Pengaruh Waktu Emulsifikasi Terhadap Kestabilan Emulsi Pengaruh Jenis Pelarut Organik Terhadap Kestabilan Emulsi

K-21 3 digunakan dalam percobaan ini. Pelarut organik yang akan digunakan untuk percobaan selanjutnya adalah pelarut organik yang memberikan persen pemecahan emulsi terkecil. 5. Pengaruh Laju Emulsifikasi Terhadap Kestabilan Emulsi Proses emulsifikasi dilakukan sama dengan percobaan 2, tetapi dengan melakukan variasi laju emulsifikasi 1000, 1500, 2000 dan 2500 rpm, dan kondisi optimum yang diperoleh dari percobaan 2, 3 dan 4. digunakan dalam percobaan ini. Laju emulsifikasi yang akan digunakan untuk percobaan selanjutnya adalah laju emulsifikasi yang memberikan persen pemecahan emulsi terkecil. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sintesis dan Analisis Struktur Senyawa HPMBP Kristal HPMBP yang dihasilkan dari hasil sintesis berwarna kuning, titik leleh 86–88 o C dengan rendemen sintesis sebesar 73,54 . Dari spektrum hasil pengukuran serapan infra merah HPMBP diperoleh puncak-puncak serapan pada bilangan gelombang 3101 cm -1, , 1599–1641 cm -1 ,1352 cm -1 ,1797 cm -1 , 3059 cm -1 , 1650 – 2000 cm -1 dan 650 – 1000 cm -1 , 900 – 1300 cm -1 Adanya puncak-puncak tersebut menunjang struktur HPMBP. Pada spektrum H-NMR, terlihat adanya puncak singlet pada pergeseran kimia 2,00 ppm 2,914, puncak singlet pada pergeseran kimia sekitar 13,00 ppm 0,557, puncak triplet pada pergeseran kimia 7,30 ppm integrasi = 0,961 dan 7,58 ppm integrasi = 0,987, puncak triplet pada pergeseran kimia 7,46 ppm integrasi = 1,949 dan 7,64 ppm integrasi = 1,964, puncak doblet pada pergeseran kimia sekitar 7,50 ppm integrasi = 2,041 dan 7,89 ppm integrasi = 2,000. Adanya puncak-puncak tersebut juga menunjang struktur HPMBP. 2. Penentuan Kestabilan Emulsi 2.1. Pengaruh Jenis Surfaktan Terhadap Kestabilan Emulsi Berdasarkan hasil pengamatan kestabilan emulsi pada penggunaan surfaktan span-20, span-80 dan campuran span-20+span-80 diperoleh rata-rata pemecahan emulsi seperti tercantum dalam Tabel 1. Surfaktan dikarakterisasi berdasarkan keseimbangan hidrofilik dan lipofilik dari molekulnya yang dinyatakan dengan nilai HLB. Semakin tinggi nilai HLB suatu surfaktan semakin meningkat sifat hidrofiliknya. Pada sistem HLB juga dikenal istilah HLB butuh required–HLB, yaitu nilai HLB yang dibutuhkan suatu minyak atau lemak agar dapat diemulsikan secara efektif. Penentuan HLB butuh minyak memungkinkan kita memilih surfaktan atau campuran surfaktan yang menghasilkan HLB yang dibutuhkan. Jadi, penggunaan surfaktan dengan nilai HLB yang sesuai dengan nilai HLB butuh minyak yang digunakan akan menghasilkan emulsi yang stabil. Tabel 1. Rerata Pemecahan Emulsi Pada Penggunaan Beberapa Surfaktan 5 Jenis Surfaktan 5 Rata-rata pemecahan emulsi vv Span-20 Span-80 Span-20+Span-80 41,6 23,0 15,4 Berdasarkan Tabel 1 di atas ternyata emulsi yang dibuat dengan menggunakan surfaktan campuran Span-20 dan Span-80 mempunyai persen pemecahan emulsi yang paling kecil sehingga lebih stabil jika dibandingkan dengan emulsi yang menggunakan Span-20 atau Span-80. Hal ini disebabkan karena adanya kesesuaian nilai HLB surfaktan campuran Span-20 dan Span-80 nilai HLB = 6 dengan nilai HLB butuh dodekan nilai HLB butuh = 6, sedangkan nilai HLB Span-20 dan Span-80 berturut-turut adalah 8,6 dan 4,3.

2.2. Pengaruh Waktu Emulsifikasi Terhadap Kestabilan Emulsi

Berdasarkan hasil pengamatan kestabilan emulsi pada berbagai waktu emulsifikasi diperoleh rata-rata pemecahan emulsi seperti tercantum dalam Tabel 2. K-22 Tabel 2. Rata-rata Pemecahan Emulsi Pada Berbagai Waktu Emulsifikasi Waktu emulsifikasi menit Rata-rata pemecahan emulsi vv 5 10 15 20 13,4 5,1 5,3 5,3 Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa emulsi yang paling stabil adalah emulsi yang dibuat dengan lama waktu emulsifikasi 10 menit karena memiliki persen pemecahan emulsi terkecil. Untuk emulsi yang dibuat dengan waktu emulsifikasi yang lebih singkat, persen pemecahan emulsinya lebih besar karena ukuran tetesan fasa membran dan fasa internal yang terlibat dalam pembentukan emulsi masih besar sehingga memudahkan terbentuknya koalesensi. Sedangkan dengan waktu emulsifikasi yang lebih lama ternyata relatif tidak memberikan efek pada kestabilan emulsi, sehingga waktu emulsifikasi 10 menit sudah cukup untuk membentuk emulsi yang stabil Sabry, et.al., 2007.

2.3. Pengaruh Jenis Pelarut Organik Terhadap Kestabilan Emulsi

Berdasarkan hasil pengamatan kestabilan emulsi pada penggunaan beberapa pelarut organik diperoleh rata-rata pemecahan emulsi seperti tercantum dalam Tabel 3. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa dodekan merupakan pelarut terbaik dalam penelitian ini karena emulsi yang dibuat dengan dodekan lebih stabil dari pada emulsi yang dibuat dengan n-heptan dan n-heksan. Tabel 3. Rata-rata Pemecahan Emulsi Pada Penggunaan Beberapa Pelarut Organik Jenis Pelarut Rata-rata pemecahan emulsi vv Dodekan n-Heptan n-Heksan 5,5 8,9 10,3 Walaupun n-heksan dan n-heptan memiliki kekentalan yang lebih kecil dari pada dodekan sehingga lebih mudah untuk dibuat emulsi, namun kestabilan emulsi yang terbentuk lebih rendah dibandingkan emulsi yang terbentuk dengan dodekan. Hal ini berhubungan dengan kesesuaian nilai HLB butuh dodekan dengan nilai HLB dari surfaktan campuran span-20+span-80 yang digunakan.

2.1. Pengaruh Laju Emulsifikasi Terhadap Kestabilan Emulsi