memotivasi kerja, melainkan juga setiap orang membutuhkan uang. Namun, guru bukanlah makhluk yang bekerja semata-mata untuk
mendapatkan uang. Ia adalah makhluk sosial yang sepanjang hidupnya bukan hanya membutuhkan uang untuk mempertahankan eksistensi
hidupnya, melainkan juga membutuhkan aspek-aspek lain, seperti hubungan sosial, harga diri, pengakuan, dan pertumbuhan. Sedangkan
pada model yang ketiga, lebih mementingkan faktor-faktor psikologis dari pada fisiologis yaitu mendorong guru untuk tumbuh dan berkembang
dalam bekerja. Dengan demikian memotivasi kerja guru seharusnya dilakukan dengan berupaya memenuhi faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kepuasan psikologis guru, misalnya melalui pengakuan, membina pertumbuhan guru, promosi guru, pemberian tanggung jawab,
prestasi.
B. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah
1. Pengertian Supervisi Akademik
Istilah supervisi berasal dari kata ”super” dan ”vision” yang masing- masing kata itu adalah atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi
berarti penglihatan dari atas. Pengertian tersebut merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari
pada yang dilihat.
17
Istilah melihat dalam pengertian tersebut, searti dengan mengontrol, menilik atau mengawasi. Dari uraian tersebut maka, dalam hal ini yang
diawasi yaitu tugas serta tanggung jawab yang telah diberikan oleh atasan. Apakah para bawahan guru telah melaksanakan tugas serta tanggung jawab
tersebut, sesuai standarketentuan yang telah ditetapkan atau tidak. Jika terdapat masalah maka akan dimusyawarahkan untuk memecahkan
permasalahan tersebut, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan maksimal.
17
Subari, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, Jakarta: bumi Aksara, 1994, Cet. I, h. 1.
Pada dasarnya supervisi diarahkan pada dua aspek yaitu supervisi akademik yang berhubungan dengan pelaksanaan proses pembelajaran dan
supervisi manajerial yang berhubungan dengan pengelolaan dan administrasi sekolah.
Sebagaimana dikemukakan oleh Made Pidarta bahwa supervisi ditinjau dari segi keahliannya dibedakan menjadi dua yaitu supervisor umum dan
supervisor spesialis. Tugas supervisor umum berkaitan dengan pemantauan pelaksanaan kurikulum dan upaya perbaikannya. Selain itu kewajiban
supervisor umum yang lebih penting yaitu memotivasi guru sehingga lebih bergairah dalam bekerja. Sedangkan supervisor spesialis menangani hal-hal
yang berkaitan dengan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi menyeleksi materi, pengembangan materi, pengembangan alatmedia
pembelajaran, perencanaan program dan pelaksanaannya, menilai program dan pelaksanaannya dan lain sebagainya. Seperti halnya supervisor umum,
supervisor spesialis juga berkewajiban meningkatkan motivasi guru dalam bekerja.
18
Suharsimi arikunto dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar supervisi menjelaskan
bahwa supervisi
Akademik adalah
supervisi yang
menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk
membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar.
19
Sedangkan Glickman 1981, menegaskan bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Lebih lanjut, Daresh
1989 menjelaskan bahwa supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran.
20
18
Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, h. 84.
19
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet I, h. 5.
20
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru..., h. 2.
Dari pendapat para ahli tersebut, maka nampak jelas bahwa, esensi supervisi akademik yaitu membantu guru dalam mengembangkan kemampuan
profesionalismenya bukan menilai performansi guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Syaiful Sagala mengemukakan bahwa pengawasan akademik adalah bantuan professional kesejawatan yang
dilakukan pengawas sekolah melalui dialog kajian masalah pendidikan menggunakan teknik-teknik supervisi atau pengembangan untuk menemukan
solusi, atau berbagai alternatif pengembangan dalam upaya peningkatan kemampuan profesional, dan komitmen guru, kepala sekolah, dan staf sekolah
lainnya guna mempertinggi prestasi belajar siswa, dan kinerja sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, relevansi, efisiensi dan akuntabilitas pendidikan.
