Karakteristik partisipan Hasil Penelitian

43 penelitian ini. Peneliti juga membahas keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yang terkait dengan persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga.

4.1. Karakteristik partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap Kepodang dan ruang rawat inap Dahlia Bawah Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 9 perawat, 4 perawat dari ruang rawat inap Kepodang dan 5 perawat dari ruang rawat inap Dahlia Bawah. Adapun karakteristik partisipan adalah sebagai berikut : 44 Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan No Inisial Umur Thn Jenis Kelamin Suku Tempat Tinggal Pendidikan Perawat Lama Kerja P1 R 36 P Jawa Salatiga D III 11 Thn P2 Z 29 P Jawa Salatiga D III 5 Thn P3 Y 29 P Jawa Salatiga D III 6 Thn P4 H 35 L Jawa Salatiga S 1 10 Thn P5 P 24 P Jawa Magelang D III 2 Thn P6 H. J 34 L Jawa Salatiga D III 10 Thn P7 Y 28 L Jawa Salatiga D III 3 Thn P8 E 25 L Jawa Salatiga D III 1 Thn P9 S 38 L Jawa Salatiga D III 11 Thn Keterangan Tabel: No : Nomor P1,......,P9 : Partisipan 1 satu sampai dengan Partisan 9 sembilan P : PerempuanWanita L : Laki-laki D III : Diploma III Tiga S1 : Strata 1 Satu Thn : Tahun 45 Partisipan dalam penelitian ini, disarankan oleh masing-masing kepala ruangan baik itu ruang rawat inap Dahlia Bawah, maupun ruang rawat inap Kepodang. Semua perawat bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini sehingga mempermudah peneliti dalam proses pengambilan data. Selain itu, semua partisipan juga memiliki karakter ramah dan mudah bergaul sehingga meskipun peneliti adalah suku lain Timor, namun peneliti dengan mudah dapat berinteraksi dengan para partisipan yang semuanya adalah suku Jawa.

4.2. Hasil Penelitian

Hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam semi terstruktur dan catatan lapangan yang peneliti susun berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. Analisis tema yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini sesuai dengan langkah-langkah analisa menurut Colaizzi 1978 Creswell, 2003. Langkah pertama dengan mengumpulkan data. Mengumpulkan 46 data dilakukan dengan metode wawancara secara indepth interview. Jumlah wawancara dengan partisipan adalah 2 kali, dimana awal pertemuan peneliti melakukan wawancara awal, dan pertemuan kedua peneliti kembali untuk melengkapi data yang belum lengkap. Selama wawancara, terdapat interupsi dengan kedatangan keluarga pasien sehingga ada beberapa partisipan yang meminta untuk dilanjutkan beberapa menit kemudian. Dalam menjawab pertanyaan, beberapa partisipan menjawab dengan volume suara kecil, sehingga peneliti harus meminta partisipan untuk berbicara dengan volume suara lebih keras. Semua pernyataan partisipan direkam dengan menggunakan handpone. Peneliti juga menggunakan catatan lapangan untuk menggambarkan situasi dan ekspresi partisipan saat peneliti melakukan wawancara. Setelah data dikumpulkan dalam rekaman, peneliti mendengarkan secara berulang-ulang kemudian membuat transkrip ke dalam bentuk data tertulis secara verbatim. Selanjutnya hasil transkrip dicari statement yang signifikan dengan memberi warna bolt pada kalimat yang bermakna yang berhubungan dengan 47 fenomena yang diteliti untuk mendapatkan makna serta gambaran tentang persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap statement yang signifikan tersebut, sehingga menghasilkan tema 1 mengkategorikan. Hasil dari tema 1 kemudian dikelompokkan kemudian dianalisa untuk mendapatkan sub tema dari kelompok yang dikategorikan. Dari hasil penelitian ini terdapat 3 tema utama dan sub tema yang menjawab tujuan