Deskripsi data Pengujian Asumsi Multikolinieritas Pembentukan Klaster K-Means Jumlah Anggota Klaster Tabel 4.3.

24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi data

Berikut adalah deskripsi statistik yang digunakan untuk melihat gambaran dari data. Tabel 4.1. Deskripsi data Variabel Rataan Ragam Jumlah penduduk miskin yang bekerja di bidang formal X 1 14.739,49 469.459.833,04 Jumalah penduduk miskin yang bekerja di bidang informal X 2 50.372,92 3.619.953.702,63 Jumlah rumah tangga dengan luas lantai kurang dari 8 m 2 X 3 25.890,00 923.186.607,24 Jumlah rumah tangga dengan luas lantai lebih dari 8 m 2 X 4 25.497,21 1.292.524.266,99 Jumlah rumah tangga menggunakan air bersih X 5 28.565,88 1.525.767.394,16 Jumlah rumah tangga menggunakan jamban sendiri X 6 37.728,63 2.320.940.940,61 Jumlah rumah tangga penerima raskin X 7 52.043,21 4.920.493.964,93 Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa secara rata-rata sebagian besar penduduk miskin di indonesia bekerja di bidang informal yaitu sebesar 50.372 jiwa. Selain itu jumlah penerima raskin juga masih cukup tinggi yaitu sebesar 52.043 rumah tangga. 25

4.2 Pengujian Asumsi Multikolinieritas

Sebelum dilakukan pengklasteran, dilakukan uji asumsi Multikolinieritas untuk mengetahui ukuran kemiripan apa yang dapat digunakan. Pengujian multikolinieritas didapat hasil sebagai berikut : Tabel 4.2. Nilai VIF setiap variabel Variabel VIF X 1 2,915 X 2 3,232 X 3 2,473 X 4 2,147 X 5 1,629 X 6 1,593 X 7 1,201 Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai VIF untuk setiap variabel bernilai kurang dari 5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada variabel-variabel tersebut. Oleh karena itu, dalam melakukan pengklasteran dapat menggunakan jarak Euclidean.

4.3 Pembentukan Klaster K-Means

Hasil pengklasteran dengan menggunakan metode K-means adalah sebagai berikut :

a. Jumlah Anggota Klaster Tabel 4.3.

Jumlah anggota pada setiap klaster k-means Klaster jumlah anggota 1 395 2 76 jumlah 471 26 Berdasarkan Tabel 4.3 hasil pengklasteran didapat 2 klaster dengan jumlah anggota pada klaster pertama adalah 395 kabupaten, klaster kedua adalah 76 kabupaten dari jumlah kabupaten se-Indonesia sebanyak 471 kabupaten. b. Karakteristik Klaster Interpretasi karakteristik dari setiap klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut : 1. Klaster satu Berdasarkan persamaan 3.2 didapat nilai rata-rata setiap variabel pada klaster pertama adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Rata-rata variabel pada klaster 1 Variabel Rata-rata pada klaster 1 X 1 8.624,63 X 2 28.020,66 X 3 19.954,52 X 4 13.085,13 X 5 14.936,59 X 6 20.667,26 X 7 25.692,72 Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa pada klaster satu sebagian besar penduduk miskin bekerja di bidang informal yaitu sebesar 28.020 jiwa, sedangkan pada bidang fasilitas rumah tangga klaster satu beranggotakan kabupatenkota yang sebagian besar memiliki rumah dengan luas lantai kurang dari 8 m 2 yaitu sebesar 19.954 rumah tangga. 27 Anggota klaster satu antara lain Kabupaten Simeuleu, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Sabang, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan untuk selengkapnya terdapat pada lampiran 1. 2. Klaster Dua Berdasarkan persamaan 3.2 didapat nilai rata-rata setiap variabel pada klaster kedua adalah sebagai berikut : Tabel 4.5. Rata-rata variabel pada klaster 2 variabel rata-rata pada klaster 2 X 1 46.520,65 X 2 166.545,80 X 3 58.609,92 X 4 90.007,36 X 5 99.402,30 X 6 126.402,81 X 7 188.996,36 Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa pada klaster dua sebagian besar penduduk miskin bekerja di bidang informal yaitu sebesar 166.545 jiwa, sedangkan pada bidang fasilitas rumah tangga klaster dua beranggotakan kabupatenkota yang sebagian besar memiliki rumah dengan luas lantai lebih dari 8 m 2 yaitu sebesar 90.007 rumah tangga. Namun rumah tangga dengan luas lantai kurang dari 8 m 2 pun masih cukup tinggi yaitu sebesar 58.609 rumah tangga dan masih banyaknya penduduk miskin yang menerima raskin yaitu sebesar 188.996 rumah tangga. 28 Anggota klaster dua antara lain adalah Aceh Utara, Lampung Selatan, Cianjur, Garut, Banyumas, Lombok Barat dan untuk selengkapnya terdapat pada lampiran 1. Berdasarkan interpretasi kedua klaster tersebut, dapat disimpulkan bahwa klaster pertama yaitu klaster pekerja informal dengan fasilitas rumah tangga cukup memadai. Sedangkan klaster kedua yaitu klaster pekerja informal dengan fasilitas rumah tangga kurang memadai. Sehingga kabupaten yang ada pada klaster kedua lebih membutuhkan bantuan dibandingkan dengan kabupaten yang ada pada klaster pertama. c. Uji Variance Klaster K-means Berdasarkan persamaan 3.7, 3.8, dan 3.9 didapat hasil sebagai berikut : Tabel 4.6. Variansi setiap variabel Variabel X 1 718.054.355 611.664.319 1,17393533 X 2 9.594.606.413 2.024.722.791 4,73872594 X 3 761.100.700 1.641.170.185 0,46375489 X 4 2.958.515.061 1.180.758.363 2,50560585 X 5 3.567.228.316 1.090.978.948 3,26974991 X 6 5.590.002.996 1.555.498.689 3,59370473 X 7 13.334.040.132 2.846.127.209 4,68497687 Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai terbesar ada pada variabel X 2 yaitu sebesar 4,73872594, sehingga variabel bekerja di bidang informal adalah variabel yang memiliki 29 perbedaan paling berarti pada klaster 1 dan klaster 2 serta merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pembentukan klaster.

4.4 Pembentukan Klaster K-Median