang setingkat, yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah.
5. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan pajak yang dikenakan atas perolehan
hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak Undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2000 Jo Undang-undang nomor 21 tahun 1997
tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Tahun
Produk Hukum Karakteristik hukum, dan Dampaknya
di Tengah Masyarakat Sampai
awal abad 16
Masakerajaan feodalisme Jawa
Dalam konsep kerajaan Jawa, tanah dan warga adalah milik raja. Tanah dibagikan raja
kepada pegawai istana dan penduduk, dimana sebagian hasilnya merupakan sumber
pendapatan untuk
kerajaan. Pembagian luas tanah berdasarkan kebutuhan penduduk, yaitu
masing-masing luasan satu cacah untuk kebutuhan satu rumah
tangga. Pola ini bersifat kontraproduktif, dimana
20
Ibid
21
Ibid
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
masyarakat kurang terdorong untuk berproduksi
setingi-tingginya.
1619 Kedatangan VOC Tujuan awal kedatangan VOC adalah untuk
berdagang dengan penduduk, dan tidak memiliki kaitan dengan persoalan agraria.
Namun kemudian, beberapa tanah yang dikuasai
VOC dari penduduk pribumi utamanya di Batavia diberikan kepada Cina
dan bangsa Eropah.
1808 Deandels sebagai
Gubernur Jenderal Sikap politik agraria pemerintahan Belanda
mulai berubah semenjak Deandels berkuasa. Ia memprakarsai perubahan-perubahan
administrasi pertanahan untuk tercapainya kekuasaaan politik yang sistematis. Bahkan,
beberapa wilayah di Batavia, Semarang, dan Surabaya dijual kepada swasta untuk
memecahkan kesulitan keuangan pemerintah.
1811 sd 1816
Raffles menjadi Gubernur Jenderal
-Karena kesulitan keuangan, ia menjual beberapa tanah kepada swasta, dan
memperkenalkan sistem sewa tanah di Jawa. Tujuannya, dengan liberalisasi ekonomi, maka
produksi pertanian akan meningkat untuk masuk kepasar Eropah. Peran bupati dikurangi,
diganti dengan gaji, dan beberabidang tanah sebagai ganti rugi. Sistem sewa ini gagal,
dimana perolehan sewa tak sesuai target, karena korupsi dan kelemahan administrasi.
-Raffles membentuk Komisi Mackenzie untuk meneliti struktur agraria untuk
memaksimumkan penggunaan tanah. -Tahun 1813 terjadi pelelangan tanah di
Batavia, Karawang, Bandung, Semarang, dan Surabaya kepada para delapan orang
pengusaha Belanda untuk meningkatkan produktivitas tanah. Tanah yang dilelang
termasuk tanah-tanah yang sudah ditempati penduduk sebelumnya.
-Pada bulan Juni 1813, ditetapkan sistem sewa tanah, antara pemerintah dengan kepala desa.
Penggarap membayar melalui kepala desa.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
1827
1830 Gubernur Jenderal
Van der Cappellen
Gubernur Jenderal Van Den Bosch
1830-1833 Namun, semenjak Februari 1814 pemerintah
dapat berhubungan langsung dengan setiap individu penggarap.
Penduduk Jawa bebas menggunakan tanah mereka untuk ditanam komoditas apapaun,
namun harus membayar sewa tanah, sebagai sumber keuangan pemerintah. Hal ini banyak
ditentang penduduk berupa berbagai pemberontakan, sehingga kondisi keuangan
pemerintah menurun. -Pada tahun 1831 ia mengembalikan kekuasaan
bupati-bupati yang sudah dihapus Raffles. -Pada periode 1834-1885 ditetapkan kebijakan
tanam paksa Culturstelsel
agar Jawa menghasilkan kopi, gula, dan nila dengan biaya
murah sehingga laku di pasaran Eropah. Ditentukan bahwa, 15 tanah desa, lalu naik
jadi 13, harus ditanam ketiga komoditas tersebut. Sewa tanah tak perlu dibayar, namun
petani harus menjual hasilnyanya ke pemerintah dengan harga rendah. Namun
dalam pelaksanaannya, ada petani yang tetap harus membayar sewa, disertai paksaan dan
tekanan. Selain harus menanam tanaman tersebut, penduduk juga sering dimintai tenaga
kerja sehingga banyak terjadi kelaparan. Masa ini melahirkan kemiskinan berbagi, yang
disebut Clifford Gertz dengan dengan involusi pertanian.
-Sistem ini menghapus peranan usaha-usaha swasta.
1854 Regerings
Reglement Aturan ini memungkinkan tanah disewa oleh
pihak swasta. Disebutkan bahwa gubernur jenderal tak boleh menjual tanah, kecuali
tanah-tanah kecil untuk perluasan desa dan kota, dan boleh menyewakan tanah kecuali
tanah-tanah milik orang Indonesia asli atau tanah milik bersama dan tanah milik desa.
Jangka waktu sewa maksimal hanya 20 tahun, dan kurang memuaskan pihak swasta yang
menginginkan jangka sewa yang lebih panjang.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
1870 Agrarische Wet
tahun 1870 UU agrarian
Kolonial -Hukum ini lahir karena kekuasaan Partai
Liberal di Belanda yang meningkat dan menginginkan berperan dalam pemanfaatan
tanah di daerah jajahan. Dalam ketentuan ini swasta boleh menyewa tanah secara turun
temurun erpacht dari pemerintah selama 75 tahun, serta menyewa tanah dari penduduk.
-UU ini juga menjamin kepemilikan penduduk pribumi atas hak-hak adat, serta
memungkinkan juga bagi penduduk untuk mendapatkan hak milik pribadi. Kebijakan ini
didahului sebuah survey tanah di Jawa meliputi 808 desa antara tahun 1868 sampai 1870.
-Pemerintah juga mengeluarkan Agrarisch BesluitDomein verklaring tahun 1870, dan
Koninklijk Besluit pada 16 April 1872.
