Hubungan pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Islamiyah Ciputat
GURU DI MTs. ISLAMIYAH CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Muhammad Altof Fatoni NIM 108018200018
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
i
MUHAMMAD ALTHOF FATONI. NIM: 108018200018. Hubungan Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di MTs. Islamiyah Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah antara kinerja guru, seberapa besar kontribusi yang diberikan, dan apakah hal tersebut memiliki signifikasi atau tidak. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2014 di Madrasah Tsaniwiyah Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan berganda. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi akademik terhadap kinerja guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai thitung sebesar 0,811 sedangkan ttabel dengan N = 19 pada (0,05) sebesar 0,456. Dengan demikian thitung (0,811) > ttabel (0,456), sehingga jelas Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa supervisi akademik kepala sekolah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru di MTs. Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan. Besarnya koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,657 yang merupakan pengkuadratan dari koefisien korelasi. Hal ini menunjukkan 65,7 % variabel kinerja guru (variabel Y) ditentukan oleh faktor variabel supervisi akademik kepala sekolah, sedangkan sisanya 34,3 % ditentukan faktor-faktor lain, yang dalam penelitian ini tidak dapat diteliti.
Dengan demikian terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs. Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan dan supervisi akademik kepala sekolah memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kinerja guru MTs. Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan.
(7)
ii
MUHAMMAD ALTHOF FATONI. NIM: 108018200018. Relations Implementation Supervision Academic Performance Against Principal Teacher at MTs. Islamiyah Ciputat, South Of Tangerang City. Education Management Department, Faculty of Science and Teaching of MT, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
This study aims to determine whether there is a relationship between the academic supervision of the school head between teacher performance, the contribution given, and whether it has significance or not. This study was conducted in August-November 2014 at Madrasah Islamiah Tsaniwiyah Ciputat South Tangerang City. The method used is survey method with quantitative approach. The sampling technique is purposive sampling. The research instrument used was a questionnaire with multiple choice form. While the correlation technique used is the product moment. The results found in this study that there is a significant relationship between the academic supervision of teacher performance.
The results showed that based on calculations, the value thitung 0.811 while ttabel with N = 19 at (0.05) of 0.456. Thus thitung (0.811) > t table (0.456), so it is clear that Ho refused and Ha accepted. This shows that the academic supervision of the school head has a significant influence on the performance of teachers in MTs. Islamiyah Ciputat South Tangerang City. The magnitude of the coefficient of determination or R Square of 0.657 which is squaring the correlation coefficient. It shows 65.7% of teachers performance variable (Y) is determined by variable factors of the academic supervision of the school head, while the remaining 34.3% is determined other factors, which in this study can not be observed.
Thus there is a very strong and significant correlation between supervision of principals on teacher performance in MTs. Islamiyah Ciputat South Tangerang City and academic supervision headmaster made a great contribution in improving teacher performance MTs. Islamiyah Ciputat South Tangerang City.
(8)
iii
KATA PENGANTAR
Assalaamuíalaikum Wr.Wb.
Alhamdulillaahirabbilíaalamin. Puji serta syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami memohom pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma salli ‘ala Muhammad, shalawat serta salam semoga tetap dicurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita pada jalan yang diridhai Allah SWT.
Selama penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Manajemen Pendidikan, penulis banyak mendapatkan dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Fathi Ismail, MM selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing penulis dengan penuh kebijaksanaan dan memberikan arahan-arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dra. Manerah, dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan akademik dan motivasi kepada penulis selama proses perkuliahan.
5. Dr. Muarif Sam, Dosen terbaik dimata penulis.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
(9)
iv
Jakarta dan perpustakaan-perpustakaan fakultas.
8. Ibunda tercinta Dra. Tatu Uyainah dan ayahanda Drs. Abdul Manan yang telah memberikan dukungan moral, material, dan doa yang menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.
9. Keluarga yang menjadi sumber inspirasi untuk berhasil dan sukses, Ahmad Nu’man (adik), Mawaddah Zahrotul Amal (kakak), Abdatirrahmah (Adik), Urfia Salsabila (adik).
10. Bapak Ketua Yayasan Pendidikan Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan, semoga Allah memberi keberkahan dan kesehatan.
11. Drs. Aris Herdiana Kepala M.Ts Islamiyah Ciputat Kota Tangerang Selatan, semoga Allah memberi keberkahan dan kesehatan.
12. Semua dewan guru dan siswa/siswi M.Ts Islamiyah Ciputat, yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi.
13. Teman-teman kelas A KI-MP angkatan 2008 yang menjadi partner selama proses perkuliahan, Keluarga besar IMMAN Jakarta, IKDAR, Keluarga Besar Kosan Potlot Semanggi 2: Dede Munandar, S.Pd., Ali Lukmanul Hakim, S.Pd., Khusni Zaini Harun, Abdul Kharis, S.Pd., Reghista, S.Pd., Raod Kamaluddin, S.Pd., Bangkit Erlangga, S.Sy., M. Andhy raihan, S.Sy., M. Rizky Ramadhan, Barry febriandi, Mulky Hayun, Galih Pribadi, Harianto, Muhammad Leonardo, S.Pd., Surotul Hidayat, S.Pd., S.Pd., Salman Al-Farisi, S.Pd., Rudi Hartono, S.Pd., Muhammad Labib, S.Pd., Muhammad Subki, S.Pd., Ade Irma Nurfatmalia, Kanda Dedi Chandra, S.Sos, Mengky Adi Budiman, S.Sos, Mengky Sandi Lasmana, Mengky Yadi Nueradiwisesa, dan Adul yang telah memberikan banyak dukungan dan inspirasi.
(10)
v
Wassalaamuíalaikum Wr.Wb.
Jakarta, 14 april 2015.
(11)
vi COVER SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI LEMBAR UJI REFERENSI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ...1
B. Identifikasi masalah ...6
C. Pembatasan Masalah ...6
D. Perumusan Masalah ...6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ...8
1. Kinerja Guru ...8
a. Pengertian Kinerja Guru ...8
b. Macam-macam Kinerja Guru ...10
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru ...17
(12)
vii
b. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik ...23
c. Prinsip Supervisi Akademik ...25
d. Dimensi Supervisi Akademik ...27
e. Pendekatan dan Teknik Supervisi Akademik ...29
f. Objek Supervisi Pendidikan ...32
g. Hakikat Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...33
B. Kerangka Berfikir ...35
C. Kerangka Berfikir ...37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...38
B. Metode Penelitian ...38
C. Populasi dan Sampel ...38
D. Teknik Pengumpulan Data ...39
E. Instrumen Penelitian ...40
F. Uji Instrumen ...42
G. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis ...44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA A. Gambaran Umum Sekolah ...46
1. Sejarah Sekolah ...46
2. Profil Sekolah ...47
3. Visi dan Misi ...47
4. Struktur Organisasi ...49
5. Data Tenaga Kependidikan dan Pendidik ...49
6. Data Peserta Didik ...50
B. Deskripsi Hasil Data Penelitian ...50
1. Variabel X (Peningkatan Supervisi Kepala Sekolah) ....51
2. Variabel Y (Kinerja Guru) ...52
C. Uji Prasyarat Analisis Data ...52
(13)
viii
D. Interpretasi Data ...61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...63 B. Saran ...63 DAFTAR PUSTAKA ...65 LAMPIRAN ...
