POHON SEBAGAI OBJEK PENCIPTAAN LUKISAN.

(1)

POHON

SEBAGAI OBJEK PENCIPTAAN LUKISAN TUGAS AKHIR KARYA SENI

(TAKS)

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Oleh

Asyf Khilal Hakim 10206244012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET 2016


(2)

4*e"faryl

Perrcipaan Lukisanini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 04 nlarot m16

ll

Drs, DiektMa,r-utq- M$S,:

Ntr.

1952060?19S403 1001


(3)

tulw

Ptrnajptwtt

lre*rd

&fsn

Qqwm

f*e,ii

pe&

UryEt2Ol6

&a

:

dipyffikan LUIUS.

DHffiAN PEIWTIJT

TandeTangnu

Erifoji

Dre"Naaqia

SqgrtW

Ir.Ia!$mffi

li$mtr2Cl6

IH,srct 2016

50505

r980ll

1.001

sI5

20I5


(4)

(5)

v MOTTO

Jangan mengambil sesuatu kecuali GAMBAR, jangan meninggalkan sesuatu kecuali JEJAK, jangan membunuh sesuatu kecuali WAKTU

(Mapala Indonesia)

Jika ALAM dibunuh, maka ALAM akan membunuhmu pula (Asyf Khilal Hakim)


(6)

vi

Karya ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, Bintang FS, alm kedua nenek saya, penikmat seni, para pecinta alam seluruh Indonesia, serta teman- teman dan kerabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya Tugas Akhir Karya Seni (TAKS) yang saya kerjakan dengan sungguh-sungguh akhirnya telah terselesaikan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.

Penulisan makalah Tugas Akhir Karya Seni ini dapat selesai atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya sertakan ucapan terimakasih saya kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Prof. DR. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Dr. Widyastuti Purbani, M.A., dan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Dr. Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn., yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi saya.

Dengan penuh rasa hormat, saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing saya, yaitu Drs. Djoko Maruto, M.Sn., yang dengan penuh rasa sabar dan kebijaksanaan telah membimbing, memberi motivasi, dan mendukung saya di tengah kesibukannya.

Terimakasih juga saya ucapkan kepada kedua orang tua saya dan rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberi semangat, berbagi pengetahuan dan pengalaman baik dalam bidang seni lukis maupun akademik yang tentunya berkontribusi penting atas terselesaikannya Tugas Akhir Karya Seni ini.

Semoga Tugas Akhir Karya Seni ini dapat memberi manfaat bagi orang lain yang membutuhkan dan tentunya bermanfaat bagi diri penulis


(8)

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………... i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL………... xiii

ABSTRAK... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah... 5 6 6 E. Tujuan... 6

F. Manfaat... 6

BAB II KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN... A. Kajian Sumber………... 8 8 1. Definisi Seni Lukis……... 8

2. Pengertian Seni Lukis Pemandangan……... 9 3. Pengertian Pohon...

4. Kajian Tentang Objek Lukisan...

11 12


(10)

x

B. Struktur Seni Lukis………...………...

1. Ideoplastis………...

a. Konsep Penciptaan………...

b. Tema………...

c. Bentuk... 2. Fisikoplastis………...

a. Elemen-elemen Seni………... 1) Garis ... 2) Titik... 3) Bidang... 4) Warna...

5) Tekstur………...

6) Ruang...………... b. Prinsip-Prinsip Penyusunan Elemen Seni Rupa...

1) Harmoni... 2) Kesatuan... 3) Keseimbangan...

4) Point of Interest………....

5) Proporsi... 6) Kontras………... c. Naturalisme……...

13 14 14 15 16 17 17 17 18 18 19 19 20 21 21 22 23 23 23 24 24 d. Media dan Teknik Penciptaan...

1) Media... 2) Teknik... 3. Metode Penciptaan dan Pendekatan………...

a. Metode Penciptaan……….………..

b. Observasi………...

c. Eksperimentasi………...

d. Visualisasi………....

25 25 25 27 27 27 27 27


(11)

xi

4. Pendekatan Naturalisme………...………...

a. Dullah………...…………...

b. Ivan Shishkin……….…………...

28 29 32 BAB III HASIL PENCIPTAAN DAN PEMBAHASAN... 37

A. Konsep dan Tema Penciptaan Lukisan ... 1) Konsep Penciptaan Lukisan... 2) Tema Penciptaan Lukisan ... 3) Penyusunan Objek... B. Proses Visualisasi...

37 37 38 39 39 1) Alat, Bahan dan Teknik ... 39

a. Alat ...………... b. Bahan ... c. Tekhnik...

40 42 44 2) Tahapan Visualisasi………...

a. Sketsa ... b. Proses Pewarnaan ... c. Finishing ... 3) Deskripsi Karya…...…... a. Kesuburan Pohon……...……... b. Terbakar Sudah... c. Tak Pernah Mati... d. Tepian Hutan... e. Tertebang I... f. Tertebang II... g. Menunggu Waktu... h. Sisa Pembakaran... i. Barisan Pepohonan...

44 44 45 46 48 48 51 54 57 60 62 66 69 72 BAB IV PENUTUP... 75 Kesimpulan... 75 DAFTAR PUSTAKA... 77


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar1 Karya Dullah “Hutan Di Gunung Merapi”... 30

Gambar 2 Karya Ivan Shiskhin “Twilight”... 33

Gambar 3 Alat dan Bahan………... 41

Gambar 4 Kuas…... 42

Gambar 5 Palet………... 43

Gambar6 Kain lap………... 43

Gambar 7 Cat minyak………... 44

Gambar 8 Pelarut (minyak).………... 45

Gambar 9 Kanvas…..………... 45

Gambar10 Proses pembuatan…….………... 46

Gambar 11 Proses pewarnaan………... 47 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17 Gambar 18 Gambar 19 Gambar 20 Gambar 21

Proses penyelesaian pada lukisan diatas kanvas... “Kesuburan Pohon”……… “Terbakar Sudah”...………......

“Tak Pernah Mati”…………..……...

Tepian Hutan”………………... “Tertebang 1”………..………... “Tertebang 2”………..……….. “Menunggu Waktu”……….. “Sisa Pembakaran”... “Barisan Pepohonan”...

49 50 53 56 59 62 65 68 71 74


(13)

xiii

DAFTAR TABEL


(14)

10206244012 ABSTRAK

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskrepsikan konsep penciptaan ; proses visualisasi, tema, teknik dan bentuk lukisan dengan judul Pohon Sebagai Objek Penciptaan Lukisan.

Metode yang digunakan adalah metode observasi,eksperimentasi, dan visualisasi.Observasi yaitu pengamatan secara langsung kawasan hutan. Selanjutnya eksperimen dilakukan untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan teknis teknis visual yang optimal menggunakan cat minyak menggunakan teknik campuran yaitu menggambungkan tekhnik basah dan impasto . Selain untuk mencapai hasil visual yang baik, eksperimentasi dilakukan untuk menyesuaikan objek dengan gaya naturalistik. Setelah pembahasan dan proses kreatif maka dapat disimpulkan bahwa 1) konsep penciptaan lukisan adalah penggambaran pohon dan peristiwa yang menimpa pohon, dengan menjelajahi kawasan hutan yang dekat lingkungan juga kekaguman, keprihatinan kompleksitas permasalahan dan keunikan pohon yang diekspresikan secara naturalistik dengan objek pohon sebagai objek utama sedangkan untuk menunjukkan permasalahan tentang keunikannya didukung oleh objek-objek lainya, dari keseluruhan lukisan di dominasi warna yang menunjukkan cahaya gelap kecoklatan namun, pada kondisi tertentu ada beberapa lukisan yang cenderung lebih terang dengan menyesuaikan warna asli pada objek tersebut

2) Tema penciptaan lukisan adalah gambaran tentang kehidupan pepohonan yang terutama permasalahan, keunikan, keindahan artistik pada pepohonan.

3)Bentuk lukisan yang dihasilkan adalah lukisan naturalistik dengan cat minyak di atas kanvas berjumlah sembilan buah dengan gaya naturalisme. Kesembilan lukisan tersebut yaitu: “Kesuburan Pohon”(140x120 cm) ”Terbakar Sudah ( 160x110 cm) Tak Pernah Mati (160x110) Tepian Hutan (160x110 cm ) Tertebang I (140X120 cm) Tertebang II (130 x 110 cm) Menunggu Waktu (130x110 cm ) Barisan Pepohonan (100x90 cm).


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penciptaan

Ketika alam ini tercipta, manusia dan seisinya saling berhubungan sebagai bagian dari rahmat seluruh alam. Manusia akan selalu berhubungan dengan alam, dan sebagai makhluk sempurna yang mempunyai akal, manusia diharapkan untuk selalu bisa menjaga kelangsungan hidup alam dan seisinya agar saling menguntungkan baik untuk manusia maupun alam. Alam sebagai karunia Tuhan bagi manusia, terdapat beranekaragam hewan, tumbuhan dan pemandangan alam. Pemandangan merupakan suatu keadaan atau situasi yang terlihat oleh mata dengan nyata dalam berbagai macam kondisi sedangkan alam berarti lingkungan kehidupan atau tempat dimana kita hidup. Seperti halnya alam Indonesia yang di mata dunia bagaikan surga yang nyata karena kondisi alamnya yang indah salah satunya dengan hutan yang ditumbuhi pohon-pohon lebat serta beranekaragam jenis pohon penting di dalamnya. Pohon memiliki potensi dan fungsi yang sangat khusus dibandingkan tumbuhan lainya. Mereka tumbuh pada skala yang sangat luas baik ruang maupun waktu, seperti pohon yang tumbuh di tepian sungai, di perbukitan, di tanah yang tandus, di pinggir jalan-jalan kota maupun desa, sehingga banyak pohon memberi semangat dan inspirasi untuk manusia, dan pohon juga membentuk suatu pemandangan dalam sebuah hutan maupun lingkungan, serta menentukan ciri khas dari suatu kawasan tertentu.


(16)

Pohon bisa menceritakan kondisi lingkungan dimana tempat kita berada, yang melalui tajuk-tajuknya, bentuk fisik ranting yang meliuk, pohon yang besar batangnya bahkan bisa sampai bermeter-meter persegi, geometrik, bentuk pohon yang bulat melingkar silendris, pohon yang terbaris rapi ditepian jalan membentuk suatu irama dalam lukisan, serta daun yang lonjong menggerombol membentuk satu kesatuan kemudian juga daun yang tunggal membundar dengan ujungnya yang lancip tersusun bertumpukkan dengan variasi warna daun yang bermacam-macam. Ranting yang bercabang tiga sampai lima cabang membentuk suatu garis tegas, ranting lurus menjulang ke atas. Hingga kulit yang sudah menua terlihat tekstur yang bervariasi bentuknya, permukaan yang kasar pecah-pecah membentuk potongan-potongan yang tidak beraturan dan kadang membentuk saluran, demikian halnya dengan warna yang beranekaragam jenisnya memberikan keindahan tersendiri bagi penikmatnya, warna kemerahan, keungaan, kecoklatan, putih, kuning, bahkan hitam.

