Herman : Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan Cross Sectional atau potong lintang yang bersifat deskriptif, artinya subjek yang diamati baik pada saat
monitoring biologic dan pengukuran tingkat pengetahuan masyarakat dinilai dengan pengamatan pada saat bersamaan transversal atau dengan satu kali pengamatan atau
pengukuran.
4.2. PEMILIHAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan di kabupaten Tapanuli Selatan yang merupakan daerah dataran tinggi dengan penentuan sampel secara purposif, sesuai dengan insiden dan
kriteria yang ada.
4.3. POPULASI PENELITIAN
Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang ada di wilayah kerja seluruh Puskesmas dalam satu kabupaten yang sesuai dengan kriteria penelitian selanjutnya
dilakukan pemeriksaan seluruh masyarakat desa di wilayah kerja secara sampling.
4.4. BESAR SAMPEL
Untuk mendapatkan data yang repesentif yang mewakili satu kabupaten Tapanuli selatan, maka sample diambil dari 6 kecamatan yang terpilih.
25
Herman : Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Besar sample adalah jumlah penduduk dari 6 kecamatan yang terpilih yang dianggap mewakili satu kabupaten yang ada di wilayah, dimana jumlah sample yang
akan diambil dihitung dengan rumus Cluster Random Sampling dengan metode Proportional Allocation Method, yaitu :
Dimana : n
= Jumlah sampel minimal yang akan diambil dalam
Penelitian ini. N
= Jumlah populasi
Z =
Nilai baku normal dari tebal Z yang besarnya tergantung Pada nilai = 0,05, nilai Zc = 1,96.
c
2
= Varians populasi
∑ ai + P mi
2
= ∑ ai
2
– 2P ∑aiMi + P
2
∑mi
2
= n - 1
n - 1
G =
galat pendugaan, diasumsikan 3 . M
= Rerata kejadian buta glaukoma = ∑ mi
n
N Z
2
c
2
n = N G
2
M
2
+ Z
2
c
2
Herman : Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Untuk menentukan jumlah sampel untuk masing-masing wilayah kerja Puskesmas dihitung dengan rumus : n
h
=
N n
N
h
Dengan demikian, sampel jumlah untuk masing – masing Kecamatan yaitu : c
2
= Varians populasi
∑ ai + P mi
2
= ∑ ai
2
– 2 P ∑ai Mi + P
2
∑ mi
2
= n -1 n -1
= 19345,13849
P = Proporsi kebutaan akibat glaukoma
= ∑ ai
∑ mi =
0,1 =
∑ mi n
= 968,538 mi
= jumlah kebutaan secara nasional = 1,5
ai = jumlah kebutaan akibat glaukoma
= 0.20
Herman : Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Dengan demikian, sample jumlah untuk masing-masing kecamatan, yaitu : Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kabupaten Tapanuli selatan
Kecamatan Jlh penduduk
Nh Jumlah
kebutaan nasioal
1,5 Mi
Taksiran glauko ma
0,2 Ai
mi² ai²
Miai G 3
Angkola Barat 47087
706 94
498867 8869
66516 22
Sayurmatinggi 36733
551 73
303595 5397
40479 17
Batang Angkola 30771
462 62
213042 3787
28406 15
Sipirok 30494
457 61
209224 3720
27897 15
Batang Toru 25918
389 52
151142 2687
20152 12
Angkola Timur 23548
353 47
124764 2218
16635 11
194551 2918
389 1500635
26678 200085
93 Sumber : BPS prop. Sumut tahun 2008
Herman : Prevalensi Kebutaan Akibat Glaukoma Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
4.5. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI Kriteria Inklusi :