(14)
ix
Tabel 2.1 Kompetensi Supervisi Akademik ... 28
Tabel 2.2 Indikator Supervisi Akademik ... 35
Tabel 3.1 Grafik Penyusunan Skripsi ... 38
Tabel 3.2 Kisi – kisi Instrumen ... 40
Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi ... 45
Tabel 4.1 Data Tenaga Kependidikan dan Pendidik ... 49
Tabel 4.2 Data Peserta Didik ... 50
Tabel 4.3 Nilai Peningkatan Supervisi Kepala Sekolah ... 51
Tabel 4.4 Nilai Peningkatan Kinerja Guru ... 52
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Variabel X ... 53
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai r Untuk Uji Validitas Variabel Y ... 54
Tabel 4.7 Koefesien Reabilitas Variabel X ... 56
Tabel 4.8 Koefesien Reabilitas Variabel Y ... 56
Tabel 4.9 Hasil Angket Variabel X dan Variabel Y ... 57
Tabel 4.10 Tabel Perhitungan Variabel X dan Variabel Y ... 58
(15)
x
Lampiran 1 : STRUKTUR ORGANISASI MTs ISLAMIYAH CIPUTAT Lampiran 2 : Instrumen Akreditasi SMP/MTs
Lampiran 3 : Instrumen Supervisi Manajemen Kepala Sekolah
Lampiran 4 : Instrumen Supervisi Kurikulum dan Pembelajaran Madrasah Lampiran 5 : Format Perangkat Administrasi Guru
Lampiran 6 : Format Penilaian Kinerja Guru Penyusunan RPP
Lampiran 7 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 8 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Pelaksanaan Membuka dan
Menutup Pelajaran
Lampiran 9 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Variasi Stimulus Pembelajaran
Lampiran 10 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Keterampilan Bertanya Lampiran 11 : Format Penilaian Kinerja Guru Dalam Memberikan Penguatan Lampiran 12 : KUESIONER PENELITIAN
Lampiran 13 : PEDOMAN WAWANCARA Lampiran 14 : SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Lampiran 15 : SURAT KETERANGAN PENELITIAN Lampiran 16 : DAFTAR UJI REFERENSI
(16)
1
A.
Latar Belakang Masalah
Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna pendidikan, yakni peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak berkepentingan lainnya. Dalam menjaga proses tersebut, diperlukan adanya quality control yang mengawasai jalannya proses dalam mencapai tujuan pendidikan. Masyarakat telah menyadari bahwa pendidikan mampu merubah paradigma manusia baik secara mental, emosional, dan spritual. Pendidikan yang paling utama adalah membentuk manusia agar menjadi manusia yang seutuhnya.
Sebagaimana tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan oleh sebab itu Warga Negara Indonesia tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan jender berhak memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu. Dalam peraturan disebutkan bahwa pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Peraturan tersebut mempertegas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Oleh karena itu, sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus memiliki sumber daya manusia yang meliputi Kepala Sekolah dan Guru yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki.
Sekolah adalah organisasi yang bersifat kompleks dan unik. Sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu kepala sekolah yang
1
(17)
berhasil adalah tercapainya tujuan sekolah serta tujuan dari para individu yang ada dalam lingkungan sekolah dan harus memahami dan menguasai peranan organisasi dan hubungan kerja sama antara individu. Seorang kepala sekolah yang ditugaskan untuk memimpin dan membawahi para pegawainya sangat dituntut kepiawaiannya dalam mengelola dan mengorganisir lembaga pendidikan yang dijalankannya.
Menjadi seorang kepala sekolah tidaklah mudah karena tidak secara langsung seorang bisa menjadi kepala sekolah. Seperti yang di jelaskan tentang asal-usul kepemimpinan yang terbagi menjadi dua yang itu “pemimpin
dilahirkan” (leaders is born) dan “pemimpin di bentuk dan di tempat” (leaders are made). Jika dilihat dari kedua pandangan tersebut jelas bahwa kepala sekolah
adalah “pemimpin yang di bentuk dan di tempa” artinya untuk menjadi kepala
sekolah diperlukan pendidikan yang khusus dan melalui pelatihan-pelatihan. Dengan di perolehnya pendidikan khusus dan pelatihan tersebut di harapkan seorang kepala sekolah dapat memiliki kompetensi-kompetensi yang harus ada dalam menjabat sebagai seorang pemimpin di sekolah.
Kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem pendidikan di sekolah. Dampak tersebut antara lain:
1. Efektifitas pendidikan. 2. Kepemimpinan sekolah kuat.
3. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. 4. Budaya mutu.
5. Teamwork yang kompak.2
Seperti yang telah di jelaskan ciri-ciri kepala sekolah tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang di uraikan dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 tentang kompetensi yang harus di miliki oleh kepala sekolah yaitu:
2
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-11. h.110.
(18)
1. Kepribadian. 2. Manajerial. 3. Kewirausahaan. 4. Supervisi. 5. Sosial.3
Ciri-ciri tersebut yang harus dimiliki oleh kepala sekolah diharapkan dengan dimilikinya ciri-ciri tersebut seorang kepala sekolah dapat menjalankan roda kepemimpinannya di sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut.
Potret buram pendidikan Indonesia tak lepas dari pada peran serta pendidik dan masyarakat itu sendiri, namun di setiap satuan pendidikan tak ayal kepala sekolah yang memotivasi guru dalam menyemangati yang dicap gagal ketika masyarakat malah berpersepsi bahwa gurulah yang tidak cakap mengajar, kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis manajerial saja, tetapi juga memikirkan pertumbuhan dan perkembangan sekolahnya secara prestasi akademik. Dan juga mempunyai wewenang untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan mutu para guru di sekolahnya melalui tugasnya sebagai supervisor.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia, guru merupakan komponen yang harus terus dibina dan dikembangkan. Guru sebagai suatu profesi selalu tumbuh dan berkembang dan perkembangan itu sipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal diantaranya yaitu supervisi. Oleh karena itu supervisi pendidikan dianggap perlu.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan bahwa tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
3
Peraturan Menteri Pendidikn Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah dan Madrasah
(19)
Kegiatan supervisi dapat dikatakan efektif apabila supervisi itu menumbuhkan kesadaran yang mendalam kepada guru bahwa ia adalah seorang pendidik yang mempunyai peran sangat penting di dalam keberhasilan proses pembelajaran. Sehingga kegiatan supervisi akan mempengaruhi seorang guru untuk selalu berusaha meningkatkan kinerjannya sesuai dengan standar kompetensi seorang guru.
Memang tidak dapat sepenuhnya pendidikan menjadi tanggungjawab guru. Perlu adanya koordinasi antara Pemerintahan, Dinas terkait, dan masyarakat juga harus meningkatkan peran serta dan dukungannya dalam dunia pendidikan. Adanya peraturan-peraturan dalam bidang pendidikan dan beberapa program kebijakan yang diselenggarakan pemerintah merupakan satu bukti bahwa pendidikan juga merupakan perhatian pemerintah.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mensupervisi tenaga pendidik yang ada di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kerja, serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Dalam fungsinya sebagai penggerak para guru, kepala sekolah juga harus mampu menggerakkan para guru agar kinerjanya menjadi meningkat karena guru merupakan ujung tombak dalam mewujudkan manusia yang berkualitas. Guru akan bekerja secara maksimum apabila di dukung oleh beberapa factor di antaranya adalah kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran kepala sekolah sebagai supervisor untuk melakukan supervisi akademik terhadap guru sebagai bentuk usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Atas dasar beberapa pertimbangan dan masalah di atas, berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran terus dilakukan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai pelatihan: seperti pelatihan model pembelajaran, pelatihan pembuatan alat peraga, pelatihan pengembangan silabus dan lain-lain. Pelatihan-pelatihan tersebut diharapkan dapat membekali guru
(20)
dengan berbagai kompetensi yang baik. Kompetensi yang dimiliki tersebut dimaksudkan agar dapat berguna bagi guru dalam melaksanakan kegiatannya di sekolah.
MTs Islamiyah Ciputat sebagai salah satu lembaga pendidikan formal selalu berupaya untuk meningkatkan kinerja guru melalui berbagai cara, misalnya pendidikan dan pelatihan guru. Pada dasarnya, kinerja guru di MTs Islamiyah Ciputat sudah baik. Hanya saja, bila dilihat dari sisi kemampuan guru secara akademik masih terdapat beberapa kesulitan yang mendasar seperti pembuatan RPP, penggunaan media pembelajaran, penggunaan teknologi dan informasi dan pengembangan kurikulum, apalagi dengan adanya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, guru merasa kesulitan dan menuntut guru berpikir keras untuk memahami apa yang menjadi tujuan dari kurik ulum tersebut. Kesulitan-kesulitan tersebut harus menjadi perhatian penting bagi kepala sekolah untuk memberikan pembekalan dan pembinaan terhadap kompetensi para guru. Selain itu permaslahan utamanya adalah kepala sekolah dalam menjalankan supervise akademik masih kurang maksimal, karena hasil observasi awal peneliti kepala sekolah sibuk dengan urusan external sekolah, kepala sekolah jarang menghadiri rapat rapat yang berkaitan dengan kegiatan akademik, seperti Rapat pembahasan tentang kegiatan akademik sekolah.
