Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA hasanuddin lagoa Jakarta Utara

(1)

Oleh:

Dzulfadhli 103018227361

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

DZULFADHLI

NIM: 103018227361

Di bawah bimbingan

Drs. H. Fathi Ismail, MM

NIP: 194910121978031003

PROGRAM STUDI MANJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010


(3)

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : Dzulfadhli

Tempat/Tgl.Lahir : 12 April 1983

NIM : 103018227361

Jurusan / Prodi : KI Manajemen Pendidikan

Judul Skripsi : Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara

DosenPembimbing : 1. Drs. Fathi Ismail, MM.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta,

Mengetahui Mahasiswa Ybs.

Ketua Jurusan,

Materai 6000

Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil. Dzulfadhli


(5)

bertujuan untuk mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara. Hipotesis yang diajukan adalah diduga bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara.

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Hasanuddin pada tahun pelajaran 2010-2011 yang berjumlah 15 orang. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan angket (kuesioner).

Pengolahan data dilakukan dengan analisis korelasi product moment dan uji-t. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah (X) dan motivasi kerja guru (Y).

Hasil penelitian dengan menggunakan analisis korelasi product moment menunjukkan bahwa nilai rhitung= 0,898 berada pada arah yang positif, sedangkan

uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa

thitung = 7,36 pada taraf signifikansi α = 5% = 0,05 dan derajat bebas dk = 15 – 2 =

13 lebih besar dari ttabel= 2,160 dengan kata lain H0ditolak sehingga demikian Ha

diterima. Jadi terdapat hubungan yang positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru. Dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,898, maka nilai koefisien determinasinya (KD) sebesar 0,8064 hal ini menunjukkan bahwa 80,64% motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah sedangkan 19,36% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak berkaitan atau diluar dari penelitian ini namun tetap mempengaruhi variabel Y motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.


(6)

segala alam sehingga dengan Rahmat-Nya serta kalimatnya yang suci yaitu BISMILLAH merupakan penyadaran atas diri seorang manusia yang akan jiwanya tenggelam dalam dunia kesebaragaman makhluk.Salawat dan salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya yang telah membimbing umatnya kejalan yang benar diatas keridhaan ALLAH SWT.

Sekalipun skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun ini merupakan salah satu hasil usaha yang maksimal, karena dalam proses penyelesaiannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis temui. Namun berkat pertolongan ALLAH SWT, yang telah memberikan nikmat-Nya dan kesungguhan kepada penulis serta bantuan yang penulis terimadari berbagai pihak.Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada,MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil., Ketua Jurusan Program Kependidikan Islam.

3. Drs. H. Mu’arif SAM.,M.Pd., Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Fathi Ismail, MM., yang telah memberikan bimbingan serta meluangkan waktunya memberikan arahan dan petunjuk kepada penulis

5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah menyediakan literatur yang diperlukan.

6. Bapak Drs. Kanim Atmawijaya Kepala Sekolah SMA Hasaniddin Lagoa Jakarta Utara beserta seluruh elemen civitas akademika SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara. dilingkungan sekolah yang telah memberikan izin untuk


(7)

8. Teman-teman di KI-MP yaitu: Pribadi Muslim Prima, Fajar Fajrin, Agus Mulyana, Paw, Ahmad Fahruddin, Ade Faizah dan teman-temanku yang tidak saya sebut satu persatu namun telah ikut memotivasi untuk penyelesaian studi ini.

9. Orang tua penulis, Ayahanda Drs. H. Mabrur Abduh dan Bunda Hj.Nurjannah yang telah memberikan dorongan materil serta harapannya. semoga ALLAH SWT memberikan pahala yang berlipat ganda dan semoga, Amin.

10. Adik-adikku yang telah memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan akan dibalas oleh ALLAH SWT, dengan pahala yang berlipat ganda.

Akhirnya penulis selain bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini dan menyadari masih banyak kekurangan dalam konsep maupun penulisannya.

Jakarta, 22 September 2010


(8)

Kata pengantar ……… iii

Daftar isi ……… iv

Daftar tabel ……… v

Daftar lampiran ……… vi

BAB I : PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 6

C. Pembatasan Masalah ……… 6

D. Perumusan Masalah ……… 6

E. Tujuan Penelitian ……… 6

F. Kegunaan dan Manfaat Penelitian ……… 1

BAB II : KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ……… 1

A. KAJIAN TEORI ……… 8

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah ……… 8

a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah … 8 b. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah ….… 11 c. Pendekatan Kepemimpinan ……… 14

d. Gaya Kepemimpinan ……… 17

B. MOTIVASI KERJA GURU ……… 24

1. Pengertian Motivasi ………... 24

2. Teori Motivasi ………... 25


(9)

BAB III : METODE PENELITIAN ……… 38

A. Waktu dan Tempat Penelitian .………... 38

B. Tujuan Penelitian ……….………... 38

C. Variabel Penelitian ……….………... 39

D. Populasi dan Sampel ……….………... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ……….…... 39

F. Instrumen Penelitian ……….………... 40

G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ……….. 42

H. Hipotesis Statistik ……….……... 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …… 47

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………. 47

1. Sejarah Singkat SMA Hasanuddin Jakarta ……. 47

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Hasanuddin ……… 47

3. Struktur Organisasi SMA Hasanuddin ……….. 49

4. Data Potensi ……….………... 49

B. Hasil Penelitian ……….………... 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 57

BAB V : PENUTUP ……….………... 59

A. Kesimpulan ……….………... 59

B. Saran ...……….………... 60

DAFTAR PUSTAKA ……… 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

Tabel 1.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Tabel 2.1 Uji Validitas dan Realiabilitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 2.2 Uji Validitas dan Realiabilitas Instrumen Motivasi Kerja Guru

Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Realibilitas

Tabel 2.4 Uji Normalitas Data Skor Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 2.5 Uji Normalitas Data Skor Angket Motivasi Kerja Guru

Tabel 2.6 Perhitungan KorelasiProduct Moment

Tabel 2.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Tabel 2.8 Nilai dari Koefisien Determinasi


(11)

4. Surat Pengajuan Proposal skripsi 5. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 6. Surat Izin melakukan Penelitian


(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan dalam suatu organisasi sekolah sangat

dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Salah satu kekuatan dalam pengelolaan organisasi sekolah dan yang berperan untuk bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan Kepala Sekolah, sebagai pemimpin kepala sekolah diharuskan mampu memprakarsai pemikiran baru dalam proses interaksi di lingkungan sekolah, dalam melakukan proses untuk mencapai tujuan sekolah sesuai dengan tuntutan perkembangan.

Kepala sekolah memiliki hubungan dan pengaruh yang penting, yakni antara pemimpin dan bawahanya yang mempunyai tujuan yang sama dalam mencapai perubahan yang sebenarnya. Pemimpin dan bawahanya saling mempengaruhi satu sama lain karena mereka berinteraksi dengan cara demokratis untuk menentukan perubahan apa yang ingin mereka lakukan.

Dengan demikian Kepemimpinan kepala sekolah akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah. Kepemimpin Kepala Sekolah harus memiliki integritas tinggi, sebab seorang pemimpin akan selalu berada di tengah-tengah para anggota organisasi yang dipimpinnya1, Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan

1


(13)

kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan.

Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai sifat dan perilaku kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim sekolah yang baik dan memberikan kepuasan kerja yang tinggi bagi para guru atau bawahannya. Kepala Sekolah dalam perannya sebagai seorang pemimpin harus mampu mengarahkan orang lain untuk melakukan tugas-tugas yang diinginkannya dan menyenangkan bagi para guru dalam bekerja. seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memperhatikan kebutuhan dan tujuan orang-orang yang bekerja untuknya (bawahan) tidak terfokus pada kekuasaan yang dimilikinya saja sehingga kepuasan kerja bawahan selalu terpenuhi, seperti apa yang dinyatakan Follet bahwa para pimpinan seharusnya berorientasi pada kelompok dan bukan berorientasi pada kekuasaan2.

Kepala Sekolah merupakan figur pemimpin yang siap bekerja keras untuk dapat memajukan sekolah serta meningkatkan produktifitas/ kinerja guru secara intensif serta mampu Membina dan membimbing para guru, dan harus senantiasa menumbuhkan semangat dan motivasi agar tercipta harmonisasi hubungan antara pimpinan dan yang dipimpin, dengan demikian akan meningkatkan kualitas kerja yang tinggi sehingga akan tercipta prestasi kerja yang baik.

Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang dalam organisasi, nilai dan bobot strategik dari keputusan yang diambilnya semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam suatu orgnaisasi, keputusan yang diambilnya pun lebih mengarah kepada hal-hal yang lebih operasional.

Berhasil atau tidaknya tujuan sekolah juga sangat berkaitan dari pada kualitas kerja guru, pencapaian hasil kerja disesuaikan dengan aturan dan

2


(14)

standar yang berlaku pada masing-masing sekolah. Dalam menjalankan tugasnya pimpinan harus menilai hasil kerja guru, menilai terhadap kerja merupakan faktor penting untuk mengetahui tingkat memotivasi demi meningkatkan kinerja kepuasan kerja guru, kemampuan guru yang kurang hendaknya dapat diidentifikasi dan diketahui sehingga dapat ditentukan strategi dalam membangun semangat kerjanya.

Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran penting sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Guru merupakan pilar utama dari pengelola organisasi sekolah, karena guru yang langsung berhadapan dengan siswa sebagai parameter keberhasilan dari suatu pendidikan. Oleh karena itu guru memiliki peranan dalam terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam satu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya,3. Dengan demikian keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh hasil kerja guru karena guru

mempunyai peranan penting dalam keseluruhan upaya pendidikan.

Sedemikian pentingnya peranan guru sehingga hampir semua upaya perubahan dibidang pendidikan seperti perubahan kurikulum dan metode mengajar, sistem evaluasi serta pengembangan materi belajar tergantung pada guru.

Guru merupakan sumber daya manusia yang menjadi perencana, pelaku dan penentu tercapainya tujuan organisasi sekolah dan merupakan tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya peran guru maka proses belajar mengajar akan terganggu bahkan gagal. Oleh karena itu dalam

manajemen pendididikan perananan guru dalam upaya keberhasilan

pendidikan selalu ditingkatkan, prestasi kerja guru harus selalu ditingkatkan

3


(15)

mengingat tantangan dunia pendidikan harus menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global.

Peningkatan kerja harus diiringi motivasi yang tinggi, Bekerja tanpa motivasi tentu sangat membosankan, karena tidak adanya unsur pendorong. Motivasi merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama, terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, ataupun dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar. Dalam psikologi motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku4. Artinya dengan motivasi guru mau bekerja keras dengan

menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan. Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik.. Dengan motivasi guru akan mampu membentuk semangat kerja yang tinggi pula. Kemampuan guru yang dilandasi motivasi akan mendorong untuk menunjukan prilaku yang kuat sehingga dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Orientasi ini tentu mengarah pada peran guru yang dituntut bertindak secara professional.

Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan dalam bekerja, Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik. Bila tidak motivasi maka ia tidak akan berhasil untuk mendidik/mengajar.

Dengan demikian Keberhasilan guru dalam menjalankan tugas karena dorongan/motivasi sebagai pertanda apa yang telah dilakukan oleh guru telah menyentuh kebutuhannya. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh guru yang diminatinya karena sesuai dengan kepentingannya sendiri. Guru yang termotivasi dalam bekerja maka akan menimbulkan kepuasan kerja, karena kebutuhan-kebutuhan guru yang terpenuhi mendorong guru meningkatkan

4

M. Alisuf Sabri. 1996. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Hal.85.


(16)

kinerjanya, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan sekolah secara optimal dan efektif.

Adanya permasalahan yang timbul dari prilaku sebagian guru, seperti

konsisten waktu yang rendah, penyampaian materi tidak tuntas,

perkembangan siswa lambat dan tingkat kehadiran guru juga menurun, oleh karena itu diperlukan upaya lebih lanjut dan lebih intensif, agar pendidikan sekolah tetap dapat mencapai tujuan yang sebenarnya, maka perlu adanya motivasi kerja dalam mengelola kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru,

Untuk mendapatkan informasi yang aktual tersebut maka perlu dilakukan penelitian. faktor kerja guru yang mana yang masih kurang dan faktor apa yang dianggap sudah baik. Selain itu perlu juga untuk di ketahui aspek apa saja yang berhubungan dengan motivasi kerja guru.

Dalam membangun prestasi dan kulitas kerja guru yang baik perlu adanya teknik kepemimpinan dalam mencapai tujuan tersebut. Sebagai upaya memelihara harmonisasi, kesejahteraan guru dan menyesuaikan diri dengan situasi serta kondisi bawahan.

Sejalan dengan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru merupakan faktor yang cukup menentukan tingkat keberhasilan pendidikan sekolah., Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang.

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN

MOTIVASI KERJA GURU DI SMA HASANUDDIN LAGOA


(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Belum ada upaya yang dilakukan kepala sekolah agar kepemimpinan terlaksana dengan baik.

2. Tidak terjadi Proses kepemimpinan dalam memotivasi kerja guru 3. Belum diketahui secara pasti hubungan kepemimpinan kepala

sekolah dengan motivasi kerja guru

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan mempermudah pokok bahasan dalam penelitian, dan banyaknya permasalahan yang timbul dari uraian latar belakang dan pengidentifikasian masalah, maka masalah dalam penelitian ini perlu diberi batasan .

Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini dibatasi pada hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanudin Lagoa Jakarta Utara.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah kepemimpinan kepala sekolah?

2. Bagaimanakah motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara? 3. Bagaimana Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi

kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara?

E. Kegunaan Penelitian

a) Kegunaan secara teoritis

 Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai hubungan

kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru.

 Untuk mengembangkan wawasan mengenai hubungan kepemimpinan

kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.


(18)

b) Kegunaan secara praktis

 Sebagai bahan masukan atau input bagi SMA Hasanuddin Lagoa

Jakarta Utara agar mampu mengambil langkah-langkah tepat bagi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas kerja guru melalui motivasi kerja guru.

 Memberi dorongan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dengan motivasi yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan.


(19)

8 A. KAJIAN TEORI

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi, Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi kepuasan dan kualitas kerja, ataupun prestasi suatu organisasi.

Kepemimpinan dalam bahasa inggris tersebut leadership berarti “The qualities that aleader should have” atauthe qualities of leader1.

Adapun pengertian kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, berkaitan dengan proses yang mempengaruhi orang sehingga mereka mencapai sasaran dalam keadaan tertentu2. Dengan itu kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer.

penggunaan istilah lain seperti kekuasaan, wewenang, manajemen, administrasi, pengendalian, dan supervise yang juga menjelaskan hal yang sama dengan kepemimpinan3

1

Oxford Student’s dictionary of English. Oxford University Press.2001. hal. 374 2

Abdul Rahman Shaleh, 2006. Psikologi & Industri.Jakarta. Lembaga Penelitian UIN. Hal. 110 3


(20)

Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership telah didefinisikan oleh banyak para ahli antaranya adalah Stoner mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang salain berhubungan dengan tugasnya.

Leadership atau Kepemimpinan dalam pengertian umum

menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai

kemampuan seseorang menggerakkan, mengarahkan, sekaligus

mempengaruhi pola pikir , cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam mengambil keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan4.

Kepemimpinan merupakan bagian penting manjemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, penorganisasian, pengawasan dan evaluasi. Manajer adalah orang yang melakukan segala sesuatunya dengan baik dan pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang benar.

Kemampuan mempengaruhi prilaku orang lain kearah tujuan tertentu yang telah ditentukan merupakan bagian dari indikator keberhasilan seorang pemimpin, dimana pemimpin mampu untuk memberdayakan bawahan sehingga timbul inisiatif untuk berkreasi dalam bekerja dan hasilnya lebih bermakna dengan sekali-kali pemimpin mengarahkan, menggerakkan, dan

4

Wahyudi, 2009.Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung. Alfabeta. Hal. 121


(21)

mempengaruhi anggota bawahanya. Inisiatif pemimpin harus direspon sehingga dapat mendorong timbulnya sikap mandiri dalam bekerja dan berani mengambil keputusan dalam rangka percepatan dan penyesuaian pencapaian tujuan organisasi.

Kepemimpinan berusaha untuk membuat perubahan dalam organisasi dengan (1) menyusun visi masa depan dan strategi untuk membuat perubahan yang dibutuhkan, (2) mengkomunikasikan dan menjelaskan visi dan (3) memotivasi dan memberi inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi itu5. Ada hal-hal lain yang perlu juga di ketahui seorang pemimpin sebelum mengadakan kontak dengan orang lain yakni6: (1) merencanakan, (2) mengorganisir, (3) mengordinisir dan (4) mengendalikan pekerjaan.

Sekolah sebagai organisasi memerlukan penelitian yang mampu mengelolah organisasi sekolah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kata “Memimpin” mempunyai arti memberikan bimbingan,

menuntun, mengarahkan dan berjalan di depan (precede). Pemimpin

berprilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal dalam mencapai tujuan7.

Pemimpin tidak berdiri disamping, melainkan mereka memberikan dorongan dan memacu (to proud), berdiri di depan yang memberikan kemudahan untuk kemajuan serta memberikan inspirasi organisasi dalam mencapai tujuan. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (followership), Kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin, itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain, pemimpin tidak akan terbentuk apabila tidak ada bawahan.

