Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea – Kuta Jungak Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat

(1)

ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN RUAS JALAN SIMPANG

JAMBUREA

KUTA JUNGAK TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH KECAMATAN SIEMPAT RUBE,

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Oleh

MARULI BARASA

087003013/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

S

E

K O L A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN RUAS JALAN SIMPANG

JAMBUREA

KUTA JUNGAK TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH KECAMATAN SIEMPAT RUBE,

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARULI BARASA

087003013/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010


(3)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP) Ketua

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Anggota

(Dr. Tavi Supriana, MS) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc) Judul Tesis : ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN RUAS

JALAN SIMPANG JAMBUREA KUTA JUNGAK TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN SIEMPAT RUBE, KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Nama Mahasiswa : Maruli Barasa Nomor Pokok : 087003013

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 11 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS 3. Kasyful Mahalli, SE, M.Si 4. Dr. Rahmanta, MS


(5)

ABSTRAK

Maruli Barasa, 2010. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat, dengan Komisi Pembimbing: Robinson Tarigan, Sirojuzilam dan Tavi Supriana.

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah: untuk melihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis dampak peningkatan ruas jalan terhadap perubahan aksesibilitas masyarakat sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan alat statistik deskriptif dan uji beda rata-rata. Jumlah sampel penelitian sebanyak 86 responden, metode penarikan sampel dilakukan dengan metode sistematik sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat memberikan kontribusi yang dominan terhadap Total Product

Domestic Bruto Kabupaten Pakpak Bharat. Terdapat dampak yang signifikan

peningkatan ruas jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap peningkatan perubahan aksesibilitas masyarakat, intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport. Aksesibiltas, yakni intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport meningkat setelah peningkatan ruas jalan.

Kata Kunci: Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Pendapatan, Intensitas Perjalanan, Waktu Tempuh, Intensitas Lalu Lintas dan Biaya Transportasi.


(6)

ABSTRACT

Maruli Barasa, 2010. Analysis of Impact by Internode of Enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the Regional Developing by Sub Distric Siempat Rube of Pakpak Bharat Regency, with counsellor commission: Robinson Tarigan, Sirojuzilam and Tavi Supriana.

This purpose of research is aim to know that agriculture sector contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency; to analysis the internode impact of enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the alteration by accessibility by the community before and after of internode enhancement; to analysis difference by average household income before and after of internode enhancement. The analyze method that is used in this research is descriptive method with z test. The sample are 86 person with systematic random sampling.

The result of this research conclusion that agriculture sector gave dominant contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency. Explained by the significant of containt internode enhancement impact to increasing of income household level, accessibility consist of the trip intensity, time distance, traffict intensity and transport fee.

Keywords: Agriculture Sector, Product Domestic Regional Bruto, Income Household Level, Accessibility Consist of the Trip Intensity, Time Distance, Traffict Intensity and Transport Fee.


(7)

KATA PENGANTAR

Atas kuasa yang Maha Esa, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat” yang dikaji dengan beberapa pendekatan/analisis sebagai aplikasi pengetahuan yang didapat oleh penulis selama mengikuti perkuliahan pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa H, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Selaku Ketua Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(8)

4. Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP, selaku Pembimbing I, yang telah banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Pembimbing II, yang telah banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

6. Ibu Dr. Tavi Supriana, MS selaku Pembimbing III, yang telah banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak/Ibu Dosen Penguji, Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, Dr. Rahmanta, MS dan Drs. Rudjiman, MA yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati, Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu Dosen serta segenap Civitas Akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara maupun rekan-rekan.

Medan, 01 Februari 2010

Maruli Barasa NIM. 087003013


(9)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : Maruli Barasa

2. Tempat/Tanggal lahir : Parlilitan, 24 April 1962 3. Pekerjaan : PNS Kab. Pakpak Bharat 4. Agama : Kristen Protestan

5. Orang tua

a. Ayah : Uter Barasa b. Ibu : Kernelia Sihotang 6. Istri : Idewi Manurung 7. Anak : 1. Febry Mewalita Barasa

2. Olivia Siolito Barasa 3. Willy Kensulaw Barasa 4. Yesreel Andre Barasa

8. Alamat : Jl. Runding No. 3 b Sidikalang Kab. Dairi 9. Pendidikan

a. SD Negeri : SDN Parlilitan Humbang Hasundutan b. SLTP Negeri : SMP Frater Kendari Sulawesi Tenggara c. SMU Negeri : SMA Angkasa Lanud Medan

d. Universitas/Fakultas : Fakultas Teknik – Universitas HKBP Nommensen e. Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Perencanaan Pembangunan Jalan... 8

2.2. Penetapan Prioritas Peningkatan Ruas Jalan... 11

2.3. Pendapatan ... 13

2.4. Pengembangan Wilayah... 15

2.5. Penelitian Terdahulu ... 18

2.6. Kerangka Pemikiran... 21

2.7. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

3.1. Waktu dan Lokasi ... 24

3.2. Populasi dan Sampel ... 25

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 26

3.4. Teknik Pengambilan Sampel... 27

3.5. Teknik Analisis Data... 27

3.6. Definisi Operasional Variabel... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1. Kabupaten Pakpak Bharat... 31

4.1.2. Kecamatan Siempat Rube... 32


(11)

4.2. Gambaran Umum Responden ... 34

4.2.1. Umur... 34

4.2.2. Lama Bermukim... 35

4.2.3. Tingkat Pendidikan... ... 36

4.2.4. Pekerjaan... ... 36

4.3. Hasil dan Pembahasan... 37

4.3.1. Analisis Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.. ... 37

4.3.2. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan terhadap Perubahan Aksesibilitas Masyarakat (Intensitas Perjalanan, Waktu Tempuh, Intensitas Lalu Lintas dan Ongkos Transport... 39

4.3.3. Analisis Tingkat Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Sebelum dan Setelah Pelaksanaan Peningkatan Ruas Jalan……….. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56

5.1. Kesimpulan ... 56

5.2. Saran... 56


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Data Ruas Jalan dan Perkembangannya yang Dilaksanakan

Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008... 4

3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Desa... 26

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 35

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal... 35

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 36

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 36

4.5. Jenis Pekerjaan Utama Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea- Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube ... 40

4.6. Jenis Produk Utama Pertanian Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea-Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube... 41

4.7. Lokasi Penjualan Hasil Produk Utama Pertanian ... 42

4.8. Lokasi Pembelian Kebutuhan Harian... 43

4.9. Hasil Analisis Perbedaan Intensitas Perjalanan ... 45

4.10. Hasil Analisis Perbedaan Waktu Tempuh Perjalanan... 46

4.11. Hasil Analisis Perbedaan Intensitas Kendaraan yang Melintas ... 49

4.12. Hasil Analisis Perbedaan atas Ongkos yang Dikeluarkan ... 51

4.13. Hasil Analisis Perbedaan atas tingkat Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Sebelum dan Setelah Pelaksanaan Peningkatan Ruas Jalan.... 52


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran... 22 4.1. Lintasan Jalan Jamburea–Kuta Jungak... 34 4.2. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kab. Pakpak


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 61

2. Data Sektor Pertanian dan PDRB... 63

3. Data Aksesibilitas... 64

4. Data Pendapatan Masyarakat... 66

5. Hasil Uji Beda Intensitas Perjalanan... 68

6. Hasil Uji Beda Waktu Tempuh... ... 69

7. Hasil Uji Beda Kendaraan yang Melintas... . 70

8. Hasil Uji Beda atas Ongkos yang Dikeluarkan... 71

9. Hasil Uji Beda atas Pendapatan... ... 72

10. Peta Lokasi Jalan Jamburea–Kuta Jungak ... 73


(15)

ABSTRAK

Maruli Barasa, 2010. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat, dengan Komisi Pembimbing: Robinson Tarigan, Sirojuzilam dan Tavi Supriana.

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah: untuk melihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis dampak peningkatan ruas jalan terhadap perubahan aksesibilitas masyarakat sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan alat statistik deskriptif dan uji beda rata-rata. Jumlah sampel penelitian sebanyak 86 responden, metode penarikan sampel dilakukan dengan metode sistematik sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat memberikan kontribusi yang dominan terhadap Total Product

Domestic Bruto Kabupaten Pakpak Bharat. Terdapat dampak yang signifikan

peningkatan ruas jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap peningkatan perubahan aksesibilitas masyarakat, intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport. Aksesibiltas, yakni intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport meningkat setelah peningkatan ruas jalan.

Kata Kunci: Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Pendapatan, Intensitas Perjalanan, Waktu Tempuh, Intensitas Lalu Lintas dan Biaya Transportasi.


(16)

ABSTRACT

Maruli Barasa, 2010. Analysis of Impact by Internode of Enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the Regional Developing by Sub Distric Siempat Rube of Pakpak Bharat Regency, with counsellor commission: Robinson Tarigan, Sirojuzilam and Tavi Supriana.