Berdasarkan pada berbagai uraian di atas, diketahui bahwa bila kemampuan supervisi akademik kepala sekolah kurang baik, maka kegiatan supervisi tidak berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Padahal kegiatan supervisi yang baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru. Kegiatan supervisi yang dilaksanakan bukan hanya untuk mencari-cari kesalahan, akan tetapi merupakan upaya perbaikan, maka harapan untuk meningkatkan kinerja guru tidak hanya sekedar harapan tapi menjadi sebuah tahapan yang harus terus dilaksanakan.
Atas dasar pemikiran seperti yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mendalami "Hubungan Pelaksanaa Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru di MTs Islamiyah Ciputat" sebagai judul dari penelitian ini.
(21)
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya intensitas pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah.
2. Kurangnya pembinaan dan pelatihan dalam bentuk supervisi akademik yang diberikan sekolah kepada guru di MTs Islamiyah Ciputat.
C.
Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah sebagaimana yang telah dipaparkan, diketahui bahwa partisipasi kepala sekolah belum melaksanakan supervisi akademik secara maksimal dalam meningkatkan kinerja guru, maka penulis membatasi masalahnya
pada “semakin sering intensitas supervisi akademik kepala sekola hmaka semakin meningkat kinerja guru”.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas dan untuk memfokuskan penelitian ini maka dibuat perumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di MTs Islamiyah Ciputat?
2. Adakah hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs Islamiyah Ciputat berdasarkan bukti empiris?
E.
Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait antara lain:
1. Bagi penulis, sebagai media untuk memperluas wawasan dan menyumbangkan pemikiran bagi upaya yang tengah dan akan terus
(22)
dilakukan dalam pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah dan kinerja guru.
2. Bagi sekolah, sebagai informasi dan masukan bagi MTs Islamiyah Ciputat dalam pengembangan kinerja guru melalui kegiatan supervisi akademik kepala sekolah.
3. Bagi pemerintah, sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan untuk mengembangkan kompetensi guru dan kepala sekolah.
(23)
8
HIPOTESIS
A.
Kajian Teori
1. Kinerja Gurua. Pengertian Kinerja Guru
Dalam proses pembelajaran guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin dan orang yang bersentuhan langsung dengan peserta didik di kelas. Kepemimpinan seorang guru di kelas mencerminkan bagaimana guru melasanakan peran dan tugasnya sebagai pendidik. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut kualitas kinerja guru sangat menentukan hasil pendidikan, oleh karena itu perlu dipahami makna dari kinerja guru.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja.1 Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (Job Performance). Secara etimologis performance berasal dari kata “to
perform” yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Jadi kinerja adalah tindakan menampilkan atau melaksanakan suatu kegiatan.2 Oleh karena itu kinerja dapat juga diartikan sebagai perilaku kerja yang ditunjukan oleh seseorang atas tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Anwar Prabu Mangkunegara merumuskan bahwa kinerja merupakan prestasi kerja atau hasil kerja secara kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Cet, 4, h. 570.
2
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 144-145.
(24)
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.3 Sementara itu kinerja dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia yang ditulis oleh Robert L. Mathis dan Jhon H. Jackson dijelaskan juga bahwa kiner pada dasarnya adalah apa yang telah dikerjakan juatau dilakukan oleh karyawan.4 Menurut hemat penulis, kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi yang baik. Dengan demikian, kinerja adalah melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Sekolah sebagai suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan organisasi untuk dicapai. Tujuan organisasi dapat berupa perbaikan pelayanan pelanggan, pemenuhan permintaan pasar, peningkatan kualitas produk atau jasa, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan kinerja organisasi. Setiap organisasi seperti sekolah, dapat menentukan tujuannya sendiri. Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja atau prestasi kerja organisasi dan menunjukkan sebagai kinerja organisasi. Hasil kerja organisasi sekolah sebagai lembaga pendidikan diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan oleh guru dan civitas akademik lainnya yang ada di dalam sekolah.
Guru sebagai salah satu komponen penting dalam sebuah organisasi sekolah, diharuskan memiliki potensi mumpuni sesuai dengan profesinya sebagai guru, lalu ia juga harus mampu menyampaikan dengan baik semua potensi yang dimiliki dalam bentuk pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Wirawan tentang konsep kinerja. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi
3
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 4, h. 67.
4
Robert L. Mathis dan Jhon H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 178.
(25)
dalam waktu tertentu.5 Dalam proses pembelajaran guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin dan orang yang bersentuhan langsung dengan peserta didik di kelas. Kepemimpinan seorang guru di kelas mencerminkan bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya sebagai pendidik. Untuk mencapai tujuan tersebut kualitas kinerja guru perlu ditingkatkan melalui aktivitas organisasi.
Menurut pendapat Wibowo, aktivitas organisasi dapat berupa pengelolaan sumber daya organisasi maupun proses pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.6 Dengan demikian, menurut hemat penulis seberapa baik kita mengelola kinerja bawahan akan secara langsung memengaruhi tidak hanya kinerja masing-masing pekerja secara individu dan unit kerjanya, tetapi juga kinerja seluruh organisasi.
Dari beberapa pengertian kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dalam meningkatkan produktivitas sekolah bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas unjuk kerja juga penting diperhatikan. Yaitu produktivitas dengan tolok ukur berdasarkan tingkatannya; prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, dan unjuk kerja.
b. Macam-macam Kinerja Guru
Berkenaan dengan standar kinerja guru Piet A. Sahertian menyatakan bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti; bekerja dengan siswa secara individual, persiapan dan perencanaan pembelajaran, pendayagunaan media pembelajaran, melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan kepemimpinan yang aktif dari guru. Kinerja
5
Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia; Teori, Aplikasi, dan Penelitian, ( Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 5.
6
(26)
guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan kriteria kompetensi yang harus dimiliki setiap guru.
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Dalam hal ini ukuran kinerja guru adalah sesuai dengan yang dijelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 35:
1) Ayat (1) Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan.
2) Ayat (2) Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah sekurang-kurangnya 24 ( dua puluh empat ) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 ( empat puluh ) jam tatap muka dalam 1 minggu tersebut merupakan bagian jam kerja dari jam kerja sebagai pegawai yang secara keseluruhan paling sedikit 37,5 ( tiga puluh tujuh koma lima ) jam kerja dalam 1 minggu.
3) Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan Peraturan Pemerintah.7
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 30 Tahun 2011 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas satuan pendidikan:
1) Jam wajib mengajar guru minimal 24 jam per minggu. Maksimal 40 Jam per minggu.
2) Guru yang mendapat tugas tambahan :
a) Kepala Madrasah ekuivalen dengan 18 jam, minimal wajib mengajar 6 jam.
7
(27)
b) Wakil Kepala Madrasah ekuivalen dengan 12 jam, minimal wajib mengajar 12 jam (Khusus MTs dan MA). c) Kepala Perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, minimal
wajib mengajar 12 jam.
d) Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam.