21
Selanjutnya menurut pendapat Harris sebagaimana dikutip Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian mengemukakan supervisi akademik adalah
apa yang dilakukan oleh petugas sekolah terhadap stafnya untuk memelihara maintain atau mengubah pelaksanaan kegiatan di sekolah yang langsung
berpengaruh terhadap proses mengajar guru dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
22
Dengan demikian, dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik merupakan kegiatan bimbinganbantuan terhadap
guru-guru dalam memperbaiki, mengembangkan atau meningkatkan situasi pembelajaran.
Dalam pelaksanaanya, hendaknya supervisor tidak mencari-cari kesalahan yang diperbuat oleh guru tetapi membimbing para guru-guru dan bersama-
sama membicarakan permasalahan yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini para guru dijadikan sebagai partner kerja, mereka
akan merasa lebih dihargai dan lebih semangat untuk bekerja.
21
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010, Cet. I, h. 157.
22
Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice Education Jakarta: Rineka Cipta, 1992, h. 56.
2. Tujuan Supervisi Akademik
Para ahli pendidikan mempunyai pandangan masing-masing mengenai tujuan supervisi pendidikan sesuai sudut pandang masing-masing, namun
mereka sepakat tujuan inti dari supervisi akademik adalah membantu guru meningkatkan kualitas profesionalnya dalam mengajar. Di bawah ini penulis
cantumkan tujuan supervisi akademik menurut pendapat para ahli: a. Hariwung 1989 mengemukakan tujuan supervisi akademik adalah
membantu guru untuk bertumbuh dan berkembang dalam ruang lingkup mengajar dan kehidupan kelas, memperbaiki keterampilan
mengajar, dalam memperluas pengetahuan mereka serta menggunakan persiapan mengajar.
23
b. Glickman 1985 mengatakan tujuan supervisi akademik untuk membantu guru-guru belajar bagaimana meningkatkan kemampuan
dan kapasitasnya, agar murid-muridnya dapat mewujudkan tujuan belajar yang telah ditetapkan.
24
c. Neagle 1980 mengatakan bahwa melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin
meningkat.
25
Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan kemampuan dan
keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen commitmen atau kemampuan willingness atau motivasi motivation guru.
Sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.
Sedangkan menurut Sergiovanni 1987 dijelaskan lebih lengkap lagi tujuan supervisi akademik, sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut:
23
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan..., h. 104.
24
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru..., h. 4.
25
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru..., h. 4.
Gambar 3.
Tiga Tujuan Supervisi Akademik 1. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor
kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan monitor ini bisa dilakukan dengan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat
guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya.
2. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami
akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
3. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya
dalam melaksanakan
tugas-tugas mengajarnya,
mendorong guru mengembangkan
kemampuannya sendiri, serta
mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh commitment terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
26
Dari beberapa pendapat mengenai tujuan supervisi akademik yang diuraikan di atas, maka pada intinya tujuan supervisi akademik yaitu untuk
26
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru..., h. 5.
membantu para guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada akhirnya
akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Jika supervisi akademik sudah tertuju pada keberhasilan siswa dalam memperoleh kualitas pembelajaran
yang lebih baik artinya supervisi akademik tersebut sesuai dengan tujuannya.
3. Fungsi Supervisi Akademik
Menurut Alfonso, Firth, dan Neville 1981 Supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multitujuan
tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan
lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan yang telah dikemukakan, supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada
gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik.
Alfonso, Firth, dan Neville 1981 menggambarkan sistem pengaruh perilaku supervisi akademik sebagaimana gambar berikut:
27
Gambar 4.
Sistem Fungsi Supervisi Akademik Gambar tersebut memperjelas kita dalam memahami sistem pengaruh
perilaku supervisi akademik. Perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui
27
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru..., h. 5-6.
supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar.
Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan
akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik.
Jadi, pada intinya fungsi supervisi akademik yaitu memberikan pelayanan supervisi untuk menumbuhkan proses belajar mengajar yang menyenangkan,
aktif, inovatif dan berkualitas. Artinya, supervisi akademik harus menjalankan fungsi-fungsinya agar tujuan dapat tercapai secara optimal.
