bulan Mei 2003, tugas pertanahan masih merupakan tugas pemerintahan yang dilakukan
oleh BPN sebagai institusi vertikal pusat.
Tap MPR No. IX 2001
-Tentang reforma agraria dan pengelolaan sumberdaya alam. Latar belakang
kehadirannya adalah banyaknya konflik pertanahan, ketimpangan penguasaan,
inkosistensi hukum, dan semakin rusaknya sumber daya alam.
-Peraturan ini merupakan penugasan kepada pemerintahan Presiden Megawati untuk
mengagendakan pelaksanaan reforma agraria, yang selama masa Orde Baru hampir tidak
pernah diperhatikan. Produk hukum ini lahir dari iklim keterbukaan yang didesakkan
terutama oleh kalangan organisasi nonpemerintah, khususnya yang concern
kepada agraria dan juga sumberdaya alam. -Sebagaimana produk-produk hukum
sebelumnya, selain menimbulkan perbedaan pendapat, kelembagaan pelaksanaanya juga
membutuhkan usaha yang cukup besar dan waktu yang cukup lama. Wacana yang
berkembang akhir-akhir ini misalnya adalah: perlu dibentuk suatu “Komisi Reforma
Agraria” untuk mengimplimentasikannya.
a. Tabel Krononologis Produk Hukum Yang Berkaitan Dengan Tanah
Terutama Di Jawa
22
: Dari beberapa tabel diatas jelaslah bahwa hal-hal yang berkaitan dengan tanah
tersebut, jelaslah, bahwa permasalahan hukum tanah yang berlaku di indonesia itu terdiri dari berbagai era, dan satu hal yang paling krusial yakni khusus mengenai
pendaftaran tanah yang merupakan suatu konkritisasi dari UUPA sendiri mengalami dua kali perubahan, yakni dimulai dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
22
www.geocities.comsyahyuti2002agrariaprodukhukum.pdf
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
tentang Pendaftaran Tanah yang kemudian direvisi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang pendaftaran dan sesuai dengan apa yang disebutkan
dalam Pasal 65 yang menyebutkan, bahwa Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah
Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2171 dinyatakan tidak berlaku.
Dalam pasal 1 UUPA disebutkan bahwa : 1.
Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
2. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan
kekayaan nasional 3.
Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud dalam ayat 2 pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.
4. Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi
dibawahnya serta yang berada dibawah air. 5.
Dalam pengertian air termasuk baik perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia.
6. Yang dimaksud dengan ruang angkasa ialah ruang diatas bumi dan air
7. tersebut pada ayat 4 dan 5 pasal ini.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Ayat 1 pasal ini akan lebih jelas dapat kita mengerti, jika kita menelaah doktrin “Wawasan Nusantara”, sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan budaya,
satu kesatuan ekonomi dan satu kesatuan hukum, sebagaimana juga dirumuskan oleh GBHN tentang wawasan nusantara butir 1e yang menyatakan bahwa seluruh
kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan hukum dalam arti bahwa hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional idem GBHN1983
Bab II.E. dan oleh GBHN 1988 hal ini juga dipertegas pada Bab II.E.a,b,c,d dan seterusnya.
23
Dari pernyataan pada ayat 2 dan ayat 4, berarti kita mengakui bahwa ini merupakan hak dari Tuhan dan kita bangsa Indonesia diberinya karunia. Hak dari
Tuhan tersebut didalam masyarakat Aceh disebutnya Haqul Allah dan jika sudah berhubungan dengan manusia dan disini khusus dengan bangsa indonesia mereka
sebut sebagai haqul Adam.
24
23
Lihat Prof.DR.AP.Parlindungan, SH, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria,
Penerbit Mandar Maju1998Bandung, hal 39. Dalam bukunya tersebut, beliau menguraikan, bahwa seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan Hukum dalam arti bahwa hanya ada satu
Hukum Nasional yang mengabdi kepada kepentingan Nasional. Dengan doktrin Wawasan Nusantara inilah dapat kita mengertikan hubungan yang bersifat abadi antara bangsa indonesia dengan bumi, air
dan ruang angkasa, demikian juga hubungan dengan di tubuh bumi yang berada di air, pperairan pedalaman maupun lautan teritorial bangsa dan negara Indonesia. Dapat juga kita simak dari
pernyataan ini, bahwa selain negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dan konsekuensinya kita harus menciptakan satu kesatuan hukum Nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional,
termasuk UUPA yang berlaku secara nasional termasuk di propinsi Timtim.
24
Ibid, hal 40
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk lebih jelasnya akan diperjelas dengan memakai bagan dibawah ini : Wilayah Tanah Air Indonesia sebagai Kesatuan
WAWASAN NUSANTARA
Bumi, Air, Ruang Angkasa + Kekayaan Alamnya sebagai Haqul Allah karunia Tuhan
Haqul Adam Bangsa Indonesia Bumi
Air Ruang Hubungan Abadi Angkasa
Hak Menguasai Negara Sesuai dengan penjelasan UUPA maka Hak menguasai Negara tersebut
meliputi atas bumi, air dan ruang angkasa, jadi baik yang sudah ada hak seseorang maupun yang tidak belum ada.
Kekuasaan negara mengenai tanah yang sudah dipunyai orang dengan sesuatu hak dibatasi oleh isi dari hak itu, artinya sampai seberapa jauh negara memberi
kekuasaan kepada yang mempunyai hak untuk menggunakan haknya, sampai disitulah batas kekuasaan negara tersebut. Dan pembatasan-pembatasan tersebut
secara jelas diatur dalam pasal 4 dan pasal-pasal berikutnya serta pasal –pasal dalam Bab II UUPA.
25
25
AP.Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Penerbit Mandar Maju1998Bandung, hal 36
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk lebih jelasnya lihat skema dibawah ini
26
:
Sebagai referensi, dibawah ini dibuat suatu bagan mengenai batasan-batasan penguasaaan atas tanah sesuai yang diatur dalam Undang-Undang No.5 tahun 1960
tentang Undang-Undang Pokok agraria : Haqul Allah
Pembatasan Vide
Pasal 2 Ayat 2 UUPA
Ex BW
Hak Pakai Konversi
Ex H.Adat
Konstatasi : Hak
Seseorang Badan
Hak
HGB Hak
Pengelolaan Mengesahkan
Sesuatu Perjanjian- Perjanjian
Pendirian hak Baru ps.19.PP 101961
Hak Guna Bangunan
Atas
Hak Pakai Atas Hak
Milik Memberikan
Hak Baru PengertianPolitis
Hak Guna Usaha Konversi Tanah
Yang Dikuasai PemdaLembaga
Pemerintah Hak
Menguasai Negara
Haqul Adam
26
AP.Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Penerbit Mandar Maju1998Bandung, hal 36.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pasal 5 Hukum Adat Berlaku
sepanjang Tidak Bertentangan dengan :
1.Kepentingan Nasional
2.Kepentingan Negara 3.Peraturan UU
4.Mengindahkan Unsur-Unsur Agama
Pasal 4 Hak
Individu Pasal 3
Hak Ulayat Masyarakat Hak
Adat Aspek Publik dan Privat
Pasal 2 Hak
Menguasai Pasal 1
Hak Bangsa Religius
Abadi Aspek Publik
Aspek Perdata
1.Mengatur persediaan
penggunaan, peruntukan dan
pemeliharaan 2.mengatur
hubungan hukum
3
.mengatur hubungan
hukum dan perbuatan
hukum
1.Sesuai dengan Kepentingan
Nasional 2.Negara
3.Persatuan Bangsa 4.Tidak
Bertentangan dengan Undang-
Undang Kekayaan
Nasioanal, bumi, air dan
ruang angkasa serta kekayaan
alam yang terkandung
didalamnya Hak Individu untuk menggunakan
tanah yang bersangkutan sesuai dengan batas-batas menurut UU
baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain atau badan
hukum
Pasal 7 Tidak merugikan kepentingan Umum dan
penguasaan tanah melampaui batas tidak diperkenankan
Pasal 6 Tanah Berfungsi
sosial
UUPA No. 5 Tahun 1960
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dari Bagan yang digambarkan diatas, maka Berdasarkan hak menguasai Negara tersebut, negara berwenang menentukan adanya macam-macam hak atas
permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-
badan hukum. Hak-hak atas tanah tersebut ditentukan antara lain adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan lain-lain. Kesemua hak-hak atas
tanah tersebut untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi pemegang hak, maka harus dilakukan pendaftaran sebagai alat bukti hak yang konkret.