khusus terkait dengan persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. Tujuan umum dari penelitian ini adalah peneliti ingin memperoleh gambaran persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan-Salatiga, sehingga melangkah dari tujuan umum tersebut diawali tujuan khusus yang pertama, peneliti ingin memperoleh gambaran persepsi perawat tantang makna peran perawat educator bagi pasien dan keluarga. Persepsi perawat tentang makna peran educator mempengaruhi actiontindakan perawat dalam menjalankan peran educator bagi pasien dan keluarga. 48 Tujuan khusus kedua yang ingin diketahui oleh peneliti adalah bagaimana gambaran persepsi perawat tentang manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki perawat. Tujuan khusus ketiga adalah peneliti ingin memperoleh gambaran persepsi perawat terhadap pelaksanaan peran educator bagi pasien dan keluarga. Hal tersebut berhubungan dengan persiapan perawat ketika menjalankan peran educator, cara-cara yang dilakukan perawat dalam pemberian edukasi bagi pasien dan keluarga, respon pasien dan keluarga ketika perawat memberikan edukasi, hambatan dari pasien dan keluarga saat perawat memberikan edukasi, hambatan dari diri perawat dan teman sejawat ketika perawat memberikan edukasi bagi pasien dan keluarga, dan cara-cara yang dilakukan perawat dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut. 49 Tujuan Khusus 1: Memperoleh gambaran persepsi perawat tentang makna peran perawat educator bagi pasien dan keluarga Persepsi perawat mengenai perannya sebagai educator bagi pasien dan keluarga dalam ungkapan yang disampaikan partisipan adalah terdapatnya action atau tindakan perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga. Hal tersebut sesuai dengan tugas perawat educator yaitu memberikan pengetahuan pada pasien dan keluarga berupa pendidikan kesehatan dan informasi-informasi kesehatan yang berhubungan dengan proses perawatan pasien. Partisipan juga menjelaskan poin-poin yang disampaikan pada pasien dan keluarga adalah sebagai berikut: memberi pandangan tentang penyakit pasien, menjelaskan pencegahan penularan penyakit, menjelaskan cara minum obat, menjelaskan proses perawatan dirumah, menjelaskan jenis makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi. Partisipan juga menyampaikan bahwa dalam melakukan setiap tugas, perawat berkolaborasi dengan 50 tim kesehatan lainnya dalam hal ini dokter, gizi, laboratorium, farmasi, radiologi dan rekam medik. Salah satu partipan mengatakan bahwa untuk melakukan peran educator sikap empati harus dimiliki perawat. Semua ungkapan partisipan tersebut tergambar dalam tabel berikut: Tabel 4.2.1 Tema 1 Action perawat educator bagi pasien dan keluarga Kategori Sub Tema Tema Memberikan pendidikan kesehatan Tugas perawat educator Action perawat educator bagi pasien dan keluarga Memberikan informasi-informasi kesehatan yang berhubungan dengan proses perawatan pasien Menjelaskan pencegahan penularan penyakit Poin-poin yang disampaikan perawat kepada pasien dan keluarga Menjelaskan cara minum obat Menjelaskan proses perawatan dirumah Menjelaskan jenis makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi Menjelaskan tindakan perawatan yang diberikan pada pasien Empati Sikap perawat Dokter, gizi, laboratorium, farmasi, radiologi, rekam medic Kolaborasi tim kesehatan Sub Tema 1.1 Tugas Perawat Educator Partisipan merupakan perawat yang 24 jam malakukan interaksi dengan pasien dan keluarga pasien. Perawat memiliki banyak peran dalam menjalani tugas mulianya. Salah satu 51 peran perawat adalah sebagai educator. Peran educator dapat tercapai dengan baik jika perawat memahami bagaimana menjalani tugas sebagai educator. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan adanya pemahaman partisipan mengenai tugas perawat educator, hal ini terlihat dari pernyataan partisipan tentang tugas peran educator yaitu memberikan pendidikan kesehatan dan memberikan informasi-informasi kesehatan yang berhubungan dengan proses perawatan pasien. Hal ini terlihat pada pernyataan seorang partisipan. “Itu memberikan pendidikan kesehatan buat pasien dan keluarga” P3 “Ya itu Dek, informasi-informasi kesehatan yang belum diketahui, ya yang misalnya sudah diketahui pun kita bisa menjelaskan lagi, kita ingatkan lagi ke pasien dan keluarga pasien untuk proses perawatan si pasien.” P2 Ungkapan diatas menggambarkan bahwa adanya pemahaman perawat tentang tugasnya sebagai educator bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu sudah selayaknya pasien dan keluarga mendapatkan hak atas informasi-informasi kesehatan yang berhubungan dengan kondisi pasien dalam proses perawatan di rumah sakit. Informasi-informasi kesehatan dapat berupa poin-poin khusus yang disampaikan perawat kepada pasien dan keluarga. 52 Sub Tema 1.2 Poin-poin yang disampaikan perawat kepada pasien dan keluarga pasien Poin-poin yang disampaikan perawat kepada pasien dan keluarga adalah perihal yang berhubungan dengan keadaan atau kondisi pasien, dalam hal proses penjelasan mengenai pencegahan terhadap penularan penyakit, cara minum obat, proses perawatan di rumah, jenis makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi, dan tindakan perawatan yang diberikan pada pasien. Hal tersebut tergambar dalam ungkapan salah satu partisipan. “Misalkan ada yang terkena penyakit menular ya kita memberi ceramah pada keluarga, apa yang harus diberikan di rumah, obat apa yang harus diminum, makan apa yang dilarang, makan apa yang diperbolehkan, juga tindakan-tindakan perawatan yang kita ngasih ke pasien ” P4 Hal tersebut dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dan keluarga dalam proses perawatan di rumah sakit hingga pada saat pasien akan pulang ke rumah. Sub Tema 1.3 Sikap perawat Sikap empati merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki perawat dalam menjalani setiap tugas dan peran perawat. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu partisipan. 53 “Saya menjalankan pekerjaan saya sesuai dengan sikap empati” P9 Sub Tema 1.4 Kolaborasi tim kesehatan Dokter, gizi, laboratorium, farmasi, radiologi, dan rekam medik adalah bagian dari petugas kesehatan yang sering berkolaborasi dengan perawat. Perawat memiliki peran mandiri dalam hal tindakan - tindakan keperawatan, namun perawat juga memiliki peran kolaboratif dalam artian perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam menjalani setiap tugas dan perannya. Peneliti menemukan pernyataan partisipan yang menggambarkan adanya kolaborasi antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini diungkapkan oleh salah partisipan. “Kebanyakan kita berkolaborasi dengan dokter, misalnya kita melakukan tindakan medis sesuai advis dokter” P5 Selain itu untuk menjelaskan cara minum obat, kapan pasien harus dikontrol, misalnya pada pasien TB, biasanya perawat berkolaborasi dengan farmasi dan tim khusus dalam menangani pasien TB yaitu tim DOTS Directly Observed Treatment Short Course. Tergambar dalam ungkapan salah satu partisipan. 