Dengan demikian Kepala Sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinananya akan sangat berpengaruh bahkan sangat

5

Yukl ,Gary, 2001.Kepemimpinan dalam …….i. Edisi Kelima Jakarta. PT. Indeks. Hal.7 6

Eugene Emerson Jennings. Ect.1992. Kepemimpinan.Semarang. PT. Dahara Prize. Hal. 8 7

Wahyosumidjo. 2007.Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada. Hal 104


(22)

menentukan kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan. Bagaimana kepala sekolah untuk membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai

pemimpin dapat di analisis dari kepribadian. Kepribadian kepala sekolah akan tercermin dalam sifat-sifat (1) Jujur, (2) Percaya diri, (3) Tanggung Jawab, (4) Berani mengambil resiko dan keputusan, (5) Berjiwa besar, (6) Emosi yang stabil (7) Teladan8.

Dalam tulisannya Wahyosumidjo, Koontz menguraikan kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu:

a. Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.

b. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.

b. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin dalam praktik sehari-hari harus selalu berusaha memperhatikan dan memperaktikkan delapan fungsi kepemimpinan didalam kehidupan sekolah9.

1. Menciptakan kebersamaan diantara guru dan orang-orang yang menjadi bawahanya.

2. Menciptakan rasa aman didalam lingkungan sekolah sehingga para guru dan orang-orang yang menjadi bawahan dalam melaksanakan tugasnya

8

E. Mulyasa.2007.Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. Hal.115

9


(23)

meraka merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawairan, serta memperoleh jaminan keamanan(providing security)

3. Memberikan saran, anjuran dan sugesti untuk memlihara serta

meningkatkan semangat para guru, staff dan siswa, rela berkorban demi menumbuhkan rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing.

4. Bertanggung jawab memenuhi dan menyediakan dukungan yang

diperlukan oleh para guru.

5. Sebagai katalistor, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

6. Selalu menjaga penampilan dan integritas sebagai kepala sekolah, selalu terpercaya, di hormati baik sikap, prilaku maupun perbuatannya.

7. Membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab kearah tercapainya tujuan sekolah(inspiring). 8. Selalu dapat memperhatikan, menghargai apa pun yang dihasilkan oleh

para mereka yang menjadi tanggung jawabnya.

Koontz memberikan definis fungsi kepemimpinan sebagai berikut10. The function of leadership, therefor, is to induce or persuade all subordinates of followers to contribute willingly to organizational goals in accordance with their maximum capability.

Dari definisi diatas, para bawahan di anjurkan dengan penuh kemauan serta kemampuan secara maksimal berhasil mencapai tujuan organisasi, pemimpin harus mampu membujuk (to induce) dan meyakinkan (persuade) bawahan.

10


(24)

Hal demikian berarti, apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, staff dan para siswa berprilaku dalam mencapai tujuan sekolah , oleh karena itu kepala sekolah harus:

a. Menghindarkan diri dari sikap, perbuatan dan bertindak keras terhadap guru.

b. Melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri para guru.

Keberadaan pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinanya dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah dengan menetapkan tujuan secara utuh (firm and purposeful),mendayagunakan bawahan melalui pendekatan partisipatif (a participte approach), dan didasari

oleh kemampuan kepemimpinan secara professional (the leading

professional)11. Kepala sekolah sebagai memberikan petunjuk dan pengawasan, meninkatkan kemauan tenaga pendidik, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Kepala sekolah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin sekolah dan professional dalam bidang pendidikan, namun kenyataan dilapangan membuktikan bahwa tidak semua kepala sekolah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, tetapi lebih mengutamakan pada golongan ataupaun strata jabatan yang dijalani melalui masa kerja yang telah diberikan.

Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus memiliki sikap profesional serta mampu mendayagunakan sumberdaya sekolah dan memiliki harapan yang tinggi terhadap kemajuan sekolah. Pemimpin organisasi sekolah dalam hal ini kepala sekolah sebagai aktifis pendidikan setidaknya mempunyai ciri-ciri (1) Mampu mengambil keputusan, (2) mempunyai

11

Aan Komariah. 2005.Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal.40


(25)

kemampuan hubungan interaksi sesama, (3) mempunyai keahlian dalam berkomunikasi, (4) mampu memberikan motivasi kerja kepada bawahan12.

c. Pendekatan Kepemimpinan

Beberapa pendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional. Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak/ yang menfokuskan pada karakteristik pemimpin seperti kepribadian, motivasi, nilai, dan keterampilan. Yang mendasari pendekatan ini adalah asumsi bahwa beberapa orang mempunyai bakat memimpin yang memiliki ciri tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Teori kepemimpinan yang paling

awal menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan oleh

kemampuan luar biasa seperti memiliki energy yang tidak kenal lelah, intuisi pengelolaan, pandangan pada masa depan, dan kekuatan untuk membujuk

yang tidak dapat ditolak. Pendekatan kedua bermaksud untuk

mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviours) pribadi dalam berhubungan dengan bawahnya. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun dimana ia berada. Pendekatan ketiga yaitu pendekatan situasional yang menfokuskan pada kesesuain antara prilaku pemimpin dengan karakteristik situsional13. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepempimpinan bervariasi dengan situasi yakni tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan contingency pada kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan 12

Wahyudi, 2009.Kepemimpinan Kepala Sekolah………... Bandung. Alfabeta. Hal. 63

13

Nanang Fatah,. 2006.Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung. PT. Remaja Rosda Karya Hal. 88


(26)

tertentu. Situasi yang mendesak perlunya kehadiran pemimpin apabila (1) keadaan kacau(chaos) tidak menentu dan kelompok tidak mampu mengatasi konflik yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal organisasi, (2) anggota organisasi secara perorangan ataupun kelompok belum mampu mengambil keputusan penting untuk pencapaian tujuan organisasi, (3) perubahan lingkungan organisasi yang cepat sehingga kelompok tidak mampu mengendalikan keadaan terutama dalam menangkap pesan dari perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya, (4) munculnya competitor baru yang dapat menggeser peran kelompok14.

Ketiga pendekatan tersebut dapat digambarkan secara kronologis sebagai berikut15:

Pendekatan lainya adalah organisasi, pengikut pendekatan ini memandang kepemimpinan sebagai suatu hubungan fungsional antara pemimpin, bawahan dan organisasi16

Pendekatan pemimpin berdasarkan sifat berkeyakinan bahwa

keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh karakteristik yang dimiliki pemimpin seperti intelektualitas yang tinggi, hubungan interaksi antara manusia, kemampuan bersosialisasi, keadaan fisik yang kuat, imajinator, kekuatan rohani yang tinggi, kesabaran, memiliki kemauan untuk berkorbanm dan kemauan bekerja keras.

Pendekatan prilaku tentu mencoba untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan para pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan memiliki prilaku yang komplek, dan tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang paling tepat bagi setiap pemimpin yang bekerja pada setiap kondisi.

14

Wahyudi, 2009.Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung. Alfabeta. Hal. 124

15

T.Hani Handoko,2000, Manajemen Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE,hal, 295 16

Eugene Emerson Jennings. Ect.1992. Kepemimpinan…….. Hal. 12


(27)

Dalam tulisannya Wahyudi mengutarakan secara umum terdapat tiga pendekatan atau gaya kepemimpinan yaitu; (1) pendekatan kepemimpinan menurut sifat(Traits model), (2) pendekatan kepemimpinan berdasarkan teori prilaku (Behavioral model), (3) kepemimpinan menurut teori kontingensi (contingency).pendekatan berdasarkan sifat mengkaji tentang perangai dan kemampuan yang menandai karakteristik pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil. Pendekatan berdasarkan prilaku memusatkan perhatian pada tindakan yang dilakukan pemimpin didalam melaksanakan pekerjaan manajerial. selanjutnya pada pendekatan kontingensi mengkaji kesesuaian antara prilaku pemimpin dengan karakteristik situasional terutama tingkat kematangan bawahan. Pendektan situasional mengasumsikan bahwa kondisi (situation) yang menentukan efektifitas pemimpin berfariasi menurut situasi, kematangan atau kedewasaan bawahan.

Kepemimpinan kontingensi/ situasional menjadi kajian utama dengan mempertimbangkan tingkat kedewasaan (maturity) anggota organisasi sedangkan pendekatan menurut sifat dan pendekatan prilaku sebagai landasan transisi gaya kepemimpinan.

Dalam gaya kepemimpinan situasional; motivasi, kemampuan, dan pengalaman bawahan harus terus menerus dinilai agar dapat ditentukan kombinasi gaya yang paling tepat. Menurut Hersey dan Blanchard penerapan gaya kepemimpinan secara tepat, itu bukan hanya akan memotivasi bawahan tetapi juga membantu bawahan menjadi matang. Dengan demikian, pimpinan yang ngin mengembangkan bawahanya untuk meningkatkan rasa percaya diri

dan bertanggung jawab terhadap tugasnya harus mengganti gaya

kepemimpinan secara terus menerus. Pimpinan yang luwes dalam

menerapkan gaya kepemimpinan maka berpeluang menjadi pimpinan yang efektif. kefektifan pemimpin tergantung pada bagaimana gaya kepemimpinan seseorang saling berkaitan dengan keadaan atau situasi. Apabila gaya seorang pemimpin sesuai dengan situasi tertentu, gaya itu efektif, namun apabila gaya kepemimpinan tidak sesuai dengan situasi tertentu, gaya itu tidak efektif.