1885 Staatsblad
Lembaran Negara No.102 tahun 1885
Pada tahun ini politik tanam paksa berakhir. Sistem penguasaan tanah yang tadinya milik
bersama desa, dikembalikan kepada individu- individu. Konversi tanah bersama menjadi
tanah individu hanya jika ¾ warga desa menyetujuinya.
1930 Regeringsomla vel
No. 30318 17 Oktober 1930
Dalam ketentuan ini, pemerintah mengakui hak-hak pribumi sesuai dengan hukum adat
setempat.Penduduk diakui untuk hak kepemilikan dengan syarat tertentu, misalnya
memperoleh hasil hutan dengan izin kepala desa dan Asisten Residen. Pada masa ini ribuan
konflik pertanahan terjadi tiap tahun atas pemanfaatan hasil hutan, antara masyarakat
yang merasa berhak dengan pemerintah yang menganggap sebagai hutan negara.
1945 UUD 1945
Bagian yang paling terkait dengan masalah agraria adalah pasal 33 ayat 3 yang
menjelaskan bahwa seluruh sumberdaya alam, termasuk tanah, dipergunakan untuk sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini sering dipertentangkan, sebagai penyeimbang,
dengan konsep “penguasaan oleh negara” pada UUPA No. 5 tahun 1960.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
1946 Pidato Bung Hatta
Pidato ini berisi berbagai pandangan mendasar tentang pertanahan dan hubungannya dengan
pembangunan dan keadilan. Pidato ini dianggap sebagai suatu penyampaian
pandangan yang idealis sehingga masih sering dikutip oleh berbagai pakar sampai saat ini.
Pidato ini juga menjiwai isi UUPA yang dilahirkan tahun 1960, misalnya prinsip-
prinsip“sosialisnya”.
1948 Pembentukan
Panitia Agraria di Yogyakarta
Pembentukan panitia ini untuk mengahasilkan suatu hukum agraria yang sangat penting bagi
Indonesia untuk menghilangkan masih berlakunya dualisme hukum, antara hukum
Barat dan hukum asli Indonesia tentang pertanahan. Panitia ini berganti-ganti selama
12 tahun, sampai kemudian menghasilkan UUPA tahun 1960.
1950 Mulainya program
transmigrasi Meskipun dengan tujuan yang berbeda,
pemindahan penduduk ke luar Jawa sudah dimulai dengan program kolonisasi Belanda
tahun 1905. Hal ini merupakan suatu bentuk reforma agraria, khususnya pembukaan lahan-
lahan baru land settlement, walaupun pendekatannya lebih kepada demografi, yaitu
pembukaan lapangan kerja dan mengurangi tekanan penduduk yang sangat padat di pulau
Jawa.
1952 UU No. 6 1952
Menghapus sewa
jangka panjang
yang ditetapkan pada tahun 1870 selama 75 tahun.
1959 Permenag No. 9
tahun 1959 Tentang pedoman tata kerja tentang
pendaftaran hak-hak atas tanah Hal ini dipandang perlu, karena kepastian hak atas
tanah merupakan prasyarat untuk melakukan usaha di atasnya, termasuk usaha pertanian.
1960 UUPA No. 5 tahun
1960 -Suatu produk hukum fundamental dengan
kelebihan dan kekurangannya. Tujuan utamanya adalah menghilangkan dualisme
hukum yang masih terdapat di tengah
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
masyarakat, antara hukum dengan sistem masyarakat Barat dengan hukum adat. UU ini
lahir dari proses yang dinilai cukup matang selama 12 tahun, dan memasukkan berbagai
pertimbangan baik dari segi hukum, politik, keadilan, dan pembangunan ke depan. Sampai
sekarang, UU ini tetap merupakan produk hukum yang terbaik yang pernah dihasilkan,
meskipun pelaksanaanya kurang berhasil karena sikap politik agrarian tiap rezim yang
berkuasa. -Dengan dasar produk hukum ini, dari tahun
1960 sampai 1965 landreform berjalan, khusunya di Jawa.
UU No. 2 1960
UUNo.56 tahun 1960
-Tentang perjanjian bagi hasil. Pedoman pelaksanaannya adalah Inpres No. 3 tahun
1980. -UU ini merupakan pelengkap dari UUPA,
namun hampir tak pernah ada wilayah yang menerapkannya. Didalamnya dicakup
bagaimana batasan bagi hasil di pertanian, termasuk pada usaha perikanan, antara pemilik
modal dengan pekerja buruh nelayan dan buruh tani.
-Tentang penetapan luas tanah pertanian, atau dikenal dengan “UU landreform”.
-Bersama dengan UU tentang bagi hasil, ini merupakan produk hukum untuk melengkapi
UUPA. Didalamnya ditetapkan batas minimal dan maksimal luas tanah yang boleh dikuasai
perorangan, khusus untuk usaha pertanian. UU ini merupakan pedoman
dalam pelaksanaan landreform di zaman ORLA sampai tahun 1965, meskipun kurang
sukses. Banyak kritik terhadap peraturan ini, misalnya bahwa batas minimal yang 2 Ha per
keluarga, dianggap tidak realistis untuk di Jawa.
1965 Permenag No. 6
tahun 1965 Pedoman-pedoman pokok penyelenggaraan
pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
PP No. 10 tahun 1961. 1961
PP 101961 -Tentang Pendaftaran Tanah.
-Peraturan ini merupakan aturan pelaksanaan dari pasal 19 UUPA, yaitu tentang pendaftaran
tanah, yang kemudian diperkuat dengan PP No. 24 tahun 1997. Disebutkan bahwa hak terjauh
yang bisa dimiliki oleh pihak swasta hanyalah berupa Hak Guna Usaha dan Hak Pakai,
sedangkan hak milik pada pemegang hak sebelumnya.
1962 Peraturan Menteri
Pertanian dan Agraria No. 2 tahun
1962 Penegasan konversi dan pandaftaran bekas hak
Indonesia atas tanah. Salah satu syarat untuk mendapatkan hak penguasaan atas satu bidang
tanah adalah surat pajak hasil bumi sebelum 24 September 1961.