54 “Disinikan kebanyakan TBC ya, nah untuk minum obatnya biasa itu sendiri, ada farmasi, ada tim DOTS sendiri dari klinik” P4 Untuk kolaborasi dengan gizi, perawat biasanya lebih sering menjelaskan tentang makanan yang boleh dikonsumsi pasien dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi pasien. Misalnya pada pasien DM, biasanya tim gizi telah mengatur porsi makanan, jenis makanan yang harus dikonsumsi pasien. Hal tersebut terungkap dari salah satu partisipan. “Itu kan sebenarnya kalau DM kan lebih ke pengaruh makannya ya kalau disinikan udah ada bagian tersendiri, ada dari gizinya yang tiap hari ngasih itu” P5 Tujuan Khusus 2: Memperoleh gambaran persepsi perawat tentang manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan adanya gambaran persepsi perawat tentang manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga. Semua ungkapan partisipan dipengaruhi oleh pengetahuan masing-masing partisipan tentang manfaat peran perawat educator. Persepsi partisipan mengenai manfaat peran educator adalah untuk memberi pengetahuan pada pasien dan keluarga, mencegah pencetus kambuhnya penyakit pasien, momotivasi pasien untuk sembuh, 55 dan sebagai bekal bagi pasien dan keluarga untuk proses rehabilitasi pasien di rumah. Semua manfaat peran educator yang diungkapkan partisipan dipengaruhi oleh pemahaman partisipan mengenai peran perawat sebagai educator. Adanya feedback dari pasien dan keluarga juga merupakan harapan perawat setelah perawat memberikan pendidikan kesehatan. Pasien dan keluarga yang awalnya tidak tahu dan akhirnya menjadi tahu; serta adanya perubahan perilaku hidup sehat pada pasien juga keluarga. Semua ungkapan partisipan tertera pada kolom berikut: Tabel 4.2.2 Tema 2 Pengetahuan Tentang Manfaat Peran Perawat Educator Kategori Sub Tema Tema Memberi pengetahuan kepada pasien dan keluarga Pemahaman terhadap manfaat peran educator Pengetahuan tentang manfaat peran perawat educator Mencegah pencetus kekambuhan penyakit pasien Motivasi bagi pasien untuk kesembuhan Bekal bagi pasien dan keluarga untuk proses rehabilitasi pasien di rumah Tidak tau menjadi tau Feedback pasien dan keluarga Perubahan perilaku hidup sehat pada pasien dan keluarga. 56 Sub Tema 2.1 Pemahaman terhadap manfaat peran educator Dari tabel diatas tergambar ungkapan partisipan terhadap pemahaman partisipan mengenai manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga, salah satunya adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga. Hal ini terungkap dari salah satu partisipan. “Ya itu, kita memberi pengetahuan buat pasien dan keluarga” P1 Beberapa partisipan mengatakan bahwa manfaat peran educator adalah untuk mencegah pencetus kekambuhan penyakit pasien. “Manfaate misale salah satu ne bisa mencegah pencetusnya asma” P2 “Manfaatnya biar pasien juga keluarga ngerti apa yang harus dilakukan untuk pencegahan mungkin biar cepet sembuh” P8 Salah satu partisipan mengatakan bahwa manfaat peran educator adalah sebagai motivasi bagi pasien untuk proses kesembuhan. Hal tersebut terungkap sebagai berikut: 57 “Pasien merasa seneng, ia merasa termotivasi untuk sembuh” P9 Dari 9 partisipan, 1 partisipan mengatakan bahwa manfaat peran perawat educator adalah bekal bagi pasien dan keluarga untuk proses rehabilitasi pasien di rumah. Hal tersebut terungkap sebagai berikut: “Ya otomatis untuk rehabilitasi dirinya, setelah pasien dari sini kan perlu persiapan lagi untuk di rumah” P5 Sub Tema 2.2 Feedback pasien dan keluarga Feedback dari pasien dan keluarga tidak terlepas dari adanya pengetahuan yang diberikan perawat kepada pasien dan juga keluarga. Pasien dan keluarga yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, serta adanya perubahan perilaku hidup sehat. Selain itu pasien dan keluarga lebih dapat berhati-hati dalam setiap tindakan baik itu pencegahan maupun pengobatan. Hal ini tergambar dalam ungkapan partisipan. “Pasien yang gak tau jadi