This purpose of research is aim to know that agriculture sector contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency; to analysis the internode impact of enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the alteration by accessibility by the community before and after of internode enhancement; to analysis difference by average household income before and after of internode enhancement. The analyze method that is used in this research is descriptive method with z test. The sample are 86 person with systematic random sampling.

The result of this research conclusion that agriculture sector gave dominant contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency. Explained by the significant of containt internode enhancement impact to increasing of income household level, accessibility consist of the trip intensity, time distance, traffict intensity and transport fee.

Keywords: Agriculture Sector, Product Domestic Regional Bruto, Income Household Level, Accessibility Consist of the Trip Intensity, Time Distance, Traffict Intensity and Transport Fee.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pada hakekatnya menginginkan suatu kondisi yang lebih baik dari pada kondisi masa lalu. Proses pembangunan yang dilaksanakan suatu negara tidak akan berhenti. Output yang dihasilkan suatu pembangunan merupakan kombinasi sumber daya, sehingga sumber daya sangat mutlak dalam proses pembangunan. Eksploitasi sumber daya harus memperhatikan kelestariannya. Eksploitasi yang berlebihan mengakibatkan pembangunan yang dilaksanakan dapat mengalami kemunduran. Sasaran pembangunan bidang ekonomi adalah terciptanya perekonomian yang mandiri dan handal antara lain bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang tangguh dan pendayagunaan sumber daya alam yang optimal dalam rangka peningkatan kemakmuran rakyat yang semakin merata.

Prioritas pembangunan pada sektor pertanian dan industri akan terus ditingkatkan agar mampu menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat dan mampu melanjutkan proses industrialisasi. Pembangunan dilaksanakan mulai dari daerah perkotaan hingga daerah pedesaan. Dalam rangka mendukung pembangunan bidang ekonomi, pembangunan di bidang infrastruktur yang diperlukan. Infrastruktur memiliki peran yang cukup signifikan dalam perkembangan suatu wilayah. Infrastruktur dalam hal ini meliputi sektor-sektor


(18)

irigasi, serta telekomunikasi, yang merupakan bentuk fasilitas publik yang memiliki jaringan (network) sebagai fitur fisik utamanya. Berbagai studi telah banyak dilakukan untuk membuktikan hubungan kuat antara pembangunan infrastruktur dengan pengembangan wilayah, tidak hanya dalam konteks makro namun juga konteks mikro. Dalam konteks maka pembangunan wilayah dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat, perubahan aksesibilitas masyarakat dan perubahan komoditi unggulan di sekitar pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dilaksanakan.

Pengembangan wilayah di Kabupaten Pakpak Bharat merupakan bagian yang integral dari kegiatan pengembangan wilayah yang dilaksanakan di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Pakpak Bharat ditetapkan sebagai daerah sentra pertanian. Untuk mendukung pengembangan wilayah di Kabupaten Pakpak Bharat, maka dilakukan peningkatan ruas jalan dalam rangka pengembangan jaringan jalan kabupaten dengan tujuan untuk membuka isolasi dan mendorong pengentasan kemiskinan (RTRWP Sumatera Utara, 1999).

Begitu juga, berdasarkan Rencana Strategis (Renstra), Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat menyatakan bahwa sektor transportasi terus ditingkatkan guna memperlancar arus manusia, barang dan jasa. Pembangunan dan pengembangan sektor transportasi akan menggerakkan roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka wujud wawasan nusantara, serta semakin meningkatkan ketahanan nasional. Menurut Agustinus (1999), jika ditinjau dari perspektif pengembangan wilayah, sistem perhubungan darat memiliki fungsi ganda.


(19)

Pertama, menjembatani kecenderungan pertumbuhan antarwilayah dalam rangkaian proses pertumbuhan ekonomi yang menguntungkan. Kedua, memprakarsai dan membangkitkan pertumbuhan pada wilayah-wilayah potensial serta mengaitkannya ke wilayah yang lebih maju dan mapan. Kedua fungsi perhubungan tersebut bertujuan sama, yaitu menunjang perkembangan ekonomi sekaligus dapat diarahkan kepada pertumbuhan antarwilayah, yang lebih serasi pada akhirnya dapat mewujudkan kesatuan ekonomi daerah yang lebih kuat dan kokoh. Dalam konteks pembangunan daerah, sektor perhubungan mempunyai peranan yang sangat strategis. Artinya, wilayah-wilayah potensial dapat dikembangkan dengan baik, jika memiliki sarana dan prasarana perhubungan yang memadai. Hal ini akan memperlancar arus manusia, barang dan jasa serta informasi dan wilayah pedesaan yang potensial akan lebih lancar, sehingga produktivitas masyarakat pedesaan akan meningkat.

Salah satu bentuk perhubungan darat yang berkenaan dengan pengembangan wilayah Kabupaten Pakpak Bharat ini dilakukan dalam bentuk pembangunan jaringan jalan ini dimulai dari Desa Jambu Rea sebagai pangkal ruas jalan hingga Ke Desa Kuta Jungak (Perbatasan dengan Kabupaten Dairi) sebagai ujung ruas jalan. Pengembangan jaringan jalan ini dilaksanakan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat. Adapun data tentang ruas jalan yang dilaksanakan di Kabupaten Pakpak Bharat selama ini beserta perkembangannya, dapat dilihat pada Tabel 1.1:


(20)

Tabel 1.1. Data Ruas Jalan dan Perkembangannya yang Dilaksanakan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008

No. Nama Pangkal Nama Ujung Panjang Ruas (m) Lokasi Jalan Kecamatan

01 Salak Kecupak II 4,200 Salak 02 Kecupak II Binanga Boang 5,250 Salak 03 Salak Aornakan 3,000 Salak 04 Kecupak II Simerpara 18,000 Salak 05 Binanga Boang Kuta Tinggi 45,000 Salak 06 Kuta Liang Sibagindar 25,000 Salak 07 Singgabur Namuseng 4,800 Salak 08 Ulu Merah Pardomuan 4,300 Salak 09 Namuseng Pardomuan 4,000 Salak 10 Simpang Gorat Gorat – Kuta Laki 4,000 Kerajaan/ Salak 11 Simpang Pangkalan Namuseng 5,000 Kerajaan/ Salak 12 Binanga Boang Resdes Lama 2,000 Salak 13 Jambu Blang Kuta Kacip 3,000 Kerajaan 14 Salak Jambu Rea 5,000 Kerajaan/ Salak 15 Simpang Jambu Jambu Rea 3,100 Kerajaan 16 Jambu Blang Resdes 4,400 Kerajaan 17 Jambu Rea Mungkur 6,000 Kerajaan 18 Resdes Mungkur 3,600 Kerajaan 19 Salak Natam 11,000 Salak 20 Traju Parongil 4,000 Kerajaan 21 Santar Parongil 3,000 Kerajaan 22 Tinada Parongil 3,000 Kerajaan 23 Jambu Rea Kuta Jungak 9,000 Siempat Rube 24 Parongil Kuta Babo 4,000 Kerajaan 25 Pemulon Kuta Babo 5,300 Kerajaan 26 Kerajaan Binanga Sitellu 6,000 Kerajaan 27 Binanga Sitellu Kuta Babo 3,000 Kerajaan 28 Simpang Kombih Kuta Nangka 5,000 Kerajaan 29 Tinada Sibande 16,400 Sitellu Urang Jahe 30 Natam Rahip 4,300 Sitellu Urang Jahe Sumber: Dinas PU dan Perhubungan Kabupaten Pakpak Bharat, 2008.

Adapun jaringan jalan ini merupakan sarana transportasi yang mempunyai daya dorong terhadap pertumbuhan kawasan sekitarnya. Tidak seimbangnya penyediaan jaringan jalan terhadap jumlah pertambahan kebutuhan ruas jalan


(21)

merupakan gambaran permasalahan yang besar akan timpangnya sistem sediaan (supply) dengan sistem permintaan (demand). Transportasi selalu dikaitkan dengan tujuan misalnya perjalanan dari rumah ke tempat bekerja, ke pasar, tempat rekreasi dan dari sentra ke daerah distribusi. Diharapkan dengan dilaksanakannya pengembangan jaringan jalan kabupaten di Kecamatan Siempat Rube pada Kabupaten Pakpak Bharat ini dapat memberikan kontribusi signifikan (nyata) terhadap pengembangan wilayah, percepatan pembangunan dan pemerataan pembangunan antardesa di Kecamatan Siempat Rube pada Kabupaten Pakpak Bharat. Melihat pentingnya peran prasarana transportasi dalam hal ini jalan bagi pengembangan wilayah, maka penting dilakukan “Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah:

1. Apakah sektor pertanian tetap memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat?

2. Bagaimana dampak peningkatan ruas jalan terhadap perubahan aksesibilitas masyarakat (intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transportasi)?


(22)

3. Apakah ada perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Untuk menganalisis dampak peningkatan ruas jalan kabupaten terhadap perubahan aksesibilitas masyarakat sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat?

3. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat?

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat, sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan komoditi unggulan daerah, meningkatkan aksesibilitas masyarakat yang selanjutnya dapat mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi masyarakat khususnya di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.


(23)

2. Bagi masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya masyarakat Kecamatan Siempat Rube untuk mengetahui dan menambah informasi ada atau tidaknya perubahan yang dirasakan oleh masyarakat melalui peningkatan ruas jalan khususnya masyarakat di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan masukan bagi penelitian lain yang lebih lanjut, terutama yang menyangkut tentang peningkatan ruas jalan atau mengenai pengembangan jaringan jalan maupun program pembangunan lainnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Pembangunan Jalan

Dalam rangka mendukung perencanaan kota pengembangan jalan merupakan salah satu prioritas utama di samping perencanaan yang lain yaitu arahan penggunaan/peruntukkan lahan, arah pengembangan kota dan rencana kawasan tertentu seperti industri (UU No. 24/1992), oleh karena itu pengembangan jalan perkotaan tersebut perlu diselaraskan dengan rencana tata ruang kota. Untuk maksud tersebut upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah penataan sistem jaringan jalan, penataan fungsi dan pelayanan jalan, penetapan persyaratan teknis masing-masing jalan.

Ruang lingkup pengembangan dan perencanaan jalan kota meliputi seluruh prasarana jalan dan jembatan umum yang dapat dilalui oleh kendaraan yang terdapat di seluruh wilayah administratif tetapi dalam RUTRK yang tercantum hanyalah jalan-jalan utama seperti jalan-jalan arteri. Penanganan jalan-jalan kota diarahkan agar tercipta kondisi pelayanan lalu lintas yang tertib, teratur, aman dan memberi kenyamanan bagi penggunaan jasa prasarana dan sarana jalan tersebut. Kusumantoro (1994) menyatakan bahwa untuk menghindari masalah penyediaan sarana dan prasarana transportasi di Jerman dilakukan dengan meningkatkan kapasitas jalan melalui manajemen lalu lintas serta memanfaatkan angkutan umum massal. Angkutan massal


(25)

ini berupa modal yang mampu memberikan kapasitas yang besar bagi penggunaan angkutan umum.

Jaringan transportasi dapat dipergunakan untuk mengendalikan pertumbuhan dan menentukan arah pembangunan dan mengatur konsentrasi kegiatan dan bangunan fisik pada tempat sehingga tidak melebihi kapasitas utilitas yang ada (Branch, 1995). Beberapa tolak ukur dalam pembagian sub ruas jalan yakni: (1) faktor fisik jalan terdiri dari lebar tiap jalur jalan, jumlah jalur jalan pada suatu ruas jalan, kebebasan jalan terhadap pengaruh gangguan tepi jalan (lateral clearance), kelandaian jalan dan lebar bahu jalan dan (2) faktor lalu lintas meliputi komposisi kendaraan dan variasi volume lalu lintas. Kondisi fasilitas jalan akan menyebabkan tingkat kepadatan lalu lintas yakni jumlah kendaraan rata-rata dalam ruang. Satuan kepadatan adalah kendaraan rata-rata per kilometer per jam. Seperti halnya dengan volume lalu lintas, kepadatan lalu lintas dapat dikaitkan dengan penyediaan jalur jalan.

Pemakaian lain dari nilai kepadatan lalu lintas adalah untuk mengatakan pentingnya ruas jalan tersebut dalam mengalirkan lalu lintas. Selanjutnya menurut Branch (1995) bahwa jalur jalan dan utilitas kota merupakan pola pembentuk penggunaan lahan di kota. Sejak awal pertumbuhan komunitas berbagai kegiatan usaha memilih lokasi di sepanjang jalur-jalur lalu lintas primer. Hubungan antara pengaturan tata guna tanah dengan sistem transportasinya (aksesibilitas) menunjukkan tingkat kemudahan interaksi satu sama lain yang dicapai melalui sistem transportasi. Tata guna tanah yang berbeda akan mempunyai aksesibilitas yang


(26)

merata dalam hal kuantitas dan kualitas. Beberapa hal yang dapat dilakukan sehubungan dengan peningkatan kapasitas transportasi adalah: (1) pembangunan jalan baru baik lokal, kolektor maupun arteri sesuai dengan program Bina Marga seperti jalan bebas hambatan, jalan lingkar (outer ring road), pembangunan jalan penghubung baru (arteri) yang menghubungkan 2 zona yang sangat padat, (2) peningkatan kapasitas prasarana jaringan jalan seperti pelebaran dan perbaikan geometrik persimpangan, pembuatan persimpangan tidak sebidang untuk mengurangi

conflict point, pembangunan jalan-jalan terobosan baru untuk melengkapi sistem

jaringan jalan yang sudah ada (missing link) dan pembenahan sistem hirarki jalan dan pembuatan penyeberangan jalan untuk pejalan kaki (Tamin, 1993).

Untuk menumbuhkan perekonomian di negara berkembang salah satu faktor yang paling penting adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat di dalam wilayah melalui jaringan transportasi. Dengan aksesibilitas transportasi di dalam wilayah atau kota maka kelompok masyarakat di dalam wilayah atau kota tersebut akan mudah dan cepat melakukan aktivitasnya (Taafe, 1986). Salah satu dampak pengembangan sub pusat kegiatan perkotaan dengan strategi peningkatan aksesibilitas jalan raya seringkali mengabaikan perkotaan dengan strategi peningkatan aksesibilitas jalan raya seringkali mengabaikan aspek jarak. Penempatan sub pusat kegiatan yang terlalu jauh dengan pusat utama dengan mengabaikan faktor pertumbuhan kegiatan yang sangat pesat, pada akhirnya justru menjadikan kawasan kota menjadi membesar tanpa diimbangi oleh adanya pengembangan prasarana transportasi yang memadai.


(27)

2.2. Penetapan Prioritas Peningkatan Ruas Jalan

Menurut Fendi (2009), jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat yang diperuntukkan bagi lalu lintas, berupa kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, orang, barang, dalam bentuk apapun, maupun meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkapnya bagi lalu lintas. Dalam bentuk apapun mempunyai pengertian bahwa jalan tidak terbatas pada bentuk jalan yang konvensional (pada permukaan tanah) dan di atas tanah (jalan layang). Bangunan pelengkap ialah bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan antara lain jembatan, pohon, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan, dan saluran air jalan, pagar pengaman daerah milik jalan, dan patok-patok daerah milik jalan.

Adapun tujuan diadakannya jalan adalah untuk memudahkan pengangkutan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, melancarkan jalannya lalu lintas, membuka daerah-daerah yang terisolir, untuk pertahanan daerah dan untuk meningkatkan perekonomian (Fendi, 2009). Karena itu penetapan prioritas peningkatan ruas jalan perlu dilakukan sebagai program pengembangan jaringan jalan mutlak dalam menilai manfaat yang diberikan dari proyek pembangunan jalan tersebut.

Menurut Martius (2003), manfaat langsung pada proyek pengembangan jaringan jalan antara lain terdapatnya kenaikan hasil pertanian dan perkebunan karena kenaikan produktivitas tanah sebagai akibat dari bertambah baiknya sarana dan prasarana transportasi. Sedangkan manfaat tidak langsung yang diperoleh masyarakat


(28)

kesempatan bekerja, bertambahnya kepadatan penduduk dan meningkatnya mobilitas penduduk. Investasi pada penetapan prioritas peningkatan ruas jalan sebagai program pengembangan jaringan jalan menunjukkan bahwa masyarakat mendapat keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa ada pembangunan atau investasi jalan hasil produksi meningkat 1% dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, sedangkan dengan adanya investasi/pembangunan jalan kenaikan produk mencapai 20% sesuai dengan kondisi dan karakteristik suatu wilayah (Adler, 1983 dalam Martius, 2003).

Untuk mengetahui bagaimana manfaat pembangunan jaringan jalan, maka dilakukan evaluasi. Di mana evaluasi jaringan jalan dimaksudkan untuk mengetahui perubahan kesejahteraan maupun akses antarwilayah. Evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan pendekatan ekonomi atau surplus produksi hasil pertanian dan perkebunan (Canemark, 1976, dalam Parakesit, dkk, 1998). Menurut parakesit, dkk (1998) manfaat dari proyek tranportasi bagi orang yang tidak menggunakan jalan tidak dapat ditunjukkan karena mereka menggunakan analisis surplus konsumsi yang memberikan penekanan pada saving (penghematan) BOK dan waktu tempuh.

Selanjutnya menurut Parakesit, dkk (1998), salah satu pendekatan yang cukup tepat dalam mengevaluasikan proyek pengembangan jalan dengan lalu lintas kecil, seperti jalan kabupaten adalah dengan Location Quotion Analysis/LQA (Analisis pembagian lokasi). Pendekatan ini merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu atau potensi wilayah. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diteliti dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih


(29)

luas. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien dapat menggunakan suatu jumlah buruh atau hasil produksi atau satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (Warpani, 1984).