(28)

d. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah teori kepemimpinan dari pendekatan perilaku pemimpin. Dari satu segi pendekatan ini masih difokuskan lagi pada gaya kepemimpinan (leadership style), sebab gaya kepemimpinan bagian dari pendekatan perilaku pemimpin yang memusatkan perhatian pada proses dinamika kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi aktivitas individu untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu situasi tertentu.

Gaya kepemimpinan ialah pola-pola perilaku pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi aktuifitas orang-orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya dapat berubah bagaimana pemimpin mengembangkan program organisasinya, menegakkan disiplin yang sejalan dengan tata tertib yang telah dibuat, memperhatikan bawahannya

dengan meningkatkan kesejahteraanya serta bagaimana pimpinan

berkomunikasi dengan bawahannya.

Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam

mengambil keputusan, akan mengakibatkan bawahan merasa tidak

diperlukan, karena pengambilan keputusan tersebut terkait dengan tugas bawahan sehari-hari. Pemaksaan kehendak oleh atasan mestinya tidak dilakukan. Namun pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat merupakan tindakan yang bijaksana kepada bawahan.

Selanjutnya gaya kepemimpinan digunakan dalam berinteraksi dengan bawahannya, melalui berinteraksi ini antara atasan dan bawahan masing-masing memilki status yang berbeda. Berinteraksinya dua status yang

berbeda terjadi, apabila status pemimpin dapat mengerti keadaan

bawahannya. Pada umumnya bawahan merasa dilindungi oleh pimpinan apabila pimpinan dapat menyejukkan hati bawahan terhadap tugas yang dibebankan kepadanya. Cara berinteraksi oleh pimpinan akan mempengaruhi tujuan organisasi. Bawahan umumnya lebih senang menerima atasan yang


(29)

mengayomi bawahan sehingga perasaan senang akan tugas timbul, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja karyawan.

Pemimpin yang bijaksana umumnya lebih memperhatikan kondisi bawahan guna pencapaian tujuan organisasi. Gaya yang akan digunakan mendapat sambutan hangat oleh bawahan sehingga proses mempengaruhi bawahan berjalan baik dan disatu sisi timbul kesadaran untuk bekerja sama dan bekerja produktif. Bermacam-macam cara mempengaruhi bawahan tersebut guna kepentingan pemimpin yaitu tujuan organisasi.

Pola dasar terhadap gaya kepemimpinan yang lebih mementingkan pelaksanaan tugas oleh para bawahannya, menuntut penyelesaian tugas yang dibebankan padanya sesuai dengan keinginan pimpinan. Pemimpin menuntut agar setiap anggota seperti dirinya, menaruh perhatian yang besar dan

keinginan yang kuat dalam melaksanakn tugas-tugasnya. Pemimpin

beranggapan bahwa bila setiap anggota melaksanakn tugasnya secara efektif dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan hasil yang dicapai masing-masing anggota.

Gaya kepemimpinan yang berpola untuk mementingkan pelaksanaan kerjasama, pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerjasama yang intensif, efektif, dan efisien, semua tugas dapat dilaksanakan secara optimal. Pelaksanakan dan bagaimana tugas dilaksanakan berada diluar perhatian pemimpin, karena yang penting adalah hasilnya bukan prosesnya. Namun jika hasilnya tidak seperti yang diharapkan, tidak ada pilihan lain, selain mengganti pelaksananya tanpa menghiraukan siapa orangnya. Pola dasar ini menggambarkan kecenderungan, jika dalam organisasi tidak ada yang mampu, mencari pengganti dari luar meskipun harus menyewa serta membayar tinggi.

Pemimpin hanya membuat beberapa keputusan penting pada tingkat tertinggi dengan pemahaman yang konseptual. Pemimpin yang efektif dalam organisasi menggunakan desentralisasi dalam membuat keputusannya. Hal


(30)

tersebut memberikan kewenangan pada bawahan serta melaksanakan sharing dalam memutuskan suatu keputusan.

a. Perilaku Kepemimpinan

Prilaku kepemimpinan cenderung diekspreikan dalam dua gaya kepemimpinan yang berbeda. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (Task Oriented) dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan(Employee oriented)17. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas menekankan pada pengawasan yang ketat. Dengan pengawasan yang ketat dapat dipastikan bahwa tugas yang diberikan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Gaya kepemimpinan ini lebih menekankan pada tugas dan kurang dalam pembinaan karyawan.. Sedangakan gaya kepemimpinan yang

berorientasi pada karyawan, mengutamakan untuk memotivasi dari

mengontrol bawahan, dan bahkan dalam beberapa hal bawahan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan bawahan.

Kedua gaya kepemimpinan tersebut, dapat dirasakan oleh bawahan secara langsung ketika pimpinan berinteraksi dengan bawahannya. Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Bawahan pada umumnya cenderung lebih menyukai gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan atau bawahan, karena merasa lebih dihargai dan diperlakukan secara manusiawi, memanusiakan manusia sehingga kan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dan kepuasan kerja karyawan. Gaya kepemimpinan yang berorintasi pada tugas, lebih menekankan pada penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan pada karyawan. Pimpinan pada umunya lebih memperhatikan hasil daripada proses. Keadaan tersebut membentuk kondisi tempat kerja menjadi kurang kondusif, karena masing-masing karyawan berkonsentrasi pada tugas yang harus diselesaikan karena terikat waktu dan tanggungjawab.

b. Gaya Managerial Grid

17


(31)

Menurut Blake dan Mountoun, ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrem18, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang ditengah-tengah gaya ekstrem tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial grid yaitu: (1) Manajer tim yang nyata (the real team manager), (2) Manajemen club (the country club management), (3) Tugas secara otokratis (authocratic task managers), dan (4) Manajemen perantara (organizational man management).

c. Pendekatan Situasional

Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan

kepemimpinan bergantung pada kecocokan antar pribadi, tugas kekuasaan, sikap dan persepsi19. Hubungan antara pimpinan dan bawahan bergerak melalui empat tahap yaitu: (a) hubungan tinggi dan tugas rendah, (b) tugas rendah dan hubungan rendah, (c) tugas tinggi dan hubungan tinggi, dan (d) tugas tinggi dan hubungan rendah.

Pimpinan perlu mengubah gaya kepemimpinan sesuai dengan perkembangan setiap tahap, dan pada gambar di atas terdapat empat tahap. Pada tahap awal, ketika bawahan pertama kali memasuki organisasi, gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas paling tepat. Pada tahap dua, gaya kepemimpina yang berorientasi tugas masih penting karena belum mampu menerima tanggungjawab yang penuh. Namun kepercayaan dan dukungan pimpinan terhadap bawahan dapat meningkat sejalan dengan makin akrabnya

dengan bawahan dan dorongan yang diberikan kepada bawahan untuk

berupaya lebih lanjut. Sedangkan pada tahap ketiga, kemampuan dan motivasi prestasi bawahan meningkat, dan bawahan secara aktif mencari tanggungjawab lebih besar, sehingga pemimpin tidak perlu lagi bersifat otoriter. Dan pada tahap empat (akhir), bawahan lebih yakin dan mampu mengarahkan diri, berpengalaman serta pimpinan dapat mnegurangi jumlah dukungan dan dorongan. Bawahan sudah mampu berdiri sendiri dan tidak memerlukan atau mengharapkan pengarahan yang detil dari pimpinannya.

18

T.Hani Handoko,Manajemen….,302 19


(32)

Pelaksanaan gaya kepemimpinan situasional sangat tergantung dengan kematangan bawahan, sehingga perlakuan terhadap bawahan tidak akan sama baik dilihat dari umur atau masa kerja.

d. Gaya Kepemimpinan Fiedler

Di sini Fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan model Kontingensi Kepemimpian yang Efektif (A Contingency Model of Leadership Eff ectiveness) berhubungan anatar gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi sebagai berikut:

1) Derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan mempengaruhi situasi.

2) Derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan tidak kepastian20. Gaya kepemimpinan diatas, sama dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan dan berorientasi pada tugas, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Fiedler mengukur gaya kepemimpinan dengan skala yang menunjukan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau merugikan rekan sekerjanya yang paling tidak disukai(LPC, Least Pref erred Co-worker), karyawan yang hampir tidak dapat diajak bekerjasama dengan orang tadi. Dalam hal ini ditentukan delapan kombinasi yang mungkin dari tiga variabel dalam situasi kepemimpinan tersebut dapat menunjukan hubungan antara pemimpin dengan anggota dapat baik atau buruk, tugas dapat struktur, dan kekuasaan dapat kuat atau lemah. Pemimpin dengan LPC rendah yang berorientasi tugas atau otoriter paling efekif dalam situasi ekstrem, pemimpin mempunyai kekuasaan dan pengaruh amat besar atau mempunyai kekuasaan dan pengaruh amat kecil.

e. Gaya Kepemimpinan Kontinum.

