27 Tinggi. Remaja mungkin merasa tidak enak apabila tidak sama dalam
pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh teman kelompok sebaya ini bersifat eksternal. Apabila remaja tidak mempunyai
dorongan internal, minat bakat atau kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas atau tuntutan, maka kemungkinan
akan mengalami kegagalan. 3
Pengaruh gender Stereotipe masyarakat seringkali telah menilai terhadap jenis
kelamin seseorang. Masyarakat menghendaki agar jenis tugas atau pekerjaan tertentu dilakukan oleh jenis kelamin tertentu pula.
Memang baik diakui atau tidak, jenis kelamin kadang-kadang menentukan seseorang dalam memilih karir pekerjaan.
Seorang perempuan mungkin akan mengambil karir yang mungkin dapat dijalaninya, tanpa banyak hambatan dengan peran
jenis gendernya di masa depan, misalnya sekretaris, dokter anak, psikolog anak, guru atau dosen, penunggu atau penjaga toko dan
sebagainya. Demikian pula sebaliknya seorang laki-laki akan memilih sesuai dengan dirinya misalnya tentara, polisi, hakim, jaksa
dan lain sebagainya.
C. Pesantren
1. Pengertian Pesantren
Sekolah dengan sistem asramapondok sebagai tempat pendidikan agama memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya menyatu
28 dengan masyarakat. Di Indonesia, sekolah dengan sistem asrama dikenal
dengan istilah pesantren. Istilah Pesantren, dijelaskan oleh Amalik 2008 bahwa pesantren merupakan institusi pembentuk kebudayaan Islam di
Indonesia. Keberadaan pesantren cukup mengakar di tengah masyarakat Indonesia. Selain sebagai agen pencerahan iman bagi santri istilah yang
digunakan bagi individu yang menempuh pendidikan di pesantren dan umat Islam di lingkungan pesantren tersebut, pesan solidaritas dan perdamaian.
Jamali mengemukakan bahwa kata pesantren merupakan kata benda bentukan dari ”santri” yang mendapat awalan ”pe” dan akhiran”-an”,
sehingga menjadi bentukan baru ”pesantrian” orang Jawa mengucapkannya sebagai ”pesantren”, sehingga pesantren adalah sebuah tempat di mana para
santri menginap dan menuntut ilmu Rachman, 2010: 49. Sementara itu, pesantren dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 4 yang menyebutkan bahwa “
Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja s
amanera, dan bentuk lain yang sejenis”
.
Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat dikatakan bahwa pesantren sebagai suatu institusi
pendidikan keagamaan dalam hal ini memiliki posisi yang sejajar dengan lembaga pendidikan formal lain.
2. Unsur-Unsur Pesantren
Menurut Dhofier harus ada sekurang-kurangnya lima unsur untuk memahami keaslian suatu pondok pesantren, yaitu Rachman, 2010: 50:
29 a.
Kyai, yaitu pendiri atau pimpinan pondok pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah membaktikan hidupnya untuk Allah serta
menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran Islam melalui kegiatan pendidikan
b. Santri, yaitu siswa yang mendalami agama di pesantren
c. Pondok atau asrama, yaitu asrama pendidikan Islam tradisional dimana
para santri tinggal bersama di bawah bimbingan kyai d.
Masjid, yaitu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pesantren karena selain sebagai tempat ibadah masjid juga dijadikan pusat kegiatan
pendidikan dan bimbingan oleh kyai terhadap santri e.
Pengajaran kitab-kitab, yaitu kegiatan pengajaran kitab-kitab klasik yang diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren untuk
mencetak calon-calon ulama
3. Sistem Pendidikan Pesantren