Faktor Penyesuaian Persimpangan Kapasitas C

e. Faktor penyesuaian gerakan belok kanan Faktor penyesuaian belok kanan FRT ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kanan p RT. Faktor penyesuaian belok kanan hanya berlaku untuk kendaraan terlindung, tanpa median, jalan dua arah, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk. F RT = 1,0 + p RT x 0,26 Dimana : F RT : faktor penyesuaian belok kanan p RT : rasio belok kanan MKJI,1997 Gambar 2. Faktor penyesuaian belok kanan f. Faktor penyesuaian belok kiri Faktor penyesuaian belok kiri F LT ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kiri pLT. Faktor penyesuaian belok kiri hanya untuk pendekat tipe P tanpa LTOR, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk. F LT = 1,0 – p LT x 0,16 Dimana : F LT : faktor penyesuaian belok kiri P LT : rasio belok kiri MKJI,1997 Gambar 3. Faktor penyesuaian belok kiri

O. Rasio Arus

Rasio arus FR adalah rasio arus terhadap arus jenuh dari suatu pendekat. Irlinawati, 2008. FR = QS Dimana : FR : Rasio arus Q : Arus lalu lintas S : Arus jenuh MKJI,1997

P. Tundaan

Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang. MKJI, 1997 Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal : • Tundaan lalu lintas DT yang disebabkan oleh interaksi lalu lintas dengan gerakan lainnya pada suatu simpang; • Tundaan geometri DG yang disebabkan oleh perlambatan dan percepatan saat membelok pada suatu simpang dan atau terhenti karena lampu merah.

1. Tundaan Lalu Lintas

Tundaan lalu lintas adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi lalu lintas Dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. Irlinawati,2008 DT = c x , ² + Dimana : DT : Tundaan lalu lintas rata-rata detsmp. c : Waktu siklus yang disesuaikan det. GR : Rasio hijau gc. DS : Derajat kejenuhan. NQ1: Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya. C : kapasitas smpjam. MKJI, 1997

2. Tundaan Geometri

Tundaan geometri adalah waktu menunggu yang disebabkan oleh perlambatan dan percepatan suatu kendaraan pada saat membelok pada persimpangan dan atau yang terhenti oleh lampu merah. DG j = 1 – p SV x p T x 6 + p SV x 4 Dimana: DG j : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j det. p SV : Rasio kendaraan terhenti pada pendekat. p T : Rasio kendaraan berbelok pada pendekat. MKJI, 1997

3. Tundaan Rata-rata Pendekat

Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung dengan rumus : D j = DTj + DG j 21 Dimana : D j : Tundaan rata-rata untuk pendekat j detsmp. DTj : Tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j detsmp. DG j : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j detsmp. MKJI, 1997

4. Tundaan Rata-rata Seluruh Simpang

Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang dihitung dengan rumus : D I = Dimana: D I : Tundaan rata-rata seluruh simpang detsmp. D j : Tundaan rata-rata untuk pendekat j detsmp. Q : Arus lalu lintas pendekat j detsmp. Q TOT : Arus total seluruh simpang smpjam. MKJI, 1997 Tundaan rata-rata dapat menjadi sebuah indicator tingkat pelayanan dari masing-masing pendekat.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu penelitian

Untuk jalan perkotaan, volume lalu lintas pada jam puncak lebih tepat untuk digunakan dalam keperluan desain. Berdasarkan survey pendahuluan, pengamatan untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari senin, hari kamis dan hari minggu. Pengamatan dilakukan dengan interval waktu pengamatan 10 menit. Pengamatan dilakukan pada 3 tahap yaitu pagi hari mulai pukul 07.00-08.00 WIB, siang hari pada pukul 12.00-13.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-17.00 WIB.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada ruas jalan Sultan Agung – Ryacudu, pemilihan lokasi ini dilakukan karena di kedua jalan sudah terdapat fly over. Dan juga pada ruas jalan Soekarno-Hatta, pemilihan lokasi ini dilakukan karena jalan ini merupakan jalan di bawah fly over serta simpang terdekat yang terdapat di jalan Sultan Agung – Ryacudu.