Tannenbaum dan Schmidt mengusulkan bahwa, seorang manajer perlu mempertimbangkan tiga perangkat kekuatan sebelum memilih gaya

20


(33)

kepemimpinan yaitu: kekuatan yang ada dalam diri manajer sendiri, kekuatan yang ada pada bawahan, dan kekuatan yang ada dalam situasi.

Sehubungan dengan teori tersebut terdapat tujuh tingkat hubungan pemimpin dengan bawahan yaitu: (1) manajer mengambil keputusan dan mengumumkannya, (2) manajer menjual keputusan, (3) manajer menyajikan gagasan dan mengundang pertanyaan, (4) manajer menawarkan keputusan sementara yang masih diubah, (5) manajer menyajikan masalah, menerima saran, membuat keputusan, (6) manajer menentukan batas-batas, meminta

kelompok untuk mengambil keputusan, dan (7) manajer membolehkan

bawahan dalam batas yang ditetapkan atasan. f. Gaya Kepemimpinan menurut Likert

Menurut Likert, bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya particip ative management, yaitu keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan, dan mendasarkan komunikasi.

Selanjutnya ada empat sistem kepemimpinan dalam manajemen yaitu sebagai berikut21:

1) Sistem 1 : Membuat semua keputusan yang berhubungan

dengan pekerjaan dan memerintahkan bawahan untuk

melaksanakannya

2) Sistem 2 : Masih memberi perintah-perintah, tetapi bawahan masih mempunyai kebebasan tertentu untuk mengomentari perintah.

3) Sistem 3 : Menetapkan tujuan dan memberi perintah umum setelah dibahas bersama bawahan.

4) Sistem 4, tujuan ditetapkan dan keputusan dibuat oleh kelompok (sistem ideal)

21


(34)

Dari keempat sistem diatas, sistem ke 4 mempunyai kesempatan untuk sukses sebagai pemimpin, karena mempunyai organisasi yang lebih produktif. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan dalam tulisan ini adalah penilaian karyawan terhadap gaya kepemimpinan pemimpin atau atasan dalam mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi yang mencakup ke dalam tiga aspek yaitu: gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan, dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan. Gaya kepemimpinan pada tugas terdiri dari empat indikator yaitu: (1) Pengawasan yang ketat, (2) pelaksanaan tugas, (3) member petunjuk, dan (4) mengutamakan hasil daripada proses. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan terdiri dari empat indikator yaitu: (1) melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, (2) memberi dukungan, (3) kekeluargaan, dan (4) kerjasama. Dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan terdiri dari tiga indikator yaitu: (1) ketekunan bekerja, (2) aktif, (3) pengalaman.

Pemimpin harus piawai untuk beradaptasi dan mengatur setiap kondisi, artinya menjadikan 2 kriteria untuk bahan perbandingan tentang konsep dan gaya kepemimpinan. Kriteria ini adalah :

(1) kepekaan (kecakapan untuk merasakan dan mengerti kebutuhan manusia dalam berbagai situasi yang dihadapi pemimpin setiap hari) dan

(2) Keluwesan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi apapun sehingga gaya atau pendekan kepemimpinan dituntut atau diperlukan dalam situasi yang nyata.


(35)

B. MOTIVASI KERJA GURU

1. Pengertaian Motivasi Kerja Guru

Kata “Motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan maupun dari luar untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan22.

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan,23. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama bekerja secara efektif dan terintegrasi dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.

Pengertian Motivasi Kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan dan kerja. Oleh sebab itu motivasi kerja dalam psikologi karya biasa disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecil prestasinya24. Dari kata Motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu25, motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhikebutuhan. Menurut M.Usman Najati, motivasi adalah 22

Sardiman. 2006.Interksi dan motivasi belajar mengjar .Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 73

23

Sardiman. 2006.Interksi dan motivasi…………...Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 73 24

As’ad, Moh. 1980.Psikologi Industri. Yogyakarta. Akademi Managemen Perusahaan YKPM.Hal.44

25


(36)

kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Pengertiannya (1) motivasi mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu, (2) motivasi ditandai oleh adanya rasa atau feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini, motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, (3) motivasi dirangsang karena adanya tujuan26.

Motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang atau pegawai untuk melaksanakan usaha atau kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi maupun tujuan individual. sebagai seorang pemimpin, harus mampu menggerakkan anggota-anggota kelompok kearah yang diinginkan27.

Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang yang menyebabkan ia melakukan sesuatu tindakan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong pekerja melakukan usaha menghasilkan barang atau jasa sehingga dapat tercapai suatu tujuan. motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dalam diri seseorang, dapat pula dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan penggerak.

2. Teori Motivasi

Tingkah laku manusia selalu timbul oleh adanya kebutuhan yang mendorong ke arah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah tujuan tertentu adalah motivasi.

26

Hamzah. B.Uno. 2008.Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal. 63 27


(37)

Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya di dorong oleh motivasi. Adanya berbagai kebutuhan akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya.

Abraham H. Maslow dalam Need Hierarchy Theory menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan manusia bersifat jamak yaitu kebutuhan psikologis dan biologis berupa material. Maslow menggolongkan adanya lima kebutuhan manusia. (Hasibuan, 2003:104).

Adapun tingkat kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk bekerja menurut Maslow28adalah:

a. Kebutuhan aktualisasi diri(Self actualization)

Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain.

b. Kebutuhan akan penghargaan diri/status(Esteem needs)

Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.

c. Kebutuhan akan cinta (love) atau Afiliasi(Social needs)

Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman, mencintai serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia ingin hidup menyendiri. Kebutuhan ini terdiri dari :

1. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di tempat ia bekerja.

28


(38)

2. Kebutuhan akan perasaan dihormati. Karena manusia merasa dirinya penting.Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan seseorang tetap merasa dirinya penting.

3. Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak sanggup menyenangi kegagalan. Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.

4. Kebutuhan akan perasaan ikut serta. Setiap karyawan akan merasa senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukakan saran atau pendapat pada pimpinan.

d. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan(Safety needs)

Jika kebutuhan psikologis sudah sedikit terpenuhi maka kebutuhan ini dapat menjadi motivasi. Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari kecelakaan dan keselamatan dalam melaksankan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-jam tertentu.

e. Kebutuhan fisik(Physiological needs)

Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang, pangan, papan. Organisasi membantu individu dengan menyediakan gaji yang baik, keuntungan serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.

Kimbal willes dalam Bafadal (2004:101-102) menegaskan ada delapan hal yang diinginkan guru melalui kerjanya, yaitu adanya rasa aman dan hidup layak, kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikutsertakan, perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan atas sumbangan, ikut ambil bagian dalam pembentukan kebijakan sekolah, dan kesempatan mempertahankan self respect.

1. Rasa aman dan hidup layak

Hidup layak bukan berarti mewah, tetapi adanya jaminan


(39)

keluarganya sehingga mereka bisa hidup sebagaimana orang lain hidup secara layak. Sedangkan rasa aman berkenaan dengan kebebasan dari tekanan-tekanan batin, rasa takut akan masa depannya, serta adanya jaminan kesehatan.

2. Kondisi kerja yang menyenangkan

Suasana kerja meliputi tempat kerja, perlengkapan kerja, dan kepemimpinan kerja. Kondisi kerja yang menyenangkan, misalnya tempat kerja yang menarik, bersih, rapi, perlengkapan yang cukup, serta adanya bimbingan. Oleh karena itu, walaupun gedungnya sederhana hendaknya selalu dibersihkan dan diatur rapi sehingga membuat orang senang bekerja di dalamnya.

3. Rasa diikutsertakan

Sebagai manusia, apapun jabatannya, baik sebagai guru, pegawai tata usaha maupun lainnya, semuanya ingin merasa dirinya termasuk dalam anggota kelompoknya dimana ia bekerja dan berhasrat untuk bergabung mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus member kesempatan kepada anggotanya untuk memperbaiki serta menjalin hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya.

4. Perlakuan yang wajar dan jujur

Seorang pemimpin bertugas membina persatuan antara

anggotanya.Perlakukan setiap anggota dengan wajar dan adil. Janganlah sekali-kali pilih kasih, dimana hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan perhatian. Jika kelompok merasa bahwa hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan perhatian, lenyaplah semangat kerja kelompok.