1967 UU No. 1 1967
Tentang penanaman modal asing.UU ini diharapkan mampu mendorong investasi dari
luar negeri dengan memberikan ketegasan hak atas tanah yang akan dipakai untuk suatu
usaha. Namun, dalam pelaksanaanya seringkali berbenturan dengan penduduk, karena suatu
bidang tanah yang diinginkan swasta juga merupakan tanah yang sudah dikuasai oleh
penduduk meskipun tidak memiliki bukti resmi.
1970 UU No. 7 1970
Tentang pengadilan landreform, namun UU ini kemudian dicabut di zaman Orba yang tidak
respek kepada masalah landreform.
1974 Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 5 tahun 1974
Ketentuan-ketentuan mengenai penyediaan dan pemberian tanah untuk keperluan perusahaan.
Peraturan ini dibuat untuk mengendalikan konversi tanah pertanian ke penggunaan
pertanian yang terlihat semakin merajalela. Pengendalian ini dirasa perlu sebagai
instrumen untuk mencapai program swasembada pangan yang dicanangkan
pemerintah, berupa Program Bimas.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
1975 Permenagri No. 15
tahun 1975 -Tentang lembaga pembebasan tanah. Aturan
pelaksanaannya adalah PP no. 29 tahun 1986. -Mengatur tentang tata cara pembebasan tanah
untuk pembangunan. Peraturan ini dilahirkan agar penggunaan tanah untuk pembangunan
kepentingan umum tidak menimbulkan konflik dengan masyarakat. Namun konflik
juga semakin banyak terjadi, karena pembebasan tanah secara paksa oleh
pemerintah atas nama untuk kepentingan umum, namun adakalanya diberikan kepada
pihak swasta. -Hal ini bertentangan dengan UUPA , karena
tak memberi kesempatan kepada masyarakat, sedangkan keputusan ada di gubernur dan
Panitia Pembebeasan Tanah.
1978 Keppres No. 1
tahun 1978 Menetapkan aturan baru, bahwa 10 persen dari
total areal transmigrasi pada satuan pemukiman harus diberikan kepada penduduk
asli sekitar atau penduduk lokal.
1980 Keppres No. 3
tahun 1980 Tentang Landreform.
1981 Introdusir PRONA Proyek Operasi Nasional
Agraria untuk mempercepat program registrasi tanah.
1988 Keppres No.26
tahun 1988 Dasar berdirinya Badan Pertanahan Nasional,
dengan programnya yang dikenal dengan “catur tertib agraria”. Pihak intelektual yang
mengusulkan suatu badan yang mampu melaksanakan suatu program landreform, tidak
terpuaskan dengan hadirnya BPN ini yang dinilainya mandul dan tidak memiliki
wewenang yang cukup, hanya berperan sebatas sebagai badan administrasi belaka.
1990 Keppres No. 33
tahun 1990 Penggunaan tanah untuk kawasan industri.
1992 UU No. 24 1992
Tentang penataan ruang, yang kemudian
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
dioperasionalkan dengan PP No. 47 tahun 1997 tentang rencana tata ruang wilayah Indonesia.
Peraturan ini mendorong pembuatan rencana tata ruang di tiap wilayah, dengan dasar
kebutuhan pembangunan dan pertimbangan batasan teknis topografis dan aspek biofisik
lain.
1993 Keppres No. 55
tahun 1993 Tentang penyediaan tanah untuk pembangunan
bagi kepentingan umum. 1994
Surat Mendagri No.4744263SJ,27-
12- 1994 Tentang konversi tanah. Didalamnya
ditetapkan bahwa dalam hal perubahan penggunaan tanah pertanian ke nonpertanian
agar tidak mengorbankan tanah pertanian subur dan berpengairan teknis, walaupun lokasi
tersebut termasuk ke dalam tata ruang wilayah yang telah ada.
1999 PermenagBPN No.
5 1999 Pedoman penyelesaian masalah hak ulayat
masyarakat hukum adat. Perautran ini sesungguhnya merupakan suatu langkah yang
sangat bijak dari belum tegasnya posisi hukum adat dan hak masyarakat adat dalam UUPA
1960. Di dalamnya diberikan peluang bagi masyarakat untuk mendaftarkan tanah yang
menurut mereka merupakan tanah adatnya tanah ulayat. Produk hukum ini belum
diketahui secara luas oleh masyarakat, selain adanya beberapa perbedaan pendapat dalam
memaknainya.
UU No.221999
Tentang Pemerintahan daerah. Dalam pasal 11 disebutkan: “Kewenangan bidang pertanahan
merupakan kewenangan kabupatenkota, sedangkan pusat dan propinsi hanya
bertanggung jawab dalam kebijakan standar berkaitan dengan pertanahan”. Artinya, tugas
pertanahan merupakan bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah
kabupatenkota.
2001 Keppres No. 103
tahun 2001 Aturan ini dianggap tidak selaras dengan UU
No. 22 tahun 1999, karena sampai dengan
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
bulan Mei 2003, tugas pertanahan masih merupakan tugas pemerintahan yang dilakukan
oleh BPN sebagai institusi vertikal pusat.
Tap MPR No. IX 2001
-Tentang reforma agraria dan pengelolaan sumberdaya alam. Latar belakang
kehadirannya adalah banyaknya konflik pertanahan, ketimpangan penguasaan,
inkosistensi hukum, dan semakin rusaknya sumber daya alam.
-Peraturan ini merupakan penugasan kepada pemerintahan Presiden Megawati untuk
mengagendakan pelaksanaan reforma agraria, yang selama masa Orde Baru hampir tidak
pernah diperhatikan. Produk hukum ini lahir dari iklim keterbukaan yang didesakkan
terutama oleh kalangan organisasi nonpemerintah, khususnya yang concern
kepada agraria dan juga sumberdaya alam. -Sebagaimana produk-produk hukum
sebelumnya, selain menimbulkan perbedaan pendapat, kelembagaan pelaksanaanya juga
membutuhkan usaha yang cukup besar dan waktu yang cukup lama. Wacana yang
berkembang akhir-akhir ini misalnya adalah: perlu dibentuk suatu “Komisi Reforma
Agraria” untuk mengimplimentasikannya.
a. Tabel Krononologis Produk Hukum Yang Berkaitan Dengan Tanah
Terutama Di Jawa
22
: Dari beberapa tabel diatas jelaslah bahwa hal-hal yang berkaitan dengan tanah
tersebut, jelaslah, bahwa permasalahan hukum tanah yang berlaku di indonesia itu terdiri dari berbagai era, dan satu hal yang paling krusial yakni khusus mengenai
pendaftaran tanah yang merupakan suatu konkritisasi dari UUPA sendiri mengalami dua kali perubahan, yakni dimulai dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
22
www.geocities.comsyahyuti2002agrariaprodukhukum.pdf
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
tentang Pendaftaran Tanah yang kemudian direvisi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang pendaftaran dan sesuai dengan apa yang disebutkan
dalam Pasal 65 yang menyebutkan, bahwa Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah
Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2171 dinyatakan tidak berlaku.