tau, misalnya pasien hepatitis, nah itu kan bisa jaga-jaga, pencegahan nularnya gimana dan lainnya” P3 “Pasien atau keluarga menjadi tau, dari apa yang gak tau akhirnya tau ya” P6. Adanya perubahan perilaku pada pasien dan keluarga juga merupakan salah satu feedback setelah pasien dan keluarga 58 mendapatkan pengetahuan dari perawat. Hal ini terlihat pada pernyataan partisipan. “Ya tujuannya agar lebih tau, dan ada perubahan perilaku sehat. Mungkin suaminya yang sakit, istrinya lebih hati-hati untuk mencegah kambuhnya sakit si suami. Misalnya hati-hati dalam hal makanan atau kesehariannya itu P4 Dari ungkapan-ungkapan semua partisipan diatas terlihat gambaran mengenai pengetahuan partisipan terhadap pemahaman tentang manfaat peran educator bagi pasien dan keluarga. Partisipan juga mengharapkan adanya feedback dari pasien dan keluarga meskipun dalam proses tersebut tidak ada evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman atau standart tertentu. Hal tersebut tidak terlepas dari bagaimana persepsi perawat terhadap pelaksanaan peran educator bagi pasien dan keluarga, yang tergambar pada tujuan khusus 3. Tujuan Khusus 3: Memperoleh gambaran persepsi perawat mengenai pelaksanaan peran educator bagi pasien dan keluarga Hasil penelitian yang didapatkan peneliti adalah adanya ungkapan partisipan yang menyatakan bahwa adanya pelaksanaan peran educator bagi pasien dan keluarga. Hal ini tergambar dari adanya respon pasien dan keluarga ketika perawat menjalankan peran educator yaitu: pasien dan 59 keluarga merasa senang dan merasa diperhatikan, ada beberapa pasien yang awalnya menolak karena penyakitnya namun akhirnya dapat menerima, pasien dan keluarga dapat menerima informasi yang diberikan akan tetapi kadang pasien tidak mematuhi apa yang disarankan perawat. Pelaksanaan peran educator juga tergambar dari cara penyampaian pendidikan kesehatan dan atau informasi kesehatan yang diberikan perawat kepada pasien dan keluarga adalah secara spontan tanpa persiapan khusus misalnya saat melakukan injeksi atau perbeden, selain itu partisipan juga mengatakan bahwa perawat harus mengetahui terlebih dahulu jenis penyakit pasien sesuai diagnosa dokter, serta semua hasil pemeriksaan pasien yang berhubungan dengan hasil laboratorium pasien, ataupun hasil rontgen. Perawat juga menyampaikan informasi-informasi kesehatan saat pasien pertama kali masuk untuk rawat inap dan saat pasien akan kembali ke rumah. Hambatan dari pasien dan keluarga ketika perawat menjalani peran educator juga merupakan gambaran ketika perawat menjalani peran educator. Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut: adanya sumber daya manusia dalam hal ini pasien dan keluarga dengan tingkat pendidikan 60 rendah. Jenjang pendidikan pasien dan keluarga hanya sebatas sekolah dasar SD, bahkan ada juga yang tidak bersekolah. Selain itu adanya pemahaman yang berbeda-beda dari pasien dan keluarga serta adanya gangguan panca indera pada pasien lansia. Hambatan dari diri perawat dan teman sejawat juga menjadi tantangan bagi perawat sendiri dalam menjalani peran educator. Kurangnya pengalaman yang dimiliki perawat, kurangnya motivasi, kurangnya waktu untuk penyampaian penkes secara detail, kurangnya saling pengertian dari teman perawat. Selain itu, ada juga perawat yang merasa marah dan jengkel ketika telah menjelaskan secara berulang-ulang dan pasien tidak mematuhi. Perawat juga berusaha mengatasi kendalahambatan dari pasien dan keluarga serta diri perawat sendiri dan teman sejawat dengan cara : tetap sabar dan ramah; menjelaskan informasi-informasi kesehatan kepada pasien dan keluarga secara rangkum dengan