Kemudian menurut Riyadi dan Kusumah (2004), bahwa LQA dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum mengetahui kemampuan sektor-sektor pembangunan di suatu wilayah dalam mendukung proses pembangunan di daerahnya. LQA merupakan metode yang digunakan unruk membandingkan kemampuan sektor-sektor pembangunan dalam suatu daerah/wilayah dengan kondisi sektor-sektor-sektor-sektor pembangunan yang ada di daerah yang lebih luas.

2.3. Pendapatan

Pendapatan dalam arti sempit adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama jangka waktu tertentu. Pendapatan adalah seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah pada suatu kurun waktu. Nilai tambah terdiri dari upah, gaji, sewa, bunga dan laba yang dibagikan. Pendapatan dalam pengertian umum terdiri dari: Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi dan pendapatan perseorangan (personal income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun.


(30)

Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer

payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang merupakan balas

jasa produksi. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).

Dalam hal lain juga dikenal pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable

Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan

jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.

Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak

langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

Dalam bisnis, pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran.

Pendapatan juga dapat berasal dukungan dari sanak famili, hadiah atau hasil undian, pinjaman, warisan, dana pensiun. Pendapatan dapat juga bersumber dari


(31)

usaha sendiri (wiraswasta, berdagang, mengerjakan sawah), menjadi pegawai swasta atau bekerja di pemerintahan, hasil meminjamkan barang atau uang (Gilarso, 1992).

2.4. Pengembangan Wilayah

Wilayah merupakan unit geografis dengan batas-batas tertentu di mana bagian-bagiannya saling bergantung satu sama lain secara fungsional. Secara umum pusat inti berfungsi antara lain: (a) tempat pemusatan pemukiman penduduk, (b) pemusatan industri, (c) tempat pemasaran bahan-bahan mentah, dan (d) tempat pemusatan sarana-sarana pelayanan. Daerah bagian belakang (hinterland) berfungsi sebagai tempat proses produksi bahan mentah dan sebagai tempat pemasaran produk-produk industri.

Pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai pelaksanaan pembangunan nasional di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah serta menghormati perundang-undangan yang berlaku. Untuk wilayah pedesaan yang selalu identik dengan petani dan kemiskinan maka dibutuhkan pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil adalah jika terjadi pertumbuhan produksi pertanian yang tertinggi sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1994).

Pengembangan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan interdependensi dan interaksi antara sistem ekonomi (economic system) manusia/masyarakat (social system) dan lingkungan hidup serta


(32)

ekonomi, sosial, politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya berada dalam konteks keseimbangan, keselarasan dan kesesuaian. Adapun pemusatan kegiatan pada suatu tempat atau daerah akan mendorong terjadinya pemusatan aktivitas, sarana dan fasilitas yang mendukung kehidupan penduduk yang ada di tempat tersebut. Lebih jauh pemusatan tersebut akan menciptakan peningkatan produksi di daerah tersebut.

Jadi selain dilihat dari sisi jumlah penduduk, sarana serta fasilitas pelayanan, dapat mencerminkan tingkat efisiensi dari pemusatan itu umumnya dan produktivitas, faktor-faktor produksi khususnya. Strategi pengembangan wilayah yang berkelanjutan dilakukan secara bertahap antara lain: (a) Redistribusi aset (tanah, modal, lainnya), (b) pengembangan kelembagaan dan pasar finansial di wilayah pedesaan, (c) kebijaksanaan intensif lapangan kerja yang membatasi migrasi dari desa ke kota, (d) kebijakan mempertahankan nilai tukar (exchange rate) yang mendorong ekspor pertanian selalu kompetitif, (e) mengurangi ketergantungan modal dari luar negeri, (f) pengembangan regional berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam, (g) kebijaksanaan intensif fiskal mendorong produksi dan distribusi ke wilayah pedesaan, (h) pembangunan sumber daya manusia dan modal sosial berbasis pedesaan, dan (i) industrialisasi berbasis wilayah pedesaan.

Menurut Sandy (1982), pembangunan wilayah atau pengembangan wilayah adalah membangun masyarakat sesuai dengan potensi dan prioritas yang terdapat di daerah yang bersangkutan. Potensi di sini adalah tidak terbatas pada potensi fisik saja, melainkan juga potensi sosial, ekonomi dan budaya. Perencanaan wilayah


(33)

adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk perencanaan pergerakan di dalam wilayah) dan perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur di dalam perencanaan pembangunan wilayah. Kedua bentuk perencanaan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan bersifat saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Tata ruang wilayah merupakan landasan sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembangunan wilayah (Tarigan, 2004).

Miraza (2005) mengatakan bagaimana suatu perencanaan wilayah dilaksanakan, berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya dikarenakan masing-masing daerah mempunyai latar belakang yang berbeda baik yang menyangkut pada

economic resources maupun yang menyangkut pada kultur masyarakat, demografi

dan geografi, daerah muka dan daerah belakang maupun berbagai akses yang ada, yang dapat dipakai untuk masuk dan keluar bagi manusia dan barang serta tersedianya perencanaan wilayah mencakup pada berbagai segi kehidupan yang komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan yang semuanya bermuara pada upaya meningkatkan kehidupan masyarakat. Pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni dengan tingkat kesejahteraan rata-rata masyarakat yang lebih baik, di samping menunjukkan lebih banyak sarana/ prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan-kegiatan usaha masyarakat


(34)

2.5. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dan berkenaan dengan tesis ini antara lain:

Zulad (1998), menulis penelitian yang berjudul “Evaluasi Dampak Pembangunan Bantuan Peningkatan Prasarana Jalan Poros Desa di Wilayah Pembangunan III Sumatera Utara”, dengan menggunakan metode tabulasi silang dan metode kuantitatif non parametrik untuk menghitung jumlah besaran yang diperoleh setelah itu beliau melihat perbedaan tingkat dampak ekonomi dengan menggunakan metode analisis chi-quadrat (x2), mengemukakan bahwa pembangunan prasarana jalan poros desa mempunyai dampak yang positif terhadap ekonomi desa meliputi kegiatan usaha warga desa yang terdiri dari usaha buruh, usaha tani, usaha sektor informal dan usaha sektor transportasi. Pembangunan prasarana jalan poros desa mempunyai dampak positif terhadap waktu dan biaya transportasi, baik untuk pengangkutan input atas kegiatan usaha maupun pengangkutan output atas hasil usaha. Serta berdampak positif terhadap kesempatan kerja, harga tanah, tingkat upah dan sosial ekonomi. Tetapi memiliki dampak yang negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran udara, kebisingan, dan munculnya operasi pencurian hasil kebun rakyat maupun swasta.

Surbakti (1999), menulis penelitian yang berjudul “Pengaruh Jalan yang Dibangun OECF terhadap Pengembangan Wilayah IDT”, dengan menggunakan metode BPS (berupa metode Simpangan Baku, metode Range, dan metode Persepsi


(35)

Lapangan) serta menggunakan metode analisis chi-quadrat (x2), mengemukakan bahwa Desa Tertinggal Lau Kehidupen dan Lau Lingga telah berubah status menjadi desa tidak tertinggal, namun Desa Buluh Pancur masih berstatus desa tertinggal dan terjadinya perubahan peningkatan pendapatan penduduk dan perubahan land use pada Desa Lau Kehidupen, Lau Lingga dan Buluh Pancur (daerah desa tertinggal) namun hasilnya belum memuaskan. Dari hasil penelitian bahwa jalan yang dibangun OECF adalah jalan dengan konstruksi yang sederhana dan berlalu lintas rendah maka kondisi jalan tersebut sudah rusak karena jalan tersebut kurang dipelihara dan juga lalu lintas yang melewati melebihi dari tonase jalan itu sendiri sehingga jalan tersebut kurang berfungsi.

Supriadi (2004), menulis penelitian yang berjudul “Analisis Genangan Air pada Prasarana Jalan dan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah di Kota Medan”, dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis regressi berganda, mengemukakan bahwa genangan air di Kota Medan secara umum disebabkan oleh lama curah hujan, drainase, koefisien dasar bangunan (KDB) dan volume sampah secara serempak berpengaruh terhadap genangan air di Kota Medan dengan tingkat kepercayaan 95%, genangan air di Kota Medan tidak memberikan pengaruh terhadap pengembangan wilayah di Kota Medan, penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan usaha baru belum sepenuhnya terganggu akibat genangan air. Selain itu beliau mengatakan daerah resapan air di Kota Medan berupa lahan pertanian, ruang terbuka hijau saat ini berkurang luasannya sehingga mengganggu sistem hidrologi, genangan


(36)

air di wilayah dengan tata guna rendah sedang disebabkan oleh limpasan air dari sungai-sungai kecil, tinggi genangan air dari kondisi hujan yang deras selama satu jam adalah 45 cm dengan lama genangan 30 menit, alternatif penanggulangan genangan air di Kota Medan adalah pemanfaatan saluran drainase, membuang sedimentasi dan sampah-sampah yang menghambat aliran air ke saluaran primer dan faktor tata guna lahan dan aktivitas ekonomi tidak sepenuhnya memberikan pengaruh terhadap tinggi genangan air.