Dalam penjelasan Pasal 2 PP 24 1997 Tentang pendaftaran tanah ada disebutkan 3 azas pendaftaran tanah yang sangat krusial hal itu mengingat dinamika
atau perkembangan yang terjadi dimasyarakat. Adapun ketiga azas tersebut dalah : 1.
Azas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah. Sedangkan azas aman dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa pendaftaran tanah perlu
diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.
2. Azas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang memerlukan.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
3. Azas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya
dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban
mendaftar dan pencatatan perubahan-perubhan yang terjadi di kemudahan hari. Azas mutakhir menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus
menerus dan berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan, dan masyarat dapat
memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat. Untuk itulah diberlakukan pula azas terbuka.
Dalam Pasal 19 UUPA menyebutkan, bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak-hak atas tanah harus didaftarkan pendaftaran tanah berfungsi untuk
melindungi pemilik. Disamping itu pendaftaran tanah tanah juga berfungsi untuk mengetahui status bidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk
apa dipergunakan dan sebagainya, dengan kata lain pendaftaran tanah bersifat land information system dan geografis information system.
27
Kepastian hukum sebagaimana apa yang diatur dalam pasal 19 UUPA harus meliputi :
1. Kepastian mengenai orang badanbadan hukum yang menjadi pemegang hak,
Kepastian ini disebut juga kepastian mengenai subjek hak.
27
Hj.Chadidjah Dalimunthe, SH. MHum, Pelaksanaan Landreform Di Indonesia Dan Permasalahannya, Cetakan III, Edisi Revisi, Februari 2005, Penerbit Universitas Sumatera Utara, hal
169.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
2. Kepastian mengenai letak, batas-batas serta luas bidang tanah.
28
Yang dimaksud dengan pendaftaran hak dalam tulisan ini adalah pendaftaran hak-hak atas tanah dalam daftar umum, yaitu daftar-daftar yang terbuka bagi setiap
orang yang memerlukan keterangan dari daftar-daftar itu, atas nama para pemegang haknya.
Pendaftaran hak itu dapat dibagi dalam dua macam, yaitu : 1.
Pendaftaran hak dengan daftar-daftar umum yang mempunyai kekuatan bukti. Yang dimaksud dengan daftar umum yang mempunyai kekuatan bukti adalah
daftar umum yang membuktikan orang yang terdaftar didalamnya sebagai pemegang yang syah secara hukum.
2. Pendaftaran hak dengan daftar umum yang tidak mempunyai kekuatan bukti.
Yang dimaksud dengan daftar umum yang tidak mempunyai kekuatan bukti adalah daftar umum yang tidak membuktikan orang orang yang terdaftar
didalamnya sebagai pemegang hak yang syah menurut hukum.
29
Sedangkan mengenai sistem pendaftaran tanah dari apa yang dimaksudkan oleh pasal 19 UUPA beserta penjelasannya ada mengenal beberapa ciri-ciri
khususnya.
30
a. Torrens System.
b. Asas Negatif.
c. Asas Publisitas.
d. Asas Spesialitas
e. Rechtkadaster
f. Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum
28
H.Rustam Effendi Rasyid, Pendaftaran Tanah dan PPAT, hal 7.
29
Ibid, hal 10.
