Pengaruh Jenis Surfaktan Terhadap Kestabilan Emulsi Pengaruh Waktu Emulsifikasi Terhadap Kestabilan Emulsi Pengaruh Jenis Pelarut Organik Terhadap Kestabilan Emulsi
K-20 hingga 20 Chiha,M.,2006, sehingga kurang efisien dan tidak ekonomis. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu ekstraktan yang penggunaannya lebih sedikit, lebih efisien dan dapat memberikan persen ekstraksi yang lebih tinggi. Alternatif golongan senyawa yang telah terbukti efektif sebagai
ekstraktan ion logam dan paling banyak digunakan secara luas adalah 4-benzoil-1-fenil-3-metil-2- pirazolin-5-on,HPMBP, Roy and Nag,1978 ; Ivanova, 1987 ; Jia,et.al.,1988; Hamzah dan
Pulukadang,1999 ; Hamzah, 2001 ; Hamzah, 2007. Berdasarkan fakta di atas, dalam rangka pengembangan metode ekstraksi maka akan diteliti
kemungkinan penggunaan HPMBP sebagai ekstraktan pada ekstraksi ion perakI dan kromIII menggunakan emulsi membran cair, yang kemudian akan diaplikasikan pada limbah cair industri
pelapisan logam. Oleh karena itu pada tahun pertama yang akan dilakukan adalah sintesis senyawa HPMBP dan penentuan kestabilan emulsi. Sedangkan pada tahun kedua yang akan dilakukan adalah
penentuan kondisi optimum ekstraksi ion perak dan ion krom dalam larutan menggunakan teknik
emulsi membran cair dengan ekstraktan HPMBP. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan informatif maupun sumbangan aplikatif bagi pengembangan metode ekstraksi ion logam terutama ekstraksi menggunakan teknik emulsi membran cair dengan zat
pembawa 1-fenil-3-metil-4-benzoil-5-pirazolon HPMBP dalam bidang-bidang terkait seperti kimia koordinasi, kimia lingkungan, kimia organik sintesis, kimia analitik, kimia medisinal dll.
METODE PENELITIAN 1. Sintesis dan karakterisasi senyawa HPMBP
Sintesis dilakukan dengan jalan melarutkan 7,5 gram 1-fenil-3-metil-5-pirazolon dalam 80 mL 1,4-dioksan dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan pendingin refluks, pengaduk magnetik
dan corong pisah, pada temperatur 75
o
C. Setelah larut, secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit ditambahkan 12 gram kalsium hidroksida sampai homogen. Sambil terus diaduk, melalui corong
pisah ditambahkan 5 mL benzoil klorida. tetes demi tetes. Kemudian temperatur pemanasan dinaikkan sampai 110-120
o
C dan direfluks selama 30 menit. Setelah refluks selesai, dalam keadaan panas campuran dimasukkan ke dalam labu dasar rata yang berisi 100 mL larutan HCl 2M sambil
diaduk dengan pengaduk magnetik selama 45 menit. Kristal kotor yang terbentuk disaring dengan penyaring Buchner dan dicuci dengan sedikit air dan 1,4-dioksan serta dikeringkan. Kristal hasil
sintesis kemudian direkristalisasi. Kristal yang terbentuk disaring dengan Buchner dan dicuci dengan air suling. Keringkan kristal dan ditimbang untuk menghitung rendemennya.Penentuan kemurnian
kristal dilakukan melalui uji titik lebur. Identifikasi senyawa hasil sintesis dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji keberhasilan dalam proses sintesis, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Secara kualitatif dipelajari melalui uji struktur dengan FTIR dan H-NMR Spektrofotometer.