4. Prinsip Supervisi Akademik
Para kepala sekolah baik suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi akademik. Adanya
problema dan kendala tersebut sedikit banyak bisa diatasi apabila dalam pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah menerapkan prinsip-prinsip
supervisi akademik. Akhir-akhir ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan teori
supervisi akademik sebagai landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik. Beberapa istilah, seperti demokrasi democratic, kerja kelompok team
effort, dan proses kelompok group process telah banyak dibahas dan dihubungkan dengan konsep supervisi akademik. Pembahasannya semata-
mata untuk menunjukkan kepada kita bahwa perilaku supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan
dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem persekolahan, keseluruhan anggota guru harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya
sebagai prakarsa, dalam proses supervisi akademik, sedangkan supervisor merupakan bagian darinya.
Selain itu, terdapat beberapa prinsip lain dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu sebagai berikut:
28
1. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus
bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara
supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus
memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor Dodd, 1972.
2. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya
dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam
keseluruhan program sekolah Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973. Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah
berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses
pembelajaran selalu muncul dan berkembang.
3. Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi
akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab
perbaikan program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya
direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di
bawah koordinasi supervisor.
4. Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam
sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku tersebut antara lain berupa sistem perilaku administratif, sistem
perilaku akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku pengembangan konseling, sistem perilaku supervisi akademik Alfonso,
dkk., 1981. Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan demikian, maka program
supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan
yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan Dodd, 1972.
5. Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik,
28
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru..., h. 7-9.
walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik
sebelumnya. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervisi akademik, berupa pengawasan kualitas,
pengembangan profesional, dan memotivasi guru, sebagaimana telah dijelaskan di muka.
6. Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam
proses pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerjan guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari kesalahan-
kesalahannya. Supervisi akademik akan mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-
problem akademik yang dihadapi.
7. Supervisi akademik harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus
obyektif. Objectivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan
nyata pengembangan profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya
instrumen pengukuran yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola
proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pelaksanaan supervisi akademik harus didasarkan pada prinsip demokratis, kerja kelompok
dan proses kelompok. Dengan kata lain, pelaksanaan supervisi akademik harus menjauhkan diri dari sifat otoriter. Selain itu, supervisi akademik dilaksanakan
berdasarkan hubungan kemanusia, berkesinambungan, integral, komprehensif, konstruktif dan objektif.
5. Dimensi Supervisi Akademik
Supervisi akademik yang baik harus mampu menghantarkan guru menjadi semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai kompetensi yang tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Oleh karena itu supervisi akademik harus menyentuh pada pengembangan seluruh
kompetensi guru.
Sehubungan dengan ini, menurut Neagley 1980 terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya,
pelaksanaannya, maupun penilaiannya yaitu sebagai berikut:
29
Pertama, apa yang disebutkan dengan substantive aspects of professional development yang selanjutnya akan disebut dengan aspek substantif. Aspek
ini menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. Aspek ini menunjuk pada kompetensi yang harus dikuasai
guru. Penguasaannya merupakan sokongan terhadap keberhasilannya mengelola proses pembelajaran. Ada empat kompetensi yang harus
dikembangkan melalui supervisi akademik, yaitu yaitu kompetensi- kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial. pemahaman dan
pemilikan guru terhadap tujuan akademik, persepsi guru terhadap murid, pengetahuan guru tentang materi, dan penguasaan guru terhadap teknik. Aspek
substansi pertama dan kedua merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-
murid belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor lainnya. Aspek substansi ketiga merepresentasikan seberapa luas pengetahuan guru
tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi yang diajarkannya. Adapun aspek substansi keempat merepresentasikan seberapa luas penguasaan
guru terhadap teknik akademik, manejemen, pengorganisasian kelas, dan keterampilan lainnya yang merupakan unsur akademik yang efektif.
Kedua, apa yang disebut dengan professional development competency areas yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi. Aspek ini
menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru tidak berbeda dengan kasus profesional lainnya. Ia harus mengetahui bagaimana mengerjakan know
how to do tugas-tugasnya. Ia harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik, murid-muridnya, materi pelajaran, dan teknik
akademik. Tetapi, mengetahui dan memahami keempat aspek substansi ini belumlah cukup. Seorang guru harus mampu menerapkan pengetahuan dan
29
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru..., h. 10-11.
pemahamannya. Dengan kata lain, ia harus bisa mengerjakan can do. Selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan will do tugas-tugas
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Percumalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau
mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Akhirnya seorang guru harus mau mengembangkan will grow kemampuan dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa, aspek substantif menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi
akademik, sedangkan aspek kompetensi menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi, dimana guru mengetahui cara mengerjakan tugas, bisa mengerjakan
tugas, mau mengerjakan tugas berdasarkan kemampuan yang dimiliki diri sendiri. Dengan demikian kedua aspek tersebut, baik aspek substansi maupun
aspek keterampilan perlu diperhatikan oleh supervisor untuk merencanakan, melaksanakan dan penilaian dalam menyelenggarakan supervisi akademik.