5. Rasa mampu

Setiap anggota kelompok menginginkan agar prestasi mereka diakui oleh pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin mengakui bahwa setiap anggota kelompoknya mampu menunaikan tugasnya dan mengakui setiap anggota


(40)

kelompoknya memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam mencapai tujuan kelompok. Sehubungan dengan pembinaan moral kerja guru, kepala sekolah harus selalu menghargai dan mengakui setiap hasil kerja guru.

6. Pengakuan dan penghargaan atas sumbangan

Setiap orang yang bekerja ingin diakui oleh orang lainnya. Begitu pula setiap guru menginginkan agar segala jerih payahnya, yang ia lakukan demi Kesuksesan sekolah, diakui oleh kepala sekolah maupun guru-guru lainnya. Apabila keinginan untuk diakui tersebut terpenuhi maka guru akan merasa gembira dalam bekerja.

7. Ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah

Semua guru ingin ikut mbil bagian dalam membuat kebijakan sekolah Hasrat ini merupakan hasrat asasi manusia. Jika semua guru diikutsertakan dalam membuat policy sekolah mereka merasa dipentingkan dalam sekolah. Pengalaman membuktikan bahwa jika tujuan ditetapkan bersama oleh kelompok maka semua anggota kelompok ikut bertanggung jawab atas pelaksanaannya.

8. Kesempatan mengembangkan”self respect”

Rasa harga diri setiap guru perlu dikembangkan agar dapat melakukan apa yang harus dilakukan tanpa harus dididik pimpinan. Berilah kesempatan merencanakan bersama, jangan banyak diperintah, tetapi sebaliknya, memberikan rangsangan serta menunjukkan harapan yang positif.

Sedang Claude S. George dalam Hasibuan (2005:163) mengemukakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu 1) upah yang adil dan layak, 2) kesempatan untuk maju/promosi, 3) pengakuan sebagai individu, 4) keamanan kerja, 5) tempat kerja yang baik, 6) penerimaan oleh kelompok, 7) perlakuan yang wajar, 8) pengakuan atas prestasi.


(41)

Motivasi memiliki kecenderungan dalam menimbulkan semangat kerja yang tinggi dimana semangat kerja yang tinggi akan mampu menghasilkan kinerja yang tinggi , sebaliknya semangat kerja yang rendah akan menghasilkan kinerja yang juga rendah. Semangat kerja merupakan roh daripada keinginan sesorang untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya, bahkan pada sebagian orang, semangat kerja mampu memberikan stimulasi pada seseorang untuk melaksanakan pekerjaan menjadi lebih baik, demikian seseorang lebih termotivasi dalam melaksanakan pekerjaanya yang dipicu oleh semangat kerja yang tinggi.

Tiga elemen penting dalam motivasi yang dikemukakan MC. Donald, yakni29:

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap individu manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling ”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan.

Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri individu, sehingga akan bergayut dengan perasaan dan emosi untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan dan kebutuhan.

Para pakar Psikologi menggunakan kata motivasi dengan mengaitkan

belajar untuk menggambarkan proses yang dapat memunculkan dan

mendorong perilaku, memberikan arah atau tujuan perilaku, memberikan peluang terhadap perilaku yang sama, dan mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu.

Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus. Dalam pengertian ini intensitas dan arah motivasi dapat bervariasi. Untuk proses belajar 29


(42)

mengajar sangat diperlukan adanya motivasi, sesuai dengan semboyan “ motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha bagi seseorang.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Pada manusia berlaku faktor motivasi dan faktor pemeliharaan dilingkungan pekerjaannya. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan ada enam faktor motivasi yaitu (1) prestasi, (2) pengakuan, (3) kemajuan/kenaikan pangkat, (4) pekerjaan itu sendiri, (5) kemungkinan untuk tumbuh, (6) tanggung jawab.

Sedangkan untuk pemeliharaan terdapat sepuluh faktor yang perlu diperhatikan, yaitu (1) kebijaksanaan, (2) supervisi teknis, (3) hubungan antar manusia dengan atasan, (4) hubungan manusia dengan pembinanya, (5) hubungan antar manusia dengan bawahannya, (6) gaji dan upah, (7) kestabilan kerja, (8) kehidupan pribadi, (9) kondisi tempat kerja, (10) status.

Dan lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu30: a. Kedudukan (Posisi)

Ummnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas dari pada mereka yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja.

b. Pangkat (golongan)

Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan), sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukanya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah prilaku dan perasaan.

30


(43)

c. Umur

Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur bawahan.

d. Jaminan financial dan jaminan social

Masalah financial dan jaminan social kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

e. Mutu pengawasan

Hubungan antara bawahan dengan pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan bawahan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga guru atau bawahan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi (sense of belonging).

Ada sejumlah teori lain tentang motivasi dalam pekerjaan, yaitu sebagai berikut31.

1. Teori keadilan(equity)

Teori ini menonjolkan kenyataan bahwa motivasi seseorang mungkin dipengaruhi oleh perasaan seberapa baikkah mereka diperlakukan didalam organisasi apabila dibandingkan orang lain. Kalau orang merasa perlakuan orang-orang terhadapnya tidak sebaik perlakuan orang-orang itu terhadap orang lain yang dianggap sebanding, kemungkinan besar orang itu kurang terdorong untuk menyajikan kinerja yang baik.

2. Teori sasaran(goal)

Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa sasaran orang ditentukan oleh cara mereka berprilaku dalam pekerjaan dan jumlah upaya yang mereka gunakan. Ada indikasi bahwa memiliki sasaran yang benar-benar jelas memang membantu mendorong minat orang, dan hal itu cenderung untuk mendorong organisasi berupaya mengembangkan rencana kinerja manajemen yang lengkap.

3. Teori perlambang(attribution) 31


(44)

Teori ini menyatakan bahwa motivasi tergantung pada faktor-faktor internal, seperti atribut pribadi seseorang dan faktor-faktor luar yang mungkin berupa kebijakan organisasi, derajat kesulitan pekerjaan yang ditangani, dan sebagainya.

4. Ciri-ciri dan Motif-motif Motivasi Kerja

Interaksi dan motivasi belajar mengajar bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut32:

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan

3. Menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah 4. Lebih senang bekerja sendiri

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6. Dapat mempertahankan pendapatnya.

7. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini. 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang memilik motivasi kerja, memiliki ciri-ciri tersebut di atas. Apabila seseorang memiliki cirri-ciri tersebut, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan sekolah. Karena setiap kegiatan akan berhasil baik, kalau gurunya tekun melaksanakan pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri. guru yang produktif tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Selain itu, juga harus berani mempertahankan pendapatnya kalau memang yakin dan rasional. Bahkan peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum dan berfikir bagaimana cara pemecahannya.

32

http://rastodio.com/manajemen/faktor-faktor dan ciri-ciri-yang-mempengaruhi-motivasi-kerja.html


(45)

Berdasarkan pendapat dan teori diatas bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan pembina, penggerak, pendorong terhadap prestasi guru dalam menunaikan tugas kerja dan untuk meningkatkan atau merubah profesionalismen kerja guru kearah yang lebih baik.

Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya33. a. Motif bawaan

Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat,dan dorongan seksual. Motif-motif ini sering kali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis.

b. Motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul kaena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara social. Sebab manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesame manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsent mengistilahkan dengan affiliative needs. Sebab justru dengan kemampuan berhubungan, kerjasama didalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, koperatif, membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha mencapai prestasi.

33

Sardiman. 2006.Interksi dan motivasi belajar mengjar .Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 86


(46)

Disamping itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini: a. Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala instrinsik, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada didalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental.jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

b. Self-expresion

Penampilan diri adalah sebagian dari prilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreatifitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.

c. Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan

meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prenstasi,

Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini sesuai dengan jenisphysiological drives.

b. Motif-motif darurat. Yang termaksud dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, utuk menaruh minat.


(47)

Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

Guru sebagai salah seorang pelaksana kegiatan pendidikan di sekolah sangat diperlukan. Sebab tidak jarang ditemukan guru yang kurang memiliki

gairah dalam melakukan tugasnya, yang akhirnya mengakibatkan

keberhasilan tujuan pendidikan yang ingin dicapai kurang memuaskan.

Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan. Perbedaan motivasi kerja bagi seorang guru bisanya tercermin dalam berbagai kegiatan dan bahkan prestasi yang dicapainya. Motivasi kerja guru tidak lain adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar prilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

C. KERANGKA BERFIKIR

Seluruh rangkaian kegiatan yang ada di dalam sekolah merupakan upaya pemenuhan terhadap tercapainya tujuan sekolah, sehingga segala aktivitas organisasi sekolah hendaknya dikelola lebih optimal. Demi mewujudkan tujuan tersebut maka kualitas kerja guru perlu ditingkatkan. Oleh karena itu diperlukan peran dari kepala sekolah untuk mendorong bawahannya/guru-gurunya supaya bekerja lebih maksimal lagi. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin, yaitu memimpin segala aktivitas sekolah khususnya guru. Jika kepala sekolah sebagai pemimpin dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik serta melaksanakan kepemimpinan secara efektif dan profsional maka logikanya kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan prestasi kerja guru.