Dalam pasal 1 UUPA disebutkan bahwa : 1.
Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
2. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan
kekayaan nasional 3.
Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud dalam ayat 2 pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.
4. Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi
dibawahnya serta yang berada dibawah air. 5.
Dalam pengertian air termasuk baik perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia.
6. Yang dimaksud dengan ruang angkasa ialah ruang diatas bumi dan air
7. tersebut pada ayat 4 dan 5 pasal ini.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Ayat 1 pasal ini akan lebih jelas dapat kita mengerti, jika kita menelaah doktrin “Wawasan Nusantara”, sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan budaya,
satu kesatuan ekonomi dan satu kesatuan hukum, sebagaimana juga dirumuskan oleh GBHN tentang wawasan nusantara butir 1e yang menyatakan bahwa seluruh
kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan hukum dalam arti bahwa hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional idem GBHN1983
Bab II.E. dan oleh GBHN 1988 hal ini juga dipertegas pada Bab II.E.a,b,c,d dan seterusnya.
23
Dari pernyataan pada ayat 2 dan ayat 4, berarti kita mengakui bahwa ini merupakan hak dari Tuhan dan kita bangsa Indonesia diberinya karunia. Hak dari
Tuhan tersebut didalam masyarakat Aceh disebutnya Haqul Allah dan jika sudah berhubungan dengan manusia dan disini khusus dengan bangsa indonesia mereka
sebut sebagai haqul Adam.
24
23
Lihat Prof.DR.AP.Parlindungan, SH, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria,
Penerbit Mandar Maju1998Bandung, hal 39. Dalam bukunya tersebut, beliau menguraikan, bahwa seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan Hukum dalam arti bahwa hanya ada satu
Hukum Nasional yang mengabdi kepada kepentingan Nasional. Dengan doktrin Wawasan Nusantara inilah dapat kita mengertikan hubungan yang bersifat abadi antara bangsa indonesia dengan bumi, air
dan ruang angkasa, demikian juga hubungan dengan di tubuh bumi yang berada di air, pperairan pedalaman maupun lautan teritorial bangsa dan negara Indonesia. Dapat juga kita simak dari
pernyataan ini, bahwa selain negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dan konsekuensinya kita harus menciptakan satu kesatuan hukum Nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional,
termasuk UUPA yang berlaku secara nasional termasuk di propinsi Timtim.
24
Ibid, hal 40
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk lebih jelasnya akan diperjelas dengan memakai bagan dibawah ini : Wilayah Tanah Air Indonesia sebagai Kesatuan
WAWASAN NUSANTARA
Bumi, Air, Ruang Angkasa + Kekayaan Alamnya sebagai Haqul Allah karunia Tuhan
Haqul Adam Bangsa Indonesia Bumi
Air Ruang Hubungan Abadi Angkasa
Hak Menguasai Negara Sesuai dengan penjelasan UUPA maka Hak menguasai Negara tersebut
meliputi atas bumi, air dan ruang angkasa, jadi baik yang sudah ada hak seseorang maupun yang tidak belum ada.
Kekuasaan negara mengenai tanah yang sudah dipunyai orang dengan sesuatu hak dibatasi oleh isi dari hak itu, artinya sampai seberapa jauh negara memberi
kekuasaan kepada yang mempunyai hak untuk menggunakan haknya, sampai disitulah batas kekuasaan negara tersebut. Dan pembatasan-pembatasan tersebut
secara jelas diatur dalam pasal 4 dan pasal-pasal berikutnya serta pasal –pasal dalam Bab II UUPA.
25
25
AP.Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Penerbit Mandar Maju1998Bandung, hal 36
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk lebih jelasnya lihat skema dibawah ini
26
:
Sebagai referensi, dibawah ini dibuat suatu bagan mengenai batasan-batasan penguasaaan atas tanah sesuai yang diatur dalam Undang-Undang No.5 tahun 1960
tentang Undang-Undang Pokok agraria : Haqul Allah
Pembatasan Vide
Pasal 2 Ayat 2 UUPA
Ex BW
Hak Pakai Konversi
Ex H.Adat
Konstatasi : Hak
Seseorang Badan
Hak
HGB Hak
Pengelolaan Mengesahkan
Sesuatu Perjanjian- Perjanjian
Pendirian hak Baru ps.19.PP 101961
Hak Guna Bangunan
Atas
Hak Pakai Atas Hak
Milik Memberikan
Hak Baru PengertianPolitis
Hak Guna Usaha Konversi Tanah
Yang Dikuasai PemdaLembaga
Pemerintah Hak
Menguasai Negara
Haqul Adam
26
AP.Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Penerbit Mandar Maju1998Bandung, hal 36.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pasal 5 Hukum Adat Berlaku
sepanjang Tidak Bertentangan dengan :
1.Kepentingan Nasional
2.Kepentingan Negara 3.Peraturan UU
4.Mengindahkan Unsur-Unsur Agama
Pasal 4 Hak
Individu Pasal 3
Hak Ulayat Masyarakat Hak
Adat Aspek Publik dan Privat
Pasal 2 Hak
Menguasai Pasal 1
Hak Bangsa Religius
Abadi Aspek Publik
Aspek Perdata
1.Mengatur persediaan
penggunaan, peruntukan dan
pemeliharaan 2.mengatur
hubungan hukum
3
.mengatur hubungan
hukum dan perbuatan
hukum
1.Sesuai dengan Kepentingan
Nasional 2.Negara
3.Persatuan Bangsa 4.Tidak
Bertentangan dengan Undang-
Undang Kekayaan
Nasioanal, bumi, air dan
ruang angkasa serta kekayaan
alam yang terkandung
didalamnya Hak Individu untuk menggunakan
tanah yang bersangkutan sesuai dengan batas-batas menurut UU
baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain atau badan
hukum
Pasal 7 Tidak merugikan kepentingan Umum dan
penguasaan tanah melampaui batas tidak diperkenankan
Pasal 6 Tanah Berfungsi
sosial
UUPA No. 5 Tahun 1960
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dari Bagan yang digambarkan diatas, maka Berdasarkan hak menguasai Negara tersebut, negara berwenang menentukan adanya macam-macam hak atas
permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-
badan hukum. Hak-hak atas tanah tersebut ditentukan antara lain adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan lain-lain. Kesemua hak-hak atas
tanah tersebut untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi pemegang hak, maka harus dilakukan pendaftaran sebagai alat bukti hak yang konkret.