Sebagaimana peran pepohonan dalam kehidupan adalah sebagai resapan air, menahan laju air sehingga akan lebih banyak air yang terserap ke dalam tanah. Pohon juga menjaga kesuburan tanah. Pohon bukan sekedar tumbuhan yang hidup dan menjadi penghasil oksigen untuk bernafas makhluk hidup, tetapi cara dan bagaimana dia tumbuh, serta organ-organ pendukungnya bisa menjadi inspirasi, pohon bisa tumbuh besar dan kuat diawali dari biji, yang kemudian tumbuh berakar kuat di tanah hingga akhirnya tumbuh rindang, lebat dengan cabang cabangnya, pada akhirnya ada buah yang kembali dihasilkan dan nantinya akan jadi tunas-tunas baru. Ketika pohon itu sehat, berbuah dan tumbuhnya


(17)

proporsional serta kokoh akan mampu bertahan terhadap penyakit, terpaan angin, hujan, atau hal lain yang berupa ancaman yang datang dari luar. Begitu rindangnya pohon itu, maka akan banyak makhluk lain yang tinggal di sekeliling pohon tersebut, udara pun menjadi sejuk dan nyaman untuk dihirup. Namun jika pohon tersebut rusak, ataupun terkena penyakit, baik sengaja diracuni, dipaku, dipotong bahkan ditebang maka tidak akan bisa maksimal untuk tumbuh.

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai pohon, penulis tertarik untuk

mengangkat judul “Pohon sebagai Objek dalam Penciptaan Lukisan”, dengan

konsep penciptaan lukisan yang menggambarkan kekaguman, keprihatinan, kompleksitas permasalahan dan keunikan pohon yang diekspresikan secara naturalistik dengan objek pohon sebagai objek utama, sedangkan untuk menunjukkan permasalahan tentang keunikannya didukung oleh objek-objek lainya yang kemudian tertarik untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan yang akan divisualisasikan ke dalam lukisan dengan menggambarkan berbagai peristiwa yang dialami pohon.

Penulis mengamati peristiwa yang menimpa pohon, baik pohon yang subur gagah dengan batangnya yang tinggi, pohon yang sengaja ditebang ataupun pohon yang sudah mati namun tumbuh kembali dengan tunas tunas mudanya, pohon yang sudah terbakar akibat penebangan liar dan perusakan, dengan menjelajahi kawasan hutan yang dekat lingkungan penulis.

Dalam penciptaan lukisan adapun pelukis yang menginspirasi penulis adalah Ivan Shiskin. Ia mulai menggambar sejak kanak-kanak dan terus menggambar sepanjang hidupnya. Pelukis dari Rusia ini dikatakan tidak pernah


(18)

terpisah dari pensilnya. Menggambar adalah salah satu cara untuk mempelajari alam. Shiskin melukis dengan teknik basah, dengan banyak menonjolkan warna-warna dingin pada lukisannya. Warna yang banyak ia gunakan adalah warna-warna kehijauan, serta menonjolkan kesan-kesan cahaya pada lukisannya dan kedetailan pada objek-objek tertentu. Pohon dan pemandangan alam serta masyarakat yang ada di lingkungan hutan menjadi objek utama dalam lukisannya, sepanjang hidupnya ia terus mempelajari tentang Rusia, terutama Hutan Utara, pepohonan dan semak-semak Rusia. Sedangkan pelukis Indonesia yang menginspirasi adalah Dullah yang dikenal sebagai pelukis realis dengan corak lukisannya realistik, yang menginspirasi dari setiap lukisanya adalah pemilihan warna pada lukisannya, tentunya pada lukisan yang berobjekkan pohon atau pemandangan lainnya dengan pilihan warna-warna yang kehijauan kemudian terhadap permainan cahaya pada elemen-elemen lukisannya.

Metode melukis naturalistik tidak lepas dari observasi langsung terhadap objek lukisan yaitu objek pohon. Mengamati peristiwa yang terjadi pada pohon yang subur, yang sengaja ditebang, dibakar, dan dirusak juga penulis mengamati fisik pohon tersebut mulai dari garis, tekstur, warna, bentuk batang dan daun pohon serta dengan pengamatan yang dalam. Hal tersebut menjadi sebuah renungan untuk memberikan suatu gambaran persoalan yang dihadapi para penikmat karya. Penciptaan lukisan ini digambarkan secara naturalistik dengan menggambarkan bentuk realitas yang terjadi di sekitar lingkungan penulis yang tentunya diselaraskan dengan tema karya.


(19)

Lukisan naturalistik diciptakan untuk mengekspresikan gagasan sesuai dengan ekspresi pribadi, dan lebih tepatnya penggambaran tentang keadaan-keadaan pohon, corak pohon, bentuk pohon, warna, serta tekstur sehingga menimbulkan efek artistik dan makna tertentu. Teknik pewarnaan menggunakan teknik campuran yaitu menggabungkan teknik basah dan teknik kering, dengan media cat minyak di atas kanvas secara opaque atau plakat, dan kombinasi teknik penggunaan kuas secara impasto, dengan membuat sketsa terutama pada lukisan, lalu mewarnai dengan warna-warna dasar kemudian menggoreskan kuas secara terus menerus hingga membentuk suatu objek, dan tidak lupa dengan finishing

yaitu proses terakhir untuk pendetailan terhadap objek lukisan, untuk penciptaan lukisan ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi terhadap kekayaan seni rupa pada umumnya dan sebagai proses berkesenian pribadi pada khususnya.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diambil beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai identifikasi masalah, diantaranya :

1. Bermacam-macam peristiwa yang terjadi pada pohon akan diungkapkan sebagai tema lukisan.

2. Keadaan pohon akan diungkapkan bersama permasalahan di dalam kehidupan alam .

3. Peristiwa mengenai pohon sebagai sumber penciptaan lukisan naturalistik. 4. Teknik naturalis akan digunakan sebagai ungkapan dalam ekspresi seni lukis. 5. Bentuk lukisan naturalistik menggambarkan permasalahan yang terjadi pada


(20)

C.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka masalah yang dibatasi pada peristiwa-peristiwa atau objek yang terjadi pada pohon sebagai konsep dan tema penciptakan lukisan naturalistik.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di ambil suatu rumusan masalah yang berkaitan dengan objek peristiwa pada pohon antara lain:

1. Bagaimanakah konsep dan tema penciptaan objek pohon secara naturalistik? 2. Bagaimanakah bahan, alat dan teknik serta bentuk lukisan yang diciptakan

secara naturalistik?

E.Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan karya akhir ini antara lain:

1. Mendeskripsikan konsep dan tema penciptaan lukisan naturalis secara naturalistik.

2. Mendeskripsikan teknik dan bentuk lukisan naturalis secara naturalistik.

F. MANFAAT

Berdasarkan dari penulisan ini manfaat yang bisa diperoleh antara lain: 1. Manfaat Teoretis

a. Bagi penulis dapat menerapkan pengetahuan tentang seni rupa dan berbagai elemen serta unsur-unsur seni rupa beserta prinsip penyusunan elemen seni rupa yang didapat selama studi baik di keguruan maupaun diluar keguruan.


(21)

b. Bagi penulis bermanfaat sebagai sarana komunikasi ide-ide berkaitan dengan proses berkesenian dan pengalaman estetik penulis, juga sebagai sarana pembelajaran dalam proses berkarya seni.

c. Bagi penulis dapat memberikan sumbangan teoritis bagi penciptaan seni lukis mahasiswa seni rupa Universitas Negeri Yogyakarta khususnya dan masyarakat umumnya.

2. Manfaat Praktis

Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dalam hal teknik melukis untuk dikembangkan di masa depan dan diamalkan untuk generasi anak cucu kelak terutama agama bangsa dan negara .


(22)

BAB II

KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN A.Tinjauan Seni Lukis

1. Definisi Seni Lukis

Seni lukis merupakan salah satu cabang seni rupa dua dimensi yang mempunyai berbagai macam gaya, aliran dan teknik pembuatan maupun bahan serta alat yang digunakan. Ada berbagai macam pengertian tentang seni lukis. Setiap orang memiliki pendapat masing-masing untuk mengartikannya. Namun pada dasarnya dari semua pengertian itu memiliki inti yang sama yaitu ungkapan perasaan yang diekspresikan melalui bidang dua dimensi, berikut definisi seni lukis menurut beberapa ahli.

Menurut Dharsono (2004:36), seni lukis dapat dikatakan sebagai “suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dwi matra), dengan menggunakan medium rupa, garis, warna, tekstur,

shape, dan sebagainya” sedangkan Gie (2004: 97) mendefinisikan “seni lukis

sebagai hasil karya dua dimensional yang memiliki unsur warna, garis, ruang, cahaya, bayangan, tekstur, makna, tema, dan lambang”.

Kemudian menurut Margono (2010:132), seni lukis merupakan “karya seni rupa berwujud dua dimensi yang dalam penciptaannya mengolah unsur titik, garis, bidang, tekstur, warna, gelap-terang, dan lain-lain melalui pertimbangan estetik”.

Sedangkan menurut Mikke Susanto (2011: 241), seni lukis merupakan“bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun ideologis yang menggunakan warna dan garis, guna mengungkapkan perasaan, mengekspresikan


(23)

emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang”. Kemudian, menurut buku “Diksi Rupa” (Mikke Susanto, 2011:241)

Secara teknik seni lukis merupakan tebaran pigmen atau warna pada permukaan bidang datar (kanvas, panel, dinding, kertas) untuk menghasilkan sensasi atau ilusi keruangan, gerakan, tekstur, bentuk sama baiknya dengan yang dihasilkan kombinasi-kombinasi unsur-unsur tersebut, tentu saja hal itu dapat dimengerti, bahwa melalui alat teknis tersebut dapat mengekspresikan emosi, ekspresi, symbol, keberagaman dan nilai-nilai yang bersifat subjektif”

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa seni lukis adalah hasil karya dua dimensional yang di dalamnya terkandung pengalaman estetik guna mengekspresikan emosi, gerak dan nilai-nilai yang bersifat subjektif dengan menggunakan alat, bahan disertai teknik dan dikombinasikan dengan unsur-unsur visual berupa garis, warna, bentuk, tekstur, dan nilai-nilai lain sebagai pertimbangan estetik.

2. Pengertian Seni Lukis Pemandangan (Landscape Art)

Landscape secara umum memiliki makna yang hampir sama dengan istilah “bentang lahan” atau “fisiografis” dan “lingkungan”. Perbedaan diantara ketiganya terletak pada aspek interpretasinya. Bentang lahan yang didalamnya terdapat unit-unit bentuk lahan (landform) merupakan dasar lingkungan manusia dengan berbagai keseragaman (similaritas) maupun perbedaan (diversitas) unsur-unsurnya. Kondisi bentang lahan seperti ini memberikan gambaran fisiografis atas suatu wilayah yang memiliki karakteristik dalam bentuk lahan tanah vegetasi dan atribut (sifat) pengaruh manusia, yang secara kolektif ditunjukkan melalui kondisi


(24)

fisiografi dikenal sebagai suatu lansekap. Landscape terdiri dari berbagai macam jenis, salah satunya natural landscape yang diartikan sebagai bentang lahan alami sebagai fenomena atau perwujudan dimuka bumi, misalnya gunung dan laut (Bintaro, 1991: 6).