menggunakan kata-kata sederhana dan bahasa daerah Jawa. Selain itu, perawat juga menjelaskan informasi-informasi kesehatan dengan melihat kondisi fisik pasien misalnya pada lansia dengan pendengaran yang telah berkurang, maka perawat akan menjelaskan kepada 61 keluarga. Perawat juga meminta bantuan dari teman perawat lain untuk membantu menjelaskan pada pasien dan keluarga ketika perawat tersebut sudah menjelaskan akan tetapi pasien dan keluarga tidak mengerti atau bahkan tidak mematuhi setiap apa yang telah disampaikan perawat. Semuanya tergambar pada tabel berikut: Tabel 4.2.3 Tema 3 Pelaksanaan Peran Educator Kategori Sub Tema Tema Senang Respon pasien dan keluarga ketika perawat menjalankan peran educator Pelaksanaan Peran Educator Merasa diperhatikan Menolak karena penyakitnya Tidak mematuhi Spontan, tanpa persiapan khusus Penyampaian pendidikan kesehatan yang diberikan perawat kepada pasien dan keluarga dilakukan secara spontan, dan atau disesuaikan dengan jenis penyakit pasien Dengan persiapan Dilakukan saat perdeb atau injeksi Dilakukan saat pasien akan pulang ke rumah Dilakukan saat pasien masuk Rumah Sakit Tingkat pendidikan pasien dan keluarga yang rendah SD, bahkan tidak bersekolah Hambatan dari pasien dan keluarga ketika perawat menjalani peran educator Perbedaan pemahaman pada pasien dan keluarga Gangguan panca indera Kurangnya pengalaman yang dimiliki perawat Hambatan dari diri perawat dan teman sejawat Kurangnya motivasi Kurangnya waktu untuk penyampaian penkes secara detail Kurangnya saling pengertian dari teman perawat Marah dan jengkel 62 Sabar dan tetap ramah Perawat bersikap sabar, ramah, menggunakan bahasa daerah, memperhatikan kondisi fisik pasien, dan meminta bantuan rekan perawat dalam mengatasi kendalahambatan dari pasien, keluarga dan orang lain Menjelaskan secara rangkum Menggunakan kata-kata sederhana dan bahasa daerah Jawa Memperhatikan kondisi fisik pasien Meminta bantuan dari teman perawat lain untuk menjelaskan kepada pasien dan keluarga Sub Tema 3.1 Respon pasien dan keluarga ketika perawat menjalankan peran educator Adanya respon yang berbeda-beda dari pasien dan keluarga ketika perawat menjalani peran educator tergambar dari ungkapan beberapa partisipan. Pasien dan keluarga merasa senang dan merasa diperhatikan. Hal ini tergambar dari pernyataan beberapa partisipan. “Otomatis seneng, ya mereka merasa diperhatikan” P3 “Pasien merasa seneng” P9 Selain itu ada juga respon lain dari pasien yaitu awalnya pasien menolak karena penyakit yang dialaminya akan tetapi setelah dirawat, akhirnya pasien dapat menerima kondisi yang dialaminya. Hal ini tergambar dalam ungkapan salah satu partisipan. 63 “Justru kalau pasien menolak itu sebelum dia ahh, kadang sebelum mau pulang misalnya tau, saya kok sakit TBC gitu, tapi kalau mau pulang ya udah dia bisa nrima” P1 Pasien dan keluarga juga dapat menerima informasi yang diberikan, akan tetapi kadang pasien tidak mematuhi apa yang disarankan perawat. Seperti yang tergambar dalam ungkapan partisipan. “Ya ada yang bisa menerima, ada juga yang gak nrima, denger sih mau Dek tapi masuk telinga kanan keluar telinga kiri” P2 “Ya banyak yang bisa menangkap, tapi banyak yang kadang yang mungkin ya itu SDM nya beda-beda jadi terkadang oh ge, oh ternyata saat dirawat gak sesuai dengan yang kita katakan”. P5 Sub Tema 3.2 Penyampaian pendidikan kesehatan yang diberikan perawat kepada pasien dan keluarga dilakukan secara spontan, dan atau disesuaikan dengan jenis penyakit pasien Partisipan menyatakan bahwa penyampaian penkes atau informasi-informasi kesehatan dilakukan adalah secara spontan tanpa harus melakukan persiapan khusus seperti pada pemberian penkes secara formal. Hal ini terungkap pada pernyataan partisipan. 