Dalam penjelasan Pasal 2 PP 24 1997 Tentang pendaftaran tanah ada disebutkan 3 azas pendaftaran tanah yang sangat krusial hal itu mengingat dinamika
atau perkembangan yang terjadi dimasyarakat. Adapun ketiga azas tersebut dalah : 1.
Azas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah. Sedangkan azas aman dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa pendaftaran tanah perlu
diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.
2. Azas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang memerlukan.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
3. Azas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya
dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban
mendaftar dan pencatatan perubahan-perubhan yang terjadi di kemudahan hari. Azas mutakhir menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus
menerus dan berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan, dan masyarat dapat
memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat. Untuk itulah diberlakukan pula azas terbuka.
Dalam Pasal 19 UUPA menyebutkan, bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak-hak atas tanah harus didaftarkan pendaftaran tanah berfungsi untuk
melindungi pemilik. Disamping itu pendaftaran tanah tanah juga berfungsi untuk mengetahui status bidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk
apa dipergunakan dan sebagainya, dengan kata lain pendaftaran tanah bersifat land information system dan geografis information system.
27
Kepastian hukum sebagaimana apa yang diatur dalam pasal 19 UUPA harus meliputi :
1. Kepastian mengenai orang badanbadan hukum yang menjadi pemegang hak,
Kepastian ini disebut juga kepastian mengenai subjek hak.
27
Hj.Chadidjah Dalimunthe, SH. MHum, Pelaksanaan Landreform Di Indonesia Dan Permasalahannya, Cetakan III, Edisi Revisi, Februari 2005, Penerbit Universitas Sumatera Utara, hal
169.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
2. Kepastian mengenai letak, batas-batas serta luas bidang tanah.
28
Yang dimaksud dengan pendaftaran hak dalam tulisan ini adalah pendaftaran hak-hak atas tanah dalam daftar umum, yaitu daftar-daftar yang terbuka bagi setiap
orang yang memerlukan keterangan dari daftar-daftar itu, atas nama para pemegang haknya.
Pendaftaran hak itu dapat dibagi dalam dua macam, yaitu : 1.
Pendaftaran hak dengan daftar-daftar umum yang mempunyai kekuatan bukti. Yang dimaksud dengan daftar umum yang mempunyai kekuatan bukti adalah
daftar umum yang membuktikan orang yang terdaftar didalamnya sebagai pemegang yang syah secara hukum.
2. Pendaftaran hak dengan daftar umum yang tidak mempunyai kekuatan bukti.
Yang dimaksud dengan daftar umum yang tidak mempunyai kekuatan bukti adalah daftar umum yang tidak membuktikan orang orang yang terdaftar
didalamnya sebagai pemegang hak yang syah menurut hukum.
29
Sedangkan mengenai sistem pendaftaran tanah dari apa yang dimaksudkan oleh pasal 19 UUPA beserta penjelasannya ada mengenal beberapa ciri-ciri
khususnya.
30
a. Torrens System.
b. Asas Negatif.
c. Asas Publisitas.
d. Asas Spesialitas
e. Rechtkadaster
f. Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum
28
H.Rustam Effendi Rasyid, Pendaftaran Tanah dan PPAT, hal 7.
29
Ibid, hal 10.
30
Prof.DR.AP.Parlindungan, SH, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Penerbit Mandar Maju1998Bandung, hal 126.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Agar dapat lebih mudah memahaminya akan dibuat dalam skema dibawah ini :
Pemastian Lembaga Rechts Kadaster
Kepastaian Hukum Perlindungan Hukum
Pasal 19 UUPA Jo PP 271997 Tentang Pendaftaran Tanah
Asas Spesialitas Asas Publisitas
Asas Negatif Torrens System
Ad a. Torrens System
Sistem Pendaftaran tanah di Indonesia setelah berlakunya UUPA dan kemudian PP Nomor 10 Tahun 1961 yang kemudian direvisi dengan PP Nomor 24
Tahun 1997, mempergunakan sistem Torrens, yang dipergunakan di seantero Asia, seperti Malaysia, India, Singapore, Filipina dan juga di Australia dan bagian barat
Amerika Serikat.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Sebelumnya pendaftaran tanah di Indonesia konkordan dengan negeri Belanda yaitu Pendaftaran Tanah German ataupun Continental system, dengan kantor
Kadaster dan Kepala kantor kadaster juga adalah Pejabat Balik Nama Overrschrijvings Ambtenaar.
System Torrens ini selain sederhana, efisien dan murah dan selalu dapat diteliti pada akta pejabatnya siapa-siapa yang bertanda tangan pada akta PPAT-nya
dan demikian pula pada sertifikat hak atas tanahnya, maka jika terjadi mutasi hak, maka nama dari sebelumnya dicoret dengan tinta halus, sehingga masih terbaca dan
pada bagian bawahnya tertulis nama pemilik yang baru disertai dengan alas haknya.