Landscape secara khusus terdapat pada salah satu tipe lukisan.Salah satunya adalah seni pemandangan atau landscape art.Menurut Mikke Susanto (2011: 236), menyatakan bahwa:

Landscape art atau seni pemandangan berasal dari (Bld,). Landscape adalah sebuah tipe lukisan yang berisi gambaran gunung, pohon, sungai, jurang dan hutan. Langit dan iklim merupakan elemen yang juga membentuk komposisi. Sejak abad ke-1 SM, fresko Romawi telah menggambarkan seni pemandangan yang diletakkan dalam gedung Pompeii dan Herculaneum. Secara tradisional, istilah ini berarti menggambarkan permukaan bumi, namun juga ada seni pemandangan yang lain seperti, moonscape (pemandangan bulan). Di awal abad ke 15 istilah ini telah menjadi genre lukisan yang mapan di Eropa. Istilah ini kemudian masuk dalam kamus Bahasa Inggris pada abad ke-17.

Pendapat lain dikemukakan Yuyung Abdi (2012: 19) yang menyatakan

bahwa “landscape merupakan bagian dari pemandangan yang dilihat dari satu

titik penglihatan”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa landscape

merupakan jenis lukisan berisi bagian-bagian pemandangan yang diidentikkan dengan pegunungan, laut, tebing, sawah, pohon, maupun sungai.


(25)

3. Pengertian pohon

Pohon disebut juga “pokok” atau “tree” dalam bahasa inggris. Merupakan tumbuhan berkayu, pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Untuk membedakan pohon dari semak dapat dilihat dari bentuk dan penampilan fisik. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak seperti pohon.

Dengan definisi seperti di atas berarti “pisang” bukanlah merupakan pohon sejati karena tidak memiliki batang sejati yang berkayu, jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak dari pada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan habitusnya cenderung menyebar menutup permukaan tanah. Batang merupakan bagian utama pohon menjadi penhubung utama antara bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan bagian tajuk pohon canopy,

sebagai pusat pengolahan masukan energy (produksi gula dan bereproduksi). Cabang juga merupakan batang, tetapi berukuran lebih kecil dan berfungsi memperluas bagian ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari dan juga menekan menekan tumbuhan pesaing disekitarnya, batang diliputi dengan kulit yang melindungi batang dari kerusakan. Pohon mempunyai daun yang berwarna hijau berfungsi sebagai tempat untuk memasak makananya sendiri, tumbuhan yang mempunyai daun berwarna hijau disebut sering disebut dengan “autrotof” atau menyediakan makananya sendiri dengan proses fotosintesis. Di dalam hutan, pohon tumbuh dengan berbagai macam bentuk dan warna, serta dapat diklasifisikan sesuai ukuran atau bentuk dari pohon tersebut.


(26)

Secara umum, yang dimaksud dengan pohon adalah bentuk pertumbuhan

(growth form) atau perawakan (habitus) suatu kelompok tumbuhan yang memiliki satu batang mengayu dengan tinggi total sedikitnya 6 m (Chin,2003). Dalam kamus biologi (Holmes,1979), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pohon adalah segala tumbuhan mengayu yang memiliki sebuah batang utama serta cabang-cabang lateral jauh dari permukaan tanah. Dalam bidang kehutanan, yang dimaksud pohon adalah tumbuhan berkayu dengan batang utama berdiameter kurang lebih 20 cm dengan tinggi tidak kurang dari 10 m (SK Dirjen PH No. 24/Kpts-Set/1996). Pohon memiliki ukuran yang sangat bervariasi bergantung pada jenis, habitat, atau tempat mereka tumbuh. Pada lahan pamah pohon umumnya tumbuh besar dan tinggi, sedangkan di daerah pegunungan dari jenis yang sama cenderung kerdil, dalam lingkungan kurang menguntungkan, pohon juga kadang-kadang tumbuh kerdil dan bertunas banyak pada bagian pangkal batangnya dan tumbuh besar seolah memilik banyak batang. Pengertian pohon dalam tulisan ini meliputi semua jenis tumbuhan yang memiliki satu batang utama mengayu (keras) dengan diameter 10 cm.

4. Kajian Tentang Objek Lukisan

Dalam proses berkarya seni atau melukis, ada banyak faktor yang yang dibutuhkan, salah satunya adalah objek lukisan. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia (2008:1013), objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan; benda, hal, dan sebagainya yang dijadikan sasaran untuk diteliti dan diperhatikan.


(27)

Menurut Mikke Susanto (2011: 280), objek merupakan material yang dipakai untuk mengekspresikan gagasan. Sesuatu yang ingin menjadi perhatian, perasaan, pikiran, atau tindakan, karena itu biasanya dipahami sebagai kebendaan, sub-human dan pasif, berbeda dengan subjek yang biasanya aktif. Objek lukisan dipahami sebagai yang diambil berupa sesuatu yang bendawi, sedangkan manusia sering disebut subjek lukisan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa objek lukisan merupakan material, hal, atau benda yang diteliti dan menjadi perhatian, kebenaran yang bersifat pasif yang diambil atau dipakai dalam penerapan pigmen di atas permukaan bidang datar dengan menggunakan alat dan bahan serta teknik dalam melukis.

B.Struktur Seni Lukis

Seni lukis merupakan perpaduan antara ide, konsep dan tema yang bersifat rohani atau yang disebut ideoplastis dengan fisikoplastis berupa elemen atau unsur visual seperti garis, bidang, warna, ruang, tesktur serta penyusunan elemen atau unsur visual seperti kesatuan, keseimbangan, proporsi, dan kontras. Semua itu melebur membentuk satu kesatuan membentuk satu kesatuan menjadi lukisan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini ditampilkan table tentang struktur seni lukis.

Tabel 1 Struktur Seni Lukis

Ideoplastis Fisikoplastis

Konsep, tema, ide, imajinasi, pengalaman,

 Unsur-unsur visual seperti: garis, titik, bidang, warna, dan tekstur.


(28)

ilusi.  Prinsip-prinsip

penyusunan seperti: irama, kesatuan,

keseimbangan,harmoni, repetisi danproporsi.  Bentuk

1. Representasional. 2. Non Representasional

/Abstrak

3. Teknik Seni Lukis. 4. Alat dan Bahan

 Teknik Basah  Teknik Kering

1. Ideoplastis

Selanjutnya untuk menjelaskan struktur seni lukis secara rinci mengenai faktor Ideoplastis yang berupa: konsep, tema, ide, pengalaman dan sebagainya, yang seluruhnya bersifat rohani tidak tampak mata, namun setelah kolaborasikan dengan yang bersifat fisik seperti unsur-unsur visual dan prinsip seni akan dapat dirasakan kehadirannya pada lukisan.

a. Konsep Penciptaan

Dalam penciptaan lukisan ini tentunya terdapat konsep atau dasar pemikiran yang sangat penting. Konsep pada umumnya dapat datang sebelum atau bersamaan.Konsep juga bisa berperan sebagai pembatas berpikir kreator maupun penikmat seni.Berikut pembahasan mengenai pengertian konsep. Dalam Kamus


(29)

Bahasa Indonesia (2008:748), konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan secara konkret.

Mikke Susanto (2011:227), mengatakan bahwa konsep merupakan pokok pertama / utama yang mendasari keseluruhan pemikiran. Konsep biasanya hanya ada dalam pikiran atau kadang-kadang tertulis dengan singkat. Dalam penyusunan Ilmu Pengetahuan diperlukan kemampuan menyusun konsep-konsep dasar yang dapat diuraikan terus menerus. Pembentukan konsep merupakan konkretisasi indera, yaitu suatu proses pelik yang mencakup penerapan metode.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dalam seni lukis adalah pokok pikiran utama yang mendasari pemikiran secara keseluruhan. Konsep sangat penting dalam berkarya seni karena jika sebuah konsep berhasil, maka akan terjadi persepsi dan kerangka berpikir yang sejajar antara kreator dan penikmat.

b. Tema (Subject Matter)

Tema adalah unsur yang sangat penting yang juga menjadi dasar dari setiap penciptaan lukisan. Dalam sebuah karya seni hampir dapat dipastikan adanya tema, yaitu inti persoalan yang dihasilkan sebagai akibat adanya persoalan objek. Menurut Dharsono (2007:31), subject matter atau tema pokok ialah “rangsang

cipta seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan”. Bentuk Menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan konsumsi batin manusia secara utuh, dan perasaan keindahan kita dapat menangkap harmoni bentuk yang disajikan serta mampu merasakan lewat sensitivitasnya.


(30)

Kemudian, menurut Mikke Susanto (2011:385), subject matter atau tema

pokok adalah “objek-objek atau ide-ide yang dipakai dalam berkarya atau ada

dalam sebuah karya seni”.

Jadi, dalam penciptaan lukisan ini tema yang dimaksud adalah pokok pikiran atau dasar gagasan yang dimiliki seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyanangkan melalui karya lukis.

c. Bentuk

Form atau bentuk adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur (Dharsono, 2007:37). Di dalam karya seni, form digunakan sebagai simbol perasaan seniman didalam menggambarkan objek hasil subject matter, maka tidaklah mengherankan apabila seseorang kurang dapat menangkap atau mengetahui secara pasti tentang objek hasil pengolahanya. Karena kadang-kadang form (bentuk) tersebut mengalami beberapa perubahan di dalam penampilanya (transformasi) yang sesuai dengan gaya dan cara mengungkapkan secara pribadi seorang seniman.

Bentuk juga seringkali didefinisikan dengan arti yang sederhana.Dalam hal ini Mike Susanto (2011:54), mendefinisikan “bentuk sebagai rupa atau wujud

yang berkaitan dengan matra yang ada”. Dalam hal ini bentuk menurut Mikke


(31)

2. Fisikoplastis

Selanjutnya untuk menjelaskan struktur seni lukis secara rinci faktor fisikoplastis, dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Elemen-elemen Seni 1) Garis

Garis merupakan unsur rupa yang paling elementer di bidang seni rupa dan sangat penting dalam tersusunnya sebuah bentuk lukisan.Garis dapat berupa goresan yang memiliki arah serta mewakili emosi tertentu.Menurut Mikke Susanto (2002:45) “garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek; panjang; halus; tebal; berombak; melengkung; lurus dan lain-lain”.

Menurut Dharsono (2004:40), pada dunia seni rupa sering kali kehadiran “garis” bukan hanya sebagai garis tetapi kadang sebagai simbol emosi yang diungkapakan lewat garis, atau lebih tepat disebut goresan.Menurut Sidik, F & Aming, P (1979:3), Garis adalah “goresan, coretan, guratan yang menghasilkan

bekas”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan garis adalah goresan, guratan atau coretan yang mengandung simbol emosi atau arti untuk membentuk objek.

