BAB II KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN
A. Kajian Sumber
1. Wayang Purwa
Menurut  Ki  Ageng  Kapalaye  2010:  341  wayang  berakar  kata  dari bahasa  Jawa  ayang  atau  ayang-ayang.  Ayang  berarti  baying  atau  bayangan.
Dengan  demikian  wayang  merupakan  bayang-bayang.  Wayang  merupakan perwujudan  dua  atau  tiga  dimensi  dari  angan-angan  dan  sifat-sifat  yang
dimiliki manusia. Adapun  jenis-jenis  wayang  yang  umum  dikenal  Jawa  salah  satunya
wayang  purwa.  Wayang  purwa  dikenal  juga  dengan  sebutan  wayang  kulit. Pokok cerita bersumber dari agama Hindu,  yaitu  Ramayana  dan  Mahabarata.
Fungsi  wayang  purwa  erat  kaitanya  dalam  upacara  adat  dan  upacara keagamaan Ki Ageng Kapalaye, 2010: 342
2. Tokoh Begawan Mintaraga
Dalam  wayang  purwa  terdapat  tokoh  Begawan  Mintaraga.  Begawan Mintaraga  muncul  pertama  kali  dalam  cerita  Arjuna  Wiwaha  sebagai
pergantian nama dari Arjuna. Heru S Sudjarwo dkk. 2010: 874, menjelaskan bahwa  menurut  sebagian  dalang,  Mintaraga  sebenarnya  berasal  dari  kata
witaraga, yang artinya menyucikan diri. Menurut  Wawan  Susetya  2010:  199  ,  ketika  sedang  bertapa  itulah
Arjuna  bergelar  dengan  nama  Begawan  Mintaraga,  Begawan  Ciptaning  atau
9
Arjuna  Wiwaha.  Tak  ayal,  orang-orang  pung  mengenal  bahwa  sejak  bertapa itu, Raden Arjuna dikenal sebagai seorang Begawan, resi, atau pandhita.
Sebagai Begawan Mintaraga, Arjuna juga harus mengikuti aturan seorang Begawan  atau  Resi.  Semua  atribut  berbau  kemewahan  duniawi  harus
ditanggalkan. Berpuasa melawan hawa nafsu dan juga godaan-godaan duniawi.
Gambar 1 : Wayang Purwa Begawan Mintaraga
Sumber, http:www.tokohwayang.wordpress.com Bagian-bagian  yang  ada  dalam  Begawan  Mintaraga  antara  lain  mata
liyepan  mata  gabahan,  wujudnya  menyerupai  bentuk  sebuah  biji  padi  yang belum dikupas kulitnya. Jenis mata liyepan ini digunakan tokoh wayang yang
bertubuh kecil,  langsing,  yang  memancarkan sifat atau watak luhur, bijaksana Sunarto 1989: 37.
Hidung  wali  miring  merupakan  hidung  yang  diperuntukan  bagi  tokoh wayang kulit purwa yang bertubuh kecil. Pada umumnya disertai dengan jenis
mata liyepan ujudnya menyerupai pisau raut kecil yang biasa digunakan untuk mengukir kayu atau topeng Sunarto 1989: 39.
Mulut  gethetan  bentuknya  menyerupai  bentuk  mulut  jenis  mingkem, tetapi  menggunakan  salitan  atau  bagian  ikal  pada  bagian  belakang  mulut
wayang,  dengan  gigi  sedikit  terlihat.  Jenis  wayang  yang  bermulut  genthetan adalah wayang ksatria “bagusan” Sunarto 1989: 42.
Jari  tangan  Begawan  Mintaraga  menggunakan  driji  janma.  Biasanya Arjuna  menggunakan  jenis  rambut  gelung  supit  urang,  tetapi  dalam  wujud
Begawan  Mintaraga  menggunakan  jenis  rambut  ikal  panjang.  Sumping  yang digunakan dalam wujud Begawan Mintaraga sama dengan wujud Arjuna yaitu
sumping kudupturi.
3. Cerita Arjuna Wiwaha