30
Prof.DR.AP.Parlindungan, SH, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Penerbit Mandar Maju1998Bandung, hal 126.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Agar dapat lebih mudah memahaminya akan dibuat dalam skema dibawah ini :
Pemastian Lembaga Rechts Kadaster
Kepastaian Hukum Perlindungan Hukum
Pasal 19 UUPA Jo PP 271997 Tentang Pendaftaran Tanah
Asas Spesialitas Asas Publisitas
Asas Negatif Torrens System
Ad a. Torrens System
Sistem Pendaftaran tanah di Indonesia setelah berlakunya UUPA dan kemudian PP Nomor 10 Tahun 1961 yang kemudian direvisi dengan PP Nomor 24
Tahun 1997, mempergunakan sistem Torrens, yang dipergunakan di seantero Asia, seperti Malaysia, India, Singapore, Filipina dan juga di Australia dan bagian barat
Amerika Serikat.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Sebelumnya pendaftaran tanah di Indonesia konkordan dengan negeri Belanda yaitu Pendaftaran Tanah German ataupun Continental system, dengan kantor
Kadaster dan Kepala kantor kadaster juga adalah Pejabat Balik Nama Overrschrijvings Ambtenaar.
System Torrens ini selain sederhana, efisien dan murah dan selalu dapat diteliti pada akta pejabatnya siapa-siapa yang bertanda tangan pada akta PPAT-nya
dan demikian pula pada sertifikat hak atas tanahnya, maka jika terjadi mutasi hak, maka nama dari sebelumnya dicoret dengan tinta halus, sehingga masih terbaca dan
pada bagian bawahnya tertulis nama pemilik yang baru disertai dengan alas haknya.
31
Ad b. Asas Negatif. Pendaftaran tanah menganut asas negatif, artinya belum tentu seseorang yang
tertulis namanya pada sertifikat tanahnya adalah sebagai pemilik yang mutlak. Didalam pasal 23 ayat 2 atau pasal 32 ayat 2 dan pasal 38 ayat 2 PP
241997, bahwa pendaftaran itu merupakan alat pembuktian yang kuat, dan tidak tertulis sebagai satu-satunya alat pembuktian tentu kalau demikian sebagai asas
positif
32
, dan jika kita perhatikan pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan, bahwa Pendaftaran Tanah memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum
kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktian dirinya sebagai pemegang hak
yang bersangkutan idem pasal 4 PP Nomor 24 Tahun 1997.
31
Ibid, hal 127
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Asas negatif tersebut hanya dapat berlangsung 5 lima tahun dan setelah itu jika tidak ada gugatan ke pengadilan. Disini asas negatif tersebut dibatasi hanya 5
lima tahun setelah diterbitkan sertifikatnya. Dengan asas negatif tersebut sungguhpun terbatas hanya sampai 5 lima tahun, namun tenggang waktu selama 5
lima tahun tersebut adalah merupakan tempo yang terbaik dalam pendaftaran tanah. Pembuktian hak-hak atas tanah di Indonesia sangatlah kompleks sekali karena
tidak ada tradisi ataupun peraturan yang menyebutkan keharusan pendaftaran tanah tersebut. Banyak hak-hak atas tanah tidak mempunyai bukti tertulis atau hanya
berdasarkan keadaan tertentu diakui sebagai hak-hak seseorang berdasarkan kepada hak-hak adat dan diakui oleh yang empunya sempadan tanah tersebut.
Jika terjadi mutasi kadangkala tidak ada bukti peralihannya ataupun bukti berupa surat-surat segel bermeterai yang telah ditandatangani oleh Kepala Desa dan
saksi-saksi. Memang pemerintah Hindia Belanda tidak pernah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendaftarkan hak-hak tanah adat di Indonesia, tentunya
biaya untuk ini besar sekali, dan keadaan inilah yang kita warisi. Memang ada kantor Kadaster yang berada di Kota-kota besar yang mencatat
pendaftaran tanah-tanah yang berstatus hak-hak barat. Hanya di Yogyakarta dan Surakarta pendaftaranya baik, dan ada juga di beberapa keresidenan ditetapkan
peraturan untuk memperoleh hak-hak tanah menurut hukum adat. Demikian pula ada beberapa Sultan yang melakukan pendaftaran tanah di
wilayahnya, seperti di Deli Sumatera Timur dengan grant Sultan, di Riau dengan grant Sultan Siak, dan di Kepulauan Lingga dengan grant Sultan Lingga.