6. Kompetensi Supervisor Akademik
Seorang kepala sekolah dituntut memiliki berbagai keterampilan dalam rangka memainkan peranannya sebagai supervisor akademik yang baik.
Keterampilan tersebut diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas atau peranannya. Sebagai satu contoh adalah peran evaluator. Seorang supervisor
harus menilai performa guru. Maka, melaksanakan tugasya, seorang supervisor dituntut memiliki berbagai keterampilan di bidang penilaian
performa guru, antara lain dalam hal penggunaan teknik pengukuran, pengumpulan dan penginterpretasian data, keterampilan berkomunikasi dan
menetapkan standar keberhasilan. Menurut Alfonso, Firth dan neville 1981; berangkat dari konsep
keterampilan administrator yang efektif sebagaimana dikemukakan oleh Katz 1955 dan Mann 1965, terdapat tiga keterampilan yang harus dimiliki
supervisor akademik. Pertama, keterampilan teknis, keterampilan ini berkenaan
dengan pengetahuan
khusus yang
diperlukan untuk
memperformansikan fungsi-fungsi pokok atau tugas-tugas yang berkenaan
dengan posisi supervisor. Kedua, keterampilan human relation atau hubungan manusia, kemampuan berkerjasama dengan orang lain dan memotivasi dalam
bekerja. Ketiga, keterampilan manajerial, yang berkenaan dengan kemampuan membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan penting dalam mencapai
tujuan.
30
Nampak jelas bahwa keterampilan tersebut sangatlah diperlukan, agar dapat melaksanakan TUPOKSI Tugas Pokok dan Fungsi serta tanggung
jawab sebagai supervisor, yaitu dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan, kualitas proses pembelajaran maupun kualitas
hasil belajar. Menurut perkiraan Alfonso, Firth, dan Neville tentang kebutuhan
keterampilan bagi administrator dan supervisor dalam satu latar sistem persekolahan. Menurut ketiga teritikus ini seorang supervisor dalam
mengerjakan tugas-tugasnya memerlukan keterampilan teknis 50 keterampilan hubungan kemanusiaan 30, dan kemampuan manajerial
20, sedangkan seorang administrator dalam melaksanakan tugas-tugasnya memerlukan keterampilan teknis 25, keterampilan hubungan kemanusiaan
15, dan keterampilan manajerial 60.
31
Berdasarkan perkiraan tersebut, dapat dipahami bahwa seorang supervisor membutuhkan keterampilan teknis yang lebih banyak daripada seorang
administrator, sedangkan seorang administrator membutuhkan keterampilan manajerial lebih banyak daripada seorang supervisor. Artinya, seorang
supervisor harus memiliki keterampilan teknis yang cukup memadai. Sedangkan bilamana merujuk pada Permendiknas No. 12 tahun 2007,
standar kompetensi supervisi akademik yang harus dimiliki oleh Pengawas Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah SMPMTs, dapat dilihat
pada tabel berikut:
32
30
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru..., h. 17.
31
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru..., h. 17.
32
Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala SekolahMadrasah.
Tabel 1
Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Sekolah
KOMPETENSI SUB KOMPETENSI
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru.
Memahami landasan teoritik supervisi akademik
Memahami landasan hukum dan kebijakan pemerintah di bidang kurikulum dan
pembelajaran Menyusun rencana supervisi secara
sistematis sesuai dengan landasan teori dan peraturan yang berlaku
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat. Menerapkan prinsip supervisi: kontinyu,
obyektif, konstruktif, humanistik dan kolaboratif
Menerapkan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik
terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru Menyusun kriteria keberhasilan supervisi
akademik Menyusun instrumen supervisi akademik
Melaksanakan evaluasi hasil supervisi Menyusun program tindak lanjut
Dengan demikian, berdasarkan permendiknas di atas, dimensi kompetensi supervisi akademik tersebut dikembangkan menjadi beberapa subkompetensi.