3) Pemenuhan jam bagi guru bersertifikat pendidik.
a) Wajib mengajar sesuai dengan mata pelajaran pada sertifikat pendidik. Tidak dibenarkan mengajar mata pelajaran yang lain maupun serumpun.
b) Guru yang mengajar pada Kejar Paket A, B, atau C tidak bisa diperhitungkan jam mengajarnya.
c) Guru Mapel dengan jenis pelajaran umum pada MTs/ MA tidak diperkenankan mengajar pada RA/ MI.
d) Penambahan jam pada struktur kurikulum paling banyak 4 jam per minggu berdasarkan standar isi KTSP.
e) Program pengayaan atau remedial teaching tidak diperhitungkan jam mengajarnya.
f) Pembelajaran ekstrakurikuler tidak diperhitungkan jam mengajarnya, meskipun sesuai dengan sertifikasi mata pelajaran.
g) Pemecahan Rombel dari 1 kelas menjadi 2 kelas diperbolehkan, dengan syarat dalam 1 kelas jumlah siswa minimal adalah 20 siswa.
h) Pembelajaran Team teaching tidak diperbolehkan.
i) Mata Pelajaran yang serumpun adalah IPA dan IPS. Dan hanya berlaku pada tingkat MTs.
j) Guru yang bersertifikat pendidik dengan pelajaran Biologi, Fisika, Kimia, Sosiologi, Antropologi, Geografi dan sejarah hanya berlaku pada tingkat MA.
(28)
k) Pengembangan diri siswa tidak diperhitungkan jam mengajarnya.
l) Beban mengajar guru BK adalah membimbing minimal 150 siswa/ tahun. Dan tidak bisa ditambah dengan mengajar suatu mata pelajaran.
m) Mengajar di luar Satminkal tetap diperhitungkan dengan syarat mengajar sesesuai keperuntukan sertifikat pendidiknya.
n) Wajib melaksanakan kewajiban guru sebagaimana tertulis dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas dari Dirjend PMPTK Kemendiknas tahun 2009.8
Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil pendapat bahwa indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas yaitu:
1) Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran.
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar.
Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran:
8
(29)
a) Pengelolaan kelas.
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas.
b) Penggunaan media dan sumber belajar.
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajran yang perlu dikuasai guru di samping pengeloaan kelas adalah menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar. c) Penggunaan metode pembelajaran.
Kemampuan yang berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
3) Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjukkan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pemebelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.9
Selain pendapat di atas, penjelasan mengenai tugas pokok guru juga dikemukakan oleh Sukadi sebagai berikut:
1) Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran harus dilakukan oleh seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi guru
9
(30)
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Perencanan itu dapat berupa perencanaan jangka pendek, menengah dan jangka panjang berupa silabus dan RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
2) Melaksanakan Pembelajaran
Untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah dibuat, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar ini meliputi: kemampuan dalam membuka pelajaran, melaksanakan inti proses belajar mengajar, dan menutup pelajaran.
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru harus mampu menyampaikan materi dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat, mengajukan pertanyaan dan memberikan penguatan. Hal tersebut harus dilaksanakan oleh guru dengan baik agar tercipta kegiatan pembelajaran yang baik.
3) Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru diharapkan untuk melaksanakan evaluasi/penilaian. Kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran ini meliputi: kemampuan dalam melaksanakan tes, mengolah hasil penilaian, melaporkan hasil penilaian, dan melaksanakan program remedial/perbaikan pembelajaran. Penilaian/evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pelajaran yang telah ditetapkan.
4) Menindak lanjuti Hasil Evaluasi Pembelajaran
Program remedial/perbaikan pembelajaran pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari evaluasi yang telah dilakukan.
(31)
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat ditentukan materi mana saja yang perlu untuk dilakukan pendalaman dan materi yang dianggap telah dikuasai oleh peserta didik sehingga tidak perlu dilakukan pendalaman materi.
5) Melakukan Bimbingan dan Konseling
Berbagai latar belakang siswa yang berbeda akan menimbulkan perbedaan dalam kegiatan belajarnya. Dari kondisi seperti itu, adakalanya terdapat siswa yang membutuhkan bantuan guru untuk menyelesaikan permasalahannya, baik melalui bantuan secara akademis maupun secara psikologis. Guru harus mampu berperan sebagai seorang konselor bagi siswanya. Melalui bantuan dan bimbingan dari guru, diharapkan permasalahan yang dialami siswa dapat diatasi. 10
Pendapat selanjutnya menurut Hamzah B. Uno yang dikutip dari Uzer juga menjelaskan mengenai tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan IPTEK, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai makhluk bermain (homoludens), sebagai makhluk remaja/berkarya (homopither), dan sebagai makhluk berpikir/dewasa (homosapiens) dan membantu peserta didik dalam mentransformasikan drinya sebagai upaya pembentukan sikap dan membantu peserta dalam mengidentifikasi diri peserta itu sendiri.11
10
Sukadi, Guru Powerful, Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2006), h.26
11
(32)
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Kinerja merupakan penampilan kerja seseorang dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan. Dalam kenyataanya, banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bekerja.
Abraham H. Maslow, mengemukakan bahwa ”man is waiting
being -he always wants, and lie wants more. This process is unending. A satisfied needs is not motivator of behavior. Only unsatisfied need
motive behaviour. Man’s need are arrange in a series of level (Orang adalah makhluk yang berkeinginan selalu ingin dan ingin lebih banyak. Proses ini tiada mengenal henti. Suatu kebutuhan yang telah memuaskan tidak menjadi motivator perilaku. Hanya kebutuhan-kebutuhan yang belum terpuaskan menjadi motivator perilaku. Kebutuhan manusia tersusun dan berjenjang).12
Maslow dalam teori hirarki kebutuhan, menurutnya motivasi dan kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh lima kategori kebutuhan yaitu: kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, kebutuhan akan rasa harga diri, serta kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kebutuhan ini paling rendah tingkatannya, dan memerlukan pemenuhan yang paling mendesak, misalnya kebutuhan akan makanan, minuman, air, dan udara. Kebutuhan ini juga dapat mempengaruhi kinerja guru. Jika guru sudah merasa aman akan kebutuhan yang sifatnya mendesak ini, maka guru tinggal memikirkan hal yang lain yang lebih bermanfaat bagi tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru.
Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan tingkat kedua ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya, misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal, dan perlindungan atas tindakan yang sewenang-wenang. Kebutuhan ini juga sangat
12
(33)
mempengaruhi kinerja guru, seorang guru yang merasa tidak tenang akan keterpenuhannya tempat tinggal dan perlindungan tindak sewenang-wenang, maka pikirannya tidak terfokus pada kerja dan profesionalnya, melainkan ia akan memikirkan keamanan dan kenyamanan di tempat ia bekerja.
Kebutuhan kasih sayang (belongingnesss and love neeeds). Kebutuhan ini mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lainnya, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di masyarakat, misalnya rasa disayangi, diterima, dan dibutuhkan oleh orang lain. Seorang guru harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari lingkungan di tempat ia bekerja, jika perhatian dan kasih sayang tersebut telah diberikan, maka ia akan berusaha melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
Kebutuhan akan rasa harga diri (esteem needs). Kebutuhan ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain. Misalnya hasrat untuk memperoleh kekuatan pribadi dan mendapat penghargaaan atas apa-apa yang dilakukannya. Guru yang merasa dihargai akan hasil kerjanya, maka dia akan merasa nyaman dan lebih giat lagi untuk mendidik anak didiknya.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan akan muncul apabila kebutuhan yang ada dibawahnya sudah terpenuhi dengan baik. Misalnya pemusik menciptakan komposisi musik atau seorang ilmuan menemukan suatu teori yang berguna bagi kehidupan. Seorang guru akan merasa bangga ketika pendapat dan masukannya serta karya seorang guru dapat diterima dan diindahkan oleh sekolah. 13
Kelima faktor tersebut juga sangat berpengaruh dalam peningkatan kinerja guru di sekolah. Kepala sekolah, sebagai pimpinan tertinggi
13
(34)
pada struktur organisasi sekolah seyogyanya dapat memenuhi kelima aspek kebutuhan tersebut, sehingga guru dapat meningkatkan produktifitas kerjanya dengan aman, nyaman, serta lebih giat lagi.
d. Pembinaan Kinerja Guru
Menurut Ali Imron, pembinaan guru secara terminologi diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.14
Berbeda dengan pendapat Ali Imron, Suryo Subroto mengartikan pembinaan atau pengembangan guru sebagai usaha-usaha melalui keaktifan sendiri untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan sehingga akan berguna dalam menjalankan kewajiban sebagai guru.15
Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pembinan terhadap guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui bantuan orang lain, baik itu kepala sekolah, pembina, ketua yayasan, pengawas dan instansi lain yang akan memberikan pembinaan. Selain itu juga kegiatan pembinaan guru dapat dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan, yaitu dengan keaktifan dan kesadaran diri untuk mengembangkan potensi diri guru yang bersangkutan.
