9. Penyelenggaraan administrasi kependudukan
10. Pembentukan lembaga kemasyarakatan Desa dan Kelurahan
11. Penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa
12. Penyelenggaraan Upacararitual adat
13. Pengelolaan persampahan
14. Perlindungan dan pegelolaan lingkungan hidup
15. Surat ijin usaha perdagangan SIUP
16. Perencanaan dan penganggaran partisipasif
17. Penyelenggaraan pariwisata
3. Analisis a. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPRD
Salah satu fungsi DPRDadalah menentukan kebijakan dan membuat peraturan undang- undangperaturan daerah. Pelaksanaan fungsi legislasi DPRD tersebut melalui beberapa proses
mulai dari penyusunan rancangan peraturan daerah, pembahasan rancangan peraturan daerah sampai ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.
1. Tahap Perencanaan Pembentukan Peraturan Daerah
Tahap pertama pembentukan Peraturan Daerah baik Provinsi maupun KabupatenKota, termasuk pembentukan undang-undang pada dasarnya adalah sama, yakni diawali dengan
tahap perencanaan yang dituangkan dalam bentuk Program Legislasi Daerah Proglegda sebagai instrumen perencanaan pembentukan Peraturan Daerah yang disusun secara berencana, terpadu
dan sistematis
8
. Program legislasi merupakan pedoman dan pengendali penyusunan peraturan perundang-
undangan yang mengikat lembaga yang berwenang membentuk peraturan daerah. Pembentukan perundang-undangan yang disusun sesuai dengan program legislasi tidak saja akan menghasilkan
8
Pasal 1 angka 10 Undang-Udang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan
peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk mendukung tugas umum pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945, tetapi juga akan memenuhi kebutuhan hukum masyarakat sesuai dengan tuntutan reformasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini maupun dimasa yang akan datang.
Program Legislasi Daerah, dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 juga memuat mengenai penyebarluasan program legislasi daerah.
Pemerintah daerah dan DPRD dapat menyusun Prolegda yang memuat rencana dan prioritas pembentukan Perda untuk kurun waktu lima tahunan dan satu tahunan.
Prioritasditentukan berdasarkan pengkajian atau inspirasi dan kebutuhan daerah masing-masing serta memperlihatkan perubahan kenegaraan dan kemasyarakatan relatif cepat.
Pada tahap perencanaan, elite daerah harus menyusun naskah akademik terlebih dahulu sebagai naskah awal yang memuat gagasan
– gagasan pengaturan dan pokok – pokok materi muatan bidang tertentu sebagai bahan pertimbangan yang paling objektif dan rasional dalam
penyusunan Raperda yang ditinjau dari sisi kelayakan filosofisnya, sosiologisnya, politisnya, maupun yuridisnya. Penyusunaan naskah akademik ini tentunya didahului dengan serangkaian
pengkajian dan penelitian terhadap keempat aspek tersebut. Penyusunan program legislasi daerah dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap
pertama pada Pemerintah daerah dengan meminta masukan dari dinas-dinas daerah atau perangkat daerah lainnya mengenai raperda yang diperlukan untuk memperlancar kerja masing-
masing dinas yang bersangkutan dan tahap kedua di DPRD, masukan dapat diperoleh dari komisi-komisi, fraksi, maupun aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD.Yang
melakukan penyusunan naskah akademik tersebut tentu bukan elite daerah sendiri. Agar relatif objektif, maka penyusunan naskah akademik dilakukan oleh tenagastaf ahli yang dimiliki elite
daerah jika memang memiliki, atau jika tidak memiliki tenagastaf ahli maka dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga lainnya yang memiliki pengalaman melakukan membuat
naskah akademik untuk menjadi dasar dalam penyusunan Raperda. Dengan adanya naskah akademik tersebut maka dapat dijamin kerangka objektifitas tentang perlunya sebuah Perda
diterbitkan. Pada tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Sumba Barat dan Fakultas Hukum Universitas
KristenSatya Wacana bekerja sama dalam melakukan penelitian terhadap seluruh produk hukum daerah baik berupa perda maupun peraturan bupati. Dalam kerja sama itu pun dibuat sebuah
dukumen perencanaan produk hukum daerah dalam bentuk rekomendasi untuk penyusunan prolegda Kabupaten Sumba Barat tahun 2011- 2015.
Keadaan yang terjadi di Kabupaten Sumba Barat, tahap perencanaan dalam penyusunan peraturan di Kabupaten Sumba Barat belum berdasarkan pada prioritas pembentukan peraturan
daerah untuk lima tahunan dan satu tahunan. Tahap perencanaan tersebut lebih mengarah pada kebutuhan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat untuk memperlancar tugasnya dan agar memiliki
landasan operasional. Penyusunan program legislasi di Kabupaten Sumba Barat tidak menggunakan skala
prioritas lima tahunan atau satu tahunan. Penyusunan program legislasi disesuaikan dengan kebutuhan daerah.Di Kabupaten Sumba Barat tidak terdapat Badan khusus yang menangani
program legislasi atau biasanya disebut Panitia Legislasi Panleg.Dalam tahap perencanaan ini, penyusunan program legislasi sebagian besar berasal dari pemerintah Kabupaten Sumba Barat.
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Drs. Lele Leba Ari selaku Sekretaris Pansus II DPRD Kabupaten Sumba Barat bahwa:
“
Di DPRD Kabupaten Sumba Barat ini tidak memiliki Panleg sehingga tahap perencanaan atau penyusunan program legisla si daerah sebagian besar berasal dari Pemda
”
9
Walaupun tidak memiliki Panitia Legislasi, dalam prakteknya penyusunan program legislasi tetap berjalan. Seperti yang diungkap oleh Bapak Stepanis Romi U. Warata selaku Wakil Ketua
Pansus II DPRD Kabupaten Sumba Barat yakni: “
Program legisla si daerah tersebut tetap diguna kan walaupun tidak terdapat Badan Khusus yang menangani program legislasi sehingga DPRD Kabupaten Sumba Barat mendelegasikan
anggotanya untuk menanyakan pada Bagian Hukum Pemda Sumba Barat mengenai program legislasi daerah yang dibuat misalnya seperti perda-perda apa saja yang tidak sesuai lagi
dengan era sekarang sehingga perlu direvisi dan dibuat yang baru atau perlu diadakan hearing tentang hal-hal yang muncul atau hal-hal yang diperlukan oleh Kabupaten Sumba Barat
”.
10
Program legislasi daerah sangatlah penting karena program legislasi daerah Prolegda dapat menjadi acuan bagi perangkat daerah atau DPRD dalam menyiapkan
draft
raperda yang menjadi kebutuhan Kabupaten Sumba Barat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kabupaten
Sumba Barat. Seperti yang diungkapkan Bapak Drs. Lele Leba Ari selaku Sekretaris Pansus II DPRD Kabupaten Sumba Barat bahwa:
“
Prolegda tersebut sangatlah penting karena dapat dijadikan pedoman bagi Pemda dan DPRD Kabupaten Sumba Barat untuk menyiapkan raperda yang sesuai dengan kepentingan
masyarakat Sumba Barat
”.
9
Wawancara dengan Drs. Lele Leba Ari selaku Sekretaris Pansus II DPRD Kabupaten Sumba Barat, tanggal 5 Agustus 2013 diruang Fraksi DPRD
10
Wawancara dengan Stepanis Romi U. Warata selaku Wakil Ketua Pansus II DPRD Kabupaten Sumba Barat, tanggal 25 Agustus 2013 di ruang Komisi A DPRD Kabupaten Sumba Barat
2. Tahap Pembahasan Rancangan Peraturan daerah