Dalam lukisan penulis, garis yang ditimbulkan merupakan sebuah goresan cat dari pisau palet dan kuas di atas kanvas. Dari semua garis-garis yang ada, garis yang muncul dari warna-warna yang saling mengikat dalam mewujudkan kesan pada bentuk di setiap objek lebih banyak terlihat atau lebih dominan.


(32)

2) Titik

Unsur titik terkadang sulit untuk dinyatakan atau dilihat dalam sebuah lukisan.Namun, pada dasarnya titik hampir selalu ada dalam setiap lukisan. Titik atau point, merupakan unsur rupa terkecil yang terlihat oleh mata. Titik diyakini pula sebagai unsur yang menggabungkan elemen-elemen rupa menjadi garis atau bentuk. (Mikke Susanto, 2011: 402).

Pada karya penulis titik yang tampak juga berupa titik yang dihasilkan oleh cat sebagai upaya untuk mencapai detail dari karakter objek-objek tertentu yang digambarkan agar kesan cahaya lebih terlihat atau tampak.

3) Bidang

Adanya bidang bisa dipastikan tidak akan terlepas dari setiap unsur yang terdapat dalam lukisan. Dalam arti lain, shape atau bidang adalah area. Bidang terbentuk karena ada dua atau lebih garis yang bertemu (bukan berhimpit). Dengan kata lain, bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif dan sugestif” (Mikke Susanto, 2011: 55).

Sedangkan menurut Margono (2010:142), bidang merupakan “permukaan yang datar. Suatu garis yang dipertemukan ujung pangkalnya akan membentuk bidang, baik bidang geometrik (segitiga, persegi, dan persegi panjang) maupun bidang organik (lengkung bebas)”.

Dalam lukisan penulis banyak menampilkan unsur-unsur bidang dari yang geometrik seperti persegi panjang, persegi, lingkaran dan lain-lain hingga bidang


(33)

organik seperti pada objek-objek alam misalnya daun, pohon batu dan lain sebagainya.

4) Warna

Warna merupakan salah satu unsur penting dalam proses penciptaan lukisan. Hal ini dapat dikaitkan dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan (tension) deskripsi alam, ruangan, bentuk dan masih banyak lagi. Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur susun yang sangat penting, baik di bidang seni murni maupun seni terapan bahkan lebih jauh dari itu warna sangat berperan dalam segala aspek kehidupan manusia” (Dharsono, 2007:76).

Menurut Mikke Susanto (2011:433), warna subtraktif adalah “warna yang

berasal dari pigmen”. Pendapat lain dikemukakan Sidik F & Aming P (1979:7)

warna adalah “kesan yang ditimbulkan oleh cahaya pada mata”. Warna juga dapat digunakan tidak demi bentuk tapi demi warna itu sendiri, untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahanya serta digunakan untuk berbagai pengekspresian rasa secara psikologis.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, warna merupakan pigmen yang dipantulkan cahaya dari suatu benda yang diterima indera penglihatan manusia. 5) Tekstur

Sifat permukaan suatu benda mampu menonjolkan karakter dari benda tersebut.Misalnya, karakter kasar, halus, licin, atau bergelombang. Hal ini dapat dirasakan melalui indra peraba, yakni tangan manusia. Menurut Margono (2010:142), “tekstur adalah permukaan suatu benda, ada yang halus ada yang kasar.Tekstur disebut juga sebgai nilai raba dari suatu benda”.


(34)

Dalam penciptaan lukisan ini, tekstur pada pada lukisan adalah tekstur nyata atau tekstur yang memiliki nilai raba secara nyata (dapat dirasakan dengan indera peraba). Yang dihasilkan melalui teknik melukis yang menggunakan cat dengan tebal.

Lukisan pemandangan alam karya Dullah teksturnya tidak begitu terlihat.Karena sulitnya mendapat bahan-bahan cat minyak di Yogyakarta pada jaman Revolusi sekitar tahun 1947 itu Dullah lalu banyak melukis menggunakan cat air. Mungkin karena kebiasaan ini lalu menjadi berpengaruh atas sapuan dalam lukisan cat minyaknya yang berupa lelehan-lelehan dan sapuan-sapuan tipis transparan (Sudarmaji, 1988: 58).

Jadi yang dimaksud dengan tekstur dalam lukisan penulis adalah tekstur nyata atau yang memiliki nilai raba yang dibentuk melalui ketebalan cat yang digoreskan dengan menggunakan pisau palet maupun kuas pada permukaan kanvas.

6) Ruang

Dalam bidang seni rupa, unsur ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan keluasan, kedalaman, cekungan, jauh dan dekat. Sedangkan dalam lukisan, ruang dapat dihadirkan melalui bentuk-bentuk yang meciptakan ilusi optis misal paduan garis dan warna yang membentuk bidang dengan sudut pandang tertentu akan memunculkan asumsi akan adanya ruang dalam lukisan tersebut. Menurut A.A.M. Jelantik (1992:21) ruang adalah kumpulan beberapa bidang; “kumpulan dimensi yang terdiri dari panjang, lebar dan tinggi; ilusi yang dibuat dengan pengolahan bidang dan garis, dibantu oleh warna (sebagai unsure penunjang) yang mampu


(35)

menciptakan ilusi sinar atau bayangan yang meliputi perspektif dan kontras antara

terang dan gelap”. Sedangkan Menurut Mikke Susanto (2011: 338), ruang

merupakan istilah yang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah dwimatra dan trimatra. Dalam seni rupa orang sering mengaitkan ruang adalah bidang yang memiliki batas atau limit, walaupun kadang-kadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah. Ruang juga dapat diartikan secara fisik, yaitu rongga yang berbatas maupun yang tidak berbatas. Pada suatu waktu, dalam hal berkarya seni, ruang tidak lagi dianggap memiliki batas secara fisik.

Jadi, ruang dalam lukisan penulis adalah ilusi optis atau ruang semu yang tampak pada kanvas.Ruang semu tersebut tampak melalui kesan yang ditimbulkan dari penggambaran objek-objek realistik yang terdapat dalam lukisan.Semua objek yang ada dalam lukisan penulis mengesankan ruang yang timbul karena kombinasi dari bentuk-bentuk visual yang terletak berdasarkan sudut pandang tertentu.

b)Prinsip-prinsip Penyusunan Elemen Rupa

Dalam menciptakan lukisan seniman akan berusaha sebaik mungkin dalam mengolah karyanya. Untuk mencapai itu, diperlukan pengetahuan dan penguasaan mengolah prinsip-prinsip dalam seni lukis. Prinsip-prinsip seni lukis yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Harmoni (keselarasan)

Prinsip ini timbul karena ada kesamaan, kesesuaian dan tidak adanya pertentangan. Harmoni atau keselarasan adalah kesan kesesuaian antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam satu kesatuan susunan. Menurut


(36)

Dharsono (2007:43), “harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur yang

berbeda dekat”. Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan

timbul kombinasi tertentu dan timbul keselarasan (harmony).

Sedangkan menurut Mikke Susanto (2011:175), “harmoni adalah tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keselarasan. Juga merujuk pada pembedanya gunaide-ide dan potensi-potensi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan-aturan ideal”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, harmoni adalah kesesuaian antara unsur-unsur dalam satu komposisi. Kesesuaian atau keselarasan itu didapat oleh perbedaan yang dekat oleh setiap unsur yang terpadu secara berdampingan dalam kombinasi tertentu.

2) Kesatuan (Unity)

Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting.Jika salah satu atau unsur rupa mempunyai hubungan (warna, raut, arah, dll), maka kesatuan telah tercapai. Menurut Dharsono (2007:83), “Kesatuan adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok

dari komposisi”.

Mikke Susanto (2011: 416) menyatakan bahwa: Kesatuan merupakan salah satu unsur dan pedoman dalam berkarya seni (azas-azas desain).Unity merupakan

kesatuan yang diciptakan lewat sub-azaz dominasi dan subdominasi (yang utama dan kurang utama) dan komponen dalam suatu komposisi karya seni.

Jadi, kesatuan merupakan keutuhan secara menyeluruh dalam komposisi yang memberikan kesan tanggapan terhadap setiap unsur pendukung menjadi


(37)

sesuatu yang satu padu. Dengan kata lain karya yang memiliki kesatuan yang baik setiap unsur akan mewakili sifat unsur secara keseluruhan. Kemudian kesatuan merupakan salah satu pedoman pokok dalam berkarya seni.

3) Keseimbangan (Balance)

Menurut Mikke Susanto (2011:46) “keseimbangan, persesuaian materi

-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi karya seni”.

Keseimbangan adalah kesan yang dapat memberikan rasa mapan (tidak berat di salah satu sisi) sehingga tidak ada ketimpangan dalam penempatan unsur-unsur rupa (garis, bentuk, warna, dan lain- lain). (Margono& Abdul Aziz, 2010:143)

4) Point of Interest

Menurut Mikke Susanto (2011:312), Point of Interest atau Point of View

adalah “titik perhatian atua titik di mana penonton mengutamakan perhatiannya

pada suatu karya seni”. Dalam hal ini seniman dapat memanfaatkan warna,

bentuk, objek atau gelap terang maupun ide cerita / tema sebagi pusat perhatian. 5) Proporsi

Proporsi merupakan perbandingan antara bagian-bagian dalam satu bentuk yang serasi.Proporsi berhubungan erat dengan keseimbangan, ritme, dan kesatuan. Keragaman proporsi pada sebuah karya maka akan terlihat lebih dinamis, kreatif dan juga alternatif. Menurut Mikke Susanto (2011:320), “proporsi merupakan hubungan ukuran antar bagian dan bagian, serta bagian dan


(38)

kesatuan/keseluruhannya. Selain itu proporsi berhubungan erat dengan keseimbangan (balance), irama (repetisi), harmoni, dan kesatuan (unity)”.

Sedangkan Dharsono (2007:87), menjelaskan bahwa “proporsi dan skala mengacu kapada hubungan antara bagian dari suatu desain dan bagian antara

bagian dengan keseluruhan”.

6) Kontras

Dalam lukisan, keberadaan prinsip kontras sangatlah menunjang komposisi secara keseluruhan. Menurut Mikke Susanto (2007:227), “kontras adalah perbedaan mencolok dan tegas antara elemen-elemen dalam sebuah tanda yang ada pada sebuah komposisi atau desain”.

Jadi, kontras yang digunakan dalam lukisan penulis menggunakan warna dan bentuk yang berbeda mencolok misalnya, penggunaan warna gelap yang berdampingan secara langsung dengan warna yang sangat terang atau perbedaan ukuran bentuk-bentuk dalam lukisan.

c) Naturalisme

Naturalisme dalam seni lukis adalah usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan setting alam. Hal ini merupakan pendalaman lebih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19 sebagai reaksi atas kemapaman romantisme.

Sedangkan menurut Mikke Susanto (2001:271) naturalisme gaya seni yang merupakan representasi yang bertujuan untuk memproduksi objek sebagai keyakinan atas alam.

