6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesejahteraan
Kesejahteraan mencakup bidang-bidang kehidupan yang sangat luas dan semua aspeknya tidak dapat diukur. Sebuah keluarga dapat dikatakan
sejahtera apabila seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari keluarga tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan tingkat hidup masing-masing
keluarga [2]. Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi
dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang
mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya [2].
2.2 Kemiskinan
Masalah sosial bersifat relatif, namun secara pasti banyak sekali permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Untuk
memudahkan penanganannya, pemerintah mengklasifikasikan masalah sosial dalam lima masalah utama, yaitu kemiskinan, kecacatan,
keterlantaran, ketunaan sosial, dan kebencanaan. Namun di antara kelima
7 masalah sosial tersebut, kemiskinan merupakan akar utama terjadinya
seluruh permasalahan sosial. BPS mendasarkan pada besarnya Rupiah yang dibelanjakan
perkapita perbulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non makanan. Kebutuhan minimum makanan menggunakan patokan 2100 kalori
perhari. Kebutuhan non makanan meliputi perumahan, sandang, aneka barang dan jasa. Pengeluaran bukan makanan dibedakan antara perkotaan
dan pedesaan. Pola ini telah dianut oleh BPS sejak tahun 1976. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang
biasa untuk dimiliki seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum, hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Secara konseptual,
kemiskinan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu : 1. Kemiskinan kronis chronic poverty yang terjadi secara simultan atau
disebut juga sebagai kemiskinan struktural. Fakir miskin atau rumah tangga miskin memerlukan penanganan yang menyeluruh, terpadu secara
lintas sektor, dan berkelanjutan. 2. Kemiskinan sementara transient poverty yang ditandai dengan
menurunnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis,
bencana alam dan bencana sosial, seperti korban konflik sosial. Kemiskinan sementara jika tidak ditangani secara serius dapat menjadi
kemiskinan kronis.
8 Kemiskinan memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar pangan, sandang dan papan.
2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi.
3. Ketiadaan jaminan masa depan karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga.
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal. 5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatsaan sumber alam.
6. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat. 7. Ketiadaaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan. 8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaksinambungan sosial anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal
dan terpencil. Terdapat 14 indikator kemiskinan yaitu luas lantai, jenis lantai, jenis
dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penghasilan kepala rumah tangga, sumber penerangan rumah tangga, jenis bahan bakar
untuk memasak setiap hari, frekuensi pembelian pakaian baru dalam setahun, frekuensi mengkonsumsi daging atau susu dalam seminggu,
9 frekuensi makan dalam sehari, biaya kesehatan, pendidikan tertinggi kepala
rumah tangga, dan tabungan [12].
2.3 Analisis Klaster