Herman : Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 13 Kabupaten dan 6 Kota dengan jumlah penduduk 11.476.272 jiwa dan populasi penduduk miskin 24,2 memiliki 46 Rumah
Sakit dan 402 Pusat Kesehatan Masyarakat, diperkirakan memiliki angka prevalensi kebutaan akibat glaukoma yang lebih kecil dari pada prevalensi kebutaan akibat
glaukoma secara nasional seperti pada penelitian Sri Ninin Asnita di Kabupaten Karo tahun 2004 didapat prevalensi kebutaan akibat glaukoma sebesar 0,094.
11,12
Berikut ini adalah penelitian yang dilakukan di Sumatera Utara oleh Departemen Mata tahun 2004
didapat angka kebutaan sebagai berikut : kebutaan akibat Katarak Tanjung Balai 0,37; Karo 0,41 , Glaukoma Karo 0,094 , Kelainan Refraksi Tanjung Balai 0,09;
Karo 0,12 , Gangguan Retina Tanjung Balai 0,06; Karo 0,11 , dan Kelainan Kornea Tanjung Balai 0,11; Karo 0,08 . Hal ini mendorong penulis untuk
melakukan penelitian prevalensi kebutaan akibat glaukoma khususnya di Kabupaten Tapanuli Selatan yang terdiri dari 12 Kecamatan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa prevalensi kebutaan akibat glaukoma di Kabupaten Tapanuli selatan.
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi angka kebutaan akibat glaukoma
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Herman : Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Mendapatkan angka kebutaan akibat glaukoma untuk Kabupaten Tapanuli selatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutaan tersebut.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik geografi Kabupaten Tapanuli selatan.
2. Untuk mengetahui gambaran karakteristik sosio – demografi responden atau
penderita kebutaan akibat glaukoma di wilayah Kabupaten Tapanuli selatan. 3.
Untuk mengetahui gambaran kesehatan mata responden di wilayah Kabupaten Tapanuli selatan.
4. Untuk mengetahui gambaran budaya di wilayah Kabupaten Tapanuli selatan.
5. Untuk mengetahui gambaran sarana dan prasarana kesehatan mata di wilayah
Kabupaten Tapanuli selatan. 6.
Untuk mengetahui gambaran kebutaan akibat glaukoma di wilayah Kabupaten Tapanuli selatan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Dengan penelitian ini, dapat dibuat pemetaan tentang kebutaan akibat glaukoma
di wilayah Kabupaten Tapanuli selatan. 2.
Dapat dibuat kebijakan yang berkaitan dengan penatalaksanaan kabupaten akibat glaukoma serta estimasi proyek kegiatan yang dapat menurunkan angka kebutaan
tersebut.
Herman : Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
1.5. HIPOTESA
Terdapat angka kebutaan akibat glaukoma yang lebih rendah di Kabupaten Tapanuli selatan pada tahun 2009 dibandingkan dengan angka kebutaan nasional.
Herman : Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Tabel 1.1 Klasifikasi ICD 10 terhadap penurunan penglihatan Category of Visual Impairment
Level of Visual Acuity Snellen Low Vision
1 Less than 618 to 660 2 Less than 660 to 360
Blindness 3 Less than 360 Finger Counting at 3 m to
160 Finger Counting at 1 m or visual field between 5 – 10
4 Less than 160 Finger Counting at 1 m to light perception or visual field less than 5
5 No Light perception
Herman : Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA