STRATEGI KOMUNIKASI GURU TK DALAM MEMBINA KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT PENDEK (STUDI PADA TK ARRAUDAH BANDAR LAMPUNG)

(1)

Strategi Komunikasi Guru TK Dalam Membina Kemampuan Menghafal Surat Pendek (Studi Pada TK Ar-Raudah Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Asri Setyoarum Pangesti

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(2)

ABSTRACT

COMMUNICATION STRATEGIES OF KINDERGARTEN TEACHERS IN MANAGING THE ABILITY OF MEMORIZING SURAH IN AL-QURAN

(STUDY IN AR-RAUDAH KINDERGARTEN BANDAR LAMPUNG) By

ASRI SETYOARUM PANGESTI

Memorizing surah in Al-Quran is one of the important things must be done by every single moeslem besides pray. It is important things to be learned by every generation of human being in daily life. The students have different characteristics. On the other hand, the teachers in kindergarten should arrange and choose the perfect strategy to teach the surah in Al-Quran. The purpose of this research is to get the information and to describe the implementation strategy by the teachers and to know the way of learning by using verbal and nonverbal communication from the teachers to their students. This research used a qualitative approached with descriptive method. The basic theory of this research are instructional theory and interpersonal communication theory. The result of this research showed that the strategy that teachers use in learning are by listening audio, memorizing the surah, and jama’ methods which support with verbal and non verbal communications between teachers and students such as body gestures, expression, eye contact, paralanguage and physically contact.

Keyword:Memorizing Surah, Students, Instructional Theory, Interpersonal Communication Theory


(3)

ABSTRAK

STRATEGI KOMUNIKASI GURU TK DALAM MEMBINA

KEMAMPUAN MENGHAFAL SURAT PENDEK (STUDI PADA TK AR- RAUDAH BANDAR LAMPUNG)

Oleh

ASRI SETYOARUM PANGESTI

Selain shalat, menghafal surat-surat pendek Al-Quran merupakan hal yang wajib dilakukan bagi umat muslim. Hal ini penting untuk ditanamkan pada setiap generasi terutama pada masa kanak-kanak agar tercipta manusia yang taat beragama. Anak usia dini memiliki karakteristik yang beragam, maka tenaga pengajar di TK harus menyusun dan memilih suatu strategi dalam mengajarkan hafalan surat-surat pendek secara cermat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi apa yang diterapkan guru dalam mengajarkan hafalan surat-surat pendek serta mendeskripsikan pilihan komunikasi verbal dan nonverbal guru kepada murid. Metode yang digunakan adalah deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori instruksional dan teori komunikasi antar pribadi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam mengajarkan murid adalah dengan menggunakan audio dan metode menghafal wahdah (perayat) serta metode jama’ (bersama-sama) yang didukung dengan komunikasi verbal dan nonverbal antara guru dengan murid yaitu bahasa yang digunakan guru, gerakan tangan, ekspresi wajah, kontak mata, paralanguage, dan jarak fisik.

Kata kunci : Hafalan Surat-surat Pendek, Anak Usia Dini, Teori Instruksional, Teori Komunikasi Antar Pribadi


(4)

Strategi Komunikasi Guru TK Dalam Membina Kemampuan Menghafal Surat Pendek (Studi Pada TK Ar-Raudah Bandar Lampung)

Oleh

Asri Setyoarum Pangesti Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Kerangka Pikir ... 30 Bagan 2. Struktur Kepengurusan TK Ar-Raudah ... 50


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.Speakeryang di pasang di setiap kelas ... 56

Gambar 2. Suasana menghafal kelas lebah 1 ... 60

Gambar 3. Suasana menghafal kelas lebah 2 ... 61

Gambar 4. Suasana menghafal kelas semut 1 ... 62

Gambar 5. Suasana menghafal kelas semut 2 ... 63


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Tinjauan Tentang Strategi Komunikasi ... 9

2.2.1 Strategi Komunikasi ... 9

2.2.2 Strategi Komunikasi Yang Efektif ... 10

2.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 10

2.3.1 Proses Komunikasi Antar Pribadi ... 11

2.3.2 Sifat Komunikasi Antar Pribadi ... 12

2.4. Tinjauan Tentang Pesan Komunikasi ... 13

2.5. Tinjauan Tentang Guru Taman Kanak-Kanak... 18

2.6. Tinjauan Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini... 19

2.6.1 Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini ... 20

2.6.2 Komponen Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini ... 20

2.7. Tinjauan Tentang Pembinaan ... 22

2.8. Tinjauan Tentang Hafalan Surat-Surat Pendek ... 23

2.8.1 Bentuk-Bentuk Metode Menghafal ... 24

2.8.2 Kegunaan Menghafal ... 25

2.9. Landasan Teori ... 26

2.10. Kerangka Pikir ... 30

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 32

3.2. Fokus Penelitian ... 33

3.3. Lokasi Penelitian ... 34

3.4. Informan... 34


(8)

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.7. Teknik Analisis Data ... 39

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. SejarahAr-Raudah Playgroup and Kindergarten ...42

4.2. Visi and MisiAr-Raudah Playgroup and Kindergarten... 43

4.3. Guru dan MuridAr-Raudah Playgroup and Kindergarten ... 44

4.4. Proses PembelajaranAr-Raudah Playgroup and Kindergarten ... 45

4.5. Sistem Penilaian padaAr-Raudah Playgroup and Kindergarten ... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identitas Informan ... 51

5.1.1. Informan A ... 51

5.1.2. Informan B ... 52

5.2. Strategi Komunikasi Guru TK Dalam Membina Kemampuan Menghafal Surat Pendek ... 53

1. Menentukan Tujuan Dari Pembelajaran Menghafal Surat Pendek .. 53

2. Metode Yang Digunakan Guru Dalam Mengajarkan Hafalan Surat-Surat Pendek ... 55

3. Mengidentifikasi Keberhasilan Metode yang Digunakan Guru TK Ar-Raudah ... 64

4. Media Untuk Memperlancar Pengiriman Pesan ... 68

5. Keberhasilan Penggunaan Media ... 71

6. Mengidentifikasi Perbedaan Pengajaran Guru Kepada Setiap Murid ... 73

7. Mengidentifikasi Jumlah Surat-surat Pendek Al-Quran yang Dihafalkan ... 77

8. Mengidentifikasi Berapa Lama Target Murid Dapat Menghafal Surat ... 83

9. Mengidentifikasi Waktu Pelaksanaan Hafalan Surat-surat Pendek ... 86

10. Identifikasi Hambatan ... 87

11. Mengidentifikasi Tampilan Komunikator ... 91

12. Guru Sebagai Panutan Dalam Kelas ... 94

5.3. Komunikasi Verbal Guru TK Ar-Raudah Dalam Mengajarkan Hafalan Surat-surat Pendek 1. Bahasa guru untuk membangkitkan semangat anak ... 95

2. Memotong kata-kata dalam surat ... 96

5.4. Komunikasi Nonverbal Guru TK Ar-Raudah Dalam Mengajarkan Hafalan Surat-surat Pendek 1. Gerakan Tubuh ... 97

2. Kontak Mata(eye contact) ... 97

3. Ekspresi Wajah ... 98


(9)

5. Jarak Fisik ... 100

5.5. Tanggapan Wali Murid Mengenai Hafalan Surat-surat Pendek Pada Anak 1. Apakah anak anda sudah hafal surat-surat pendek ... 100

2. Menurut anda, apakah pembelajaran tentang menghafal surat pendek yang diberikan guru Ar-Raudah, membantu anak dalam menghafal surat pendek ... 101

3. Bagaimana efek dari hafalan surat yang diberikan guru ke anak anda selama berada di rumah ... 102

4. Adakah peran anda sebagai orang tua dalam membantu anak menghafal surat pendek di rumah ... 102

5.6. Kesesuaian Teori Instruksional dan Teori Komunikasi Antar Pribadi. 103 5.7. Pembahasan Tentang Strategi Komunikasi Yang Efektif 1. Inovasi Yang Adaptif(Adaftive Inovation)... 106

2. Satu Suara(One Voice) ... 106

3. Sesuaikan Waktu(Show Time) ... 107

4. Strategi Mempercepat ... 107

5. Disiplin Berdialog ... 107

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 110

6.2. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah murid TK Ar-Raudah ... 5

Tabel 2. Identitas Informan A ... 51

Tabel 3. Identitas Informan B ... 52

Tabel 4. Tujuan Pembelajaran Hafalan Surat-Surat Pendek ... 53

Tabel 5. Metode Menghafal Pada Kelas Lebah (TK B)... 55

Tabel 6. Metode Menghafal Pada Kelas Semut (TK A) ... 61

Tabel 7. Identifikasi Keberhasilan Metode (Wawancara Kepala Sekolah) ... 65

Tabel 8. Identifikasi Keberhasilan Metode (Wawancara Guru Pada Kelas Lebah1) ... 65

Tabel 9. Identifikasi Keberhasilan Metode (Wawancara Guru Pada Kelas Lebah2) ... 66

Tabel 10.Identifikasi Keberhasilan Metode (Wawancara Guru Pada Kelas Semut1) ... 66

Tabel 11.Identifikasi Keberhasilan Metode (Wawancara Guru Pada Kelas Semut2) ... 67

Tabel 12. Pemilihan Media ... 69

Tabel 13. Keberhasilan Penggunaan Media... 72

Tabel 14. Perbedaan Pengajaran Kesetiap Murid (Wawancara Kepala Sekolah) ... 74

Tabel 15. Perbedaan Pengajaran Kesetiap Murid (Wawancara Guru Pada Kelas Lebah1)... 74

Tabel 16. Perbedaan Pengajaran Kesetiap Murid (Wawancara Guru Pada Kelas Lebah2)... 75

Tabel 17. Perbedaan Pengajaran Kesetiap Murid (Wawancara Guru Pada Kelas Semut1) ... 76

Tabel 18. Perbedaan Pengajaran Kesetiap Murid (Wawancara Guru Pada Kelas Semut2) ... 76

Tabel 19. Identifikasi jumlah surat pendek Al-Quran... 78

Tabel 20. Berapa Lama Waktu Yang Ditargetkan Dalam Menghafal (Wawancara informan 1 Kepala Sekolah)... 83

Tabel 21. Berapa Lama Waktu Yang Ditargetkan Dalam Menghafal ... 84


(11)

Tabel 23. Identifikasi Kapan Waktu Pelaksanaan Hafalan ... 86

Tabel 24. Hambatan Pada Proses Pembelajaran ... 87

Tabel 25. Klasifikasi Komunikator ... 91

Tabel 26. Guru Sebagai Panutan... 94

Tabel 27. Anak sudah menghafal surat-surat pendek ... 100

Tabel 28. Pembelajaran guru pada keberhasilan menghafal anak ... 101

Tabel 29. Efek pembelajaran pada anak ... 102


(12)

(13)

(14)

“Don’t c om pa re your life t o ot he rs. Y ou ha ve no ide a w ha t

t he y ha ve be e n t hrough”


(15)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan penuh rasa bangga dan haru, ku persembahkan karya tulis pertamaku untukmu:

IBU dan BAPAK

Seni Larasati, Seli Sekar Kinanthi, Sendy Cahyaningati Serta saudara dan sahabat tercinta

Regards, Arum


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 16 Mei 1993 sebagai anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan R.Suseno dan Ibu Anis Madyakun. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Mutiara Bandar Lampung pada tahun 1999. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan sekolah dasar di SD Kartika II-6 Bandar Lampung yang lulus pada tahun 2005. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 25 Bandar Lampung yang lulus pada tahun 2008. Setelah itu, penulis melanjutkan ke tingkat atas di SMA Negeri 3 Bandar Lampung hingga lulus pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung melalui jalur Undangan. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Lampung Timur, Kecamatan Marga Tiga, Kelurahan Sukadana Baru.


(17)

SANWACANA

Alhamdulillahi robbil ‘aalamin. Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan kehendak-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Strategi Komunikasi Guru TK Dalam Membina Kemampuan Menghafal Surat-surat Pendek (Studi Pada TK Ar-Raudah Bandar Lampung).

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis sadar bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu.

3. Dhanik S.S.Sos, M.Comn and Media St. selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, waktu, serta ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

4. Dr. Tina Kartika, M.Si. selaku dosen pembahas skripsi yang telah banyak memberikan saran dan pemikiran untuk perbaikan skripsi ini.


(18)

6. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi, Ibu Anis Madyakun dan Bapak R.Suseno yang senantiasa selalu memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Terima kasih atas dukungan moril dan materiil. Semoga apa yang aku lakukan dari karya kecilku ini dapat memberikan sedikit kebahagiaan dan kebanggaan kepada kalian.

7. Kakak-Kakakku tersayang, Seni Larasati, Seli Sekar Kinanthi, dan Sendy Cahyaningati. Terima kasih banyak atas dorongan semangat, kasih sayang, canda tawa yang selalu kalian berikan. Kakak Iparku, Prasetyo S.Sos dan Keponakanku tercinta Satrio Teguh Pinayungan terima kasih atas doa dan kasih sayang yang telah diberikan.

8. Dekky Ardinata, yang selama ini setia bersamaku. Dengan berbagi, segala beban terasa lebih ringan. Terima kasih selalu menyempatkan waktunya disela-sela kesibukan. Terima kasih atas doa, semangat, dan kasih sayangnya yang tidak pernah behenti. Semoga apa yang selama ini kita cita-citakan dapat terwujud dikemudian hari. Amin.

9. Umi Suci, selaku Kepala Sekolah TK Ar-Raudah, Umi Tia, Umi Nur, Umi Dahliah, dan Umi Lia, selaku guru-guru dari TK Ar-Raudah dan juga Ibu-ibu walimurid yang sekaligus menjadi informan dalam skripsi ini. Terima kasih atas bantuan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis.

10. Teman-teman di bangku sekolah hingga sekarang Hein Intan, Angga, Andy Fini, Ica, Maiza, Andri. Semoga persahabatan kita bisa terjalin terus sampai nanti.


(19)

11. Sahabat SOS, Cita Adelia Rachmasari, Amalia Ramadhini, Agetha Frisilia, Mizaany Aulia (lele), Sartika Aprilia Fany, dan Dian Ayu yang setia jadi rumah untuk berkeluh kesah, yang selalu sedia memberikan bantuannya, terima kasih atas suka dan duka, doa, dan dukungan yang tidak pernah berhenti satu sama lain. Semoga SOS selalu tap tap tap!

succes for us!

12. Sahabat-sahabat pelipur lara, Bowo, Ramanda, Uwi, Imam, Calvien, Riksa dll, terima kasih untuk canda tawa dan pertemanannya. Terima kasih juga untuk cuyung’s family, Ade, Ayu, Hesti, Fajriati, Fikri, Pipit, Putri, Mayang, Syahid, Lidya dan Reza.

13. Teman-teman Komsebelas semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan sudah banyak membantu, semoga kita semua selalu dimudahkan segala sesuatunya hingga menjadi orang sukses nantinya. Amin. Semangat!

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga amal baik tersebut mendapat balasan yang sesuai dari Allah SWT, serta skripsi ini dapat memenuhi tujuannya dan bermanfaat bagi Jurusan Ilmu Komunikasi.

Bandar Lampung


(20)

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pendidikan merupakan modal utama untuk memiliki manusia yang berkualitas. Untuk menciptakan hal itu pendidikan hendaknya dimulai sejak dini melalui pendidikan anak usia dini yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Menurut Mansur, pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan dengan memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar anak dapat tumbuh kembang dan berkembang secara optimal (Mansur, 2007:88).

Wiyani dalam bukunya, berpendapat bahwa usia dini merupakan masa emas (the

golden age) yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang. Pada masa itu anak

berada pada periode sensitif (sensitif periods) di mana di masa inilah anak secara

khusus mudah menerima berbagai stimulus dari lingkungannya, 50% kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika mereka berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi pada usia 0-4 tahun sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada usia 4-18 tahun. Itulah sebabnya upaya stimulasi sejak dini kepada anak yang berusia 0 hingga 6 tahun sangatlah penting, karena pada masa tersebut perkembangan otak mereka


(22)

2

dapat berlangsung optimal dan itu sangat berpengaruh terhadap kehidupannya kelak (Wiyani, 2014:114).

Saat anak mulai memasuki usia pra sekolah yaitu 4-6 tahun, kebanyakan orangtua akan mulai mengenalkan mereka kepada suatu lembaga pendidikan yang akan menjadi langkah awal menimba ilmu, yaitu Taman Kanak-kanak. Menurut Santoso, Taman Kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan pertama bagi anak memiliki peran yang sangat penting karena disanalah anak mulai mengenal dasar-dasar pengetahuan dan pendidikan, serta mengembangkan keterampilan, perilaku dan kemampuan dasar (Santoso, 2007:17). Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan mencakup bahasa, membaca, menulis, pengembangan karakter, moral, perkembangan motorik kasar dan halus, komputer dan sains, serta pendidikan agama.

Setiap anak memiliki kecerdasan dan kemampuan berbeda dalam memahami sebuah mata pelajaran. Menurut Sudarna, seorang pendidik tidaklah boleh memaksakan muridnya untuk memahami setiap pelajaran dengan pemahaman yang sama dan sempurna dengan satu takaran kecerdasan, sebab keadaan anak dalam satu kelas berbeda-beda. Dengan segala macam keadaan murid, kewajiban seorang pendidik adalah mengakui keberadaannya dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Seorang pendidik harus mengakui dan menghargai bakat dan hasil karya murid-muridnya (Sudarna, 2014:2).

Demi kelancaran proses belajar anak usia dini di dalamnya terdapat upaya-upaya khusus yang dilakukan seorang pendidik atau guru untuk mengajak anak mulai mengenal dunia belajar, dan hal ini dimulai dari komunikasi dasar yang dilakukan


(23)

3

guru. Komunikasi merupakan kebutuhan hidup yang harus terpenuhi. Manusia membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi dengan manusia lainnya demi memenuhi kebutuhkan hidup tersebut. Menurut Kleinjan dalam (Cangara 2006:1), bahwa komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi.

Selain interaksi sosial, manusia juga memiliki kebutuhan lain yang tidak kalah penting, yaitu berkomunikasi dengan Tuhan-nya. Dalam ilmu komunikasi segala bentuk komunikasi yang dilakukan antara manusia dengan Tuhan-nya disebut dengan komunikasi transedental. Bagi umat muslim, aplikasi yang sesungguhnya dari komunikasi transedental adalah pada saat mendirikan shalat, membaca ayat suci al-quran, berdzikir, berpuasa, dll.

Selain shalat, menghafal surat-surat pendek Al-quran merupakan hal yang wajib dilakukan bagi umat muslim. Al-Quran merupakan pedoman hidup yang menuntun pembacanya untuk meraih kemenangan dan keberuntungan hidup di dunia dan akhirat. Orang yang selalu membaca dan mengamalkan Al-Quran akan mendapatkan kemuliaan dan tidak akan disentuh kehinaan dan penderitaan yang berkepanjangan. Oleh karena itu menghafal surat-surat pendek Al-Quran menjadi hal penting untuk ditanamkan pada setiap generasi terutama pada masa kanak-kanak.

Sudarna dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini Berkarakter mengungkapkan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik seperti: unik, egosentris, aktif dan energik, rasa ingin yang kuat dan antusias terhadap banyak hal, eksploratif dan berjiwa petualang, spontan, senang dan kaya akan fantasi,


(24)

4

masih mudah frustasi, masih kurang mempertimbangkan dalam melakukan sesuatu, daya perhatian pendek, bergairah untuk belajar dan semakin menunjukan minat terhadap teman (Sudarna, 2014 :16). Mengingat karakteristik khusus yang dimiliki anak usia dini tersebut, seorang pendidik harus menyusun dan memilih suatu strategi dalam melakukan setiap kegiatan secara cermat agar komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan tepat dan efektif.

Menurut Sudjana dan Rivai, proses belajar mengajar dengan strategi komunikasi mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan murid yang optimal, sehingga menumbuhkan minat belajar yang aktif pada murid. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini (Sudjana dan Rivai 2013:126). Komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Arni, 2007:12). Proses penyampaian pesan yang dilakukan guru kepada anak didik, dikemas dalam bentuk verbal dan nonverbal. Hal ini pula lah yang mendorong penulis ingin mengetahui dan meneliti apa saja pilihan kata verbal dan nonverbal guru serta tujuan dari pemenggalan setiap kata dalam surat pendek Al-Quran yang diajarkan kepada murid.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di TK Ar-Raudah mengenai “Strategi komunikasi guru TK dalam membina

kemampuan menghafal surat pendek”. Disinilah penulis akan meneliti dan

menganalisis strategi komunikasi dan metode seperti apa yang digunakan para guru dalam membina kemampuan menghafal surat pendek pada murid. Selain itu, penulis juga akan meneliti apa saja pilihan verbal dan nonverbal dalam proses pembinaan kemampuan menghafal surat pendek serta tujuan dari pemenggalan


(25)

5

kata disetiap surat-surat yang diajarkan kepada murid. Penulis akan mengamati antara kesesuaian teori dan kenyataan di lapangan.

Berdasarkan hasil pra-riset yang telah dilakukan, TK Ar-Raudah memiliki kekhususan dalam mengajarkan murid menghafal surat pendek, yaitu dengan cara mendengarkan terlebih dahulu beberapa surat-surat pendek Al-Quran yang diputar melalui audio setiap pagi di masing-masing kelas dengan menggunakan media

speaker. Saat ini TK Ar-Raudah memiliki jumlah murid sebanyak 138 orang yang

dibagi ke dalam 5 kelas. Berikut data jumlah murid TK Ar-Raudah:

Tabel 1. Jumlah murid TK Ar-Raudah

Kelas Lebah 1 Lebah 2 Semut 1 Semut 2 Mawar

Laki-laki 16 murid 16 murid 15 murid 18 murid 13 murid

Perempuan 15 murid 15 murid 13 murid 10 murid 7 murid

Jumlah 31 murid 31 murid 28 murid 28 murid 20 murid

Keterangan:

Lebah : TK B (0 Besar), Semut : TK A (0 Kecil), Mawar : Kelompok Bermain (Sumber : data pra-riset tahun 2015)

Kota Bandar Lampung memiliki banyak lembaga pendidikan taman kanak-kanak. Dari sekian banyak TK yang ada di Kota Bandar Lampung peneliti tertarik untuk meneliti di TK Ar-Raudah, karena TK Ar-Raudah merupakan sekolah bernuansa Islam yang berkualitas, yang memadukan kurikulum nasional dan pendidikan dasar keislaman sebagai sarana mengembangkan kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosi anak-anak. Selain itu, TK Ar-Raudah berada di tengah kota Bandar Lampung yang dapat memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian.


(26)

6

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi komunikasi guru TK dalam membina kemampuan menghafal surat pendek pada murid?

2. Apa saja pilihan verbal dan nonverbal dalam proses mengajarkan surat-surat pendek pada murid?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi komunikasi guru pada murid dalam membina kemampuan menghafal surat pendek.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pilihan kata verbal dan nonverbal yang digunakan guru dalam proses mengajarkan surat pendek pada murid.

1.4.Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk:

1. Secara teoritis, penelitian mengenai strategi komunikasi para guru dalam membina kemampuan menghafal surat pendek dapat menambah ilmu dan pengetahuan tentang bagaimana cara-cara atau metode yang tepat dalam mengajarkan anak usia dini.

2. Memberikan manfaat berupa masukan bagi para orang tua dan guru sebagai pelaksana pendidik agar dapat mendidik murid untuk dapat memiliki kemampuan menghafal ayat Al-Quran berupa surat pendek sesuai kemampuan anak dan menjadi bahan pertimbangan guna meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di taman kanak-kanak (TK).


(27)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang strategi pembelajaran pada anak usia dini pernah dilakukan oleh Jesyka Mutiara Yuda, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Universitas

Lampung tahun 2012. Ia mengangkat judul mengenai “Strategi Komunikasi Guru

Taman Kanak-Kanak Dalam Mengajarkan Shalat Lima Waktu Pada murid”.

Masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah menyangkut tentang bagaimanakah strategi komunikasi yang diterapkan guru taman kanak-kanak sebagai tenaga pengajar di sekolah dalam mengajarkan shalat lima waktu pada anak usia dini. Dalam hasil penelitian, Ia memaparkan bahwa strategi komunikasi yang digunakan untuk mengajarkan shalat lima waktu pada anak usia dini adalah strategi komunikasi implementasi yang pada tahapannya terdapat tujuan dari pembelajaran shalat lima waktu tersebut. Strategi ini telah berhasil menciptakan komunikasi yang efektif dan telah mencapai tujuan utamanya, yaitu memperkenalkan shalat lima waktu kepada murid sejak usia dini. bersumber dari penelitian inilah peneliti mengetahui bahwa diperlukan strategi khusus dalam proses pembelajaran di taman kanak-kanak, karena karakter murid di taman kanak-kanak berbeda dengan murid pada jenjang lainnya. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah, pada penelitian Jesyka Mutiara Yuda Ia menganalisis tentang bagaimana strategi komunikasi yang digunakan guru dalam mengajarkan


(28)

8

shalat lima waktu. Sedangkan pada penelitian ini peneliti menganalisis strategi komunikasi guru dan verbal dan nonverbal yang digunakan guru TK dalam membina kemampuan menghafal surat pendek.