Jelas bahwa kompetensi-kompetensi tersebut sangat diperlukan agar dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya meningkatkan
mutu penyelenggaraan pendidikan serta mutu proses dan hasil belajar siswa di sekolah binaannya.
7. Teknik-Teknik Supervisi Akademik
Beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki seorang guru antara
lain digolongkan menjadi teknik perseorangan individu dan teknik kelompok.
Diantara teknik-teknik tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Teknik perseorangan
Teknik perseorangan ialah teknik supervisi yang dilakukan secara perseorangan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
33
1. Kunjungan Kelas Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara
guru mengajar di kelas. Tujuannya memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan data tersebut supervisor dapat
berbincang-bincang mengenai kesulitan yang dihadapi guru. Kunjungan kelas ini berfungsi sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan
kualitas cara mengajar guru dan belajar siswa. Ada tiga macam kunjungan kelas yaitu kunjungan tanpa diberi tahu, kunjungan dengan cara
memberitahu, dan kunjungan kelas atas undangan guru 2. Observasi Kelas
Melalui kunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajar mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas, yaitu:
a. Observasi langsung: dengan menggunakan alat observasi, supervisor mencatat absen yang dilihat pada saat guru sedang mengajar.
b. Observasi tidak langsung: orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak mengetahuinya biasanya dilakukan
dalam laboratorium untuk pengajaran mikro. Tujuan observasi yaitu untuk memperoleh data yang seobjektif
mungkin, bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang di hadapi guru dalam usaha memperbaiki hal
belajar mengajar. Bagi guru sendiri data tersebut dapat membantu mereka untuk mengubah cara mengajar mereka agar lebih baik. Dan bagi murid-
murid akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.
33
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h. 53-83.
3. Percakapan Pribadi Antara supervisor dan guru melakukan pertemuan empat mata untuk
membicarakan masalah-masalah yang dihadapi guru. Tujuannya yaitu memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan
kesulitan yang dihadapi, memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik, memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang
sering dialami oleh seorang guru, serta menghilangkan dan menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
4. Saling Mengunjungi Kelas Yang dimaksud dengan saling mengunjungi kelas ialah saling
mengunjungi antara guru yang satu dengan guru yang lain yang sedang mengajar. Kegiatan ini dimaksudkan untuk bertukar pengalaman.
Keuntungannya yaitu mengamati rekan lain yang sedang memberi pelajaran, membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman atau
keterampilan tentang teknik dan metode mengajar, memberi motivasi yang terarah terhadap aktiviats mengajar, sifat bawahan dengan pemimpin tidak
ada sama sekali sehingga diskusi berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaian masalah.
5. Menilai Diri Sendiri Salah satu tugas yang tersukar adalah menilai kemampuan diri sendiri
dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga penilaian terhadap
diri sendiri merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam pertumbuhannya.
Alat yang
dapat digunakan
yaitu: daftar
pandanganpendapat yang disampaikan pada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas, menganalisis tes-tes terhadap unit-unit
kerja, mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan record baik mereka bekerja secara kelompok maupun perorangan.
b. Teknik kelompok Yang dimaksud dengan teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan
secara kelompok. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
34
1. Rapat Guru Berbagai hal yang dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang
diadakan dalam rangka kegiatan supervisi seperti hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.
Tujuannya yaitu untuk memberikan bantuan kepada seluruh guru secara umum.
2. Mengadakan Diskusi Kelompok Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-
kelompok guru bidang studi sejenis biasanya untuk sekolah lanjutan. Untuk SD dapat pula dibentuk kelompok-kelompok guru yang berminat
pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok yang telah dibentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan atau
diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar. Di dalam diskusi
supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat ataupun saran-saran yang diperlukan.