31
Ad b. Asas Negatif. Pendaftaran tanah menganut asas negatif, artinya belum tentu seseorang yang
tertulis namanya pada sertifikat tanahnya adalah sebagai pemilik yang mutlak. Didalam pasal 23 ayat 2 atau pasal 32 ayat 2 dan pasal 38 ayat 2 PP
241997, bahwa pendaftaran itu merupakan alat pembuktian yang kuat, dan tidak tertulis sebagai satu-satunya alat pembuktian tentu kalau demikian sebagai asas
positif
32
, dan jika kita perhatikan pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan, bahwa Pendaftaran Tanah memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum
kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktian dirinya sebagai pemegang hak
yang bersangkutan idem pasal 4 PP Nomor 24 Tahun 1997.
31
Ibid, hal 127
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Asas negatif tersebut hanya dapat berlangsung 5 lima tahun dan setelah itu jika tidak ada gugatan ke pengadilan. Disini asas negatif tersebut dibatasi hanya 5
lima tahun setelah diterbitkan sertifikatnya. Dengan asas negatif tersebut sungguhpun terbatas hanya sampai 5 lima tahun, namun tenggang waktu selama 5
lima tahun tersebut adalah merupakan tempo yang terbaik dalam pendaftaran tanah. Pembuktian hak-hak atas tanah di Indonesia sangatlah kompleks sekali karena
tidak ada tradisi ataupun peraturan yang menyebutkan keharusan pendaftaran tanah tersebut. Banyak hak-hak atas tanah tidak mempunyai bukti tertulis atau hanya
berdasarkan keadaan tertentu diakui sebagai hak-hak seseorang berdasarkan kepada hak-hak adat dan diakui oleh yang empunya sempadan tanah tersebut.
Jika terjadi mutasi kadangkala tidak ada bukti peralihannya ataupun bukti berupa surat-surat segel bermeterai yang telah ditandatangani oleh Kepala Desa dan
saksi-saksi. Memang pemerintah Hindia Belanda tidak pernah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendaftarkan hak-hak tanah adat di Indonesia, tentunya
biaya untuk ini besar sekali, dan keadaan inilah yang kita warisi. Memang ada kantor Kadaster yang berada di Kota-kota besar yang mencatat
pendaftaran tanah-tanah yang berstatus hak-hak barat. Hanya di Yogyakarta dan Surakarta pendaftaranya baik, dan ada juga di beberapa keresidenan ditetapkan
peraturan untuk memperoleh hak-hak tanah menurut hukum adat. Demikian pula ada beberapa Sultan yang melakukan pendaftaran tanah di
wilayahnya, seperti di Deli Sumatera Timur dengan grant Sultan, di Riau dengan grant Sultan Siak, dan di Kepulauan Lingga dengan grant Sultan Lingga.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pengertian asas negatif tidak berarti Kantor Pertanahan akan gegabah saja menerima permohonan pendaftaran tanah tetapi selalu harus melalui suatu
pemeriksaan yang disebut Panitia Tanah A menurut system torrens disebut examiner of title, atapun pendaftaran sistematik dengtan panitia ajudikasi harus mengadakan
penelitian yang seksama dengan sejumlah pembuktian, saksi-saksi dan tetua desa dan dengan pengumuman melalui media massa dan pengumuman di atas tanah yang
dimohon untuk didaftarkan.
33
Oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Examiner of title tersebut diserahkan kepada Panitia Ajudikasi untuk pendaftaran sistematik dan Panitia Tanah
A, masih ada pada pendaftaran sporadis yang dilakukan oleh Kepala kantor Pertanahan setempat.
Pendaftaran yang kemudian dikembangkan oleh Peraturan Pemerintah 24 Tahun 1997 ini dapat disebutkan pendaftaran tanah yang negatif terbatas
bertendensi positif. Ad c. Asas Publisitas
Sesuai dengan pasal 3 PP 24 Tahun 1997, bahwa Pendaftaran tanah itu juga untuk memberikan informasi pertanahan kepada pemerintah dan kepada umum. Oleh
karena itu setiap orang berhak untuk meminta informasi dari Kantor Pertanahan sampai juga berhak untuk meminta Surat Keterangan Pendaftaran Tanah SKPT
yang berisikan jenis hak, luasnya, lokasinya, dalam keadaan sita atau sedang berperkara dan sebagainya, karena penyebutan Surat Keteranggan Pendaftaran Tanah
33
Ibid, hal 128
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
dikonotasikan sudah ada Pendaftaran tanah dan dibuktikan dengan surat keterangan dari Kantor Pendaftaran Tanah dan begitu mengelirukan istilah ini, sampai-sampai
ada SKPT yang diagunkan. SKPT sebenarnya satu surat keterangan informasi dari Kantor Pendaftaran Tanah kini tugas tersebut diemban Kantor Pertanahan.
Asas Publisitas ini juga berkaitan dengan jika ada beberapa hal persyaratan dalam menetapkan hak seseorang akan dianggap berlaku bagi pihak ketiga, jika
memang didaftarkan di Kantor Pertanahan. Ad d. Asas Spesialitas
Didalam asas spesialitas ini diartikan, bahwa pendaftaran tanah terutama dari surat ukur adalah jelas sekali, karena himpunannya adalah desa disertai pula jalan dan
nomor dari jalan tersebut, sehingga akan mudah ditelusuri lokasi tempat dimana objek tanah yang telah didaftarkan.
Ad e. Rechtkadaster Asas rechtkadaster pada awalnya belum ada terlihat, sebab pada awalnya
dalam ketentuan PP Nomor 10 tahun 1961 dikatakan, bahwa pendaftaran tanah hanya untuk pendaftaran hak, tanpa ada tujuan lain.