Penelitian lain yang berkaitan dengan skripsi ini ialah milik Yeni Pramuka Sari, mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Lampung tahun 2009 yang mengangkat

judul mengenai “Peran Guru TK Dalam Membina Kemampuan Komunikasi dan

Sosialisasi Antar Siswa”. Masalah dalam penelitian ini ialah tentang bagaimana

peran seorang guru dalam membina kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi pada anak usia dini. dalam hasil penelitian, Ia menjelaskan bahwa guru di taman kanak-kanak menjalankan perannya melalui perencanaan pembelajaran yaitu penyusunan rangkaian kegiatan yang disusun oleh guru, dan evaluator pembelajaran yaitu evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan yang dicapai siswa. Kegiatan evaluasi ini melalui hasil penilaian tugas dan pengamatan guru selama pembelajaran, serta diskusi dengan siswa di akhir pelajaran. Dalam penelitian ini, Ia juga menjelaskan bahwa pembelajaran yang diberikan oleh guru tidak hanya diutamakan pada bidang eksakta saja, melainkan juga di bidang sosial siswa yang terlihat dari proses belajarnya dimana media yang disediakan dan metode yang digunakan juga ditujukan untuk membina kemampuan berbicara dan bergaul antar siswanya. Melalui tahap pembinaan ini, siswa yang kurang lebih telah mengikuti pendidikan selama lebih dari 1 bulan, sudah berani menjalani pendidikannya secara mandiri, serta sudah mulai bergaul dengan baik. Metode yang digunakan guru dengan berkelompok dan bermain sambil belajar juga dapat dikatakan efektif untuk mendidik siswa, baik dalam bidang eksakta, maupun bidang sosialnya. Jika dalam


(29)

9

penelitian ini, Ia mengangkat tema mengenai peran guru TK dalam membina kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi, maka dalam penelitian ini peneliti mengangkat tema tentang strategi komunikasi dan verbal serta nonverbal guru TK dalam membina kemampuan menghafal surat pendek.

2.2. Tinjauan Tentang Strategi Komunikasi 2.2.1. Strategi Komunikasi

Strategi dapat diartikan sebagai rencana menyeluruh dalam mencapai suatu target. Istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer, namun di bidang lain pun tampaknya banyak juga yang menggunakannya meskipun dalam arti yang berbeda dan tujuan yang berbeda. Di dalam dunia komunikasi, strategi berarti rencana menyeluruh dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi (Yusuf, 2010:228). Sedangkan menurut Effendy, strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen

komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Effendy, 2003:301).

Berdasarkan pengertian diatas, maka dalam penelitian ini strategi komunikasi yang tepat adalah strategi yang menempatkan seorang pendidik diposisi yang benar saat berkomunikasi dengan muridnya. Hal ini diharapkan guru mampu membina anak muridnya sehingga tujuan dari pembelajaran menghafal surat pendek dapat tercapai. Guru harus memiliki strategi khusus dalam mengemas pesan atau materi dalam membina murid sesuai dengan psikologis emosi anak. Dengan demikian guru sebagai komunikator dapat memberikan pengajaran yang efektif dan dapat dengan mudah dipahami oleh murid dalam mengajarkan hafalan surat pendek.


(30)

10

2.2.2. Strategi Komunikasi Yang Efektif

Strategi komunikasi digunakan dalam rangka pencapaian komunikasi yang efektif sehingga tujuan tercapai. Komunikasi yang efektif terjadi apabila pesan-pesan komunikasi dapat terkirim dan diterima dengan baik. (Liliweri, 2011:256) menjelaskan lebih dalam tentang strategi untuk mencapai komunikasi yang efektif, sebagai berikut:

1. Inovasi yang adaptif (adaptive inovation) inovasi adalah satu bentuk

perubahan untuk meningkatkan kualitas komunikasi.

2. One voice. Strategi komunikasi yang mengandalkan seluruh kerabat kerja

bekerja dengan “satu suara”.

3. Sesuaikan waktu (showtime). Istilah yang digunakan oleh para pelaku

bisnis untuk menggambarkan semua komunikasi berada tepat diatas on

stage.

4. Strategi mempercepat(strategy speed). Istilah yang berkaitan dengan

bekerja cepat dan cerdas(working fast and smart).

5. Disiplin berdialog. Istilah ini berkaitan erat dengan pengawasan terhadap kata-kata yang diucapkan maupun yang direpresentasikan dalam pertemuan bisnis.

2.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang besifat langsung.


(31)

11

Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan dyadic communication,

maksudnya yaitu “komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak langsung

dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) ataupun bisa juga melalui media seperti telepon.

Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two ways communication). Namun, komunikasi antar pribadi melalui tatap

muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial dan keakraban (Liliweri, 1991:67).

Dalam penelitian ini, terdapat hubungan efek timbal balik antara guru dengan murid. Dengan cara bertatapan langsung dan ditambah komunikasi verbal juga nonverbal, diharapkan dapat mempermudah anak dalam belajar menghafal surat-surat pendek.

2.3.1. Proses Komunikasi Antar Pribadi

Berkomunikasi secara efektif memiliki arti bahwa komunikator dan komunikan memiliki pengertian yang sama tentang isi suatu pesan. Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilanya dapat diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap pesan yang dipertukarkan (Rakhmat, 2001:133).

Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media dan tatap muka. Meskipun demikian yang dianggap paling sukses adalah komunikasi antar pribadi secara tatap muka, sebab dalam komunikasi antar


(32)

12

pribadi yang dilakukan melalui tatap muka pengirim pesan dan umpan baliknya dapat diamati secara langsung dengan melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa. Proses komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang sebagai media penyampaian pesan. Adapun lambang yaitu:

a) Lambang Verbal

Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk bahasa. Oleh karena itu, dengan bahasa seorang komunikator dapat mengungkapkan pikirannya mengenai hal atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa kini, dan masa depan kepada komunikannya.

b) Lambang Nonverbal

Lambang nonverbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi yang berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala, mata, jari, dan lainnya. Batasan komunikasi nonverbal secara garis besar sebenarnya sebagai arah dari suatu gejala seperti setiap bentuk penampilan wajah dan gerak gerik tubuh seseorang sebagai suatu cara dan simbol dari statusnya. Contohnya tarian, drama sampai ke musik. Jadi, pada dasarnya dengan isyarat nonverbal seorang individu dapat memahami orang lain ketika orang lain tersebut berbicara atau menulis bahasanya untuk menyatakan sesuatu tentang dirinya.

2.3.2. Sifat Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang pasti memiliki sifatnya tersendiri sehingga menjadi suatu ciri khas pada ilmu tersebut. Beberapa sifat yang dapat menunjukan komunikasi antara dua orang, yang mengarah pada komunikasi antar pribadi yaitu di dalamnya melibatkan perilaku verbal maupun


(33)

13

nonverbal, yang dapat menunjukan seberapa jauh hubungan antara pihak yang terlibat di dalamnya. Berikut adalah beberapa sifat yang dimiliki oleh komunikasi antar pribadi (Liliweri, 1991:29):

a. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini timbul karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi. b. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar

mempunyai interaksi dan korelasi, artinya suatu komunikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik serta adanya interaksi yang melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku dan pendapat tertentu.

c. Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik merupakan suatu standart perilaku yang dikembang oleh seseorang sebagai panduan melaksanakan komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan lain yang ditimbulkan karena pengaruh kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah harus berakhir.

d. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehingga menghasilkan proses komunikasi yang baik.

2.4.Tinjauan Tentang Pesan Komunikasi

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.


(34)

14

Pengertian verbal sendiri adalah lisan antara manusia lewat kata-kata dan simbol umum yang sudah disepakati antara invidu, kelompok, bahasa, dan negara.

Jadi definisi komunikasi verbal dapat disimpulkan bahwa komunikasi manusia yang menggunakan kata-kata secara lisan dan dilakukan oleh manusia untuk berhubungan dengan manusia lain. Dasar komunikasi verbal antara interaksi antar manusia, dan menjadi salah satu cara manusia untuk berkomunikasi secara lisan atau tatapan dengan manusia lain, sehingga menjadi sarana utama menyatukan pikiran, pesan, dan maksud kita. Komponen-komponen komunikasi verbal adalah suara, kata-kata, berbicara, bahasa (Marhaeni, 2009:110).

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts,

and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus

memenuhi 3 fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia disekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita, termasuk orang-orang disekitar kita.

3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut dengan penyandian


(35)

15

(encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak terlalu baik,

untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan yang sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kita berkomunikasi menggunakan bahasa, yaitu:

1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

Kata-kata adalah katagori-katagori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, persitiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya, baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dan sebagainya.

2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata mempresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula.

3. Kata-kata mengandung bias budaya

Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan sub budaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang kebetulan sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari


(36)

16

budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama.

b. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal adalah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara, seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.

Komunikasi vokal verbal merujuk pada komunikasi melalui kata yang diucap. Dalam komunikasi nonverbal kata-kata digunakan tapi tidak diucapkan. Pesan-pesan tersebut bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Anda mengacungkan tangan

untuk memilih “ya” pada suatu pertemuan, mengehentikan taksi, saling memberi

isyarat (Mulyana, 2005:262).

Komunikasi nonverbal merupakan jenis komunikasi yang lebih tua dari komunikasi verbal. Hal itu dikarenakan manusia lebih awal menggunakan komunikasi nonverbal hingga usia kira-kira 18 bulan. Pada usia tersebut kita total bergantung pada komunikasi nonverbal, seperti sentuhan, senyuman, pandangan mata, dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan, komunikasi nonverbal yang kita temui ataupun lakukan pun bertambah, seperti berkomunikasi melalui bahasa tubuh dengan gerakan, atau petunjuk kinesik, penampilan fisik atau petunjuk artifaktual, bau-bauan, orientasi ruang dan jarak pribadi atau bisa disebut sebagai petunjuk proksemik, petunjuk wajah, dan petunjuk paralinguistik.


(37)

17

Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara singkat komunikasi nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi yang

dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi, definisi ini mencakup perilaku yang disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan (Mulyana, 2005:343).

Komunikasi nonverbal terdiri dari :

1. Isyarat spasial dan temporal

Budaya memiliki pengaruh yang lebih halus dan lebih besar terhadap komunikasi nonverbal. Isyarat-isyarat mengenai ruang dan waktu adalah sebagaimana isyarat-isyarat yang paling dipengaruhi oleh budaya, isyarat spasial dan temporal

2. Isyarat visual

Katagori isyarat nonverbal membahas ekspresi wajah dan gerakan tubuh hingga baju yang dikenakan isyarat visual dan ini dapat dibedakan menjadi respon perilaku yang hangat dan dingin dalam arti tidak peduli.

Kelompok isyarat visual membahas tentang :

a. Ekspresi wajah, merupakan sumber tunggal komunikasi nonverbal yang paling penting. Ekspresi wajah ini berkaitan dengan raut wajah, gerak bibir, senyuman, gerakan mata, dan juga kontak mata. Berbeda gerakan akan memiliki makna ekspresi yang berbeda pula.


(38)

18

b. Gerakan tubuh, isyarat yang diberikan gerakan tubuh berbeda dengan yang diberikan kepala dan wajah. Isyarat tubuh melemahkan kadar emosi seseorang.

c. Isyarat tangan, tangan manusia yang lurus memungkinkan manusia untuk menggunakan alat dan membuat berbagai isyarat ketika berkomunikasi. Sama seperti cara berkomunikasi nonverbal, isyarat tangan merupakan isyarat terpenting yang kedua setelah isyarat wajah. Banyak gerakan tangan kita ditentukan oleh kultural. Jika isyarat tangan yang sama dapat memiliki arti yang berbeda bagi anggota-anggota budaya yang lain.

3. Isyarat vocal

Isyarat vocal kadang-kadang menjadi dasar dugaan tentang ciri-ciri kepribadian, bila orang mengeraskan suaranya, meninggikan nada suaranya, warna nadanya, dan kecepatan berbicaranya, memandang mereka orang yang lebih aktif dan dinamis. Bila mereka menggunakan banyak intonasi, kecepatan yang lebih tinggi, lebih keras, dan lebih fasih dalam berbicara maka mereka orang yang persuasif (Mulyana, 2005:212).

2.5. Tinjauan Tentang Guru Taman Kanak-Kanak (TK)

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal (Yufiarti, 2008:114). Guru merupakan pekerjaan profesi dan berkedudukan sebagai tenaga profesional. Pada taman kanak-kanak, guru merupakan motor dalam pelaksanaan pembelajaran (Masitoh, 2007:5.19).


(39)

19

Kepiawaian guru memilih dan menggunakan strategi pembelajaran akan sangat menentukan keberhasilan belajar anak. Guru TK harus mampu memilih dan menggunakan strategi komunikasi yang memungkinkan anak belajar dan berkembang, menyenangkan bagi anak, anak dapat melibatkan seluruh inderanya, sehingga belajar anak menjadi bermakna. Guru merupakan faktor penentu dalam memfasilitasi belajar anak.

2.6. Tinjauan Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini

Pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan (Sagala, 2013:61). Sedangkan menurut Suyadi, bahwa pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (konten) dan proses belajar (Suyadi, 2010:16).

Sujiono mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya pengembangan kurikulum secara konkret yang berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki anak(Sujiono, 2009:138). Pembelajaran yang berorientasi pada anak usia dini yang disesuaikan dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan mampu dicapai, serta kegiatan belajar dapat menantang peserta didik untuk dilakukan sesuai usia anak (Wiyani, 2012:88).


(40)

20

2.6.1. Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini

Komponen pembelajaran memiliki karakteristik atau ciri-ciri khusus. Menurut (Wiyani 2012:89), pembelajaran anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Anak belajar melalui bermain

2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya 3. Anak belajar secara ilmiah

4. Anak belajar paling baik apabila apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.

2.6.2. Komponen-Komponen Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini

Komponen-komponen sistem pembelajaran meliputi tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi (Sanjaya, 2013:58). Sedangkan menurut Mutiah, komponen model pembelajaran meliputi: konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah/prosedur, metode/strategi, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi (Mutiah, 2012:120). Standart kompetensi anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik-motorik, dan seni (Suyono 2010:10).

Isi atau materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran atau proses penyampaian materi. Strategi atau metode pembelajaran selanjutnya merupakan komponen yang memiliki fungsi yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui strategi yang


(41)

21

tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan (Sanjaya 2013:60). Oleh karena itu setiap pendidik perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Menurut (Suyadi, 2010:15), komponen Pendidikan Anak Usia Dini meliputi:

1. Peserta didik

Sasaran layanan Pendidikan Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pengelompokan anak berdasarkan pada usia, yaitu 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun. 2. Pendidik

Kompetensi pendidik Pendidikan Anak Usia Dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Sarjana (S-1) di bidang PAUD (S-1/D-IVPG-PAUD), kependidikan lain atau psikologi dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau sekurang-kurangnya telah mendapatkan pelatihan PAUD. Rasio perbandingan antara pendidik dan jumlah peserta didik yaitu:

a) Usia 0-1 tahun, rasio 1 pendidik : 3 peserta didik b) Usia 1-3 tahun, rasio 1 pendidik : 6 peserta didik c) Usia 3-4 tahun, rasio 1 pendidik : 8 peserta didik d) Usia 4-6 tahun, rasio 1 pendidik : 10-12 peserta didik 3. Pembelajaran

Pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (konten) dan proses


(42)

22

belajar. Materi belajar anak usia dini dibagi menjadi 2 kelompok usia, yaitu :

a) Materi usia lahir sampai 3 tahun, meliputi pengenalan diri sendiri (perkembangan konsep diri) pengenalan perasaan (perkembangan emosi), pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial), pengenalan berbagai gerak), mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa), dan keterampilan berfikir (perkembangan fisik),

b) Materi usia anak 3-6 tahun, meliputi keaksaraan, konsep matematika, pengetahuan alam, pengetahuan sosial, seni, teknologi, dan keterampilan proses.

2.7. Tinjauan Tentang Pembinaan

Pembinaan didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan teratur dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap serta keterampilan objek yang dididik dengan tindakan-tindakan berupa pengarahan, bimbingan, pengembangan (aktualisasi), stimulasi, dan kepiawaian untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Hidayat, 1997:16).

