29 perbedaan paling berarti pada klaster 1 dan klaster 2 serta merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap pembentukan klaster.
4.4 Pembentukan Klaster K-Median
Hasil pengklasteran dengan menggunakan metode K-median adalah sebagai berikut :
a. Jumlah Anggota Klaster
Tabel 4.7. Jumlah anggota pada setiap klaster k-median
Klaster Jumlah
anggota
1 99
2 372
jumlah 471
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil pengklasteran didapat 2 klaster dengan jumlah anggota pada klaster pertama adalah 99 kabupaten dan pada
klaster 2 terdapat 372 kabupaten dari jumlah kabupaten se-Indonesia sebanyak 471 kabupaten.
30 b. Karakteristik Klaster
Interpretasi karakteristik dari setiap klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut :
1. Klaster 1 Berdasarkan persamaan 3.2 didapat nilai rata-rata setiap
variabel pada klaster pertama adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8. Rata-rata setiap variabel pada klaster 1
variabel rata-rata pada
klaster 1
X
1
42.360,63 X
2
146.597,74 X
3
54.288,05 X
4
79.376,83 X
5
89.883,41 X
6
113.601,81 X
7
165.693,96 Berdasarkan Tabel 4.8 klaster pertama beranggotakan
kabupaten yang sebagian besar penduduknya bekerja di bidang informal yaitu sebesar 146.597 jiwa, sedangkan pada bidang fasilitas
rumah tangga klaster pertama beranggotakan kabupaten yang sebagian besar rumah tangganya memiliki rumah dengan luas lantai
lebih dari 8 m
2
yaitu sebesar 79.376 rumah tangga. Namun rumah tangga dengan luas lantai kurang dari 8 m
2
pun masih cukup tinggi yaitu sebesar 54.288 rumah tangga dan masih banyaknya rumah
tangga yang berstatus sebagai penerima raskin yaitu sebesar 165.693 rumah tangga.
31 Anggota klaster satu antara lain adalah Kabupaten Aceh Utara,
Subang, Banyumas, Lamongan, Lombok Barat, Lombok Timur dan untuk selengkapnya terdapat pada lampiran 1.
2. Klaster Dua Berdasarkan persamaan 3.2 didapat nilai rata-rata setiap
variabel pada klaster kedua adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9. Rata-rata setiap variabel pada klaster 2
variabel rata-rata pada
klaster 2
X
1
7.388,70 X
2
24.764,69 X
3
18.332,45 X
4
11.158,28 X
5
12.247,5 X
6
17.536,57 X
7
21.797,43
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa pada klaster kedua beranggotakan kabupaten yang sebagian besar penduduknya bekerja
di bidang informal yaitu sebesar 24.764 jiwa, sedangkan pada bidang fasiltas rumah tangga sebagian besar rumah tangga memiliki rumah
dengan luas lantai kurang dari 8 m
2
, dan rumah tangga penerima raskin relatif rendah yaitu sebesar 21.797 rumah tangga.
Anggota klaster dua antara lain adalah Kabupaten Simeuleu, Sabang, Padang, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Kota Bogor dan untuk
selengkapnya terdapat pada lampiran 1.
32 Berdasarkan interpretasi kedua klaster tersebut, dapat disimpulkan
bahwa klaster pertama adalah klaster pekerja informal dengan fasilitas rumah tangga kurang memadai, sedangkan klaster kedua adalah klaster
pekerja informal dengan fasilitas rumah tangga cukup memadai. Sehingga kabupaten yang ada pada klaster pertama lebih membutuhkan bantuan
dibandingkan dengan kabupaten yang ada pada klaster kedua. c.
Uji Variance Klaster K-median Berdasarkan persamaan 3.7, 3.8, dan 3.9 didapat hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.10. Variansi setiap variabel
Variabel
X
1
611.518.110,1 528.972.334,1
1,156049326 X
2
7.421.645.859 2.229.769.775
3,328435941 X
3
646.402.449,2 1.376.121.469
0,469727756 X
4
2.326.885.700 1.100.203.573
2,114959228 X
5
3.013.667.582 1.011.294.993
2,980008408 X
6
4.614.265.706 1.498.189.586
3,079894393 X
7
10.353.109.573 3.063.649.882
3,379338361 Berdasarkan
Tabel 4.10
terlihat bahwa
nilai terbesar terdapat pada variabel X
7
yaitu sebesar 3,379338361. Sehingga variabel jumlah penerima raskin adalah variabel yang memiliki
perbedaan paling berarti pada klaster 1, dan klaster 2 serta merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pembentukan klaster.
33
4.5 Analisis Diskriminan