14 input maupun akibat kehilangan barang. Barang-barang yang dijual harus selalu tersedia
kapan saja pelanggan membutuhkannya, terjaganya validitas terhadap barang-barang yang sudah kadaluarsa, kemudahan deteksi terhadap kehilangan barang, penghitungan
sistem inventaris sesuai dengan hitungan inventaris barang secara fisik, proses bisnis dengan mitra dagang begitu akurat dan terotomatisasi serta keberadaan, transparansi dan
rantai pasok barang dibangun berdasarkan informasi supply dan demand secara real-time Muflihun, 2004.
Donselaar et. al. 2006 menyatakan bahwa pada akhir dekade ini, ritel sudah mulai mengimplementasikan automated store ordering systems yaitu sistem pemesanan
secara otomatis kepada produsen atau pusat distribusinya. Tujuan dari implementasi ini adalah untuk meningkatkan kualitas layanan dan efisiensi kebijakan inventori. Kebijakan
pemesanan barang secara otomatis dimaksudkan agar adanya jaminan ketersediaan barang di rak-rak penjualan dan tidak adanya keterlambatan pemesanan kepada produsen
atau pusat distribusinya. Hal ini sejalan dengan Sutapa dan Fransiska 2000 yang menyatakan bahwa harus ada koordinasi antara ritel dengan pusat distribusinya sehingga
stok dapat lebih optimal. Demand dan supply saling sinkron, harapannya tidak ada keterlambatan supply terhadap barang-barang yang sudah mencapai titik stok minimal
dengan mempertimbangkan besarnya jumlah unit persediaan, kapan dan berapa jumlah barang akan dipesan dan kapan melakukan pemesanan.
2.3 Rantai Pasok
Turban et. al, 2004 dalam Wiyono 2008 mendefinisikan rantai pasok sebagai aliran material, informasi, pembayaran dan pelayanan dari mulai pasokan bahan baku,
melalui pabrik dan gudang sampai ke pamakai akhir. Rantai pasok meliputi organisasi dan proses menciptakan maupun mengirimkan produk, informasi dan servis kepada
pemakai. Rantai pasok juga meliputi beberapa kegiatan seperti pembelian, alur pembayaran, pengelolaan material, perencanaan dan kontrol produksi, kontrol logistik
dan pergudangan, inventori, distribusi dan pengiriman. Sedangkan menurut Indrajit 2003 rantai pasok adalah suatu sistem jejaring
dimana berbagai organisasi saling bekerja sama membentuk sebuah mekanisme penyaluran barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Konsep rantai pasok
15 adalah juga konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik
lebih sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititik beratkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep
baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas, yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi, yang dipakai pelanggan akhir yang
merupakan mata rantai penyediaan barang. Definisi rantai pasok menurut David Simchi-Levi dalam Indrajit 2003 adalah
suatu jaringan dari organisasi-organisasi independen dan saling terhubung yang bekerjasama secara kooperatif dan saling menguntungkan dalam mengontrol, mengatur
dan memperbaiki aliran material dan informasi dari pemasok sampai pemakai. Dalam mengelola sebuah rantai pasok ada tiga aliran entiti yang harus diperhatikan yaitu aliran
barangjasa, aliran uang dan aliran dokumeninformasi. Pada prinsipnya, dengan memanfaatkan teknologi informasi, yang berpindah pada dua
aliran terakhir uang dan dokumenterakhir adalah data dalam format digital, tidak lagi dalam bentuk fisik. Sementara pada aliran barangjasa, sebagian produk dan proses telah
dapat didigitalisasikan. Disinilah titik awalnya para praktisi bisnis mulai mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi digital karena sifatnya yang lebih
cepat, lebih baik, dan lebih murah termasuk di dalamnya adalah teknologi RFID. Sedangkan menurut Baihaqi 2006, Dewi 2007, rantai pasok dapat
didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas dalam bentuk entitasfasilitas yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku paling awal dari
alam sampai produk jadi pada pelanggan akhir. Menyimak dari definisi ini, maka suatu rantai pasok terdiri dari perusahaan yang mengangkat bahan baku dari bumialam,
perusahaan yang mentransformasikan bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan pendukung produk, perusahaan perakitan, distributor
dan retailer yang menjual barang tersebut ke pelanggan akhir. Dengan definisi ini tidak jarang rantai pasok juga banyak diasosiasikan dengan suatu jaringan value adding
activities. Menurut Warsito et. al.2008, mengelola rantai rantai pasok tidak semudah mengelola aktifitas-aktifitas dalam suatu perusahaan. Kompleksitas permasalahan
meningkat dengan cepat begitu pertimbangan-pertimbangan aliran produk dan informasi dilihat dalam lingkup keseluruhan rantai pasok dari ujung hulu ke ujung hilir
16
2.4 Ritel