Berdasarkan pengertian tersebut, pembinaan memiliki beberapa prinsip-prinsip, antara lain :

1. Berlanjutnya usaha pembinaan yang memotivasi subjek didik, yaitu kesadaran akan apa yang dipelajari dan mengapa harus dipelajari.

2. Berhasilnya usaha suatu latihan ditentukan oleh seberapa jauh anak didik mampu menerapkan latihan ke dalam kehidupan sehari-hari.


(43)

23

3. Latihan akan mencapai hasil optimal apabila subjek didik menghayati melalui pengalaman diri sendiri.

4. Berlangsungnya suatu pembinaan didasarkan atas prinsip perpaduan antara minat, kebutuhan, dan kemampuan.

5. Pembinaan harus bersifat kontinyu dengan berorientasi ke masa lalu dan masa depan.

6. Berhasilnya usaha pembinaan ditentukan oleh adanya integrasi antara berbagai bidang usaha pembinaan dan juga antara pembina dengan yang dibina.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengamati prinsip-prinsip pembinaan yang dilakukan oleh guru TK terhadap anak didiknya berupa kemampuan menghafal surat pendek. Pembinaan yang dilakukan oleh guru merupakan pembinaan yang terus berulang berupa penanaman pengetahuan, melalui metode, pola, strategi, dan media yang menunjang pembelajaran tersebut.

2.8. Tinjauan Tentang Hafalan Surat-Surat Pendek

Yang dimaksud menghafal adalah menghafal Al-Quran yang terdiri dari 30 juz atau beberapa ayat saja (Amin, 2000:243). Menurut (Zawawie, 2011:71) menghafal Al-Quran bukan hal yang tidak mungkin dan merupakan ibadah yang sangat dianjurkan. Anjuran menghafal Al-Quran telah ada dalam firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Qamar ayat 22. Sedangkan yang dimaksud dengan surat pendek adalah sejumlah surat yang terdapat dalam juz amma (juz ke-30) (Syamsuddin, 1997:27).


(44)

24

2.8.1 Bentuk-bentuk Metode Menghafal

Secara praktis, menurut (Ahsin, 1994:63-66) bentuk-bentuk menghafal adalah sebagai berikut:

1. Metode Wahdah

Metode wahdah, yaitu suatu proses menghafalkan Al-Quran dengan menghafal satu persatu ayat-ayat. Setiap ayat dibaca berulang-ulang hingga jelas dan dihafal. Demikian seterusnya hingga mampu menghafalkan satu halaman, satu lembaran, satu juz, dan akhirnya seluruh al-Quran.

2. Metode Kitabah

Metode kitabah adalah salah satu cara menghafalkan dengan cara menuliskan lebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan pada selembar kertas. Setelah itu, tulisan tersebut dibaca berulang-ulang hingga lancar dan benar bacaannya lalu dihafalkan.

3. Metode sama’i

Metode sama’i yaitu satu cara menghafalkan Al-Quran dengan

mendengarkan sesuatu bacaan Al-Quran. Cara seperti ini dapat dilakukan dengan bantuan seorang guru yang membacakan, sementara penghafalnya mendengarkan untuk kemudian menirukan, atau mendengarkan dari rekaman pita kaset. Metode ini dapat dipergunakan untuk anak-anak yang belum bisa membaca.

4. Metode gabungan

Metode ini merupakan gabungan dari metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah disini hanya berfungsi sebagai uji coba terhadap


(45)

ayat-25

ayat yang telah dihafalkan. Setelah penghafal selesai menghafalkan, ia kemudian menuliskannya apakah sudah benar ataukah belum. Jika telah benar, maka ia dapat melanjutkan pada materi hafalan berikutnya. Metode ini memiliki keuntungan ganda, karena selain untuk menghafal juga memantapkan apa yang telah dihafalkan.

5. Metode Jama’

Metode jama’ adalah satu cara menghafalkan Al-Quran yang telah

dilakukan secara kolektif, bersama-sama. Secara bersama-sama penghafal mendengarkan bacaan guru kemudian bersama-sama pula membacanya serta menghafalkan.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan cara menghafal dengan metode

wahdah dan jama’. Gabungan antara kedua metode ini diharapkan dapat

membantu dan mempermudah anak dalam menghafal suart-surat pendek yang diajarkan oleh guru yang kelak akan berguna bagi akhlak mereka.

2.8.2.Kegunaan Menghafal

Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa menghafal Al-Quran tidak perlu dan hanya mengahabis habiskan waktu saja dengan alasan karena Al-Quran itu telah banyak dicetak dan dikasetkan. Pendapat seperti ini justru keliru, karena dengan banyaknya dicetak dan dikasetkan itu bisa terjadi kekhilafan dan kekeliruan. Bahkan ada pula yang berniat buruk yang berusaha masuk keaslian Al-Quran melalui cetakan dan rekaman itu dan untuk mengetahui kesalahan tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang hafal Al-Quran (Amin, 2010:243).


(46)

26

Selain itu hafalan Al-Quran juga dapat menjadi teman setia bagi orang-orang yang sedang sendirian, kesedihan, dan sebagainya. Ia seolah-seolah memiliki teman yang senantiasa menemaninya kemanapun ia pergi, dan dimanapun ia berada. Menghafal Al-Quran amal ibadah yang mulia dan menentramkan hati yang gelisah. Oleh sebab itu Rasulullah SAW sangat menganjurkan menghafalkan Al-Quran, karena disamping menjaga kelestariannya, juga merupakan amal yang mulia. Dalam shalat juga untuk menjadi imamnya adalah diutamakan orang yang banyak membaca dan menghafal Al-Quran.

2.9. Landasan Teori

Kajian teori dalam penelitian ini mengacu pada teori belajar instruksional Menurut Yusuf, istilah instruksional berasal dari kata instruction. Ini bisa berarti

pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi. Di dalam dunia pendidikan, kata intsruksional tidak diartikan perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama, yakni pengajaran dan/atau pelajaran. Istilah pengajaran lebih bermakna pemberian ajar. Mengajar artinya memindahkan sebagian pengetahuan guru (pengajar) kepada murid-muridnya (Yusuf, 2010:57).

Proses komunikasi yang terjadi di dalam kelas pada sekolah anak usia dini akan berjalan dengan baik dan efektif apabila pesan-pesan yang disampaikan dimiliki oleh masing-masing individu yang terlibat dalam perilaku komunikasi. Begitu juga dengan teori belajar instruksional. Materi pelajaran akan dicerna dengan baik, jika materi yang disampaikan dapat dimaknai sama oleh peserta didik sebagaimana yang dimaksudkan oleh pendidik (guru).


(47)

27

Yusuf menambahkan, dalam istilah instruksional, pembelajaran merupakan proses belajar yang terjadi akibat tindakan pengajar dalam melakukan fungsinya, yaitu fungsi yang memandang pihak pelajar sebagai subjek yang sedang berproses menuju cita-citanya mencapai sesuatu yang bermanfaat kelak. Itulah tujuan akhir proses belajar yang direncanakan pada sistem instruksional atau pembelajaran, dan yang akhirnya tujuan-tujuan instruksional itu mengacu kepada tujuan yang lebih luas, bahkan tujuan yang menjadi panutannya, yaitu tujuan pendidikan (Yusuf, 2010:63).

Pada kegiatan instruksional terdapat komunikasi. Komunikasi dalam sistem instruksional ini kedudukannya dikembalikan pada fungsinya yang asal, yaitu sebagai alat untuk mengubah perilaku sasaran (edukatif). Proses komunikasi diciptakan secara wajar, akrab, dan terbuka dengan ditunjang oleh faktor-faktor pendukung lainnya, baik sebagai sarana maupun fasilitas lain, dengan tujuan supaya mempunyai efek perubahan perilaku pada pihak sasaran (Yusuf, 2010:64).

Para pelaksana instruksional di lapangan seperti guru perlu mengetahui proses perubahan perilaku yang terjadi pada seseorang atau sasaran secara baik. Hal ini terjadi karena dengan mengetahui masalah-masalah tersebut, para komunikator tadi bisa melakukan tugas atau kegiatannya dengan baik, terencana, terkendali dan terevaluasi sehingga kegiatannya tidak asal jalan tanpa arah yang nyata. Komunikator yang baik, tepatnya seorang pengajar yang baik, mengetahui bahwa hubungan manusiawi yang akrab dan terbuka dapat menciptakan komunikasi yang berhasil. Capaian-capaian instruksional yang telah ditetapkan, diupayakan pengerjaannya melalui pengefektifan komunikasi dengan segala aspeknya.