Naturalisme selanjutnya diartikan sebagai realisme yang memilih objek yang indah-indah saja, sangat fotografis dan membuai. Di Indonesia


(39)

perkembangan naturalisme mencapai puncaknya pada lukisan-lukisan mooi indie

(Indonesia Molek) yang turistik pada zaman Belanda. Tokohnya seperti Abdullah Suryosoebroto, Ernst Dezentje, Basuki Abdullah, dan lain-lain.

Dari penjelasan dan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa naturalisme adalah gaya melukis menampilkan objek realistis dengan penekanan setting alam merupakan representasi yang bertujuan untuk memproduksi objek sebagai keyakinan atas alam.

b. Media dan Teknik Dalam Lukisan 1) Media

Sebagai seorang seniman, harus mampu memahami dan mengenal penggunaan media yang digunakan dalam proses kerja kreatif. Menurut Mikke Susanto (2011:25), Menjelaskan bahwa “medium” merupakan bentuk tunggal dari

kata “media” yang berarti perantara atau penengah. Biasa dipakai untuk menyebut

berbagai hal yang berhubungan dengan bahan (termasuk alaat dan teknik) yang dipakai dalam karya seni.

2) Teknik

Penguasaan teknik adalah hal yang paling pokok dalam berkarya. Seorang perupa akan kesulitan mengekspresikan ide atau gagasannya tanpa diimbangi penguasaan teknik yang mumpuni. Hal ini karena ada hubungan yang erat sekali antara yang dirasakan perupa dan hasil yang didapatkannya. Berikut teknik-teknik yang digunakan dalam melukis:


(40)

a) Teknik Basah

Setiap perupa mempunyai teknik yang berbeda-beda dalam melukis, terdapat dua teknik pokok yang sangat mendasar yang erat hubungannya dengan medium yang digunakan. Kedua teknik tersebut adalah teknik kering dan basah. Menurut Mikke Susanto (2011:395), teknik basah adalah “sebuah teknik dalam menggambar atau melukis yang menggunakan medium yang bersifat basah atau memakai medium dan minyak cair, seperti cat air, cat minyak, tempera, dan tinta”. b)Schildreren met olievert

Menurut Human Sahman (1993:72) Schildreren met olievert adalah

“melukis menggunakan cat minyak yang pigmen-nya dicampur dengan linseed oil

/ minyak yang dibuat dengan biji tumbuhan sejenis rami”. Cat minyak diencerkan dengan minyak pengencer (painting medium ; yang diramu dari linseed oil,

terpentin, dan resin/dammar). Cat minyak pada dasarnya bisa digunakan dengan dua cara, tebal-tebal atau tipis-tipis, sehingga menjadi transparan.

c) Impasto

Dalam proses visualisasi lukisan, teknik yang digunakan adalah menggoreskan cat minyak dengan tebal di atas kanvas. Menurut Mikke Susanto

(2011:191), mengatakan bahwa “impasto merupakan teknik melukis dengan

menggunakan cat yang tebal, berlapis-lapis, dan tidak rata untuk menonjolkan kesan goresan atau bekas-bekas goresan, sehingga menghasilkan tekstur kasar atau nyata”.

Pada lukisan penulis, teknik impasto yang digunakan adalah menggoreskan cat yang tidak dicampur dengan linseed oil di atas kanvas menggunakan pisau


(41)

palet dan kuas. Dengan didasari cat menggunakan pisau palet secara global, dan di finishing menggunakan kuas, Teknik ini memunculkan goresan yang bertumpuk hingga tebal pada permukaan kanvas. Goresan yang bertumpuk pada kanvas tersebut menjadi sebuah tekstur nyata yang memiliki nilai raba.

B.Metode Penciptaan dan Pendekatan 1. Metode Penciptaan

a) Observasi

Observasi lapangan merupakan langkah awal sebelum memulai menciptakan lukisan. Observasi dilakukan untuk mengamati, mencari, dan mengetahui bagaimana kondisi pemandangan alam pepohonan yang ada disekitar penulis yang diangkat sebagai objek lukisan. Ketika melakukan observasi, penulis menggunakan kamera untuk mengabadikan setiap objek-objek yang menarik dalam pemandangan alam alam pepohonan yang ada disekitar penulis.

b)Eksperimentasi

Eksperimentasi atau percobaan merupakan suatu proses yang memberikan pertimbangan-pertimbangan awal dari persiapan melukis. Eksperimentasi bertujuan untuk mencapai hasil visual yang optimal melalui teknik-teknik cat minyak sehingga dapat mencapai visual yang terlihat hidup dan menyerupai kondisi objek pada alam sebagaimana mestinya.

c) Visualisasi (Eksekusi)

Tahapan ini dimulai dari pemindahan objek ke atas kanvas dengan perkiraan yang tepat, kemudian dilanjutkan dengan proses pewarnaan dengan teknik


(42)

impasto yang didasari cat menggunakan pisau palet secara menyeluruh, kemudian di-finishing menggunakan kuas.

2. Pendekatan Naturalisme

Dunia seni lukis terdapat berbagai macam gaya atau aliran yang menjadi ciri khas dari seorang pelukis itu sendiri. Naturalisme adalah usaha menampilkan objek realis dengan penekanan seting alam. Hal ini merupakan pendalaman lebih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19 sebagai reaksi kemapanan romantisme. Menurut Mikke Susanto (2011:271), naturalisme gaya seni yang merupakan representasi yang bertujuan untuk memproduksi objek sebagai keyakinan atas alam. Naturalisme merupakan anak kandung realisme. Seniman pelopor-pelopor pelukis naturalisme dari dalam dan luar negeri seperti William Bliss Baker, Ivan Shishkin, Dullah, Basuki Abdullah dan sebagainya.

Dalam proses berkarya seni seorang seniman tentunya tidak akan pernah terlepas dari inspirasi atau pengaruh dari luar dirinya. Pengamatan dari karya-karya seniman lain sangat mempengaruhi proses berkarya-karya seni seorang seniman, baik hanya sebagai referensi maupun sebagai karya inspirasi. Karya-karya seniman lain yang memberi inspirasi tentunya akan berpengaruh terhadap karya-karyanya baik secara ide ataupun secara teknis pengerjaan karya. Seniman-seniman yang memberikan inspirasi bagi penulis dalam berkarya seni adalah Dullah dan Ivan Shishkin. Mereka merupakan pelukis dalam dan luar negeri yang selama ini memberi inspirasi bagi penulis dalam menuangkan ide dan gagasan maupun dalam berkarya seni. Berikut adalah karya-karya Dullah dan Ivan Shishkin yang telah memberi pengaruh penulis dalam berkarya.


(43)

C.Karya inspirasi 1. Dullah

Gambar 1 : Dullah, “Hutan Di Gunung Merapi” 221 cm X 122 cm Cat Minyak di atas kanvas, 1957

(Sumber, http://archive.ivaa-online.org)

Dullah merupakan salah seorang pelukis realis yang jarang berpameran. Tapi pamerannya bersama anak-anaknya di Gedung Agung (Istana Kepresidenan Yogya) tahun 1978, berhasil menarik puluhan ribu orang. Meskipun pameran diperpanjang satu hari, pintu gerbang Gedung Agung bagian Utara sempat pula jebol. Pameran itu dilanjutkan 20 Desember 1979 hingga 2 Januari 1980, di Aldiron Plaza, Jakarta. Banyak orang kecewa karena ia tak menjual lukisannya.Selain lukisan-lukisan potret, karya-karya Dullah juga banyak menampilkan objek pemandangan alam. S. Sudjojono dan Afandi merupakan guru melukis Dullah. Meskipun begitu corak lukisan.Dullah mempunyai


(44)

perbedaan mendasar dengan dua orang gurunya tersebut. Baginya melukis adalah media untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Dullah termasuk pendiri Himpunan Budaya Surakarta (HBS), kemudian didirikannya sebuah sanggar di Pejeng, Bali. Pada setiap pameran baik di dalam atau di luar negeri, karya murid-muridnya ikut disertakan.

Dullah merupakan salah seorang pelukis naturalis, lukisan-lukisan pemandangan alam karya Dullah memiliki warna yang khas serta berpadu dengan komposisi yang indah telah memberi inspirasi penulis dalam melukis. Penguasaanya dalam menentukan dan mengkombinasikan objek dari alam sangat baik. Penulis menganalisa dan mempelajari kelebihan-kelebihan karya Dullah secara teknis seperti; pencahayaan, komposisi dan proporsi. Karya-karya Dullah memiliki tone yang kompleks dimana perpindahan dari warna gelap ke terang dibuat dengan begitu kaya warna, sehingga kontrasnya tidak terlihat seketika dari warna gelap ke terang atau bukan hanya sekedar menggelapkan dengan warna hitam dan menerangkannya dengan warna putih saja. Tone yang rumit dan kaya warna ini menghasilkan efek pencahayaan yang realistik.Selain itu, pencahayaan yang ada pada karya Dullah memiliki kekontrasan warna yang kuat. Dalam pemilihan objek pada lukisan pemandangan alam, Dullah lebih cenderung apa adanya.

Pada permulaan jaman jepang, waktu Dullah masih tinggal di Solo, ia melihat sekelompok pemuda melukis langsung dari alam, menggambar sungai, dengan pohon besar. Semua langsung dihadapi di muka mereka melukis. “Kalau


(45)

sendiri menggunakan “cara baru”, dengan model atau langsung dari alam (Sudarmaji,1988: 9).

Pada gambar salah satu lukisan pemandangan alam Dullah di atas terlihat komposisi yang tenang dan seimbang. Danau yang menjadi objek utama dan ditambah penempatan objek gunung serta perbukitan yang berada sebelah kanan dengan diimbangi objek berupa dua pohon disebelah kiri sehingga memberi kesan bahwa objek keseluruhan tersebut terlihat balance yaitu tidak terlihat berat ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah. Keseluruhan objek lukisan ini terlihat berada di bawah cakrawala yang membuatnya terlihat sepertilebih rendah dari mata yang melihat lukisan tersebut.

Proporsi keseluruhan objek terlihat nyata karena memperhitungkan jarak pandang dari beberapa objek.Hal itu dapat dilihat dari proporsi gunung yang dibuat lebih kecil karena untuk menunjukkan kesan lebih jauh dibandingkan objek pohon, danau dan perbukitan. Penggambaran beberapa objek dari lukisan pemandangan alam karya Dullah di atas merupakan proporsi yang tepat untuk sebuah lukisan dengna gaya realisme karena objek yang berupa danau, gunung, pohon dan perbukitan digambarkan dengan semirip mungkin dengan pemandangan alam yang sesungguhnya. Sependapat dengan pendapat Dharsono (2007:48) menyatakan bahwa “proporsi dan skala mengacu kepada hubungan antara bagian dari suatu disain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan”. Suatu ruangan yang kecil dan sempit bila diisi dengan benda yang besar, massif, tidak akan kelihatan baik, beberapa objek dalam karya Dullah di atas tidak terlihat


(46)

sesak memenuhi bidang lukisan karena proporsi antara objek diperhitungkan dengan baik.