Guru yang termotivasi dalam mengajar terlihat dalam ketekunannya ketika melaksanakan tugas dengan ulet, penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini


(48)

berdampak pada kepuasan kerja guru yang akhirnya mampu menciptakan kinerja yang baik. Berdasarkan teori-teori diatas dapat dikemukakan bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru.

D. PENGAJUAN HIPOTESIS

Hipotesia adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah yang akan dibuktikan secara statistik.adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Ada hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara”.


(49)

38

Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian adalah dimulai dari tanggal 28 Agustus 2010, dan Lokasi penelitiannya adalah SMA Hasanuddin, jalan rawa badak 1 Nomor 79-81 kelurahan lagoa kecamatan koja Jakarta utara

B. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

a. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.

b. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam

memberikan motivasi kerja dikalangan guru.

C. Variabel Penelitian

Adapun penelitian ini mempunyai dua variable:

1. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah, sebagai independen variable (variable bebas), variable ini disimbolkan dengan huruf (X)

2. Variabel Motivasi Kerja Guru, Sebagai Independen variabel (variable terikat), variable ini disimbolkan dengan huruf (Y)


(50)

D. Populasi dan Sampel

Sedangkan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh diman seluruh populasi yang ada digunakan sebagai sampel, yakni sebanyak 15 Orang guru.

Kriteria sah dari kuesioner dalam penelitian ini apabila responden menjawab semua pertanyaan dan tidak ada dua atau lebih jawaban, dalam artian semua responden memberikan jawaban sesuai dengan petunjuk pengisian kuesioner atau angket. Dengan demikian, keadaan pengambilan sampel dari populasi yang ada dianggap memiliki populasi yang diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik penulisan data yang digunakan untuk mengumpulakn data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Wawancara(interview)

Wawancara penelitian adalam suatu metode penelitian yang meliputin pengumpulan data melelui interaksi verbal secara langsung antara pewawancara dengan responden1. Dengan mewawancarai kepala sekolah terkait.

2. Angket(kuisioner)

Angket yang dimaksud adalah berupa daftar pertanyaan yang harus diisi dan dijawab oleh responden. Angket ini dibagikan kepada guru SMA Hasanuddin Jakarta Utara untuk memperoleh informasi mengenai hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.

Angket yang digunakan didesign berdasarkan skala model likert yang berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap, yang mempunyai empat opsi jawaban dan berjumlah genap ini

1


(51)

dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas.

3. Studi dokumentasi

Pedoman dokumen digunakan untuk melengkapi data-data secara tertulis yang ada di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk angket (kuesioner) untuk memberikan batasan yang jelas dalam penyusunan instrumen, berikut ini dikemukakan definisi konseptual dan definisi operasional setiap variabel yang digunakan sebagai berikut:

1. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah a) Definisi Konseptual

Kepala sekolah sebagai pimpinan mampu menciptakan serta

mewujudkan lingkunggan fisik yang kondusif serta suasana kerja yang nyaman.

b) Definisi Operasional

Kepemimpinan kepala sekolah dapat dikatakan baik apabila dalam proses Kepemimpinannya dapat menciptakan serta mewujudkan lingkunggan fisik yang kondusif serta suasana kerja yang nyaman.


(52)

Tabel 1.1

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Variabel Indikator Butir Soal

Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Kemampuan Menciptakan lingkungan fisik yang kondusif. 2. Mampu Menwujud Suasana Kerja

yang nyaman

3. Mampu Memberikan kompensasi 4. Mampu Melibatan guru /

Bawahan dalam keputusan. 5. Mampu Meneladani disiplin kerja

sekolah

6. Mampu Mengadakan berbagai Kegiatan sekolah

7. Mengukur hasil pekerjaan

1, 2, 5, 9, 10, 13

7, 14, 16, 18, 22

8,

4, 15, 17,

19, 20, 21, 24

23, 25

3, 6, 11, 14, 16

2. Variabel Motivasi Kerja Guru a) Definisi Konseptual

Motivasi merupakan kondisi seseorang yang terdorong dan cenderung aktif dalam bertingkah laku demi mencapai tujuan yang ditimbulakan oleh motivasi tersebut.

b) Definisi Operasional

Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keberhasilan kerja seseorang, makin tepat motivasi yang diberikan semakin baik keberhasilan kegiatan sekolah yang diberikan, motivasi menentukan intensitas usaha guru untuk mengaktualisasikan kegiatan-kegiatan guna mencapai tujuan karena motivasi berkaitan dengan tujuan.


(53)

Tabel 1.2

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Variabel Indikator Butir Soal

Motivasi Kerja Guru

1. Kedisiplinan dalam Kerja 2. Melaksanakan program kegiatan

Sekolah dengan baik

3. Senang bekerja secara mandiri

4. Memanfaatkan sarana prasarana 5. Kemampuan meningkatkan

evaluasi prestasi kerja

1, 2, 3, 6 4, 5, 7, 8, 13

9, 10, 11, 12, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 24 14

17, 25

G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian.

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji Pendahuluan

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu koesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada koesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh koesioner tersebut.


(54)

Tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi (Construk Validity). Validitas konstruksi menentukan validitas alat pengukur dengan mengkorelasikan antar skor yang diperoleh dari masing-masing item yang berupa pertanyaan ataupun pernyataan dengan skor totalnya.

Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor totalnya harus signifikan berdasarkan dimensi konsep korelasi

dengan skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa alat

pengukuran tersbut valid.

Setiap item instrument (angket) dikatakan valid jika nilai rhitung> rtabel, dengan taraf signifikan α=5%

b. Uji Reliabilitas

Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap berikutnya adalah mengukur reabilitas dari alat. Sebagai ukuran yang menunjukan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama dilain kesempatan. Menurut Imam Ghozali, realibilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu koesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu koesioner dapat dikatakan reliebel atau handal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan atau pernyataan adalah konsisten dari waktu kewaktu.

Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat konsistensi alat ukur yang akan digunakan yakni apakah alat ukur tersebut akurat, stabil dan konsisten. Teknik yang digunakan adalah koefisien alpha cronbachdengan rumus2:

ݎଵଵ൤݇ − 1൨ ቈ1 −݇ ∑ ߪ௕ ଶ

ߪ௕ଶ ቉ Keterangan :

2


(55)

ݎଵଵ = Reliabilitas instrument

k = Jumlah Soal

∑ߪ௕ଶ = Jumlah varians butir

ߪ௧ଶ = Jumlah varians total

Reliabilitas suatu instrument dapat diterima jika memiliki

koefisien alpha cronbach minimal 0,06 yang berarti bahwa

instrumen tersebut dapat digunakan sebagai pengumpul data yang handal yaitu hasil pengukuran relative konsisten jika dilakukan pengukuran ulang.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan

distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistic parametric. Penggunaan uji normalitas karena analisis statistic parametik. Asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal, maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Bahwa data memusat pada nilai rata-rata dan median. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji lilliefors.

2. Uji Hipotesis

Adapun rumus yang digunakan adalah korelasiproduct moment dengan persamaan sebagai berikut3:

3


(56)

2 2

2

2

xy

n XY X Y

r

n X X n Y Y

 

 

 

Dimana :

ݎ௫௬ = Angaka indeks korelasi “ݎ” product moment

݊ = Jumlah Sampel

∑ ܻܺ = Jumlah Hasil perkalian antara skor X dan Skor Y

∑ ܺ = Jumlah seluruh skor X

∑ ܻ = Jumlah seluruh skor Y

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan dapat berpedoman pada tabel berikut ini:

Tabel 1.3

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Kategori

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

Adapun untuk mengetahui besarnya kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru, digunakan koefisien determinasi (KD) dengan rumus:

ܭܦ ൌ ݎଶ × 100%

Di mana:

ܭܦ = Koefisien determinasi


(57)

H. Hipotesis Statistik

Adapun hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ho: ρ = 0

Ha: ρ > 0

Keterangan:

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan

kepala sekolah (variabel x) dengan motivasi kerja guru (variabel y). Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala


(58)

47

1.

Sejarah Singkat SMA Hasanuddin Jakarta Utara

Sekolah Menengah Atas (SMA) Hasanuddin Jakarta Utara adalah sekolah yang berdiri di atas Yayasan Pendidikan Islam Hasanuddin dan berlokasi di jalan rawa badak 1 Nomor 79-81 kelurahan lagoa kecamatan koja Jakarta utara yang didirikan seseiring berdirinya yayasan pendidikan islam hasanuddin pada tahun 1997. Atas inisiatif dan gagasan Bapak Andi Sulking dan Ibu Ida Hamidah sekaligus menjabat sebagai ketua dan wakil ketua yayasan.