(48)

28

Metode, media dan fasilitas komunikasi lainnya dioptimalkan pendayagunaannya untuk mencapai tujuan instruksional (Yusuf, 2010:54).

Dalam penelitian ini, teori belajar instruksional digunakan untuk menjelaskan bahwa kemampuan anak dalam menghafal surat-surat pendek salah satunya dapat dibentuk oleh metode atau strategi yang diberikan guru kepada peserta didik melalui usaha pembinaan atau pengajaran yang pada akhirnya menciptakan tujuan utama dalam pembelajaran tersebut yaitu untuk merubah perilaku sasaran kearah yang lebih baik dalam bidang pendidikan maupun keagamaan.

Selain teori instruksional, dalam penelitian ini terdapat teori lain yang mendukung penelitian, yaitu teori komunikasi antar pribadi yang menyebutkan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan setiap individunya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik dalam bentuk verbal dan nonverbal (Mulyana, 2004:73). Komunikasi antar pribadi dianggap paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung secara tatap muka antara komunikan dan komunikator yang dalam penelitian ini guru dan murid, yang secara otomatis dapat terjadi kontak pribadi

(personal contact) yaitu pribadi guru menyentuh pribadi murid. Oleh karena

kehebatannya dalam mengubah sikap dan perilaku, maka bentuk komunikasi antar pribadi sering kali digunakan untuk menyampaikan komunikasi persuasif, yakni suatu teknik komunikasi yang sifatnya halus berupa ajakan dan bujukan atau rayuan.

Secara umum, teori komunikasi dibagi kedalam beberapa bagian yang disesuaikan dengan kebutuhan manusia itu sendiri dalam berkomunikasi atau berinteraksi.


(49)

29

Dari berbagai teori komunikasi yang ada, teori yang peneliti gunakan dalam penelitian tentang proses belajar mengajar ini adalah teori komunikasi antar pribadi. Guru dapat mensiasati dan menggunakan kesempatan untuk melakukan komunikasi dengan murid melalui situasi dan kondisi yang tepat untuk mengajarkan hafalan surat-surat pendek yang dalam proses berkomunikasi didukung dengan adanya kegiatan verbal dan nonverbal yang ditunjukkan guru kepada murid. Selain itu hal diatas tidak terlepas dari adanya komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh guru kepada setiap muridnya. Komunikasi ini dilakukan secara tatap muka dan bertukar pesan.


(50)

30

2.10. Kerangka Pikir

Guru TK

Strategi Komunikasi

1. Menggunakan Audio

2. Gabungan Antara Metode Menghafal Wahdah dan Jama

Komunikasi Verbal

1. Bahasa guru untuk

membangkitkan semangat anak

2. Memotong kata-kata dalam surat

Komunikasi Nonverbal

1. Gerakan tubuh guru dalam

proses mengajarkan menghafal surat pendek

2. Eye Contact

3. Ekspresi Wajah 4. Paralanguage

5. Jarak fisik

Kemampuan Anak Didik Dalam Menghafal


(51)

31

1. Strategi komunikasi dilakukan oleh guru TK Ar-Raudah pada anak didik saat proses belajar di dalam kelas. Dalam komunikasi yang terjadi ada hubungan saling timbal balik dan interaksi pada peserta didik dan guru. Peran guru disini sebagai pembimbing juga memberikan pengajaran tentang bagaimana cara mengajarkan anak untuk menghafal surat pendek.

2. Teori komunikasi instruksional digunakan dalam proses pembelajaran yang sering dipakai oleh guru dengan strategi dan metode yang disesuaikan dengan situasi di dalam kelas. Teori instruksional ini merupakan bagian dari komunikasi pendidikan yakni proses komunikasi yang dipola dan dirancang secara khusus untuk mengubah perilaku sasaran dalam komunitas tertentu kearah yang lebih baik.

3. Dalam prosesnya, terdapat hubungan timbal balik antara guru dan murid. Dengan cara bertatapan langsung (face to face)dan ditambah komunikasi

verbal juga nonverbal, diharapkan dapat mempermudah anak dalam belajar menghafal surat-surat pendek. Maka dalam penelitian ini, peneliti juga smemfokuskan pada komunikasi antar pribadi.


(52)

32

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Tipe penelitian dipergunakan setelah peneliti memperhitungkan kewajarannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif melalui pendekatan metode kualitatif. Menurut Isaac dan Michael dalam (Rakhmat, 2005:22), metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.

Penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (Sugiyono, 2009:1). Sedangkan menurut Danzin dan Lincoln dalam (Nazir, 2000:13), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada interpretasi dalam kerangka pendekatan naturalistik. Tujuan dari seorang peneliti kualitatif adalah mempelajari sesuatu pada suatu gambaran yang sesuai dengan kenyataan, menekankan pada interpretasi untuk memahami pemahaman orang lain atau informan tentang dunia mereka.


(53)

33

Metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2000:4).

Dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif, maka membantu penulis untuk dapat melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan strategi komunikasi guru TK dalam membina kemampuan menghafal suat pendek pada murid.

3.2. Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus. Penetapan fokus dalam penelitian kualitatif sangat penting karena untuk membatasi dan untuk menyarankan pelaksanaan suatu pengamatan. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya dapat berubah sesuai dengan situasi dan latar penelitian.

Memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang kemanfaatannya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini merupakan bentuk pra-analisis yang mengesampingkan variabel-variabel yang tidak berkaitan untuk menghindari pengumpulan data yang melimpah.

Fokus penelitian ini mengenai “Strategi Komunikasi Guru TK dalam Membina

Kemampuan Menghafal Surat Pendek”, adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana strategi komunikasi dan metode menghafal yang digunakan guru Ar-Raudah dalam membina kemampuan menghafal surat pendek pada siswa.


(54)

34

b. Apa saja pilihan komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal serta tujuannya memotong setiap kalimat menjadi kata dalam surat yang digunakan guru dalam proses mengajarkan menghafal surat pendek pada murid.

3.3. Lokasi Penelitian

Merupakan lokasi di mana sebuah penelitian berlangsung, baik sejak pengamatan, pengambilan data, dan pengolahan. Penelitian ini dilakukan di Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten yang berlokasi di Jalan Tamin No.68 Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung. Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten merupakan taman kanak-kanak yang bernuansa islami, sehingga Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat diutamakan. TK Ar-Raudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang baik sehingga sangat mendukung proses pembelajaran.

3.4. Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong, 2000:97). Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive

(disengaja).

Teknik purposive bersifat tidak acak, di mana subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Menurut Spradley dalam Moleong (2004:165), informan harus memiliki beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan, adapun beberapa kriteria/syarat informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(55)

35

a. Kriteria Informan A (Kepala Sekolah dan Guru-guru)

Kepala Sekolah yang turut serta menentukan kebijakan dalam pembentukan strategi komunikasi di Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten dan juga guru yang turut serta dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan proses pembinaan menghafal surat pendek di dalam kelas, sehingga memahami seluk beluk pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi di Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten, selain itu guru yang dipilih adalah guru yang telah berpengalaman dalam mengajar lebih dari 5 tahun. Hal ini karena guru yang sudah mengajar cukup lama dianggap telah berhasil menciptakan strategi yang baik dalam menyampaikan pesannya kepada murid. Dari hasil turun lapangan maka peneliti mendapatkan 5 informan, yaitu:

1. Suci Indah Murni, Spd. selaku Kepala Sekolah dari TK Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten dengan masa kerja selama 9 tahun, dan dari lulusan D3 Bahasa Inggris.

2. Setiawati Utami, A.Ma. selaku guru dari kelas Lebah 1 dengan masa kerja selama 8 tahun, dan dari lulusan D2 PGTK.

3. Nur Apriyani, A.Ma. selaku guru dari kelas Lebah 2 dengan masa kerja selama 13 tahun, dan dari lulusan D2 PGTK.

4. Dahliah, A.Ma. selaku guru dari kelas Semut 1 dengan masa kerja selama 13 tahun, dan dari lulusan D2 PGTK.

5. Aprilia, A.Ma. selaku guru dari kelas Semut 2 dengan masa kerja selama 7 tahun, dan dari lulusan D2 PGTK.


(56)

36

b. Kriteria Informan B (Wali Murid)

Wali murid yang terlihat sering mengantar anak ke sekolah dan menunggu anak-anaknya hingga pulang di kantin sekolah (Ibu Rumah Tangga). Serta wali murid yang mengikuti dan memperhatikan perkembangan anak di sekolah dan di rumah. Dari hasil turun lapangan maka peneliti mendapatkan 4 informan, yaitu:

1. Dewi, yang memiliki anak di kelas Lebah 1 bernama Fefe, yang terlihat setiap hari mengantarkan dan menunggu anaknya di kantin sekolah hingga jam sekolah usai.