Tema pemandangan alam pada lukisan penulis juga menunjukkan komposisi yang serupa dengan karya Dullah di atas, ditambah dengan sudut perspektif yang juga menempatkan objek lebih rendah dari mata. Pemilihan objek dari jarak dekat yang terdapat pada beberapa lukisan penulis, menjadikanya agak sedikit berbeda dengan kebanyakan lukisan pemandangan alam Dullah yang sebagian besar diambil dari jarak jauh (Sumber, http://archive.ivaa-online.org) 2. Ivan Shishkin

Gambar 2: Ivan Shishkin, Twilight

Cat Minyak di Atas Kanvas, 1883 (Sumber, www ivan shishkin_rusia/Ivan

Shishkin - Olga's Gallery_files/a.htm.)

Ivan Shiskin mulai menggambar sejak kanak-kanak dan terus menggambar sepanjang hidupnya. Ia dikatakan tidak pernah terpisah dari pensilnya.


(47)

Menggambar adalah salah satu cara untuk mempelajari alam. Pada zamannya, Shishkin mendapat julukan sebagai “Titan of the Russian Forest,” “Forest Tsar,” “Old Pine Tree” dan “Lonely Oak,” karena tidak ada satu orang pun pada masa itu yang mampu menggambar pohon dengan sangat realistic, jujur dan tentu saja dengan perasaan yang sangat mendalam sepertinya.

“Shiskin – seniman nasional, sepanjang hidupnya ia terus mempelajari

tentang Russia, terutama Hutan Utara (The Northern Woods), pepohonan dan semak-semak Russia. Ini adalah kerajaannya, dan disini dia tidak memiliki pesaing, dia seseorang yang unik,” Stasov. Russia, dan terutama hutan liarnya menjadi focus abadi dari karirnya yang panjang, sukses dan luar biasa. Karya Shishkin itu dianggap sebagai gambar yang mendefinisikan Russia, yang mempromosikan kegagahan Russia dalam landscape naturalnya. Sebelum Shishkin tidak ada yang menceritakan kecintaannya pada kota asalnya dan keindahan serta kelembutan alam utara.

Popularitas karya-karya Shishkin yang luar biasa ini menyebar di seluruh Russia bahkan ke seluruh penjuru dunia. Karyanya menjadi karya klasik lukisan pemandangan Russia. Selama 40 tahun menggeluti dunia seni, Ivan Shishkin telah menghasilkan ratusan lukisan, ribuan studi dan gambar, serta banyak ukiran. Ini adalah contoh utama dari bakat luar biasa yang dimiliki Shishkin, dimana seniman Ivan Karmskoy, mentor ideologis The Itinerants, mengatakan betapa besarnya popularitas karya Shishkin sehingga menjadikannya fenomena sejarah seni rupa. “Dia adalah sekolah bagi dirinya sendiri, sebuah tonggak dalam evolusi landscape Russia.”


(48)

Ivan Shishkin lahir di sebuah kota kecil di provinsi Yelabuga (saat ini Yelabuga telah menjadi Republik Tatarstan). Ayahnya hanyalah seorang pedagang, namun memiliki wawasan yang sangat luas dan mencintai banyak benda-benda antic dan kuno, juga seorang arkeolog amatir dan penyuka cerita rakyat. dalam upaya untuk menumbuhkan minat anaknya mengenai sejarah, ayahnya mengajak Shishkin yang ketika itu masih berusia anak-anak ke penggalian arkeologi dari sebuah kerajaan kuno di Bulgaria Voga, dimana ia membantu Professor Nevostruyev dari Moskow.

Pada tahun 1844, Shishkin dikirim ke sekolah Kazan. Disana ia bertemu dengan teman-teman baru yang juga menyukai seni dan gambar. Shishkin mempelajari ilmu-ilmu alam dengan sangat serius namun peraturan sekolah menghambat minat menggambar Shishkin. Hal ini menyebabkan Shishkin tidak lagi bersekolah disana semenjak liburan musim panas pada tahun 1848. Riwayat pendidikan Shishkin memberikan beberapa gambaran mengenai aktivitasnya sebagai seorang pemuda, dimana ia membebaskan diri dari sekolah yang dianggapnya hanya akan menyempitkan pemikirannya, seperti yang ia katakan bahwa ia tidak ingin menjadi pegawai.

Shishkin mendapatkan pondasi dasar melukis dan patung yang baik di bawah bimbingan Mokritsky di sekolah lukis dan patung di Moskow. Shishkin selalu tertarik dengan hutan yang berada di dekat Moskow (di Sokolniki). “Seorang pelukis alam adalah seorang seniman yang sempurna. Dia merasa lebih dalam dan lebih murni.” Tulis Shishkin dalam buku hariannya.


(49)

Dari tahun 1856 hingga 1860, Shishkin belajar di St Petersburg Academy of Arts di bawah naungan Vorobiov. Keberhasilan seniman muda ini, dimana dia mendapatkan banyak medali emas dan perak, menguatkan harapan yang diungkapkan oleh mantan mentornya, Mokritsky, ketika ia masuk akademi “Kami telah kehilangan seorang murid yang sangat baik, pintar, dan berbakat. Namun kita tetap bisa berharap seiring berjalannya waktu, untuk melihat dia berkembang menjadi seorang seniman hebat jika ia terus belajar dengan penuh kecintaan yang sama dengan kecintaan yang ia rasakan dulu saat di Akademi.”

Sumbangsih Shishkin untuk kualitas lukisan yang menyerupai potret dalam merepresentasikan alam sudah dibuktikan dalam lukisannya yang berjudul “View

of The Environs of St. Petersburg” pada tahun 1856. Pada tahun 1858-1859

Shishkin sering pergi ke pulau Valaam, dimana ia mengambil kursus musim panas. Pemandangan megah pulau Valaam mengingatkan seniman muda ini pada keindahan alam daerah Ural, tempat dimana ia menghabiskan masa kecilnya. Pada tahun 1860, dua lukisan pemandangan pulau Valaam-nya mendapatkan medali emas kelas pertama dan Shishkin juga mendapatkan hak untuk bepergian ke luar negeri. Namun Shishkin tidak terburu-buru untuk pergi ke luar negeri. Di tahun 1861 ia pergi ke Yelabuga, dimana ia melukis banyak lukisan di daerah pedesaan.

Shishkin akhirnya pergi ke luar negeri pada tahun 1862. Ia menuju Berlin dan Dresden, dimana akhirnya ia tidak betah disana karena dingin. Shishkin melanjutkan ke tempat selanjutnya, yaitu Praha, tempat dimana ia sangat terkesan dengan gambar-gambar tipe Slavia, karya realis besar Ceko, Joseph Manes, pada tahun 1860-an. Pada 1863 Shishkin berkunjung ke studio pelukis dan pemahat


(50)

terkenal di kota Zurich, Robert Collier. Disana ia belajar tentang teknik etsa, yang di kemudian hari ia menjelma menjadi master litografi dan etsa berkat hal itu. Pemandangan gunung di Swiss adalah ladang ide baru untuk Shishkin, dimana kemudian ia menghasilkan puluhan sketsa.

Pada tahun 1865 Shishkin kembali ke Russia dan menerima gelar akademisi untuk lukisannya yang berjudul “View in the Environs of Düsseldorf.” Shishkin dengan cepat masuk ke dalam lingkaran para seniman ibukota dan menghadiri „the Thursday meetings of the Artists‟ Artel‟. “Shishkin adalah yang terhebat,” kenang Rapin. Lukisan Shishkin “Tree-Felling” (1867), “At Sunset” (1869) and “Midday in the Outskirts of Moscow” (1869), yang ketiganya mengungkapkan tentang keindahan landscape khas Russia, memberi pertanda tentang perkembangan seni lukis di kemudian hari yang dikembangkan oleh the Society of Itinerants.

Pada tahun 1870 Shishkin menjadi salah satu anggota pendiri The Society bersama dengan Karmskoy, Perov, Savrasov, Ghe dan yang lain. Ivan Karmskoy, yang menilai karya Shishkin dengan sangat tinggi dan membantunya, menulis

tentang baik buruknya karya Shishkin, “Shiskin membuat kita takjub dengan

pengetahuannya, dan ketika dia menyelesaikan „landscape‟nya, seolah-olah ia

berada di dalamnya, dan merupakan sebuah elemen disitu. Dengan berani dan cekatan ia melukis tanpa memikirkan bagaimana, apa dan mengapa. Saya pikir dia adalah satu-satunya diantara kita yang mengetahui alam sevara ilmiah. Shiskin adalah pondasi dalam pengembangan lukisan „landscape‟ Russia, dia layaknya satu sekolah utuh yg terdapat dalam seseorang.


(51)

BAB III

PEMBAHASAN DAN PENCIPTAAN KARYA A.Konsep dan Tema Penciptaan Lukisan

1. Konsep Penciptaan Lukisan

Konsep penciptaan lukisan adalah kekaguman, kegelisahan, kemarahan,dan kesedihan terhadap hutan yang pohon menjadi elemen penting dari sebuah hutan yang diekspresikan kedalam lukisan naturalistik menggunakan media cat minyak.

Pada proses visualisasi, penulis melukis secara naturalistik, sehingga menjadikan objek pada lukisan terlihat lebih nyata. Untuk mendapatkan bentuk bentuk pohon yang berbagai macam keadaannya, banyak lukisan yang menunjukkan pohon dengan berbagai keadaan, baik itu pohon yang subur, yang sudah terbakar, sudah ditebang bahkan sudah ada yang mati namun masih kembali dengan tunas mudanya, itu semua terlihat pada lukisan guna tercapainya pesan dari penulis kepada masyarakat akan pentingnya sebuah pohon yang merupakan elemen penting dari sebuah hutan. Dari keseluruhan lukisan di dominasi warna yang menunjukkan cahaya gelap kecoklatan namun, pada kondisi tertentu ada beberapa lukisan yang cenderung lebih terang dengan menyesuaikan warna asli pada objek tersebut.

Untuk pemilihan objek tergantung pada menarik atau tidaknya objek secara keseluruhan ataupun objek-objek tertentu. Misalkan penulis tertarik pada pepohonan di tebang, yang dijadikan objek utama pada lukisan adalah pepohonan yang sudah tertebang dan tertumpuk dengan latar belakang pepohonan yang masih subur.


(52)

2. Tema Penciptaan Lukisan

Tema penciptaan lukisan adalah gambaran tentang keadaan-keadaan jenis pohon seperti kesuburan pohon yaitu pohon yang benar-benar subur pohon yang sudah umurnya tua bahkan lumutpun bisa hidup di permukaan pohon tersebut dengan dedaunan yang kehijau-hijauan juga ranting-ranting pohon yang menjulang kemana-mana. Hal itu mengisyaratkan bahwa pentingnya pohon untuk kelangsungan ekosistem di dalam hutan tersebut, bahkan penulis menuliskan kata-kata untuk menyampaikan pesan terhadap perlakuan kita kepada alam. Jika manusia sudah berbuat jahat kepada alam maka alam akan lebih bisa berbuat jahat kepada manusia. Begitu juga pada lukisan-lukisan selanjutnya penulis lebih menekankan kepada keadaan pohon yang yang sudah ditebang bahkan sebagian dibakar baik sengaja maupun tidak sengaja yang bisa menimbulkan kerusakan hutan pada umumnya terutama pohon sebagai elemen penting dari sebuah hutan. Ini adalah bentuk keprihatinan penulis terhadap pohon yang banyak ditebangi dibakar di rusak baik sengaja maupun tidak sengaja dengan mereka yang tidak peduli akan kelangsungan hidup manusia dan alam.