Selain SMA Hasanuddin, yayasan pendidikan islam hasanuddin juga memiliki 2 kelompok pendidikan yaitu Sekolah Pendidikan Pertama (SMP), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) RISTEK, dengan luas area tanah 700 Meter2, dengan luas bangunan 504 Meter2 bentuk bangunan dua lantai leter L. sejalan bersama motto SMA Hasanuddin yakni dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan agama hidup itu ibadah, dengan seni

hidup menjadi indah. Maka SMA Hasanuddin terus berusaha

mengembangkan diri dalam kegiatan pendidikan kearah yang lebih baik.

2.

Visi, Misi dan Tujuan SMA Hasanuddin Jakarta Utara

Visi Sekolah Menengah Atas Hasanuddin Jakarta Utara adalah “Menghasilkan Tamatan Yang Berkualitas, dengan Dilandasi Iman dan Taqwa”. Sedangkan Misinya adalah:


(59)

2. Menumbuh kembangakan kehidupan beragama dan kerukunan antar umat beragama

3. Menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan yang

berwawasan nusantara.

4. Menumbuh kembangkan semangat disiplin, kreativitas,

profesionalisme, inovatif, dan berpikir kreatif.

5. Menumbuh kembangkan rasa kebangsaan cinta tanah air dan bela Negara

Sedangkan Tujuannya adalah:

1. Mempersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah SWT.

2. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang

berkribadian, cerdas, serta berkualitas dan berprestasi.

3. Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan.

4. Menanamkan sikap kemandirian dan kecakapan hidup.

5. Mempersiapkan peserta didik agar mampu dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


(60)

3.

Struktur Or

4.

Data Potensi

a. Identita K

o Nama Kep

o Tempat/ T

o Alamat Rum

o Tanggal P

o Pengalam

YAYASAN PENDID HASANU

WAKAPSEK. BID. KESIS Abdul Hamid, SE

PEMBINA PERPUSTAKAAN Andi Heru PE 1. 2. 3. 4. 5.

Organisasi Sekolah Menengah Atas Hasanud

nsi

a Kepala Sekolah

epala Sekolah : Drs. Kanim Atmawi

t/ Tanggal Lahir : Cikampek, 08 Febru

Rumah : Kampung Beting Jay

002/ 018 Kel. Kaliba Jakarta Utara

No. Telp. : 021-44832371

No. Hp. : 0813

l Pengangkatan Ka. Sekolah : 28 Juni 2008 man Sebagai Ka. Sekolah

NDIDIKAN ISLAM NUDDIN

KEPALA SMA HASANUDDIN Drs. H. Kanim Atmawijaya

ESISWAAN d, SE.

WAKAPSEK. BID. KURIKULUM P. Agusta, S.Pd.

WAKAPSEK. BID. Rachimudin,

PENGURUS OSIS SISWA/I HASANUDDIN BENDAHARA

Andi Suherlina, SH.

KA. TATA USAHA Abdul Ghafur

PEMBINA OSIS Achmad Ocip, S.Pd.

PEMBINA LAB. IPA Embun Diarsih, S.Pd.

PE Ri PEMBINA EKSTRAKURIKULER 1. Pramuka 2. PMR 3. Paskibra 4. Rohani Islam 5. Pencak Silat

WALI KELAS 1. Kela X 2. Kelas XI 3. Kelas XII IPS 4. Kelas XII IPA

DEWAN GURU DEWAN GURU

PR DIKNAS DIKMENT DKI JAKARTA uddin wijaya bruari 1942

Jaya No. 8 Rt. libaru Kec. Koja

44832371 0813 8976 3024

BID. SARPRAS din, S.Pd. PEMBINA LAB. KOMPUTER Rizal Sulaiman PRAMUBAKTI MENTI RTA


(61)

b. Pengalaman Sebagai Kepala Sekolah

Pengalaman kepala sekolah cukup lama dari tahun 1982 menjabat SMP Al-Khoiriyah 1 sampai pada tahun 1983, di SMK Siliwangi pada tahun 1991 sampai dengan tahun 2007 dan di SMP Yamifsa pada tahun 1994 sampai pada 2008.

c. Pendidikan 2 Jenjang Terakhir

Jenjang Terakhir yaitu PGSP pada jurusan Bahasa Indonesia di tahun 1982 di institusi PGSLP Negeri, selanjutnya strata satu pada jurusan Administrasi Pendidikan di tahun 1988 institusi Universitas Siliwangi.


(62)

B. Hasil Penelitian 1. Uji Pendahuluan

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

1) Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 2.1

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pernyataan Korelasi Pearson (r hitung) r tabel Crombach Alpha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0,65 0,60 0,61 0,57 0,72 0,54 0,58 0,74 0,58 0,52 0,68 0,56 0,53 0,68 0,53 0,57 0,74 0,57 0,59 0,58 0,55 0,57 0,61 0,65 0,58 0,514 0,949

Sumber: Data Primer Diolah Kriteria pengujian:

1. Jika nilai rhitung> r(α – 0,05) dengan n = 15, maka data dikatakan

valid.

2. Jika nilai rhitung< r(α – 0,05) dengan n = 15, maka data dikatakan


(63)

Pada tabel di atas, didapat seluruh angka rhitung> r(α – 0,05)

yaitu sebesar 0,514, dengan n = 15, ini berarti ke dua puluh lima item dikatakan valid. Dan dengan nilaiCrombach Alphasebesar 0,949 jika diiterpretasikan ke dalam tabel kriteria tingkat reliabilitas maka data tersebut termasuk ke dalam kategori reliabilitas yang sangat tinggi.

2) Variabel Motivasi Kerja Guru

Tabel 2.2

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Motivasi Kerja Guru

Pernyataan Korelasi Pearson (r hitung) r tabel Crombach Alpha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0,64 0,52 0,58 0,58 0,53 0,57 0,66 0,63 0,65 0,57 0,55 0,55 0,52 0,59 0,55 0,54 0,63 0,56 0,53 0,57 0,56 0,58 0,56 0,62 0,53 0,514 0,940


(1)

Lampiran b

PERHITUNGAN REALIBILITAS INSTRUMEN ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

Responden

Item Soal

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 92

2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 77

3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 4 3 1 3 2 3 3 65

4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 81

5 2 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 90

6 1 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 66

7 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 1 64

8 2 3 3 3 1 2 3 3 3 4 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 71

9 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 93

10 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 2 67

11 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 89

12 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3 84

13 3 4 4 1 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 1 3 3 3 4 3 82

14 2 3 2 2 1 3 3 1 3 2 1 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 59

15 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4 83

Jml. 40 47 47 43 44 50 46 46 47 48 43 49 51 45 48 48 49 47 49 45 47 48 42 48 46 1163

X2 1600 2209 2209 1849 1936 2500 2116 2116 2209 2304 1849 2401 2601 2025 2304 2304 2401 2209 2401 2025 2209 2304 1764 2304 2116

δ2

1.1 0.7 0.27 0.7 0.92 0.38 0.21 0.92 0.41 0.74 1.12 0.35 0.26 0.86 0.46 0.6 0.35 0.55 0.5 1 0.55 0.46 0.31 0.46 0.64

Σδ2 14.8095238

δt2

129.266667 rii 0.94867963

Kriteria tingkat reliabilitas

r Kriteria

0.800-0.999 sangat tinggi

0.600-0.799 tinggi

0.400-0.599 sedang

0.200-0.399 rendah


(2)

Lampiran c

PERHITUNGAN UJI NORMALITAS DATA ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

No Xi F Fxi Xi2 F(Xi2) Zi Fzi Szi

(Fzi -Szi)

1 59 1 59 3481 3481 -1.63 0.0516 0.067 -0.01507

2 64 1 64 4096 4096 -1.19 0.117 0.133 -0.01633

3 65 1 65 4225 4225 -1.1 0.1357 0.2 -0.0643

4 66 1 66 4356 4356 -1.01 0.1562 0.267 -0.11047

5 67 1 67 4489 4489 -0.93 0.1762 0.333 -0.15713

6 71 1 71 5041 5041 -0.57 0.2843 0.4 -0.1157

7 77 1 77 5929 5929 -0.05 0.4801 0.467 0.013433

8 81 1 81 6561 6561 0.305 0.3783 0.533 -0.15503

9 82 1 82 6724 6724 0.393 0.3483 0.6 -0.2517

10 83 1 83 6889 6889 0.481 0.3156 0.667 -0.35107

11 84 1 84 7056 7056 0.569 0.2843 0.733 -0.44903

12 89 1 89 7921 7921 1.009 0.1562 0.8 -0.6438

13 90 1 90 8100 8100 1.096 0.1151 0.867 -0.75157

14 92 1 92 8464 8464 1.272 0.102 0.933 -0.83133

15 93 1 93 8649 8649 1.36 0.0869 1 -0.9131


(3)

(4)

(5)

(6)