Ali Imron mengelompokkan pembinaan guru menjadi tiga macam pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan guru dalam hal memelihara program pengajaran di kelas, Kedua, kemampuan guru dalam hal menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak didik, Ketiga, memperbaiki situasi belajar anak didik.16
14
Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1993) h. 9.
15
B. Surya Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta Bina Aksara, 1984) h. 147.
16
(35)
Dalam hal Pembinaan kemampuan guru dalam memelihara program pengajaran di kelas, kepala sekolah harus mengetahui dan memahami tahap-tahap proses pengajaran sehingga dapat membantu kepala sekolah untuk melaksanakan pembinaan program pengajaran kepada guru-guru. Selanjutnya kepala sekolah juga harus memahami faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi belajar anak didik, seperti faktor motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi.
Jika kepala sekolah memahami faktor-faktor di atas, maka sangat mudah bagi kepala sekolah untuk melakukan pembinaan kepada guru dalam hal bagaimana evaluasi dan penilaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak didik di sekolah. Maka kepala sekolah juga hendaknya terbuka tetapi tetap menjaga jarak dengan para tenaga kependidikan, agar mereka dapat mengemukakan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kependidikan.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran-peran guru tersebut apabila dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan komitmen, maka akan memajukan sekolah dengan keprofesionalannya dalam mendidik anak. Berdasarkan berbagai uraian di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah hasil kerja yang dicapai dan diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melalui kualitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif dan kecakapan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kinerja guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 5 indikator, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevalusi hasil pembelajaran, menindak lanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan konseling.
(36)
2. Supervisi Akademik Kepala Sekolah a. Pengertian Supervisi Akademik
Kegiatan supervisi akademis merupakan suatu bentuk layanan professional yang dikembangkan utnuk meningkatkan profesionalisme komponen sekolah khususnya guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Menurut Made Midarta pengertian “supervisi adalah suatu proses pembimbingan dari pihak atasan kepada guru-guru dan para personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para siswa, untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, agar para siswa dapat meningkat”.17 Supervisi ini dilakukan dalam rangka mengetahui permasalahan dalam proses pembelajaran sehingga dapat dilakukan perbaikan.
Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.18 Dari definisi tersebut terlihat bahwa kegiatan supervisi yang dimaksud bukan untuk mengawasi dalam pengertian mencari-cari kesalahan, melainkan untuk memberikan bantuan dan arahan. Sebagaimana dikutip Piet A. Sahertian, supervisi adalah suatu usaha menstimulus, mengkoordinasi, dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individu maupun kolektif, agar lebih baik mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik berupa bantuan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Sedangkan supervisi manajerial menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan
17
Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 5.
18
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1984) Cet. 10, h. 63
(37)
administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.
Supervisi akademik adalah pembinaan yang menitikberatkan pengamatan pada masa akademik yang langsung berada pada lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar. Dalam peranannya supervisi akademik menjadi aspek kunci untuk memberikan dan memberdayakan para guru dalam mengembangkan secara maksimum belajar siswanya. 19
Menurut Spanbauer yang dikutip oleh Rohiat, ada 3 hal dalam melaksanakan supervisi, yaitu:
1) Libatkan guru dan semua staff dalam aktivitas penyelesaian masalah, gunakan metode saintifik dasar dan prinsip-prinsip mutu statistis, dan proses pengendaliannya.
2) Berbagilah tentang informasi manajemen sebanyak mungkin untuk membantu membentuk komitmen mereka.
3) Terapkan komunikasi yang sistematis dan terus menerus antar setiap orang yang terlibat dalam sekolah.20
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan akademik. Dengan demikian, guru membutuhkan pengawasan dari seorang supervisor yang akan mengevaluasi dan meningkatkan kualitas kinerjanya.
Menurut E. Mulyasa bahwasanya “pengawasan pendidikan ada dua
yaitu pengawasan pendidikan internal yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawasan pendidikan eksternal yang dituntuk oleh pemerintah. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor
19
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), Cet. Ke-1, h. 36-37.
20
(38)
yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kependidikan.”21
Selanjutnya, untuk dapat mendefinisikan supervisi akademik kepala sekolah, terlebih dahulu dirumuskan definisi kepala sekolah. Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Peran kepala sekolah bukan hanya sebagai peminpin namun juga sebagai supervisor akademik bertindak sebagai stimulator, pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik.
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam mengembangkan kemam puannya agar terjadi peningkatan dalam kinerjanya.
b. Tujuan dan Sasaran Supervisi Akademik
Diantara berbagai tujuan yang banyak dijelaskan oleh para ahli,
tujuan dari supervisi yaitu “untuk mengetahui apakah program
sekolah/madrasah berjalan sebagaimana yang direncanakan, apa hambatan yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi masalah
tersebut”.22
Menjelaskan bahwa tujuan umum supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Selanjutnya menurut
21
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 111.
22Muhaimin, Suti’ah, Sugeng listyo Prabowo,
Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dan Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009) h. 373.
(39)
penulis bahwa tujuan supervisi adalah untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dalam melaksanakan pengajaran.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kata kunci dari supervise akademik ialah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di kelas.23 Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk menghadapi situasi yang berkembang demi terciptanya perbaikan dan peningkatan atas proses yang telah berlangsung sehingga terjadi perubahan baik proses pembelajaran maupun kemampuan dari guru sebagai pelaksana pembelajaran.
Supervisi bukan sekedar untuk memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh guru. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan Olive bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan ialah24:
1) Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah.
2) Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah. 3) Mengembangkan seluruh staf di sekolah.
Berdasarkan ketiga sasaran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa selain guru harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan, guru juga harus diberikan semangat kerja dari kepala sekolah sebagai pimpinan guna menambah gairah dalam melaksanakan proses pembelajaran.
23
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2000), h. 19.
24
(40)
c. Prinsip Supervisi Akademik
Pada masa lalu kegiatan supervisi dinilai lebih bersifat inspeksi, yaitu lebih menekankan pada pengawasan, penilaian, dan mencari-cari kesalahan. Padahal yang sebenarnya supervisi haruslah merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan sistematis kepada guru-guru agar mereka semakin berkembang dalam meningkatkan kualitas proses pembelajarannya di sekolah.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan kegiatan supervisi seorang kepala sekolah harus berpegangan pada prinsip-prinsip supervisi seperti yang dijelaskan di bawah ini:
1) Prinsip Demokratis
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perbaikan tidak mungkin terjadi dengan paksaan dari atas terlepas dari kemauan dan keinginan guru-guru. Oleh karena itu sebelum pertolongan diberikan, kepala sekolah harus membangkitkan terlebih dahulu mativasi pada guru-guru sehingga mereka sadar sepenuhnya akan pentingnya perbaikan.
2) Prinsip Ilmiah
Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan supervisi harus bersifat realistis. Sebelum kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi dia harus tahu terlbih dahulu sampai pada tingkat mana pengetahuan, keterampilan, serta sikap-sikap yang dimiliki oleh para guru yang disupervisinya, sehiingga kepala sekolah akan tahu pertolongan apa yang harus diberikan dan kegiatan supervisi menjadi realistis.
3) Prinsip Kerjasama
Prinsip kerjasama yang mengandung pengertian bahwa upaya yang dilakukan adalah merupakan usaha bersama untuk memberikan dorongan dan kepada stimulus guru.
(41)
4) Prinsip Konstruktif
Prinsip ini hanay dapat dicapai apabila kepala sekolah mamapu menunjukan segi-segi positif atau kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh para guru, sehingga mereka memperoleh kepuasan dalam bekerja. Kepuasan kerja akan memberikan semanagat kepada guru untuk terus-meneurus berusaha mengembangkan diri.
5) Prinsip Terpusat pada Guru
Pelaksanaan supervisi yang terpusat pada guru merupakan sasarn pokok yang terdapat dalam kegiatan supervisi.