64 “Tidak ada persiapan khusus Dek, itu sudah aktifitas sehari-hari Dek jadinya spontan tanpa persiapan, kalau mau ngasih penkes di PKK atau kalau mau bimbing kaya gini ya harus ya Dek”. P1 “Tanpa persiapan, biasanya spontan Dek P3 Partisipan juga memberikan penkes atau informasi-informasi kesehatan saat melakukan tindakan perawatan medis misalnya saat injeksi atau perbeden. Hal ini tergambar pada pernyataan partisipan. “Saat pagi-pagi perbed atau saat nyuntik, gak pake leaflet atau brosur Dek. biasanya langsung aja misale pasien DM itu makannya gimana, kita ingatin aja” P2 Selain itu partisipan mengatakan bahwa sebagai perawat harus melakukan persiapan dengan mengetahui terlebih dahulu jenis penyakit pasien sesuai diagnosa dokter, hasil pemeriksaan laboratorium pasien, ataupun hasil rontgen. Hal ini terungkap pada pernyataan partisipan. “Ya kan biasanya kita tau dari hasil-hasil itu laborat, rontgen. Kita perlu persiapannya itu, ya kalau kita tau langsung ngomong biasa, kalau belum ada hasilnya ya kita juga gak brani” P4 “Setelah kita tau jenis penyakit pasien terlebih dahulu dari diagnosa dokter” P8 65 Partisipan juga menyampaikan informasi-informasi kesehatan yang berhubungan dengan kondisi pasien saat awal pasien dirawat dan saat pasien akan pulang ke rumah. Hal ini tergambar dalam ungkapan partisipan. “Kalau pertama pasien masuk kan kita harus jelaskan pada pasien dan keluarga apa yang harus dilakukan, itu otomatis, atau saat pasien mau pulang.” P5 Sub Tema 3.3 Hambatan dari pasien dan keluarga ketika perawat menjalani peran educator Partisipan menyatakan bahwa hambatan yang dialami ketika partisipan menjalani peran educator adalah terdapatnya sumber daya manusia pasien dan keluarga dengan tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan pasien dan keluarga hanya sebatas SD bahkan ada juga yang tidak tidak bersekolah, serta adanya perbedaan pemahaman antara pasien dan keluarga. Hal ini tergambar dalam pernyataan partisipan : “Kendalanya ya mungkin dari latar belakang pasien dan keluarganya kalau disini rata-rata pasien jamkesmas itu mungkin berpengaruh dengan tingkat pendidikannya, pendidikannya rendah, atau bahkan SD saja gak lulus, bahkan gak sekolah juga ada, otomatis kalau diberi pengetahuan atau penkes itu ne mau menerima lumayan sulit, dan mungkin sering ngeyel untuk apa yang kita sampaikan itu. P6 “Tingkat pemahamannya Dek, ada yang dijelaskan gak mudeng-mudeng Dek, malah hambatane ke pasien dan 66 keluarga. Dulu pernah di bawah itu si pasien yang tua gak mudeng yang muda malah gini, gini mbak, gini mas ya juga ada, hehehhe” P2 Selain itu, gangguan panca indera juga merupakan hambatan dari pasien ketika perawat memberikan penkes atau informasi- informasi kesehatan yang berhubungan dengan kondisi pasien. Hal ini diungkapkan oleh salah satu partisipan : “Misalne pada lansia kan kadang pendengaranne udah gak bagus terus ada yang gak mudeng juga” P2 Sub Tema 3.4 Hambatan dari diri perawat dan teman sejawat Hambatan dari diri perawat dan teman sejawat juga menjadi tantangan bagi perawat dalam menjalani peran educator. Kurangnya pengalaman yang dimiliki perawat menjadi salah satu kendala bagi perawat sendiri dalam menyampaikan informasi-informasi kesehatan kepada pasien dan keluarga. Akan tetapi ini hanya dialami perawat saat awal melakukan pekerjaan di Rumah Sakit, setelah itu perawat sudah mampu beradaptasi dengan pekerjaannya. Hal ini tergambar dalam ungkapan partisipan : 67 “Hmmm pernah ngalamin dulu waktu pertama kali kerja, mungkin