3. Mengadakan Penataran-Penataran Teknik kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah
banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran dan penataran tentang
administrasi pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik supervisi dibagi
menjadi dua golongan antara lain teknik yaitu perseorangan atau individu dan teknik kelompok. Teknik individu ini diberikan kepada guru yang mempunyai
masalah tertentu yang bersifat perorangan. Yang termasuk dalam teknik individu ini adalah kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi,
34
Ngalim Purwanto, Drs.M., Administrasi dan Supervisi pendidikan..., h. 122.
saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri. Sedangkan teknik kelompok ditujukan pada dua orang atau lebih, guru-guru yang memiliki
masalah yang sama akan dikelompokkan dan diberi layanan supervisi sesuai kebutuhan. Yang termasuk dalam teknik kelompok adalah rapat guru, diskusi
kelompok dan penataran. Dari sekian banyak teknik tersebut, belum tentu cocok untuk membina
semua guru. Misalkan salah satu teknik cocok diterapkan pada seorang guru, tetapi teknik tersebut tidak cocok diterapkan pada guru yang lainnya. Ini
berarti bahwa kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik mana yang tepat yang sekiranya mampu mengembangkan kemampuan para guru. Oleh
sebab itu kepalasekolah harus mengetahui kepribadian guru dan karakteristik teknik-teknik tersebut sehingga dapat menyesuaikan teknik mana yang tepat.
8. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui pelaksanaan supervisi akademik, yaitu: 1 menciptakan hubungan-hubungan yang
harmonis, 2 analisis kebutuhan, 3 mengembangkan strategi dan media, 4 menilai, dan 5 revisi. Langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:
35
1. Menciptakan hubungan yang harmonis Komunikasi antara kepala sekolah dan guru dikatakan efektif apabila
guru benar-benar menerima supervisi akademik sebagai upaya pembinaan kemampuannya. Dalam upaya ini, diperlukan kejelasan informasi
mengenai hakikat dan tujuan supervisi akademik. Dalam upaya memperjelas program supervisi akademik, tentu diperlukan suatu cara dan
prinsip-prinsip tertentu
dalam berkomunikasi.
Bagaimanakah berkomunikasi secara efektif.
Ada sejumlah prinsip komunikasi yang harus diterapkan oleh kepala sekolah, sebagaimana dikemukakan oleh Marks, Stoops dan Stoops, yaitu:
a Berbicaralah sebijaksana dan sebaik mungkin; b Ikutilah pembicaraan
35
Drs. Mu’arif SAM, M.Pd., Modul Pendidikan dan Pelatihan profesi Guru: Supervisi Akademik, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2009, h. 37-41.
orang lain secara saksama; c Ciptakan hubungan interpersonal antar personil; d Berpikirlah sebelum berbicara; e Ikutilah norma-norma yang
berlaku pada latar sekolah; f Usahakanlah untuk memahami pendapat orang lain; g Konsentrasikan pada pesanmu, bukan pada dirimu sendiri;
h Kumpulkan materi untuk mengadakan diskusi bila perlu; i Persingkat pembicaraan; j Ciptakan ketidaksanggupan; k Bersemangatlah; l
Raihlah sikap orang lain untuk membantu program; m Berkomunikasilah dengan “eye communication”; n Selalu mencoba; o Jadilah pendengar
yang baik; dan p Ketahuilah kapan sebaiknya berhenti berkomunikasi. 2. Analisis kebutuhan
Sebagai langkah kedua dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru adalah analisis kebutuhan needs assessment. Secara hakiki, analisis
kebutuhan merupakan upaya menentukan perbedaan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan dan yang secara nyata
dimiliki. Prinsip supervisi pengajaran yang ketujuh, sebagaimana telah dikemukakan di muka, adalah obyektif, artinya dalam penyusunan
program supervisi pengajaran harus didasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Dalam upaya memenuhi prinsip ini
diperlukan analisis kebutuhan tentang keterampilan pengajaran guru yang harus dikembangkan melalui supervisi pengajaran.