Lumban Raja (2009), menulis penelitian yang berjudul “Analisis Dampak Peningkatan Jaringan Jalan Tinada–Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat dalam Pengembangan Wilayah” dengan menggunakan metode uji t (t-test), mengatakan bahwa peningkatan jalan Tinada–Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe memberikan dampak yang signifikan terhadap produk utama dan pendapatan masyarakat sepanjang jalan yang dipengaruhi meningkatnya jumlah produk utama pertanian dan meningkatnya harga jual produk utama pertanian serta pendapatan masyarakat. Selain itu peningkatan Jalan Tinada– Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe memberikan dampak yang signifikan terhadap mobilitas masyarakat pengguna jalan dan angkutan barang dengan adanya penghematan ongkos orang dan barang setiap perjalanan, peningkatan penggunaan kendaraan umum, perjalanan keluar desa, penghematan waktu tempuh dan peningkatan volume lalu lintas. Peningkatan jalan Tinada–Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe memberikan dampak yang signifikan terhadap keadaan pertanahan


(37)

dengan adanya peningkatan penggunaan luas lahan, peningkatan penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) dan kenaikan harga tanah.

Dari hasil pengamatan di lokasi penelitian terlihat dengan adanya peningkatan jalan memberi dampak terhadap masyarakat berupa bertumbuhnya unit usaha baru sehingga memberi kesempatan perekrutan tenaga kerja non formal, bertumbuhnya pusat pasar tradisional dan adanya perkembangan pemukiman baru ditandai dengan bertambahnya rumah-rumah penduduk dan adanya fasilitas umum lainnya. Dengan adanya dampak yang positif akibat peningkatan jalan Tinada–Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe disarankan supaya memprogramkan peningkatan jaringan jalan yang mengarah pada sentra-sentra produksi dan memiliki potensi ekonomi di bidang pertanian, perkebunan serta jalur distribusi sampai ke jalur jalan propinsi dan nasional sehingga pelayanan jaringan jalan yang aman, nyaman, lancar. Juga terus melakukan pembenahan sistem jaringan jalan sebagai prasarana transportasi yang menyatu/terkoneksi mulai dari jalan desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi dengan melakukan pembenahan jalan-jalan strategis (JJS) antarkabupaten, JJS antar ibukota kecamatan, serta pembangunan jalan desa.

2.6. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dampak penetapan prioritas peningkatan ruas jalan untuk mengembangkan jaringan jalan terhadap pengembangan wilayah Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat. Dengan adanya


(38)

berarti bagi masyarakat di sekitar wilayah di mana prioritas jalan tersebut ditetapkan. Pengembangan jaringan jalan yang dimaksud antara lain pengerasan jalan kerikil atau tanah menjadi pengerasan jalan beraspal maupun pembangunan jalan yang baru. Ruas jalan yang ditetapkan untuk dibangun diharapkan memberikan dampak bagi pengembangan wilayah dengan indikasi variabel perubahan komoditi unggulan, perubahan aksesibilitas masyarakat dan perubahan pendapatan per kapita masyarakat. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1:

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Peningkatan

Ruas Jalan

Sektor Pertanian

Intensitas Perjalanan

Pengembangan Wilayah

Waktu Tempuh

Intensitas Lalu Lintas

Ongkos Transport


(39)

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini antara lain:

1. Sektor pertanian tetap memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Peningkatan ruas jalan meningkatkan aksesibilitas masyarakat.

3. Adanya perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah peningkatan ruas jalan.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2009 dan direncanakan berakhir hingga November 2009 yang dilakukan pada Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat. Kecamatan ini terletak di bagian tengah Kabupaten Pakpak Bharat yang memiliki jarak 5 Km dari Kecamatan Salak (ibukota Kabupaten Pakpak Bharat) ke Jamburea (ibukota dari Kecamatan Siempat Rube). Secara administrasi pemerintahan wilayah kecamatan ini terbagi atas 6 jumlah desa dan sebanyak 20 jumlah dusun, dengan luas wilayah 82,36 Km2atau 8,236 Ha. Jumlah penduduk Kecamatan Siempat Rube ini adalah 3.796 jiwa yang terdiri dari 1.976 jumlah laki-laki dan 1.820 jumlah perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata 46 jiwa per Km, dan jumlah rumah tangga adalah sebanyak 731 KK. Alasan dipilihnya Kecamatan Siempat Rube ini karena kecamatan ini merupakan Ibukota dari Jamburea sebagai tempat lokasi di mana ditentukannya penetapan prioritas peningkatan ruas jalan kabupaten yang dibangun. Peningkatan jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat dilakukan mulai TA. 2007 sampai dengan TA. 2009 dengan sumber pembiayaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Pakpak Bharat.


(41)

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat yang diwakili oleh Kepala Keluarga (KK) yang ada di sepanjang jalan lokasi penelitian dengan penentuan sampel ditentukan dengan menggunakan systematic sampling atau sampel sistematik dengan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiono, 2008), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya, dalam penelitian sosial, ukuran sampel layak digunakan antar 30 hingga 500 responden. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu. Dalam menentukan jumlah sampel menggunakan rumus sesuai pendapat Slovin (Husein Umar, 1998) yaitu:

N

n = --- N*d^2 + 1

Di mana: n = Jumlah Sampel (KK) N = Jumlah Populasi (KK) d = Presesi (ditetapkan 10%).

Berdasarkan rumus tersebut maka diketahui bahwa jumlah sampel dari penelitian ini adalah:

1 ) 10 , 0 ( 581 581 2   x n 81 . 6 581  n

n  85,31


(42)

sebesar 86 jiwa, kemudian diambil secara acak (sistematis) dengan rincian responden masing-masing desa dapat dilihat dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Desa No Kecamatan Desa Populasi Sampel Responden 1. Siempat Rube Siempat Rube I 111 86 16.43

581 111

x

Siempat Rube II 115 86 17.02 581

115

x

Mungkur 112 86 16.58 581

112

x

Siempat Rube IV 125 86 18.50 581

125

x

Kuta Jungak 67 86 9.91 581

67

x Traju 51 86 7.55

581 51

x

Jumlah 581 85.99 Sumber: Data diolah.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari lokasi penelitian melalui kuesioner, wawancara dan pengamatan di lokasi penelitian. Sementar data sekunder diperoleh dari buku-buku ilmiah, Kantor Camat Siempat Rube, Kantor Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat, Kantor Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kecamatan Siempat Rube, Kantor Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kecamatan Salak, Dinas PU Kabupaten Pakpak Bharat, Dinas Pertanian dan instansi lainnya yang terkait. 3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi diurutkan mengikuti letaknya pada sisi jalan, kemudian sampel diambil secara sistematis yaitu diambil satu setiap 7 (tujuh) rumah tangga.


(43)

Untuk menjawab permasalahan pertama diakukan teknik statistik deskriptif dengan menggunakan diagram batang dengan membandingkan jumlah produksi sektor pertanian dalam Rupiah terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.

Untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga yaitu untuk melihat dampak peningkatan Jalan JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube terhadap waktu tempuh dan ongkos angkut dan pendapatan masyarakat, di sepanjang Jalan Jamburea Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube dianalisis menggunakan uji t (t-test) dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2008):

Di mana:

X1 = Rata-rata nilai sampel sebelum ada Peningkatan Jalan Jamburea –Kuta

Jungak Kecamatan Siempat Rube.

X2 = Rata-rata nilai sampel sesudah ada Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta

Jungak Kecamatan Siempat Rube

S1 = Standar Deviasi sebelum ada Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta

Jungak Kecamatan Siempat Rube

S2 = Standar Deviasi sesudah ada Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta

Jungak Kecamatan Siempat Rube

n1 = Jumlah sampel sebelum ada Peningkatan Jalan Jalan JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube


(44)

n2 = Jumlah sampel sesudah ada Peningkatan Jalan JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

Untuk mendapatkan t tabel dihitung dengan:

t tabel = ½ á

df = n1 + n2 – 2

Dengan Hipotesis Ho dan H1 sebagai berikut:

Ho = Tidak ada dampak Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta Jungak

Kecamatan Siempat Rube terhadap waktu tempuh dan ongkos angkut Jalan JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

H1 = Ada dampak Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan

Siempat Rube terhadap waktu tempuh dan ongkos angkut Jalan JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

Ho = Tidak ada dampak peningkatan jalan Jamburea–Kuta Jungak

Kecamatan Siempat Rube terhadap pendapatan masyarakat di sepanjang jalan JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube H1 = Ada dampak Peningkatan jalan Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan

Siempat Rube terhadap pendapatan masyarakat di sepanjang Jalan JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

Dengan keputusan sebagai berikut:

Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima dan apabila t hitung < t


(45)

3.6. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah:

1. Intensitas perjalanan adalah frekuensi melintasi jalan. Diukur dengan banyaknya frekuensi perjalanan per hari.

2. Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan untuk melintasi jalan yang diukur dalam satuan waktu (menit).