Penulis menggunakan tehnik campuran yaitu menggambungkan tekhnik basah dan tekhnik kering dengan cara menggoreskan kuas secara terus menerus dan perlahan agar terbentuk sempurna, dalam mencampur warna cat terlebih dahulu dicampur pada palet, namun juga kadang dicampur diatas kanvas dan menggunakan Linseed Oil, dengan teknik ini diharapkan menemukan kehalusan bentuk dari goresan kuas.


(53)

3. Penyusunan Objek

Dalam penyusunan objek, penulis menggunakan metode observasi langsung menganalisis objek, memotret objek dengan bantuan kamera, kemudian menyeleksi gambar-gambar tersebut lalu mencocokkan dengan konsep dan tema dengan menambahkan, mengurangi, dan menghilangkan bagian-bagian objek yang tidak perlu.

B.Proses Visualisasi 1. Alat, Bahan dan Teknik

Alat, bahan serta teknik atau cara-cara pengerjaan dalam rangka menuangkan ide dan gagasan perupa kedalam sebuah lukisan merupakan hal yang penting demi menunjang proses berkarya. Setiap perupa tentu mempunyai pilihannya sendiri terhadap bahan, alat, serta teknik yang digunakannya, sebab pemilihan tersebut akan menjadi penunjang utama yang menentukan hasil pada karya lukisannya.

Gambar 3: Alat dan Bahan (Dokumentasi pribadi)


(54)

a. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam proses penciptaan karya antara lain: 1) Pensil

Penggunaan pensil disini yaitu, untuk membuat sketsa pada kertas sebagai acuan dalam mengerjakan lukisan. Pensil yang digunakan berwarna hitam ukuran 2B mempunyai sifat lunak dan tidak terlalu tebal sehingga apabila terjadi kesalahan dalam menyeket, maka akan lebih mudah dalam menghapusnya.

2) Kuas

Kuas yang digunakan adalah kuas cat minyak yang memiliki berbagai ukuran, mulai dari ukuran terkecil sampai kuas ukuran besar yang terdiri dari kuas cat tembok. Kuas besar digunakan untuk mengecat dasar kanvas, serta untuk menerapkan blok-blok warna ukuran besar. Kuas ukuran sedang untuk membuat warna yang di blok sedang, dan kecil untuk membuat detail objek atau garis-garis kecil.


(55)

(Dokumentasi pribadi)

3) Palet

Penggunaan palet dalam proses melukis yaitu, sebagai tempat untuk menampung cat yang telah dituangkan dan juga berfungsi untuk mencampur warna-warna cat yang diinginkan perupa.

Gambar 5: Palet (Dokumentasi pribadi) 4) Wadah berisi Bensin

Penggunaan wadah yang berisi bensin yaitu, untuk membersihkan kuas pada saat melukis atau setelah selesai melukis, supaya kuas tidak kaku dan tetap bersih sehingga bisa digunakan kembali untuk melukis.

5) Kain Lap

Kain lap dalam proses melukis digunakan untuk membersihkan kuas dari sisa cat yang masih menempel pada kuas. Kain lap juga digunakan untuk membersihkan cat atau oil yang tercecer disekitar tempat melukis.


(56)

Gambar 6: Kain Lap (Dokumentasi pribadi)

b. Bahan

Di dalam proses penciptaan lukisan, pemilihan alat dan bahan serta teknik yang baik adalah kunci bagi banyak pelukis untuk mencapai hasil yang memuaskan secara teknis. Setiap bahan mempunyai karakteristik masing-masing antara kelebihan dan kekurangannya. Berikut bahan dan alat serta teknik yang penulis gunakan dalam penciptaan lukisan

1) Cat Minyak

Jenis cat minyak yang digunakan dalam melukis yaitu, cat produk dari Marrie’s dan Tallent. Cat produk ini mempunyai kualitas warna dan ketahanan yang cukup baik dan harganya yang terjangkau.

Gambar 7: Cat Minyak (Dokumentasi pribadi)


(57)

Cat minyak mempunyai sifat yang tidak cepat kering, sehingga memudahkan perupa dalam mendetail karya dan membuat gradasi pada karya lukis.

2) Pelarut (minyak)

Oil painting digunakan sebagai pelarut atau pencampur warna cat minyak. Pelarut cat yang digunakan yaitu menggunakan minyak cat (linseed oil) Astro

Gambar 8: Pelarut (minyak) (Dokumentasi pribadi) 3) Kanvas

Kanvas yang digunakan merupakan kanvas mentah yang diolah sendiri.Pengolahan sendiri memungkinkan untuk memberikan hasil yang diinginkan. Kanvas yang digunakan adalah kanvas yang berserat halus, sehingga proses pembentukan objek pada lukisan akan lebih mudah

Gambar 9: Kanvas (Dokumentasi pribadi


(58)

c. Teknik

Teknik juga mempunyai peranan penting dalam penciptaan lukisan dari awal sampai menjadi lukisan yang seutuhnya, dalam penciptaan lukisan ini menggunakan teknik basah, teknik basah dipilih cat minyak, karena warna yang dihasilkan akan lebih pekat, dan lebih mudah dalam proses pewarnaannya karena cat minyak tidak cepat kering dan dapat ditemukan di pasaran. Dengan penggunaan warna secara opaque agar warna lebih tegas dan lebih pekat dan mudah untuk ditutup, dan ada juga penggunaan kuas secara impasto.

a. Tahap Visualisasi 1. Sketsa

Gambar 10:Proses Pembuatan (Dokumentasi pribadi)

Dalam proses ini penulis mengkomposisikan perspektif bentuk pohon yang agar terlihat lebih nyata tanpa menhilangkan keorisinalan warna dari pohon tersebut.


(59)

2. Proses Pewarnaan

Proses pewarnaan dasar merupakan proses yang penting karena pemilihan warna yang tepat dari awal akan menentukan pencapaian warna pada tahap akhir. Pewarnaan dasar berorientasi pada gelap terang atau tingkatan value.

Gambar 11: Proses Pewarnaan (Dokumentasi Pribadi)

Dalam tahap ini penulis mengutamakan kesan cahaya dengan semaksimal mungkin objek utama pada lukisan kali ini adalah potongan pohon yang sudah tertebang dengan latar belakang pohon yang masih bersemi dan belum tertebang dalam lukisan ini garis garis lengkung dan lurus mendominasi terlihat pada objek pohon yang sudah tertebang dan tersusun rapi, bagian latar belakanng adalah pohon yang masih bersemi pelukis menggunakan warna brown umber, brunt


(60)

sienna, sap green, Yellow ocher dan white titanium pada daunya pelukis menggunakan warna sapp green, Brunt Sienna, dengan sedikit Yellow Ocher dan

White Titanium untuk bagian daun yang muda. Kemudian pada objek utama yaitu barisan pohon yang tertebang pelukis banyak menggunakan warna Brunt Sienna, Brown Umber dan warna Yellow Ocher, White Titanium untuk menimbukan efek tekstur pada bagian pohon, begitu juga dengan tanah prosesnya hampir sama hanya dibuat sedikit halus. Penulis menggunakan tekhnik campuran yaitu teknik yang menggambungkan teknik basah dan kering dengan Linseed Oil dengan cara menggoreskan kuas secara terus menerus agar mendapatkan kehalusan pada lukisan.

3. Finishing (Penyelesaian)

Finishing atau penyelesaian yaitu tahap pengerjaan secara mendetail pada obyek dengan menambahkan atau menumpukkan warna-warna dengan lebih kompleks dan jeli berdasarkan sifat benda, gelap terang serta pencahayaan beserta bayangan yang ada pada objek sehingga setiap objek mempunyai kekayaan warna yang berbeda-beda tetap memperhitungkan keharmonisan keseluruhan warna pada objek.

Proses ini merupakan tahap yang lebih rumit. Memanfaatkan sifat cat minyak yang lebih lama untuk mengering . Cat minyak yang mengering dengan lambat akan mempermudah pengerjaan ulang untuk memperbaiki bagian-bagian yang tedapat kesalahan. Pada tahap ini proses penggarapaan lukisan berada pada titik paling sensitif. Disebut demikian karena setiap bagian terkecil diperhatikan


(61)

dengan seksama seperti memperhatikan warna secara tepat berdasarkan jernih atau suramnya warna (intensity).

Gambar 12: Proses Penyelesaian Pada Lukisan Diatas Kanvas (Dokumentasi pribadi)


(62)

b. Deskripsi Karya 1. Kesuburan Pohon

Gambar 13: Kesuburan Pohon

Cat Minyak di atas Kanvas, 2014 Ukuran 140x120 cm

Pada lukisan ini terdapat pohon besar sebagai objek utama, warna putih ke coklatan dengan tekstur semu, sebelah kiri kanannya terdapat daun daun berbentuk lonjong ,warna hijau tua dan muda mendominasi pada objek tersebut,sebuah bukit yang tampak terlihat jauh dengan warna muda yang tersinari matahari langsung, juga terlihat sedikit bagian langit dengan warna biru muda,

dan sebuah kalimat yang bertuliskan “Rawatlah aku, jangan kau tebang aku,


(63)

Analisis bentuk dalam pengelolaan prinsip penyusunan elemen rupa, pohon yang besar posisi dibagian agak kiri dengan diimbangi daun-daun yang berwarna hijau muda dan tua di kanan dan kiri untuk menciptakan keseimbangan

yang dinamis, pohon besar tersebut merupakan “Point of Interest” didukung oleh

dedaunan dan langit,selain untuk memperjelass objek, pohon besar juga menciptakan kesatuan (unity) secara keseluruhan, proposi pohon besar juga menciptakan pusat perhatian, juga pada sisi kanan lukisan untuk menciptakan ruang,dalam lukisan ini menggunakan harmoni yang setiap objek dalam lukisan ini memiliki kedekatan dalam perwarnaan agar tidak terlalu kontras objek satu dengan lainya seperti pada objek dedaunan,ranting serta pohon memiliki kedekatan dalam pewarnaan,warna dan goresan pada setiap objek memiliki kekuatan yang sama kemudian prinsip balance asimetris yaitu memusatkan objek pohon disebelah kanan dan bagian kiri dengan ranting-ranting dan dedaunan.

Pada lukisan ini pelukis menggunakan warna Red,Green,Ultramarine Blue,dan White thitanium untuk objek tulisan yang menempel dipohon, sedangkan objek pohon dan ranting pelukis menggunakan warna Brown Umber, Brunt sienna, yellow ocher,dan White thitanium dengan sedikit campuran warna Sapp Green, Begitu juga pada ranting pohon sama dengan warna pohon, untuk daun menggunakan warna Brown Umber,brunt sienna,Green,sapp Green, dan Yellow Ocher.