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pengertian asas negatif tidak berarti Kantor Pertanahan akan gegabah saja menerima permohonan pendaftaran tanah tetapi selalu harus melalui suatu
pemeriksaan yang disebut Panitia Tanah A menurut system torrens disebut examiner of title, atapun pendaftaran sistematik dengtan panitia ajudikasi harus mengadakan
penelitian yang seksama dengan sejumlah pembuktian, saksi-saksi dan tetua desa dan dengan pengumuman melalui media massa dan pengumuman di atas tanah yang
dimohon untuk didaftarkan.
33
Oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Examiner of title tersebut diserahkan kepada Panitia Ajudikasi untuk pendaftaran sistematik dan Panitia Tanah
A, masih ada pada pendaftaran sporadis yang dilakukan oleh Kepala kantor Pertanahan setempat.
Pendaftaran yang kemudian dikembangkan oleh Peraturan Pemerintah 24 Tahun 1997 ini dapat disebutkan pendaftaran tanah yang negatif terbatas
bertendensi positif. Ad c. Asas Publisitas
Sesuai dengan pasal 3 PP 24 Tahun 1997, bahwa Pendaftaran tanah itu juga untuk memberikan informasi pertanahan kepada pemerintah dan kepada umum. Oleh
karena itu setiap orang berhak untuk meminta informasi dari Kantor Pertanahan sampai juga berhak untuk meminta Surat Keterangan Pendaftaran Tanah SKPT
yang berisikan jenis hak, luasnya, lokasinya, dalam keadaan sita atau sedang berperkara dan sebagainya, karena penyebutan Surat Keteranggan Pendaftaran Tanah
33
Ibid, hal 128
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
dikonotasikan sudah ada Pendaftaran tanah dan dibuktikan dengan surat keterangan dari Kantor Pendaftaran Tanah dan begitu mengelirukan istilah ini, sampai-sampai
ada SKPT yang diagunkan. SKPT sebenarnya satu surat keterangan informasi dari Kantor Pendaftaran Tanah kini tugas tersebut diemban Kantor Pertanahan.
Asas Publisitas ini juga berkaitan dengan jika ada beberapa hal persyaratan dalam menetapkan hak seseorang akan dianggap berlaku bagi pihak ketiga, jika
memang didaftarkan di Kantor Pertanahan. Ad d. Asas Spesialitas
Didalam asas spesialitas ini diartikan, bahwa pendaftaran tanah terutama dari surat ukur adalah jelas sekali, karena himpunannya adalah desa disertai pula jalan dan
nomor dari jalan tersebut, sehingga akan mudah ditelusuri lokasi tempat dimana objek tanah yang telah didaftarkan.
Ad e. Rechtkadaster Asas rechtkadaster pada awalnya belum ada terlihat, sebab pada awalnya
dalam ketentuan PP Nomor 10 tahun 1961 dikatakan, bahwa pendaftaran tanah hanya untuk pendaftaran hak, tanpa ada tujuan lain.
Namun dengan berlakunya UU No.12 Tahun 1985 dan direvisi dengan UU Nomor 12 Tahun 1994 dan terakhir dengan UU Nomor 21 Tahun 1997 tentang biaya
balik nama, maka kini PPAT dan kantor Pertanahan tidak boleh menerima pembuatan akta tanah PPAT dan penerbitan sertifikat tanah sebelum dibayar pajak balik nama
dan biaya balik nama tersebut. Ad f. Asas Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Berbeda dengan ketentuan yang ada didalam pasal 19 UUPA, maka pada pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan, bahwa pendaftaran tanah itu untuk
memperoleh kepastian hukum dan perlidungan hukum bagi sipemilik bidang tanah. Namun tidak berarti sistem pendaftaran tanah sebagaimana yang termaktub di dalam
PP Nomor 24 Tahun 1997 tersebut adalah bersifat positif. Ad g. Pemastian Lembaga
Yang dimaksud dengan pemastian lembaga disini adalah bahwa ada dua instansi yang melakukan recording tersebut, yaitu Kantor Pertanahan melakukan
Pendaftaran yang pertama kali dan kemudian pendaftaran berkesinambungan lihat pasal 1 PP Nomor 24 Tahun 1997 dan pasal 5 dan 11 PP 24 tahun 1997 recording of
title and continous recording. Sedangkan kompetensi PPAT adalah membantu Kepala Kantor Pertanahan
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu Pembuatan Akta PPAT, seperti yang dirumuskan dalam pasal 6 ayat 2 PP Nomor 24 Tahun 1997 recording of deeds
of conveyance mutasi hak, pengikatan jaminan dan pendirian hak baru Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai diatas Hak Milik.