3. Intensitas kendaraan adalah trafik jumlah kendaraan yang melintasi jalan. Diukur dengan banyaknya jumlah kendaraan yang melintas.

4. Ongkos yang dikeluarkan adalah jumlah ongkos yang dikeluarkan dengan menggunakan angkutan umum. Dinyatakan dalam satuan Rupiah.

5. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh masyarakat perbulannya akibat dampak sebelum dan sesudah pembangunan jalan yang dinyatakan dalam Rupiah. 6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah konsep pendapatan nasional

untuk menghitung pendapatan per kapita suatu negara yang diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar PDRB suatu daerah maka menunjukkan semakin makmur daerah tersebut.

7. Sektor Pertanian adalah salah satu unsur pokok pertumbuhan ekonomi yang berasal dari kontribusi pertanian dan perkebunan yang dinyatakan dalam Rupiah per tahun.


(46)

8. Pengembangan wilayah suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat.


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi berdasarkan Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat dan Nias Selatan dan diresmikan pada tanggal 28 Juli 2003 oleh Menteri Dalam Negeri di Medan. Pada tanggal 23 April 2002, diterbitkan Surat Bupati Nomor 136/1653/2002 perihal Usul Pemekaran Kabupaten Dairi untuk disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri D/P Gubernur Sumatera Utara dan Ketua DPR RI, yang intinya menyampaikan tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Komite Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat; Tim Pengumpul Data, Saran dan pendapat terhadap usul perubahan nama dan pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat, Pemerintah Kabupaten Dairi dan DPRD Kabupaten Dairi. Juga disampaikan hasil pengumpulan data lapangan rencana pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat dan keputusan DPRD Kabupaten Dairi Nomor 35/K-DPRD/2002 Tanggal 22 April 2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Dairi menjadi 2 (dua) kabupaten.

Kabupaten yang pada awal pembentukan terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan kemudian dimekarkan menjadi 8 (delapan) kecamatan yaitu: Kecamatan Salak,


(48)

Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Tinada, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Pagindar dengan jumlah desa sebanyak 52 (lima puluh dua) desa yang berada pada wilayah dataran tinggi Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Pakpak Bharat sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi, terletak pada garis 2015'00''- 3032'00" Lintang Utara dan 90000' - 98031' Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi, sebelah Timur dengan Kabupaten Toba Samosir, sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Singkil.

4.1.2. Kecamatan Siempat Rube

Kecamatan Siempat Rube dengan ibukotanya Jamburea adalah salah satu Kecamatan diantara 8 kecamatan di daerah hukum Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara dengan luas wilayah 1.218,30 Km2. Kecamatan Siempat Rube terdiri dari 6 desa. Kecamatan ini terletak di bagian Kabupaten Pakpak Bharat, 5 Km jarak dari Salak (Ibukota Kabupaten Pakpak Bharat) ke Jamburea dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Letak di atas permukaan laut: 700 - 1.400 meter. 2. Luas wilayah : 82,36 Km2.

3. Berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Tinada Sebelah Timur : Kabupaten Dairi

Sebelah Selatan : Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Sebelah Barat : Kecamatan Salak


(49)

4. Jarak Kantor Camat ke Kantor Bupati : 5 Km

Kecamatan Siempat Rube pada umumnya adalah berbukit-bukit dengan kemiringan yang bervariasi antara 700-1.400 m sehingga terjadi iklim hujan tropis yang dipengaruhi angin musim. Penduduk Siempat Rube akhir tahun 2007 berjumlah 3.796 jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak 1.976 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.820 jiwa. Kepadatan penduduk 46 jiwa/Km2.

4.1.3. Jaringan Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak

Jaringan Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak masuk dalam wilayah Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat dengan status Jaringan Jalan Strategis dengan panjang jalan 12 Km yang menghubungkan antara Kuta Jungak– Batas Dairi. Jaringan jalan tersebut selesai dikerjakan pada tahun 2003. Status jalan tersebut terbuka untuk kendaraan roda 4. Lebar jalan tersebut sebesar 3 Km. Adapun ruas jalan tersebut terdapat pada Gambar 4.1 berikut:


(50)

Gambar 4.1. Lintasan Jalan Jamburea–Kuta Jungak

4.2. Gambaran Umum Responden

Sebagai responden dalam penelitian ini adalah masyarakat dalam hal ini Kepala Keluarga (KK) yang ada di sekitar jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat yaitu Kepala Keluarga yang ada di 6 desa (Siempat Rube I, Siempat Rube II, Mungkur, Siempat Rube IV) dengan jumlah sampel sebanyak 86 kepala keluarga.

4.2.1. Umur

Jumlah dan karakteristik responden dalam hal ini kepala keluarga berdasarkan umur, dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(51)

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No. Umur (Tahun) Jumlah Responden

(KK) Persentase (%)

1 ≤ 35 8 9,3

2 36 – 40 12 13,95

3 41 – 45 34 39,53

4 46 – 50 15 17,44

5 > 50 17 19,77

Total 86 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer

Dari Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa umur reponden lebih dominan antar 41-45 (39,53%) sedangkan responden paling sedikit adalah responden dengan usia kurang dari 35 tahun (9.3%)

4.2.2. Lama Bermukim

Jumlah dan karakteristik responden berdasarkan lama bermukim dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal

No. Lama Bermukim (Tahun) Jumlah Responden

(KK) Persentase (%)

1 ≤ 5 20 23,26

2 6 – 10 21 24,42

3 > 10 45 52,33

Total 86 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer

Dari Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa lama bermukim responden lebih dominan di atas > 10 tahun (52,33%) dan yang paling kecil adalah kurang dari 5 tahun sebanyak 23,26%.


(52)

4.2.3. Tingkat Pendidikan

Jumlah dan persentase responden dari sisi tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(KK) Persentase (%)

1 Tidak Tamat SD 8 9,3

2 SD 12 13,95

3 SMP 42 48,84

4 SMU SEDERAJAT 23 26,74

Total 86 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer

Dari Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan responden lebih dominan dengan tingkat pendidikan SMP (48,84%) dan yang paling rendah dengan latar belakang pendidikan tidak tamat SD sebanyak 9.3%.

4.2.4. Pekerjaan

Jumlah dan karakteristik responden dalam hal ini kepala keluarga berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan No. Jenis Pekerjaan Jumlah Responden

(KK) Persentase (%)

1 PNS dan lainnya 8 9,30

2 Pedagang 21 24,42

3 Pegawai swasta 3 3,48

4 Petani 53 61,63

5 Lain-lain 1 1,11

Total 86 100


(53)

Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa jenis pekerjaan responden lebih dominan jenis pekerjaan petani (61,63%) dan yang terendah profesi lain-lain 1,11%.

4.3. Hasil dan Pembahasan

4.3.1. Analisis Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat dimekarkan menjadi kabupaten sejak tahun 2003. Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kabupaten Pakpak Bharat maka sektor pertanian merupakan potensi terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Hasil Pendaftaran Rumah Tangga Sensus Pertanian 2003 terdapat 6.576 rumah tangga pertanian mencakup kegiatan bertani/berkebun dan mengusahakan ternak/unggas. Dari jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 99,99% adalah merupakan petani pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman yaitu tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan holtikultura.

Berdasarkan gambaran kasar potensi pertanian menurut jenis tanaman berdasarkan luas, jumlah penduduk dan rata-rata hasil per hektar yang dapat dicapai, jumlah produksi padi sawah pada tahun 2007 terbesar 10.484,9 ton, jika dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan sekitar 6,84%. Sedangkan hasil produksi padi ladang tidak mengalami perubahan pada tahun 2007. Produksi tanaman palawija maupun tanaman holtikultura semusim pada umumnya mengalami kenaikan. Produksi tanaman palawija yang mengalami peningkatan pada tahun 2007 diantaranya adalah jagung dari 10.125 ton tahun 2006 naik menjadi 11.339 ton, ubi


(54)

jalar dari 1.674 ton tahun 2006 bertambah menjadi 1.925 ton tahun 2007. Sedangkan tanaman holtikultura semusim yang mengalami kenaikan diantaranya adalah cabe dari 1.084 ton tahun 2006 bertambah menjadi 1.726 ton tahun 2007, tomat dari 150 ton tahun 2006 menjadi 220 ton tahun 2007.

Ditinjau dari luas dan produksi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2007 bahwa kelapa sawit memiliki luas terbesar dengan luas 1.649 hektar dengan produksi 6.216 ton sedangkan tanaman kemenyan menduduki urutan kedua dengan total luas 1.471 hektar dengan produksi 147 ton. Dengan rincian kopi robusta memiliki luas 741 hektar dengan produksi 414 ton dan kopi arabika terluas 973 hektar dengan produksi 580 ton. Tambir dengan luas 856 hektar, karet 530 hektar, kulit manis 107 hektar, dan tembakau 14 hektar.