6) Prinsip Didasarkan atas Kebutuhan Guru
Prinsip ini mengandung suatu penekanan bahwa kegiatan supervisi yang akan dilakukan didasarkan pada kebutuhan guru. Kebutuhan guru disini berkaitan erat dengan proses pembelajaran, misalnya guru mrngajar tanpa dilengkapi dengan alat peraga. Untuk itu supervisor bisa member bantuan kepada guru bagaimana cara membuat dan menggunakan alat peraga agar proses pembelajaran lebih efektif.
7) Prinsip Sebagai Umpan Balik
Apabila pengawas atau kepala sekolah akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Umpan balik tersebut dimaksudkan agar guru yang disupervisi menyadari kesalahan yang ditunjukan dan menerima sepenuhnya serta dapat melakukan perbaikan atas kesakahan tersebut.
8) Prinsip Profesional
Kata profesional menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara professional. Karenanya, supervisi harus mengarahkan kepada hal-hal yang menyangkut tugas mengajar yang terdapat dalam bentuk praktik yang
(42)
disebut pula dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.25
Dari beberapa pendapat yang menjelaskan prinsip-prinsip supervisi, peneliti lebih setuju dengan pendapat yang telah dijelaskan oleh Umiarso dan Imam Gojali karena menurut peneliti pendapat ini lebih jelas. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksaan supervisi akan meningkatkan proses pembelajaran jika hal tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi yang berlaku.
d. Dimensi Supervisi Akademik
Supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi atau profesionalisme seorang guru dalam proses pembelajaran, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005.
Seorang kepala sekolah dituntut memiliki keterampilan dalam rangka melaksanakan perannya sebagai supervisor akademik yang baik. Peran atau tugas kepala sekolah sebagai evaluator tentunya menilai performa guru, oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki keterampilan dalam menentukan teknik pengukuran, pengumpulan data, menganalisis data, serta menentukan standar keberhasilan seorang guru sehingga ketika terdapat kekurangan bisa langsung diperbaiki.
Secara garis besar supervisi itu dapat dibedakan menjadi supervisi umum dan supervisi spesialis. Supervisor umum bertugas membina profesi guru dan personalia sekolah lainnya secara umum, sedangkan supervisor spesialis bertugas membina guru dalam bidang-bidang khusus dan atau spesialisasi-spesialisasi mereka.26 Dari garis besar di atas terdapat tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang supervisor akademik. Pertama, keterampilan teknis, keterampilan ini
25
Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,…, h. 293-298.
26
(43)
berhubungan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk memformasikan tugas-tugas pokok yang berkenaan dengan posisi supervisor. Kedua, keterampilan human relation atau hubungan manusia, kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memotivasi dalam bekerja. Ketiga, kemampuan manajerial, yang brekenaan dengan kemampuan membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan prnting dalam mencapai tujuan.
Sedangkan bila merujuk pada Permendiknas No. 12 Tahun 2007, standar kompetensi supervisi akademik yang harus dimiliki oleh Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dapat dilihat pada table berikut:27
Tabel 2.1
Kompetensi Supervisi Akademik
No Kompetensi Sub Kompetensi
1
Merencanakan program supervise akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
Memahami landasan teoritik supervise akademik.
Memahami landasan hokum dan kebijakan pemerintah di bidang kurikulum dan pembelajaran. Menyusun rencana supervisi secara sistematis dengan landasan teori dan peraturan yang berlaku.
2
Melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
Menerapkan supervise yang kontinyu, obyektif, konstruktif, humanistic, dan kolaboratif. Menerapkan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
27
(44)
3
Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Menyusun kriteria keberhasilan supervisi akademik.
Menyusun instrument supervisi akademik.
Melaksanakan evaluasi hasil supervisi.
Menyusun program tindak lanjut.
Dengan demikian berdasarkan permendiknas di atas jelas bahwa kompetensi tersebut sangat penting bagi seorang supervisor dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
e. Pendekatan dan Teknik Supervisi Akademik
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Pendekatan ini dimaksudkan agar kegiatan supervisi yang dilaksanakan tidak cenderung kepada mengemukakan beberapa pendekatan perilaku supervisor, yaitu pendekatan langsung (direktif), pendekatan tidak langsung (non-direktif), dan pendekatan kolaboratif.28
Adapun penjelasan atas pendekatan-pendekatan tersebut sebagai berikut:
1) Pendekatan Langsung (direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan.
Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behavioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa
28
(45)
segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respon terhadap rangsangan/stimulus.29
2) Pendekatan Tidak Langsung (non-direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. la memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan ini berdasarkan pemahaman psikologi humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu.30 3) Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif.
Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.31
Dalam melaksanakan supervisi akademik dapat digunakan beberapa teknik supervisi yaitu teknik yang bersifat individual adalah teknik yang dilakukan supervisor untuk seorang guru, misalnya observasi kelas dan percakapan pribadi. Adapun teknik yang bersifat kelompok adalah teknik yang dilakukan oleh supervisor untuk melayani lebih dari satu guru dalam satu kelompok.
29
Zaenal Aqib, Membangun Profesional Guru dan Pengawas Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 196
30
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi pendidikan .., h. 48
31
(46)
Teknik ini dapat dilakukan misalnya dalam bentuk rapat guru, diskusi panel, dan lain sebagainya.
1) Teknik individual a) Kunjungan kelas
Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas. Dengan begitu supervosir dapat melihat kesulitan yang dihadapi guru di kelas, dengan demikian dari data tersebut guru dapat didorong untuk memperbaiki kualitas mengajarnya.
b) Observasi kelas
Observasi dilakukan guna memperoleh data yang obyektif sehingga dapat dianalisa mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki hal belajar mengajar.
c) Percakapan pribadi
Percakapn dilakukan empat mata antara supervisor dengan guru untuk mengetahui kesulitan guru dalam proses belajar mengajar dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang dialami oleh guru.
d) Saling mengunjungi kelas
Maksudnya adalah antara guru yang satu dengan yang lain saling mengunjungi yang sedang mengajar dengan maksud untuk bertukar pengalaman. Keuntungannya adalah bisa saling memotivasi bagaimana teknik dan metode dalam mengajar yang baik.
e) Menilai diri sendiri
Salah satu yang sulit adalah menilai diri sendiri, oleh karena itu perlu dilakukan guna memperbaiki kelemahan yang diri sendiri.
(47)
2) Teknik kelompok
Yang dimaksud dengan teknik kelompok adalah supervisi yang dilaksanakan secara kelompok. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: 32
a) Rapat guru.
b) Mengadakan diskusi. c) Mengadakan penataran.
Dalam melaksanakan supervisi seorang kepala sekolah dapat menggunakan teknik yang mana saja, karena belum tentu teknik yang digunakan cocok semua, oleh karena itu harus disesuaikan dengan karakteristik guru tersebut.
f. Objek Supervisi Pendidikan
Objek pengkajian supervisi ialah perbaikan situasi belajar-mengajar dalam arti yang luas.33 Lebih lanjut Sahertian menulis bahwa objek supervisi di masa yang akan datang mencakup.34:
1) Pembinaan Kurikulum
Guru-guru memerlukan bantuan dan penjelasan mengenai penerapan suatu kurikulum, terlebih kurikulum tersebut baru misalnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk itu,
seperti yang ditulis oleh Sahertian bahwa : “... supervisor
bertugas untuk memberikan pengertiari tentang apa sebenarnya kurikulum itu, pendekatan yang digunakan dalam kurikulum. Kegiatan dan pengalaman belajar, model pengembangan kurikulum yang hendak diterapkan”.35
32
Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan,(Jakarta: Mutiara, 1984), h. 122
33
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi pendidikan ..., h. 26
34
Ibid,..., h. 27
35
(48)
2) Perbaikan Proses Pembelajaran
Penerapan kurikulum di sekolah tidak lepas dari peran serta guru. Gurulah yang menerapkan kurikulum yang ada ke dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut, guru perlu untuk disupervisi. Supervisi ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang merupakan penerapan dari kurikulum. 3) Pengembangan Staf
Supervisi yang dilakukan oleh supervisor sebaiknya bukan untuk menakut-nakuti. Supervisi dilaksanakan untuk membantu guru dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Seorang supervisor sebaiknya mampu memberikan solusi atau saran-saran atas permasalahan yang dihadapi. Dengan begitu, secara tidak langsung supervisor telah membantu guru untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
4) Pemeliharaan dan Perawatan Moral serta Semangat Kerja Guru-guru Supervisor dalam melaksanakan kegiatan supervisi harus tetap menghormati dan menghargai harga diri guru. Supervisor tidak boleh berkesan menggurui atau memaksakan kehendaknya. Supervisor sebaiknya memberikan motivasi bagi guru agar mereka dapat mengembangkan potensinya.