karena pengalaman kurang ya pernah, tapi skarang yo gak lagi, udah biasa” P7 Kurangnya motivasi dan kurangnya waktu untuk penyampaian penkes secara detail juga merupakan salah satu hambatan bagi partisipan ketika memberikan penkes atau informasi-informasi kesehatan kepada pasien dan keluarga. Hal ini terungkap pada pernyataan pertisipan : “Mungkin kurang motivasi diri sendiri ya, tapi itu tergantung pribadi lagi” P5 “Kurangnya waktu ya, tapi kadang sambil perbed ya kita ngasih. Soalnya seharusnya itu kan khusus misalnya pasien TB. Nah untuk penyuluhan pasien TB mau pulang itu harusnya dari pihak DOTS” P1 “Terus terang kalau disini memberikan penkes secara langsung atau khusus itu sangat kurang ya karena dengan jumlah pasien yang banyak jadi gak mungkin memberikan penkes secara detail, jadi saat kita berhadapan dengan pasien saat tindakan medis ya kita sambil memberikan penkes pada pasien tapi itu tidak detail.” P6 “Pasien yang banyak, kerja yang lebih, kita tidak memperhatikan detail satu persatu karena banyaknya pekerjaaan, gitu” P9 Selain itu, P9 juga menyatakan bahwa kurangnya saling pengertian dari teman perawat, juga merupakan tantangan 68 tersendiri bagi pertisipan. Hal ini tergambar pada pernyataan partisipan : “Adanya rasa tidak peduli dengan pekerjaan lain yang tidak terselesaikan Contoh ya, kalo misale ada orang, misale saya sebagai wakil kepala ya, nah kan misale kan saya ingin menjelaskan ke pasien atau keluarga sambil perbed yo, tapi yang lainnya itu, ih kok antang ya malah ngomong to, taunya dia cuman ngobrol biasa aja, padahal itu satu tindakan penkes.” P9 Partisipan juga menyatakan bahwa kadang merasa marah dan jengkel ketika telah menjelaskan secara berulang-ulang dan pasien tidak mematuhi. Hal tersebut terungkap pada pernyataan partisipan : “Yo manusia juga punya batas kesabaran kadang yo kita merasa marah dan jengkel karena sudah dikasih tau malah gak patuh” P4. Sub Tema

3.5 Perawat

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Caring” Perawat pada Pasien Kanker Paru dipandang Dari Pengan Keluarga di RS Paru Dr. Ario Wirawan, Salatiga T1 462009019 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Caring” Perawat pada Pasien Kanker Paru dipandang Dari Pengan Keluarga di RS Paru Dr. Ario Wirawan, Salatiga T1 462009019 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Perawat Mengenai Perannya sebagai Educator Bagi Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Perawat Mengenai Perannya sebagai Educator Bagi Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga T1 462008084 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Perawat Mengenai Perannya sebagai Educator Bagi Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga T1 462008084 BAB II

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Perawat Mengenai Perannya sebagai Educator Bagi Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga T1 462008084 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Perawat Mengenai Perannya sebagai Educator Bagi Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

0 0 40

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Respon Kedukaan Pasien Saat Terdiagnosa HIV Positif di Rumah Sakit Paru Dr Ario Wirawan Salatiga T1 462009004 BAB IV

0 0 25

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab MDR (Multi Drugs Resistance) pada Pasien TB di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga T1 BAB IV

0 0 37

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Perawat dan Keluarga dalam Pemberian Asupan Nutrisi Cairan pada Pasien Penderita DBD di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan, Salatiga

0 0 2