Adapun kontribusi sektor pertanian terhadap Product Domestict Bruto dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut:

0.00 50000.00 100000.00 150000.00 200000.00 250000.00 300000.00

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

J

u

ta

a

n

Sektor Pertanian (X) Total PDRB (Y)

Sumber: BPS Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009


(55)

Berdasarkan Gambar 4.2 tersebut kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2003 rata-rata sebesar 82.97%. Tahun 2004 sebesar 68.23%. Tahun 2005 sebesar 67%, tahun 2006 sebesar 71%, tahun 2007 sebesar 66% dan tahun 2008 sebesar 64%. Dari data tersebut terlihat sektor pertanian memberikan kontribusi yang dominan terhadap pertumbuhan ekonomi.

4.3.2. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan terhadap Perubahan Aksesibilitas Masyarakat (Intensitas Perjalanan, Waktu Tempuh, Intensitas Lalu Lintas dan Ongkos Transport)

Pekerjaan utama penduduk di daerah penelitian adalah bertani. Pekerjaan utama sebagai petani yaitu 53 orang atau 61.63% dari seluruh jumlah responden. Jenis pekerjaan berikutnya adalah berdagang sebanyak 21 kepala keluarga (24,4%), pegawai negeri sebanyak 8 kepala keluarga (9.30%), pegawai swasta 3 kepala keluarga (3.48%) dan paling sedikit lainnya 1 (satu) keluarga (1.11%). Sebelum pembangunan jalan dominan berprofesi petani 61 kepala keluarga (70.93%), pedagang 16 KK (18.6%), PNS 4 KK (9.30%) dan lainnya 2 KK (2.32%). Hasil tersebut menunjukkan dengan adanya peningkatan ruas jalan manfaat yang diperoleh adalah menyerap tenaga kerja. Jenis pekerjaan masyarakat di sepanjang jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak dapat dilihat pada Tabel 4.5.


(56)

Tabel 4.5. Jenis Pekerjaan Utama Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea –Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

2003 2008

No. Pekerjaan/

Kegiatan Utama Jumlah (KK)

Persentase (%)

Jumlah (KK)

Persentase (%)

1 PNS dan lainnya 4 9.30 8 9,30

2 Pedagang 16 18.60 21 24,42

3 Pegawai swasta 0 0 3 3,48

4 Petani 61 70.93 53 61,63

5 Lainnya 2 2.32 1 1,11

Jumlah 86 100.00 86 100.00

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer

Di samping adanya perubahan pekerjaan utama, juga mempengaruhi jenis hasil pertanian yang dihasilkan dari daerah penelitian. Berdasarkan Tabel 4.6 jumlah petani penghasil padi sebelum peningkatan jalan sebanyak 27 kepala keluarga atau 31.40%. Setelah peningkatan jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube jumlah petani penghasil padi bertambah menjadi 28 kepala keluarga (32.56%). Petani penghasil kopi sebelum peningkatan ruas jalan sebanyak 30 kepala keluarga, setelah peningkatan ruas jalan berkurang menjadi 29 kepala keluarga. Hal yang sama juga untuk petani Kacang Tanah, Kelapa, Karet dan Gambir.


(57)

Tabel 4.6. Jenis Produk Utama Pertanian Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

2003 2008

No.

Produksi Pertanian

Utama Jumlah (KK) Persentase (%) Jumlah (KK) Persentase (%)

1 Padi 27 31.40 28 32.56

2 Kopi 30 34.88 29 33.72

3 Jagung 2 2.33 2 2.33

4 Ubi Kayu 2 2.33 2 2.33

5 Ubi Jalar 3 3.49 3 3.49

6 Jeruk 8 9.30 8 9.30

7 Kacang Tanah 4 4.65 4 4.65

8 Kelapa 3 3.49 3 3.49

9 Karet 4 4.65 4 4.65

10 Gambir 3 3.49 3 3.49

Jumlah 86 100 86 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer

Jumlah petani pada tahun 2008 yang menanam Padi 28 KK (32.56%) jumlahnya mengalami kenaikan 1 KK dibanding tahun 2003 sebanyak 27 KK (31.40 %) disebabkan beralih ke tanaman Kopi disebabkan oleh tingginya harga Kopi pada saat itu. Pada tahun 2008 juga jumlah petani Kopi jumlahnya sebanyak 29 KK menurun sebanyak 1 KK disebabkan peralihan dari petani Padi.


(58)

Hasil pertanian masyarakat di daerah penelitian dipasarkan melalui 3 (tiga) lokasi yaitu ditempat produksi (on farm), dipasar dan dikonsumsi sendiri. Hal tersebut tergambar pada Tabel 4.7:

Tabel 4.7. Lokasi Penjualan Hasil Produk Utama Pertanian

2003 2008

No. Lokasi Penjualan Hasil

Pertanian Jumlah (KK)

Persentase (%)

Jumlah (KK)

Persentase (%)

1 Pasar 45 52.33 34 39.53

2 Di lokasi tinggal 35 40.70 43 50.00

3 Tidak dijual 6 6.97 9 10.47

Jumlah 86 100 86 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer

Dengan adanya adanya peningkatan jalan masyarakat merasakan dampaknya di mana pada saat sebelum adanya peningkatan jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak masyarakat lebih dominan menjual hasil produk pertanian ke pasar yaitu 45 KK atau 52,33% dan setelah adanya peningkatan Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak masyarakat menjual hasil produk pertanian ke pasar yaitu 34 KK (39,53%). Jika menjual produk ke pasar maka margin keuntungan berkurang karena harus mengeluarkan ongkos angkut. Manfaat yang diperoleh para tengkulak adalah langsung ke lokasi usaha petani sehingga petani mempunyai alternatif menentukan harga jual yang layak.

Lokasi hasil pemasaran petani meningkat sebelumnya ditahun 2003 ada 35 KK (40.70%) yang memasarkan di lokasi tempat tinggal, setelah dibangunnya


(59)

jaringan jalan hasil pemasarannya tidak lagi dipasar tetapi langsung di lokasi produksi (on farm) berjumlah 43 KK (50%) sehingga pembeli dapat langsung berkunjung ke lokasi pertanian. Hal ini menggambarkan bahwa pembangunan ruas jalan para pedagang (toke) datang ke rumah petani mengakibatkan biaya angkut petani berkurang sehingga pendapatan dari hasil penjualan produk pertanian meningkat. Selain itu, petani yang tidak menjual hasil produk pertaniannya sebanyak 9 KK (10.47%), sebelumnya sebanyak 6 KK (6.98%). Hal ini mengalami peningkatan disebabkan dikonsumsi untuk menghidupi keluarga sendiri. Dampak dari pembangunan jaringan jalan dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat berbelanja ke pasar jumlahnya sebagai berikut:

Tabel 4.8. Lokasi Pembelian Kebutuhan Harian

2003 2008

No. Lokasi Belanja

Kebutuhan Jumlah (KK)

Persentase (%)

Jumlah (KK)

Persentase (%)

1 Pasar 31 36.05 51 59.30

2 dilokasi tinggal 55 63.95 35 40.70

Jumlah 86 100.00 86 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer

Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebelum adanya peningkatan jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak, masyarakat dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari ke pasar semakin meningkat karena semakin mudah akses ke pasar. Sebelum peningkatan ruas jalan masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari sebanyak 31 KK


(60)

(36.05%), setelah peningkatan ruas jalan meningkat menjadi 51 KK (59.30%). Untuk kebutuhan sehari-hari yang berada di lokasi tempat tinggal mengalami penurunan.

Sebelum peningkatan ruas jalan sebanyak 55 KK (63.95%) berbelanja dilokasi tempat tinggal tetapi setelah peningkatan ruas jalan menurun menjadi 35 KK (40.70%). Disisi lain, peningkatan ruas jalan tersebut menambah pengeluaran berupa ongkos transportasi untuk berbelanja.

Pembahasan pada hipotesis kedua dilakukan untuk melihat bagaimana dampak peningkatan ruas jalan terhadap perubahan aksesibilitas masyarakat yang terdiri dari tingkat intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan yang ditangani di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

Kehadiran proyek jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak mengakibatkan intensitas transportasi angkutan barang volumenya bertambah dibandingkan sebelum jalan tersebut dibangun sehingga mempermudah para pedagang hasil memasarkan hasil pertanian. Selain itu dampak lain yang ditimbulkan yaitu mempermudah membeli hasil pertanian dengan langsung ke tempat produksi petani (on farm) membuat para petani berusaha menaikkan jumlah produk utama pertanian.