Namun dengan berlakunya UU No.12 Tahun 1985 dan direvisi dengan UU Nomor 12 Tahun 1994 dan terakhir dengan UU Nomor 21 Tahun 1997 tentang biaya
balik nama, maka kini PPAT dan kantor Pertanahan tidak boleh menerima pembuatan akta tanah PPAT dan penerbitan sertifikat tanah sebelum dibayar pajak balik nama
dan biaya balik nama tersebut. Ad f. Asas Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Berbeda dengan ketentuan yang ada didalam pasal 19 UUPA, maka pada pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan, bahwa pendaftaran tanah itu untuk
memperoleh kepastian hukum dan perlidungan hukum bagi sipemilik bidang tanah. Namun tidak berarti sistem pendaftaran tanah sebagaimana yang termaktub di dalam
PP Nomor 24 Tahun 1997 tersebut adalah bersifat positif. Ad g. Pemastian Lembaga
Yang dimaksud dengan pemastian lembaga disini adalah bahwa ada dua instansi yang melakukan recording tersebut, yaitu Kantor Pertanahan melakukan
Pendaftaran yang pertama kali dan kemudian pendaftaran berkesinambungan lihat pasal 1 PP Nomor 24 Tahun 1997 dan pasal 5 dan 11 PP 24 tahun 1997 recording of
title and continous recording. Sedangkan kompetensi PPAT adalah membantu Kepala Kantor Pertanahan
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu Pembuatan Akta PPAT, seperti yang dirumuskan dalam pasal 6 ayat 2 PP Nomor 24 Tahun 1997 recording of deeds
of conveyance mutasi hak, pengikatan jaminan dan pendirian hak baru Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai diatas Hak Milik.
Didalam ayat 3 Pasal 19 PP Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan, bahwa biaya pendaftaran ini mahal sekali, sehingga tergantung dari anggaran yang tersedia,
peralatan, kepegawaian dan sarana maupun prasarana yang diperlukan. Sehingga diprioritaskan daerah-daerah tertentu terutama yang mempunyai lalu-lintas
perdagangan yang tinggi, satu dan lainnya menurut pertimbangan dari menteri yang bersangkutan dan urgensi yang ada, sungguhpun pada waktu ini di seluruh wilayah
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Indonesia, yaitu di tiap kapubatenkotamadya sudah ada kantor-kantor Pertanahan malahan ada Perwakilan Kantor Pertanahan.
34
Selain itu, dalam ayat 4 PP Nomor 24 Tahun 1997 juga telah memberikan suatu kejelasan tentang kemungkinan rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari
pembayaran biaya-biaya dalam pendaftaran dan kemungkinan dengan pendaftaran yang disubsidi oleh pemerintah, seperti prona Proyek Operasi Nasional Agraria dan
demikian juga pendaftaran dengan sitem Ajudikasi dengan bantuanpinjanaman dana dari Bank Dunia.
35
Dasar hukum dari prona adalah Kepmen 1891981 Yo 2661982, dimana prona dilaksanakan dalam rangka percepatan pendaftaran dan kemudian juga Prona
untuk golongan mampu memiliki tujuan utama, yang antara lain adalah : 1.
Melaksanakan program penyertifikatan tanah secara massal di seluruh Indonesia dengan mengutamakan golongan ekonomi lemah.
2. Menyelesaikan secara tuntas sengketa-sengketa tanah yang bersifat strategis.
36
Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 berlakulah sejumlah peraturan pendaftaran tanah, apakah itu dilakukan oleh Kotamadya-
kotamadya, seperti di Medan, Jakarta, ataupun yang berasal Dari daerah swapraja, seperti Yogyakarta, Surakarta dan lain-lain.
Demikian pula kita mengenal pendaftaran tanah menurut ketentuan Overschrijvingsordonnantie sesuai dengan S 1834-27 dan dilakukan oleh Kantor
34
Ibid, hal 130
35
Ibid, hal 31
36
Ibid
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kadaster di bawah Departemen Kehakiman. Kemudian setelah tahun 1947 pendaftaran itu merupakan tugas Dari Jawatan Pendaftaran Tanah dan setelah
dibentuk Departemen Agraria menjadi suatu Direktorat Jenderal dibawah Departemen Agraria.
37
Selain itu juga, sejumlah hak-hak yang tunduk kepada hukum adat ada dilaksanakan pendaftarannya sungguhpun masih sangat sederhana sekali, seperti
pendaftaran yang dilakukan oleh Kesultanan Deli, Riau, Lingga ataupun di daerah Jambi Kotamadya dan kabupaten Batanghari. Pendaftaran menurut S 1834-27
dilaksanakan berdasarkan ketentuan dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata Barat, Sedangkan hukum adat dengan ketentuan hukum adat ataupun berdasarkan
suatu ketentuan dari pemerintah Hindia Belanda.
38
37
Ibid
38
Ibid
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk lebih jelasnya akan dibuat bagan Pemastian Lembaga dibawah ini : BPN
PPAT Kantor Pertanahan
Recording Of deeds of Conveyance
1.Recording Of Title 2.Continuos recording
1.Mutasi 3. Panitia Pembebasan
2.Pengikatan Hak Tanggungan
4.Pengawas PPAT
3.Pemberian Hak Baru
5.Panitia Tanah 6.Dan lain-lain
Akta PPAT
H. Konsepsi
Definisi analisis yuridis adalah penguraian atau suatu proses mengumpulkan
dan menginterpretasikan kenyataan-kenyataan dan menggunakan keduanya untuk memperbaikinya berdasarkan kebenaran-kebanaran yang ada menurut koridor
hukum.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pendaftaran perubahan Data Fisik dan Yuridis tanah Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan
daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya
dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Sehingga dapat memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum
kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak
yang bersangkutan, untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data
yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar dan untuk terselenggaranya
tertib administrasi pertanahan. Secara umum informasi yang diberikan atas dasar pendaftaran tersebut
meliputi antara lain: 1.
Memberikan jaminan keamanan penggunaan bagi pemiliknya. 2.
Mendorong atau meningkatkan penarikan pajak oleh negara. 3.
Meningkatkan fungsi tanah sebagai jaminan kredit. 4.
Meningkatkan pengawasan pasar tanah. 5.
Melindungi tanah negara.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
6. Mengurangi sengketa tanah.
7. Memfasilitasi kegiatan rural landreform.
8. Meningkatkan urban planning dan memajukan infrastruktur.
9. Mendorong pengelolaan lingkungan hidup yang berkualitas; dapat menyediakan
data statistik tanah yang baik.