Untuk tekhnik pelukis menggunakan teknik campuran yaitu menggambungkan teknik basah dan teknik kering dengan cara menggoreskan kuas secara terus menerus dan perlahan agar terbentuk sempurna, dalam


(64)

mencampur warna cat terlebih dahulu dicampur pada palet,namun juga kadang dicampur diatas kanvas dan menggunakan Linseed Oi.Dengan teknik ini diharapkan menemukan kehalusan bentuk dari goresan kuas, kuas yang digunakan adalah kuas no 01 sampai dengan kuas no 13.

Lukisan ini bercerita tentang pohon yang besar dan gagah, yang sebagian tersinari oleh cahaya matahari, namun sebagiannya lagi tidak, dengan tekstur semu nampak jelas pada kulit-kulit kayu yang membentuk garis lurus tidak beraturan, dengan didepanya terdapat tulisan yang mengajak kita untuk bisa menyadarkan diri berbuat baik terhadap alam, agar manusia bisa sadar akan pentingnya pohon untuk kehidupan, disekitar pohon terdapat ranting ranting yang bercabang dengan dedaunan yang berbentuk segitiga dan didominasi dengan warna kehijau-hijauan nampak jelas pohon tersebut seakan-akan mampu berdiri menaungi isi bumi. Setiap guratan coklat tua dan muda yang menyelimuti, adalah pertanda usia yang panjang dan penanda hidupnya nyaris abadi, semakin menyejukkan siapapun yang bersantai bahkan dibawah terik mentari. Sungguh pohon adalah ciptaan Tuhan yang memberi kesan nyaman serta asri.Hijau muda dan tua daun-daun membaur membuat harmoni seni. Angin yang bergulir menggoyangkan ribuan daun hingga tercipta sepoi-sepoi udara penyejuk hati.


(65)

2. Terbakar Sudah

Gambar 14: Terbakar Sudah

Cat Minyak di atas Kanvas, 2014 Ukuran 160x110 cm

Objek utama pada lukisan ini adalah pepohon yang sudah hangus akibat terbakar, sebagian lagi api masih berkorbar dengan sedikit asap yang masih menjulang keatas,dengan latar belakang awan biru, pohon dengan komposisi yang tidak beraturan sedangkan sebagian pohon sudah hangus terbakar yang tersisa hanyalah akar akar dan ranting yang berserakan

Pengelolaan prinsip penyusunan elemen rupa, dalam lukisan ini penulis menggunakan proposi perbandingan antara bagian-bagian pohon satu dengan lainya yang serasi. Kemudian kontras dalam warna yaitu perbedaan yang mencolok dan tegas antara objek pepohonan yang terbakar dengan langit yang


(1)

9. Barisan Pepohonan

Gambar 21: Barisan Pepohonan Cat Minyak di atas Kanvas, 2014

Ukuran 100x90 cm

Lukisan ini agak berbeda dengan lukisan yang lain pelukis menambahkan objek rumah kayu diantara rimbunnya pepohonan yang ada ditepi sungai, namun tujuan utama yaitu tetap pada objek pepohonan yang ada ditepian sungai, objek selnjudnya yaitu terletak pada pepohonan yang berada dsamping kanan kiri lukisan dengan didominasi warna kehijau-hijauan serta kecoklatan, dan objek selanjutnya yaitu pepohonan yang bertumpuk yang berada dibelakang rumah tersebut, terlihat warnanya yang putih kekuning-kuningan, kemudian air sungai


(2)

yang tenang, agar terlihat bayangan yang jelas pada objek pepohonan dan rumah tersebut

Prinsip elemen rupa pada lukisan ini yaitu pada objek rumah yang berada disisi kanan lukisan dengan menggunakan keseimbangan asimetris terletak pada objek rumah yang ada dikanan lukisan agar terciptanya (point of interest), objek pepohonan yang berada disekitaran rumah tersebut dibuat berdempetan anatara pohon satu dengan lainya agar terciptanya kesatuan yang utuh, proposi pepohonan yang berada disekitaran lukisan mewujudkan ruang dengan sebagian pepohonan tampak jauh sebagian lagi tampak dekat dengan warna-warnanya yang tegas, serta kedetailan pada objek tersebut,

Dalam proses penciptaan lebih banyak menggunakan warna Sapp Green, Green agar terlihat kehijaun untuk warna gelap menggunakan warna Brown Umber,Brunt Sienna seperti bagian pepohonan yang tidak tersinari oleh matahari ,Tekhnik yang digunakan oleh pelukis menggunakan teknik campuran yaitu menggambungkan teknik basah dan kering sama seperti lukisan lukisan sebelumnya menggunakan Linseed Oil agar lukisan terlihat halus dan rata, kuas yan gdigunakan berbagai macam ukuran mulai kuas ukuran no 01 hingga ukuran 12.

Dalam lukisan ini bercerita tentang pedalaman Sumatra dengan rimbunya pohon menunjukan keperawanan rimba tak tersentuh tangan jahil. Sungai mengalir tenang menyimpan sejuta misteri. Ada kehidupan, dan tentu saja budaya. Gubuk sederhana cukuplah sudah menjadi peneduh melawan teriknya mentari dan guyuran hujan. Menambah eksotisme lukisan, pepohonan dikombinasikan dengan


(3)

cahaya mentari memandikan sunyi. Eksotis memang. Seolah menjadi negasi keangkeran belantara purba.

Bayangan gubuk, meskipun samar seyogyanya menjadi penenang pribadi di kala diliputi lara. Membayangkan kita berada di sana bersama anak-anak rimba bermain air tanpa diganggu buaya. Atau sendirian duduk termenung melihat panorama tersebut dari sebrang sungai. Dari tempat yang netral dimana pikiran bisa tenang. Meditasi menjadi alternatif saat di depan lukisan ini. Terbayang udara rimba yang sejuk tanpa polusi, tanpa suara gergaji mesin, dan tanpa cela.

Di rimba materi seolah tidak punya posisi tawar menakar anggunya rimbunan. Bolehlah kau sibak dedaunan hingga menjumpa jernih air di kala musim panas. Pastilah udara hangat kalah dengan sejuknya pepohonan. Mari kita jaga barisan pepohonan ini.


(4)

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

1. Berdasarkan pembahasan dalam Tugas Akhir ini, konsep penciptaan lukisan adalah penciptaan lukisan yang menggambarkan Penulis mengamati peristiwa yang menimpa pohon, baik pohon yang subur gagah dengan batangnya yang tinggi, pohon yang sengaja ditebang atau pun pohon yang sudah mati namun tumbuh kembali dengan tunas tunas mudanya, pohon yang sudah terbakar akibat penebangan liar dan perusakan, dengan menjelajahi kawasan hutan yang dekat lingkungan juga kekaguman, keprihatinan kompleksitas permasalahan dan keunikan pohon yang diekspresikan secara naturalistik dengan objek pohon sebagai objek utama sedangkan untuk menunjukkan permasalahan tentang keunikannya didukung oleh objek-objek lainya yang kemudian tertarik untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan yang akan divisualisasikan kedalam lukisan dengan menggambarkan berbagai peristiwa yang dialami pohon. Dari keseluruhan lukisan di dominasi warna yang menunjukkan cahaya gelap kecoklatan namun, pada kondisi tertentu ada beberapa lukisan yang cenderung lebih terang dengan menyesuaikan warna asli pada objek tersebut

2. Tema penciptaan lukisan adalah gambaran tentang kehidupan pepohonan yang terutama permsalahan, keunikan, keindahan artistik pada pepohonan seperti: kesuburan terhadap pohon,pohon yang sudah terbakar, pohon yang tak pernah mati, pohon yang ada ditepian hutan, pohon yang tetebang, pohon yang menunggu waktu ditebang, kemudian pohon yang menjadi gosong akibat pembakaran dan lain-lain.

3. Teknik penggambaran objek dikerjakan secara naturalistik dengan merespon objek sesungguhnya yang tetap menggunakan interpetasi dengan menambah atau mengurangi objek yang yang mengganggu atau tidak mendukung komposisi menggunakan tehnik campuran yaitu tekhnik menggambungkan teknik basah dan kering dengan cat minyak, secara terus menerus menggoreskan kuas terhadap objek agar terbentuknya objek sesuai yang


(5)

diinginkan. Bahan dan alat yang digunakan pada proses visualisasi meliputi: kanvas, cat, linseed oil, kuas, staples tembak, kain lap, pensil dan bensin. 4. Bentuk penggambaran objek secara naturalistik sesuai dengan pohon

sesungguhnya dengan pusat perhatian pada objek utama dan didukung oleh objek lainya. Pada proses visualisasi penulis memperhatikan objek pohon yang sekiranya cocok untuk dilukis dengan memperhatikan keadan dan keunikan pohon tersebut secara naturalistik, pada proses visualisasi penulis juga berusaha menangkap kesan cahaya pada alam sesungguhnya serta memindahkanya keatas bidang kanvas menggunakan cat minyak dengan memperhatikan setiap warna-warna natural yang terkandung dalam setiap objek. Proses pewarnaan sesuai kebutuhan menurut cita rasa penulis dan dikerjakan secara mendetail dengan memperhatikan ukuran gelap dan terangnya warna yang disebut value, serta suram dan jernihnya warna atau intensity. Selain itu pengaruh kondisi cahaya lingkungan disekitar objek lukisan dan kontras juga diperhatikan guna mencapai hasil yang diinginkan. Proses penciptaan kaya senilukis tersebut menghasilkan sembilan buah bentuk lukisan naturalistik, yaitu: “Kesuburan Pohon”(140x120 cm) ”Terbakar Sudah ( 160x110 cm) Tak Pernah Mati (160x110) Tepian Hutan (160x110 cm ) Tertebang I (140X120 cm) Tertebang II (130 x 110 cm) Menunggu Waktu (130x110 cm ) Barisan Pepohonan (100x90 cm).


(6)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Tukirin Partomihardjo dkk, (2014), Jenis-Jenis Pohon Penting di Hutan Nusakambangan, Jakarta: LIPI Press.

Depertemen Pendidikan Nasional, (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa.

Dharsono S, K, (2004), Senirupa Modern, Bandung: Rekayasa Sains.

Humar Sahman, (1993), Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press.

Margono,T.E, (2010) Mari Belajar Seni Rupa, Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.

MikkeSusanto, (2011), Diksirupa: Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa, (Edisi revisi), Yogyakarta: DictiArt Lab & Djagad Art House.

Sidik, Fajar & Aming Prayitno, (1979), Desainelementer, Yogyakarta: STRSI “ASRI”.

Soedarso Sp, (1987) Tinjauan Seni, Yogyakarta: Saku Dayar ISI Press. Sudarmaji, (1988) Dullah Raja Realisme Indonesia, Bali: Sanggar Pejeng.

INTERNET

http://archive.ivaa-online.org)

http: www ivan shishkin_rusia/Iva Shishkin - Olga's Gallery_files/a.htm.) http://www.artrecordiff.com/impression/monet