Berdasarkan hasil observasi sebelum peningkatan ruas jalan rata-rata intensitas perjalanan sebanyak 1.86 kali dengan intensitas perjalanan dalam satu hari mencapai 3 kali dan paling sedikit 1 kali. Sesudah peningkatan ruas jalan rata-rata intensitas perjalanan sebanyak 5.71 kali dengan intensitas terbanyak 8 kali dan paling sedikit 3 kali.


(61)

Untuk mengetahui dampak peningkatan kehadiran proyek jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap intensitas perjalanan dilakukan analisis uji beda dua rata-rata sebelum dan sesudah pembangunan jalan. Adapun hasil pengujian yang dilakukan pada Tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9. Hasil Analisis Perbedaan Intensitas Perjalanan

Uraian Pengamatan Jumlah Sampel Rata-Rata Lintasan

Sebelum Pembangunan Jalan - 2003 85 1.86 kali

Sesudah Pembangunan Jalan – 2008 85 5.71 kali

t hitung -25.615

t tabel 1.645

sigf 0.000

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Lampiran 5)

Dari Tabel 4.9 diperoleh jumlah tingkat intensitas kendaraan yang melintas sebelum kehadiran proyek jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak yaitu tahun 2003 sebesar 1.86 kali dan sesudah peningkatan kehadiran proyek jalan Simpang Jamburea –Kuta Jungak yaitu tahun 2008 sebesar 5.71 kali atau adanya peningkatan trafik kendaraan sebesar 3,85 kali melintas dengan nilai thitung sebesar -25,615 dan tingkat signifikansi sebesar < alpha 5%. Perhitungan t hitung menunjukkan bahwa t hitung sebesar 25.615 > t tabel sebesar 1.645. Dengan demikian dari hasil analisis diperoleh thitung 25.615 > ttabel 1.645 artinya terdapat perbedaan yang signifikan tingkat intensitas kendaraan yang melintas pada proyek jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap pada derajat kepercayaan 95%.

Kehadiran proyek jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak mengakibatkan makin rendahnya waktu tempuh yang dikeluarkan dibandingkan sebelum jalan


(62)

tersebut dibangun sehingga mempermudah para pedagang memasarkan hasil pertanian sehingga lebih cepat dan memudahkan pembeli mengunjungi hasil pertanian langsung ke tempat petani sehingga membuat para petani berusaha menaikkan jumlah produk utama pertanian.

Berdasarkan hasil observasi sebelum peningkatan ruas jalan rata-rata waktu tempuh sebanyak 25.85 menit dengan waktu tempuh paling lama mencapai 30 menit dan paling cepat mencapai 21 menit. Sesudah peningkatan ruas jalan rata-rata waktu tempuh sebanyak 14.85 menit dengan waktu tempuh paling lama mencapai 15 menit dan paling cepat mencapai 14 menit.

Untuk mengetahui dampak peningkatan kehadiran proyek jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap waktu tempuh perjalanan dilakukan analisis uji beda dua rata-rata sebelum dan sesudah pembangunan jalan. Adapun hasil pengujian yang dilakukan terdapat pada Tabel 4.10:

Tabel 4.10 Hasil Analisis Perbedaan Waktu Tempuh Perjalanan

Uraian Pengamatan Jumlah Sampel Waktu Tempuh

Sebelum Pembangunan Jalan – 2003 85 25,85 menit

Sesudah Pembangunan Jalan – 2008 85 14.85 menit

t hitung 44.533

t tabel 1.645

sigf 0.000

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (Lampiran 6)

Dari Tabel 4.10 diperoleh waktu tempuh kendaraan yang melintas sebelum kehadiran proyek jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak yaitu tahun 2003 membutuhkan waktu tempuh 25,85 menit dan sesudah peningkatan kehadiran proyek


(1)

pengangkutan barang melalui sistem multimoda. Ruas jalan pada proyek jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak diharapkan dapat terjaga konstruksinya karena memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Upaya yang dilakukan dengan peran Dinas Perhubungan Kabupaten Pakpak Bharat berperan besar.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

1. Sektor pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat memberikan kontribusi yang terbesar terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pakpak Bharat. Hasil menunjukkan pada tahun 2003 kontibusi sektor pertanian sebesar 82.97%. Tahun 2004 sebesar 68.23%, tahun 2005 sebesar 67%, tahun 2006 sebesar 71%, tahun 2007 sebesar 66 % dan tahun 2008 sebesar 64%.

2. Terdapat dampak yang signifikan peningkatan ruas jalan Simpang Jamburea–

Kuta Jungak terhadap perubahan aksesibilitas masyarakat berupa peningkatan intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan meningkatnya ongkos transport setelah adanya proyek peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan berupa meningkatnya pendapatan riil masyarakat setelah adanya proyek peningkatan ruas jalan Simpang Jamburea–

Kuta Jungak di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

5.2. Saran

1. Pemerintah harus memperhatikan dan meningkatkan ruas jalan yang ada karena dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.


(3)

2. Melihat dampak peningkatan ruas jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat terhadap pengembangan wilayah yang merupakan faktor penting bagi Pengembangan Wilayah sekitar jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak sebagai bagian dari Pengembangan Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat untuk itu program pembangunan ke depan perlu terus dilakukan peningkatan jaringan jalan yang mengarah pada sentra-sentra produksi dan memiliki potensi ekonomi di bidang pertanian, perkebunan serta jalur distribusi sampai ke jalur jalan propinsi dan nasional di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat lainnya.

3. Upaya pemeliharaan jalan harus dilakukan oleh Pemkab Pakpak Bharat dan masyarakat juga berpartisipasi pemeliharaan jalan tersebut karena mendapatkan manfaat dan memperlancar perekonomian sehingga pada akhirnya berdampak terhadap peningkatan pendapatan per kapita masyarakat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus, Ganggut. 1999. Evaluasi Jaringan Jalan Padat Karya dalam Perspektif Perencanaan Pembangunan Daerah. Tesis Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat. 2008. Kabupaten Pakpak Bharat dalam Angka Tahun 2008. Pakpak Bharat. BPS Kabupaten Pakpak Bharat. Bappeda Kab. Pakpak Bharat. 2001. Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat. Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Pakpak Bharat 2006 2010.

Bappeda Propinsi Sumatera Utara. 1999. Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara Tahun 1999 2015.

Badan Pusat Statistik. 2007. Sumatera Utara Dalam Angka. BPS. Propinsi Sumatera Utara. Medan.

Catanese Anthoni J. 1979. Introduction to Urban Planning. McGraw-Hill, Inc, USA.

Fendi, Setiabudi. 2009. Teori Perencanaan Geometrik Jalan Raya. http://www.flyconcep.com/2009/01/22/teori-perencanaan-geometrik-jalan-raya.html/v. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2009, pukul 14.46 WIB. Gilarso T. 2005. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Kanisius, Yogyakarta.

Kusumantoro. 1994. Mengamati Sistem Transportasi di Jerman. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Edisi 13 Juni 1994. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Lumban Raja. Andar. 2009. Analisis Dampak Peningkatan Jaringan Jalan Tinada

Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Pengembangan Wilayah. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Manggung, Surbakti. 1999. Pengaruh Jalan yang Dibangun OECF terhadap Pengembangan Wilayah IDT (Studi Kasus di Tiga Desa Tertinggal Kec. Juhar, Kab. Karo, Prop. Sumatera Utara). Tesis Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.


(5)

Martius. 2003. “Evaluasi Peningkatan Jalan Lingkar Maninjau: Studi Kasus Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Miraza, B.H. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. ISEI, Bandung.

Nurgiyanto B, Gunawan, dan Marzuki, 2000. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Parakesit. D., A. T. Mulyono., A. Wismadi. 1998. Transportation Project Appraisal. Ways to Move, Faculty of Engineering and Researchers Inter University. Gadjah Mada University and Indonesia Islamic University. Yogyakarta. Riyadi dan Bratakusumah, Deddy. 2004. “Perencanaan Pembangunan Daerah:

Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah”. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sandy, I. Made. 1982. Pembangunan Wilayah. Mimeograft. Bogor.

Soekartawi. 1994. Perencanaan Pembangunan. Penerbit Rajawali Press. Jakarta. Sugiyono, 2008. ”Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D”. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Supriadi. 2004. Analisis Genangan Air pada Prasarana Jalan dan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah di Kota Medan. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Taafe, Edward, Morril R., Gould Peter R. 1986. “Transport Expantion in Underdevelopment Countries: A Comparative Analysis, Teaching Materials in Transport (Selected Reading)”. Jurusan Teknik Planologi. ITB. Bandung. Tamin, Ofyar Z. 1993. Strategi Peningkatan Pelayanan Angkutan Umum. Jurnal

Perencanaan Wilayah dan Kota. Edisi 8 Juni 1993. ITB. Bandung.

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT. Bumi Aksara. Medan.

Umar, Husein. 2003. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(6)

Zulad, Darwin. 1998. Evaluasi Dampak Pembangunan Bantuan Peningkatan Prasarana Jalan Poros Desa di Wilayah Pembangunan III Sumatera Utara. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.