Teknik Pengumpulan Data Keabsahan Data

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memberikan arti penting jika peneliti mampu melakukan analisis yang hasilnya memenuhi kaidah-kaidah ilmiah dan dapat diterima oleh banyak orang. 74 74 Arif dan Agus Maimun Furchan, op. cit, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005 hh. 62-64 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 59

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Profil Ustadz Ismail Idris Musthafa

1. Biografi Ustadz Ismail Idris Musthafa

Ustadz Ismail Idris Musthafa dilahirkan di kampung tua pondok pesantren Bureng Surabaya pada tanggal 23 Februari 1963 dari pasangan Bapak Idris Musthafa dan Ibu Sufiani. Tinggal di Bureng tepatnya Karang Rejo VI Masjid I23 Wonokromo Surabaya. Namun sejak aktif mengisi serta menjadi pengasuh majelis taklim dan mujāhadah al-Hikmah serta pengajian tasawuf Jama’ah Tempel di Gempol Pasuruan 2006, beliau berpindah domisili di Dusun Arjosari RT.03 RW.19 Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Di usia 28 tahun akhirnya beliau memantapkan hati untuk memperistri seorang hafidzah dari kota Pasuruan, tepatnya pada tanggal 07 Juli 1991, bernama Siti Zuhroh, putri dari pasangan Bapak Tho’if Alm. dan Ibu Siti Fatimah. Dari pernikahannya tersebut, beliau dikaruniai dua orang putri; Nuwailah R. Rufqoti yang lahir pada 05 Mei 1992 dan Yurida Ishlakha yang lahir pada 23 Desember 1993, serta seorang putra, Muhammad Ali, yang lahir pada 21 Juni 1995, yang ketiga-tiganya lahir di tanah Pasuruan. 75

1.1 Kondisi Sosial dan Budaya

Bureng merupakan sebuah kampung tua yang terletak di Kecamatan Wonokromo Surabaya. Kampung Bureng adalah salah satu kampung yang berbasis pesantren di kota Surabaya sehingga corak kehidupan masyarakatnya sangat kental dengan nilai-nilai keagamaan yang masih mengakar kuat. Seringkali, dalam kehidupan bermasyarakatnya muncul beberapa hal yang kurang dinamis jika dibandingkan dengan perkembangan zaman kala itu, sehingga kehidupan kampung ini dipandang kolot dan terlalu fanatik. Tak jarang pula dikatakan bahwa kampung Bureng merupakan sebuah kampung yang tertutup. Salah satu budaya yang menjadi sorotan adalah budaya yang manganggap pendidikan formal bukanlah merupakan hal penting, hingga menolak kebutuhan akan sekolahan-sekolahan umum. Bagi orang-orang 75 Ismail Idris Musthafa, Rambu-Rambu Tasawuf, Surabaya: Self Publishing, 2010, h. 197.