Didalam ayat 3 Pasal 19 PP Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan, bahwa biaya pendaftaran ini mahal sekali, sehingga tergantung dari anggaran yang tersedia,
peralatan, kepegawaian dan sarana maupun prasarana yang diperlukan. Sehingga diprioritaskan daerah-daerah tertentu terutama yang mempunyai lalu-lintas
perdagangan yang tinggi, satu dan lainnya menurut pertimbangan dari menteri yang bersangkutan dan urgensi yang ada, sungguhpun pada waktu ini di seluruh wilayah
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Indonesia, yaitu di tiap kapubatenkotamadya sudah ada kantor-kantor Pertanahan malahan ada Perwakilan Kantor Pertanahan.
34
Selain itu, dalam ayat 4 PP Nomor 24 Tahun 1997 juga telah memberikan suatu kejelasan tentang kemungkinan rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari
pembayaran biaya-biaya dalam pendaftaran dan kemungkinan dengan pendaftaran yang disubsidi oleh pemerintah, seperti prona Proyek Operasi Nasional Agraria dan
demikian juga pendaftaran dengan sitem Ajudikasi dengan bantuanpinjanaman dana dari Bank Dunia.
35
Dasar hukum dari prona adalah Kepmen 1891981 Yo 2661982, dimana prona dilaksanakan dalam rangka percepatan pendaftaran dan kemudian juga Prona
untuk golongan mampu memiliki tujuan utama, yang antara lain adalah : 1.
Melaksanakan program penyertifikatan tanah secara massal di seluruh Indonesia dengan mengutamakan golongan ekonomi lemah.
2. Menyelesaikan secara tuntas sengketa-sengketa tanah yang bersifat strategis.
36
Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 berlakulah sejumlah peraturan pendaftaran tanah, apakah itu dilakukan oleh Kotamadya-
kotamadya, seperti di Medan, Jakarta, ataupun yang berasal Dari daerah swapraja, seperti Yogyakarta, Surakarta dan lain-lain.
Demikian pula kita mengenal pendaftaran tanah menurut ketentuan Overschrijvingsordonnantie sesuai dengan S 1834-27 dan dilakukan oleh Kantor
34
Ibid, hal 130
35
Ibid, hal 31
36
Ibid
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kadaster di bawah Departemen Kehakiman. Kemudian setelah tahun 1947 pendaftaran itu merupakan tugas Dari Jawatan Pendaftaran Tanah dan setelah
dibentuk Departemen Agraria menjadi suatu Direktorat Jenderal dibawah Departemen Agraria.
37
Selain itu juga, sejumlah hak-hak yang tunduk kepada hukum adat ada dilaksanakan pendaftarannya sungguhpun masih sangat sederhana sekali, seperti
pendaftaran yang dilakukan oleh Kesultanan Deli, Riau, Lingga ataupun di daerah Jambi Kotamadya dan kabupaten Batanghari. Pendaftaran menurut S 1834-27
dilaksanakan berdasarkan ketentuan dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata Barat, Sedangkan hukum adat dengan ketentuan hukum adat ataupun berdasarkan
suatu ketentuan dari pemerintah Hindia Belanda.
38
37
Ibid
38
Ibid
Amran Simbolon : Analisis Yuridis Mengenai Faktor Tidak Didaftarkannya Perubahan Data Fisik Dan Data..., 2008 USU e-Repository © 2008
Untuk lebih jelasnya akan dibuat bagan Pemastian Lembaga dibawah ini : BPN
PPAT Kantor Pertanahan
Recording Of deeds of Conveyance
1.Recording Of Title 2.Continuos recording
1.Mutasi 3. Panitia Pembebasan
2.Pengikatan Hak Tanggungan
4.Pengawas PPAT
3.Pemberian Hak Baru
5.Panitia Tanah 6.Dan lain-lain
Akta PPAT
H. Konsepsi