g. Kepala Sekolah sebagai Supervisor Akademik
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran.36 Kepala sekolah sebagai manajer tertinggi di sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
36
(49)
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di kelas, kepala sekolah dapat melakukan supervisi untuk membantu guru dalam mengembangkan kualitas kegiatan pembelajaran. Kegiatan supervisi yang berkaitan dengan hal tersebut lebih dikenal dengan sebutan supervisi akademik. Glickman (1981), mendefinisikan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.37
Supervisi akademik tersebut dimaksudkan untuk membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan yang diberikan supervisor dapat berupa saran-saran untuk memperbaiki proses belajar mengajar, dapat juga berbentuk referensi agar dapat mengembangkan kreatifitas; guru dalam mengajar. Semakin baik bantuan yang diberikan tersebut diharapkan akan semakin mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Dengan begitu maka tujuan pembelajaran menjadi lebih mudah untuk dicapai. Hal seperti ini menuntut peran serta kepala sekolah agar dapat melaksanakan supervisi akademik dengan baik.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, kepala sekolah harus memiliki supervisi akademik yang baik agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai supervisor dengan baik. Supervisi akademik kepala sekolah menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah seperti tercantum dalam tabel berikut:38
37
Bahan Diklat Pengawas MTs Angkatan 1 Tahun 2009, Metode Dan Teknik Supervisi,
(Direktorat Tendik, Dirjen PMPTK Depdiknas: 2009,t.t), h. 9.
38
Peraturan Menteri pendidikan nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, (Jakarta: BSNP, 2007), h. 12.
(50)
Tabel 2.2
Indikator Supervisi Akademik Dimensi
Kompetensi Indikator Supervisi Akademik
Supervisi
Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
Menindak lanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Pada indikator supervisi akademik kepala sekolah di atas, terlihat bahwa supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah adalah supervisi akademik. Kegiatan supervisi terbagi menjadi 2, yaitu supervisi administrasi (manajerial) dan supervisi akademik. Supervise akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sasaran supervisi akademik adalah guru dalam proses belajar mengajar (pembelajaran).
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan supervisi akademik kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
B.
Kerangka Berfikir
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai visi dan misi tertentu. Visi dan misi tersebut menjadi cita-cita yang mesti diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Untuk merealisasikan hal tersebut perlu didukung oleh kompetensi yang baik dari semua warga sekolah,
(51)
utamanya kepala sekolah dan guru. Dari sinilah, kompetensi kepala sekolah dan guru menjadi sangat berguna untuk mengembangkan sekolah. Kompetensi guru dan kepala sekolah yang baik akan berdampak pada baiknya kinerja yang ditunjukkan.
Kepala sekolah harus mampu memimpin para guru dan semua karyawan untuk mencapai kinerja terbaiknya. Kepala sekolah yang berperan sebagai pemimpin tidak bisa lepas dari fungsinya sebagai supervisor. Hal ini karena kegiatan supervisi terhadap guru yang dilakukan kepala sekolah merupakan bagian dari peranannya sebagai pemimpin di sekolah untuk membina guru dalam meningkatkan kinerjanya. Untuk itu maka perlu didukung dengan kegiatan supervisi kepala sekolah yang baik untuk memastikan bahwa apa yang dikerjakan para guru telah sesuai dengan yang ditetapkan. Atas dasar itulah maka kegiatan supervisi menjadi penting dilaksanakan oleh kepala sekolah.
Seperti ditulis oleh Moh. Uzer Usman bahwa dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya mengikuti hasil belajar yang dicapai dari waktu ke waktu.39 Kegiatan ini idealnya mendapatkan supervisi yang baik dari kepala sekolah untuk mendapatkan kinerja guru yang baik. Hal-hal yang masih kurang dalam pelaksanaan kegiatan guru dapat menjadi dasar bagi kepala sekolah untuk memberikan saran yang baik.
Karena dalam setiap pelaksanaan kegiatan di sekolah harus ada pengawasan terhadap setiap komponen sekolah, hal itu dimaksudkan agar kegiatan pembelajarn dapat berjalan dengan lancar sehingga menghasilkan output yang berprestasi dan bermoral. Disinilah peran kepala sekolah sebagai supervisor diharapkan dapat memberikan solusi terhadap segala permasalahan terutama dalam pengembangan kompetensi para guru.
Saran kepala sekolah sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan saran, anjuran dari kepala sekolah, sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa
39
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 26, h. 11.
(52)
kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru.
Secara teoritis hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru sangatlah erat, lalu bagaimana sesungguhnya realita yang terjadi di sekolah. Jika kepala sekolah mampu melaksanakan supervisi akademik dengan baik maka, kinerja guru akan meningkat. Sebaliknya jika kepala sekolah belum mampu melaksanakan supervisi akademik dengan baik maka, kinerja guru tidak akan meningkat. Maka dengan demikian dapat diduga bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru.
C.
Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka pertanyaan yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara
supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru?”
Dengan demikian, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ho : “Tidak ada hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah
dengan kinerja guru”.
2. Ha :“Ada hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru”.
(1)
-DATTAR REFERENSI
No
Footnote Referensi
Ifalaman
Skripsi
Halaman
Referensi
Paraf
BABI
I Undang-undang
No.
20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional2 3
4
2. E.Mulyasa, Menjadi Kepola Sekoloh Profesionol, (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-11. h.110.
J
ll0
$
.3.
Peraturan
Menteri
Pendidikan
NasionalNomor
13
Tahun 2007
Tentang
StandarKepala Sekolah dan Madrasah 3 221
$
BAB
II
1
Uhar
Suharsaputra, Administrasi Pendidikan,(Bandung: Refika Aditama, 20 I 0) 8 144-r45
s
)
Kinerja dan
HamzahB.
UnoPenguhtrannya,
dan Nina Lamatenggo, Teori(Jakarta: PT BumiAksar1
2012), cet. I9 s9-60
s
3.
Uhar
Suharsaputrq Administrasi Pendidikan,(Bandung: Refika Aditam4 20 I 0) 9 145
5
4. PasalI
ayatI
UU RI
No.
14 Tahun 2005tentang Guru dan Dosen 10 i
+
5. Sukadi,
Guru Powerftil, Guru
Masa Depan,(Bandung: Kolbu,2006)
!0
26#
6.
Uhar
Suharsaputra, Administrasi Pendidikan,(Bandung: Refika Aditama, 2010)
l2
150-151q
7.
A. A.
Anwar
Prabu
Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya manusiu, (Bandung:PT. RosdaKarya 2000)
t2
67K
t8. Pasal
I
ayat
l0
UU RI
No.
14
Tahun 2005l3
-tFl
!
*, 1
(2)
T
tentang Guru dan Dosen
9. Pasal
8
UU
RI
No.
14 Tahun 2005'tentangGuru dan Dosen 13
+
10. Pasal
10
ayatI
UU RI No.
14 Tahun 2005tentang Guru dan Dosen 13
s
11. E. Mulyasa,
Menjadi
Guru Profesiona!,...., h.69 13 69
\R
t2.
Penjelasan Pasal10
ayat
I
UU
RI No.
14Tahun 2005 tentang Guru dan Dose,n
l3
\j
13. Pasall0
ayatI
UU RI No.
14 Tahun 2005tentang Guru dan Dosen
t4
\r,
15.
Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksar4
1992) 15 5g
16.