39
Selain itu, pemeliharaan data pendaftaran tanah apabila terjadi perubahan pada data fisik dan yuridis obyek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. Pemegang
hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan.
40
Oleh karena itulah, dari hasil penelitian secara empiris yang dilakuan tersebut akan dianalisis secara yuridis demi mendapatkan jawaban dalam pembahasaan
nantinya, sehingga dapat mengenerelasasikan dalam menarik kesimpulan serta memberikan saran dalam penulisan tesis ini untuk kedepannya, agar pendaftaran
tanah sudah harus merupakan aksi yang penting dalam mengadministrasi tanah, demi untuk mengamankan hak-hak seseorang atas tanah dan demi terwujudnya
penatagunaan tanah serta administrasi pertanahan yang akurat dan terjamin.
39
Lihat Land Administration Guidelines with Special Reference to Countries in Transition, United Nation, 1996, New York and Geneva, 1 dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Ilmu Hukum Agraria pada Fakultas Hukum, diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 2 September 2006 Oleh:
MUHAMMAD YAMIN yang berjudul PROBLEMATIKA MEWUJUDKAN JAMINAN KEPASTIAN HUKUM ATAS TANAH DALAM PENDAFTARAN TANAH.
40
Prof.Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya, Jilid 1 Hukum Tanah Nasional, Edisi Revisi 2005, Penerbit
Djambatan, hal 506
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Selain itu, penulisan tesis ini tidak terlepas demi memperoleh kepastian hukum sebagaimana apa yang diatur dalam pasal 19 UUPA yang antara lain harus
meliputi : Kepastian mengenai orang badanbadan hukum yang menjadi pemegang hak, kepastian ini disebut juga kepastian mengenai subjek hak dan kepastian
mengenai letak, batas-batas serta luas bidang tanah.
I. Metode Penelitian
A. Sifat Penelitian
Sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian, maka sifat penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah deskriptif analitis, yakni dengan cara
menggambarkan fakta-fakta yang ada dan tindakan hukum berupa tidak didaftarkannya perubahan data fisik dan yuridis tanah di Kecamatan Medan timur
yang dianalisis berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologisempiris, yaitu suatu penelitian hukum yang dilakukan dengan
melihat kepada aspek penerapan hukum itu sendiri ditengah masyarakat.
41
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Yuridis Empiris yang didukung dengan Yuridis Normatif, karena mempelajari peraturan dan meneliti
41
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 89
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
hubungan timbal balik antara hukumperaturan dengan kesadaran hukum yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
C. Sumber Data
Penelitian Yuridis Empiris ini, dilaksanakan dengan memeproleh data dari Data Primer dan Data Skunder. Penulis membatasi proses pengumpulan data primer
pada masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab tidak didaftarkannya
perubahan data fisik dan yuridis tanah oleh pemilik bidang tanah, terdiri dari 2
dua kategori yaitu : yang pertama dari seluruh instansi-instansi Pemerintahan yang berkaitan erat dengan informasi atas tidak didaftarkannya perubahan data fisik dan
yuridis tanah dan populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Medan Timur yang samplenya berasal dari 4 empat Kelurahan.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 1. Instansi-instansi Pemerintahan yang berkaitan erat dengan informasi dalam penulisan tesis
NO NAMA KANTOR
ALAMAT 1.
Kantor Pertanahan Kota Medan Jl.Jend.Abd.Haris Nasution P.Mansyur
2. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
Utara Jl.Asrama No.179 Medan
3. Kantor Pemerintah Kota Medan
Jl.Kapten Maulana Lubis No.2 Medan 4.
Kantor Pelayanan Pajak PBB Kota Medan Jl. Diponegoro Medan
5. Kantor Kecamatan Medan Timur
Jl.Mohd Said No.1 Medan 6.
Kantor Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Jl.Perwira I No.2 Medan
7. Kantor Kelurahan Pulo Brayan Bengkel
Baru Jl. Komisi C Komplex DPRD TK.I SU
Medan 8.
Kantor Kelurahan Durian Jl.Bambu II No.10 Medan
9. Kantor Kelurahan Glugur Darat I
Jl.Pendidikan No.51 Medan
Selain itu penulis juga melakukan wawancara secara langsung dengan cara mengambil purposive sampling yaitu pengumpulan data yang dianggap dapat
mewakili dalam permasalahan yang dibahas, yaitu dengan cara mewancarai secara langsung warga-warga yang berdomisili antara lain di Kelurahan Pulo Brayan
Bengkel, Kantor Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru, dan Kelurahan Durian, serta Kelurahan Glugur Darat I.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 2. Masyarakat berdomisili berasal dari 4 empat Kelurahan di Kecamatan Medan Timur yang dijadikan sample.
NO Alamat
KeteranganJumlah 1.
Kelurahan Pulo Brayan Bengkel 8 orang
2. Kantor Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru
10 orang 3.
Kelurahan Durian 5 orang
4. Kelurahan Glugur Darat I
2 orang TOTAL :
25 orang
D. Analisis Data
Analisis data adalah merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehinggga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data.
42
Kegiatan analisis dimulai dengan melakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul, baik melalui kueisioner yang bersifat tertutup dan terbuka maupun
wawancara yang dilakukan, inventarisasi peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah yang berkaitan dengan judul penelitian, baik media cetak dan laporan-laporan
penelitian lainnya untuk mendukung studi pustaka.
42
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal 103
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB II HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI WILAYAH KECAMATAN MEDAN TIMUR
1. Sejarah Kecamatan Medan Timur
Kecamatan Medan Timur merupakan salah satu dari kecamatan tertua yang terbentuk di Kota Medan, hal ini dapat dilihat dengan sejarah atau riwayat sejumlah
Nama Pejabat Definitif Camat Medan Timur Sejak Tahun 1973
43
yang dapat dilihat dalam table dibawah ini :
43
Ekspose Pelaksanaan Tugas Camat Medan Timur Dalam Menyelenggarakan
Pemerintahan, Pembangunan dan Pelayanan Masyarakat serta Pembinaan Kemasyrakatan Tahun 2007, hal 2
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008