Adapun langkah-langkah
menganalisis kebutuhan
yaitu: a
Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pendidikan- perbedaan gap apa saja yang ada antara pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang nyata dimiliki guru dan yang seharusnya dimiliki guru? Perbedaan
di kelompok,
disintesiskan, dan
diklasifikasi; b
Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya; c Menetapkan tujuan umum jangka panjang; d Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen
yang dibutuhkan fase ini, seperti keuangan, sumber-sumber, perlengkapan dan media; e Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi
tambahan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru. Pergunakanlah teknik-teknik tertentu, seperti mengundang konsultan
dari luar sekolah, wawancara, dan kuesioner; f Mengidentifikasi dan mencatat
kebutuhan-kebutuhan khusus
pembinaan keterampilan
pembelajaran guru. Pergunakanlah kata-kata perilaku atau performansi; g Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan pembelajaran
guru yang bisa dibina melalui teknik dan media selain pendidikan; h Mencatat
dan memberi
kode kebutuhan-kebutuhan
pembinaan keterampilan pembelajaran guru yang akan dibina melalui cara-cara
lainnya. 3. Mengembangkan strategi dan media
Setelah tujuan-tujuan pembinaan keterampilan pengajaran berdasarkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan yang diperoleh melalui analisis
kebutuhan di atas, kepala sekolah menganalisis setiap tujuan untuk menentukan bentuk-bentuk teknik dan media supervisi akademik yang
akan digunakan. Tujuan pengembangan strategi dan media supervisi akademik ini yaitu:
a. Mendaftar pembinaan-pembinaan keterampilan pengajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan teknik supervisi individual;
b. Mendaftar pembinaan keterampilan pengajaran yang akan dilakukan melalui teknik supervisi kelompok;
c. Mendaftar mengidentifikasi dan memilih teknik dan media supervisi yang siap digunakan untuk membina keterampilan pengajaran guru
yang diperlukan. Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi akademik,
mulailah dilakukan pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan teknik dan media tertentu sebagaimana telah dikembangkan.
4. Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat
keberhasilan yang dicapai. Dalam konteks supervisi akademik, penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang
dicapai dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pembelajaran adalah untuk:
d. Menentukan apakah guru telah mencapai kriteria pengukuran sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pembinaan
e. Menentukan validitas teknik pembinaan dan komponen-komponennya dalam rangka perbaikan proses pembinaan berikutnya.
Prinsip dasar dalam merancang dan melaksanakan program penilaian adalah bahwa penilaian harus mengukur performansi atau perilaku yang
dispesifikasi pada tujuan supervisi akademik guru. Langkah-langkahnya adalah: a Katakan dengan jelas teknik-teknik penilaian; b Tulislah
masing-masing tujuan; c Pilihlah atau kembangkan instrumen-instrumen pengukuran yang secara efektif bisa menilai hasil yang telah dispesifikasi;
d Uji lapangan untuk mengetahui validitasnya; e Organisasikan, analisis, dan rangkumlah hasilnya.
5. Perbaikan Program Supervisi Akademik Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan keterampilan pengajaran
guru adalah merevisi program pembinaan. Revisi ini dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkahnya
adalah: a Me-review rangkuman hasil penilaian; b Apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru tidak dicapai, maka
sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan; c Apabila ternyata
memang tujuannya belum tercapai maka mulailah merancang kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya; d
Mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancang kembali pada masa berikutnya.
Dengan demikian, jelas dapat dipahami bahwa terdapat beberapa langkah pembinaan kemampuan guru dalam pelaksanaan supervisi
akademik yang perlu dilakukan secara sistematis. Langkah awal yaitu menciptakan hubungan yang harmonis antara kepala sekolah dan guru,
serta semua pihak yang terkait dengan program pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Hal ini untuk mengetahui kejelasan informasi, karena
tanpa adanya kejelasan informasi, guru akan kebingungan, tidak tahu yang diharapkan kepala sekolah, dan tujuan pokok dalam pengukuran
kemampuan guru. Selanjutnya yaitu menganalisis kebutuhan yang merupakan upaya
menentukan perbedaan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan dan yang secara nyata dimiliki. Dalam penyusunan
program supervisi akademik harus didasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan profesional guru, maka diperlukanlah analisis kebutuhan
tentang keterampilan pengajaran guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik.
Setelah itu kepala sekolah menganalisis setiap tujuan untuk menentukan bentuk-bentuk teknik dan media supervisi akademik yang
akan digunakan. Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi akademik, mulailah dilakukan pembinaan keterampilan pembelajaran guru
dengan menggunakan teknik dan media tertentu sebagaimana telah dikembangkan.
Berikutnya, yaitu
mangadakan penilaian
untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pembinaan
keterampilan pembelajaran guru. Penilaian tersebut harus mengukur performansi atau perilaku yang dispesifikasi pada tujuan supervisi
akademik guru. Dan sampailah pada langkah terakhir yaitu revisi. Revisi ini dilakukan
seperlunya, sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. Namun apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru tidak
dicapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang. Dan apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka mulailah merancang kembali
program supervisi akademik guru untuk masa mendatang.
C. Kerangka Berfikir