Ngalim
Purwanto, Administrasidan
Supervisi Pendiclikan,(Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,1984) Cet. 10
15 63
s
t7.
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2010), Cet.
Ke-I,
h. 36-37 . 16 36-37s
18.
Ibid
l6
38s{
19.
E.
Mulyas4
Menjadi Kepala
SekolahProfesional,
(Bandung;
PT.
Remaja Rosdakary4 2011)t6
111v
20.
Muhaimin, Suti'ah, Sugeng listyo Prabowo, Manaj emen P endidikan : Aplikas inya don
P enyunman Renc ana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Prenada Media Group,2009)
h.373.
t7
37321.
Piet
A.
Sahertian, KonsepDasar
&
TeknikSupervisi
Pendidikan
dalam
RangkaPengembangan
Sumber
Daya
Manusia, (Jakarta; PT RinekaCipt4
2000)t7
19s
22.
Ibid
l8
19rt
23. Umiarso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu 18 29J-298
\
'* I
(3)
a-Sekolah
di
Era
OtonomiPendidiknn,...,
h. 293-29824.
Made Pidarta, Pemikiran tentang Supervisi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksala" 1992)
2l
53#
25. Permendiknas
No.
13
Tahun 2007
tentangStandar Kepala Sekolatr/\4adrasah
2t
tr1
26.
Piet
A.
Sahertian,Kowep Dasar
dan Telmik&tpervisi Pendidkan
...,
h.2l
222t
d
27.
Zaenal
Aqib,
Membangun Profesional Gurudan
Pengawas Sekolah, (Bandung: Yrama Widya,2008)23 196
*
28.
Piet
A.
Sahertian, KonsepDasar
dan Teknik&tpervisi Pendidknn
...,
h. 48 23 48s
29.Zaenal
Aqib,
Membangun Profesional Guntdan
Pengawas Sekolah, (Bandung: Yrama Widya,2008)23 t97
g,
30.
Ngalim Purwanto, Administrasi
Pendidikan (Jakarta: Mutiara, 1984),
h.lZ2
25 1226
31. PietA.
Sahertian, KonsepDasar
dan Teknik&tpervisi pendidikan .., h. 26 25 26
\1
32.
Ibid
25 2733.
Ibid
25 2834.
E.
Mulyas4 Menjadi Kepala
SekolahProfesional, (Bandung;
PT.
RemajaRosdakarya, 2011)
26
lll
Y
35.
Bahan
Diklat
PengawasMTs
Angkatan
I
Tahun
2009, MetodeDan
Tehik
Supervisi,(Direktorat
Tendik,
Dirjen
pMpTK
Depdiknas: 2009,t.1)27 9
(
36.
Peraturan
Menteri
pendidikan
nasionalRepublik
IndonesiaNomor 13
tahun
2007tentang
StandarKepala
SekolaMMadrasah, (Jakarta: BSNP, 2007)27
t2
(
,JI
(4)
I
I I
37.
70 Persen kepala Sekolah Taklampeten, diakses dari http//www.tempointeraktiT.com, Edisi Selas4 12 Agustus 20131 I 1:.19
WIB
pada Rabu,l0
Septemb er2}l4,pirkul
l4:56:Mwib.
29
$
38.
Moh. UzerUsman, Menjadi Gunt Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 201
l),
cet.26 30
ll
$
BAB
ItI
1
Suharsimi
Arikunto,
Prosedur
PenelitianSuatu
Pendekatan
Praheh
(Jakarta:
PT. Rineke Crpta, 2002), cet.Ke-
12 (Edisi Revisiv)
33
rt2
{I
2.
Anas
Sudjiono, Pengantar
StatistikPendidikan.(Jakarta:
PT.
Raja
GrafindoPersad4 2006) 36 115
$'
J.
Suharsimi
Arikunto,
Prosedur
Penelitian:Suatu
Pendelectan
Praktik,(Iakarta:
PT.Rineka
Cipt4
2006), Cet. Ke-13 36 196u
4.
Sudjana,
Metode
Statistilm,(Bandung: PT.Tarsito, 2001), Cet. Ke-6 37 466
5. Anas Sudj i ono, P engantqr Statistik,..., h. 206 38 206
(
6.
Ibid.,h. tg3
38 193(\
Jakarta, 20 Desemb er 201 4 Mrclgetahui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Dr.II.
FathiIsmail.
MM
.
F1P.15018310900,n1
,I
(5)
.-Nomor : Un.0 1/F. l/I(M.o
r.rLlfly.F..l5
Lamp.
:..1...Hal
: Bimbingan SkripsiNama
NIM
Jurusan Semester Judul Skripsi
Tembusan:
l.
DekanE[m(2.
lvlahasiswaybs.Jakarta 07 november 2013
M. AltofFatoni 10801820001s
Manajemen Pendidikan
1l
(Sebelas)Hubungan Pelaksanaan Supervisi AJ<ademik Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di MTS Islamiyah Ciputat
Kepada
Yth.
;
Dr. Fathi Ismail M.Pd. Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dm Keguruan IJIN Syarif Hidnyatullalt
Jakrta
Ass alatmt' alaihtm wr.wb.
Dengan
ini
diharapkm kesediaan Saudara untuk meirjadi pembimbing UII (materilteknis) penulisan skripsi mahasiswa:Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal
3[ ottobq
2013 absraksi/outlineterlmpir.
Saudra dapat melakukan perubahm redaksional padajudul
teriebut. Apabila perubahan substansial dimggapperlrf
mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahuluBimbingan slaipsi
ini
diharapkan selesaidalm
waktu6
(€nm)
bulaq
dandqat
diperpaqjang selama 6 (enam) bulan berikutryatanpa surat perpanjangan.
Atas perhatim dan kerja sama Sandrq
ka-i
ucapkm terima kaqih.Wass alamu' al aihtm wr.w b.
an. Dekan
Kajur Managemen Pendidikan
Dr.r,,H,'ai.MPd
NrP 1%61009199303 1004
-)t
v
t,
KEMENTERIAN AGAMA UIN
JAKARTA
FITK
,.il. tt H. Juet* No 95 Cipud 15112 tttdona*,,
trtllr
FORM (FR)
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD0BI Tgl.Terbit :
1 Maret 2010 No.Revisi: :
01Hal 111
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
(6)
YAYASAN
ISLAIT{IYAH
C
IP
U
TAT
Akta Nomor 16, Tanggal 1'1 Agustus 1 978, Diperbaharui
Akta Nomor 02, Tanggal 07 Februara 2012, Bank : Syariah Mandiri Rek. 701 5231 372
MADRASAFI
TSAT{AWTYAFI
ISIAMTYAI-I
STATUS : TEMKREDITASI
A
Jl.
Kihajar
Dewantara No.23
Ciputat, Telp;
(021)7409814Fax.74716496
suRAr'k-ErsB+s-Gs!'l
N"*"il2
5lB- I /Ks.02. 00 I 05lD{lz0l
4Yang
bertanda tangan menerangkan bahwa:Nama Mahasiswa Tempat/Tgl.
Lahir
NIM
JurusanlProdi Jenjang Pendidikan
dibawahiniKepalaMTslslamiyahCiputatTangerangBanten
Muharnmad
Althof
Fathoni Tangerang, 27 Oktober 1990108018200018
Manajemen Pendidikan Strata Satu (S1)
Mahasiswa tersebut diatas adalah benar telah rnelaksanakan P'enelitian
di MTs
Islarriyah
Ciputat Kota
Tangerang Selatan padatanggal
5
-
20
September2014
dalam
rangkapenyisunan Skxip$t
sehggi
$alah sahr syarat
penyelesaianprogram
Strata
Satu[.lniversitas
Islam
Negeri Syarif
Eirtnyatullah
Jakarta
denganjudul
:"
HUBT]NGAN PELAXSANAAN SUPERWSI
AKADEN'fiX.
KEPADA
SEKOLAH
TERHADAP
KINERJA
GARU
DI
MTS
ISI}IMIYAH
CIPATAT
KOTA
TANGERANG
SEI,,ITAN
*
Dernikian surat keterangan
ini
kami buat, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya."Jt