2. Risfa, yang memiliki anak di kelas Lebah 2 bernama Fadhil, yang terlihat sering mengantarkan dan menunggu anaknya di kantin sekolah hingga jam sekolah usai.

3. Wiwien, yang memiliki anak di kelas Semut 1 bernama Nio, yang terlihat sering mengantarkan dan menunggu anaknya di kantin sekolah hingga jam sekolah usai.

4. Feby, yang memiliki anak di kelas Semut 2 bernama Dinda, yang terlihat setiap hari mengantarkan dan menunggu anaknya di kantin sekolah hingga jam sekolah usai.

3.5. Sumber Data

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan baik melalui pengamatan sendiri, maupun melalui daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Data primer dalam penlitian ini diperoleh melalui wawancara


(57)

37

dengan informan yang dianggap mengetahui segala permasalahan yang akan diteliti.

2. Data sekunder adalah data yang mendukung data primer, mencakup data lokasi penelitian dan data lain yang mendukung masalah penelitian. Data sekunder diperoleh dari observasi dan literatur yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Merupakan cara untuk memperoleh data yang lengkap, objektif dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta sesuai dengan tujuan penelitian. Sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen, foto, dan lain sebagainya. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara si penanya/pewawancara dengan penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview

guide (panduan wawancara) dengan maksud mendapat informasi secara lengkap,

mendalam dan komprehensif sesuai dengan tujuan penelitian (Nazir, 2002:234).

Pada penelitian ini, wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh informasi melalui percakapan tatap muka secara langsung antara peneliti dan informan yakni kepala sekolah, guru pengajar, dan wali murid yang telah dipilih berdasarkan karakter yang sesuai dengan penelitian. Wawancara yang telah


(58)

38

peneliti lakukan dengan 9 informan yang berkompetensi dan berkaitan dengan strategi komunikasi guru TK dalam membina kemampuan menghafal surat pendek. Informan 1 selaku Kepala Sekolah TK Ar-Raudah yang diwawancarai tanggal 4 Mei 2105 sementara pada Informan 2 dan informan 3 selaku Umi dari kelas lebah 1 dan lebah 2 diwawancarai tanggal 7 Mei 2015. Kemudian pada Informan 4 dan informan 5 yaitu Umi dari kelas semut 1 dan semut 2 diwawancarai oleh peneliti pada tanggal 9 Mei 2015. Setelah itu peneliti juga mengadakan wawancara dengan beberapa perwakilan walimurid yang pada saat itu peneliti wawancarai tanggal 19 Mei 2015 guna mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam penelitian ini.

Dalam proses wawancara, peneliti merekam atau mencatat hasil jawaban yang diberikan oleh informan. Teknik wawancara dilakukan dalam suasana santai di mana peneliti membuka wawancara dengan topik yang sederhana, kemudian menjurus pada pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian. Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari informan. Instrumen yang digunakan adalah panduan wawancara (interview

guide)mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung ke lokasi penelitian, yaitu Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten. Dengan melakukan observasi, peneliti dapat menemukan data-data tambahan lain yang lebih nyata. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung dengan cara :


(59)

39

a. Ikut serta dalam proses pembelajaran di kelas, mulai dari masuk sampai pulang.

b. Ikut serta dalam kegiatan praktek menghafal surat pendek yang dilakukan setiap harinya.

Observasi tersebut dapat membantu peneliti dalam mengamati strategi komunikasi yang diterapkan oleh guru dalam pembinaan menghafal surat pendek pada murid. Serta dapat membantu peneliti dalam melihat respon murid terhadap strategi komunikasi yang diberikan guru terhadap pembinaan kemampuan menghafal yang mereka terima.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah melalui hasil rekaman suara dan foto-foto. Rekaman suara digunakan untuk mewawancarai informan A dan informan B, sedangkan foto-foto digunakan untuk bukti hasil observasi yang telah peneliti lakukan yang pada akhirnya digunakan sebagai pendukung penelitian.

3.7.Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan, maka langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 2000:103). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Menurut (Akbar, 2003:86) tujuan analisis data kualitatif adalah untuk mengungkapkan:


(60)

40

1. Data apa yang masih perlu dicari 2. Hipotesis apa yang perlu diuji

3. Pertanyaan apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru 4. Kesalahan apa yang harus segera diperbaiki

Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pola penyerderhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan di lapangan. Peneliti telah menggunakan reduksi data sebagai bentuk analisa yang menajamkan, meggolongkan, dan membuang yang tidak perlu dan mengorganisir data sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Seperti yang peneliti lakukan menggolongkan beberapa pertanyaan yang penting untuk dimasukkan ke dalam tabel pertanyaan saat menuliskan hasil dan pembahasan di bab V. Sebelumnya peneliti memiliki 20 pertanyaan untuk dituangkan ke dalam hasil, namun setelah memilih, menyederhanakan, menyusun dan membuat dalam catatan yang rapi didapatkan 16 pertanyaan, diantaranya 12 pertanyaan bagi informan A, dan 4 pertanyaan bagi informan B/informan pendukung.

2. Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang tersusun dan akan disesuaikan untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data. Data yang diperoleh dari hasil wawancara direduksi hingga menghasilkan keterangan-keterangan yang menjelaskan jawaban dari masalah penelitian. Penelitian bisa menggunakan grafik ataupun tabel untuk mempermudah penggambaran dari hasil penelitian.


(61)

41

3. Penarikan kesimpulan

Dari penyajian data diatas, peneliti berusaha untuk mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dan alur sebab akibat serta proposisi, kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yang meruapakan validitasnya sehingga telah diperoleh kesimpulan yang jelas kebenarannya dan kegunaannya.


(62)

0

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap strategi komunikasi guru TK Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten dalam mengajarkan hafalan

surat-surat pendek Al-Quran pada murid dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi yang diterapkan oleh guru Ar-Raudah Playgroup and

Kindergarten dalam mengajarkan hafalan surat-surat pendek Al-Quran pada

murid adalah dengan 2 metode. Yang pertama dengan menggunakan media pengajaran audio, dan yang kedua adalah gabungan dari metode menghafal

wahdahdanjama’.

2. Metode menghafal wahdah, yaitu proses menghafalkan surat-surat pendek Al-Quran dengan menghafal satu persatu ayat-ayat. Setiap ayat dibaca berulang-ulang hingga jelas dan dihafal. Para guru di TK Ar-Raudah menerapkan strategi komunikasi menghafal dengan metode untuk memudahkan murid dalam menghafal dan mengerti lafaznya. Sementara metode menghafaljama’,

yaitu cara menghafalkan surat-surat pendek Al-Quran yang telah dilakukan secara kolektif, atau bersama-sama. Secara bersama-sama murid TK Ar-Raudah mendengarkan bacaan guru kemudian bersama-sama pula membacanya serta menghafalkan.


(63)

✁ ✁✁

3. Media yang digunakan guru Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten untuk memudahkan proses murid menghafal surat-surat pendek Al-Quran adalah dengan menggunakan media speaker yang dipasang di masing-masing kelas.

Pembelajaran dengan menggunakan media audio/speakerini juga merupakan

salah satu strategi yang diterapkan di TK Ar-Raudah. Speaker merupakan

media penghantar suara yang berisi beberapa jumlah surat-surat pendek yang diputar setiap pagi selama setiap hari.

4. Komunikasi verbal yang digunakan para guru dalam mengajarkan murid menghafal surat-surat pendek Al-Quran terdiri dari 2 indikator, yaitu:

1. Bahasa untuk membangkitkan semangat anak adalah dengan menggunakan bahasa Taubiah atau bahasa yang baik.

2. Pemotongan surat per-ayat untuk memudahkan murid menghafal surat-surat pendek.

Sementara komunikasi nonverbal yang digunakan para guru dalam mengajarkan murid menghafal surat-surat pendek terdiri dari 4 indikator, diantaranya :

1. Gerakan tubuh yang dilakukan para guru dalam mengajarkan hafalan surat-surat pendek.

2. Kontak mata(eye contact)

3. Ekspresi wajah 4. Paralanguge


(64)

✂ ✂✄

5. Strategi komunikasi yang diterapkan oleh guru Ar-Raudah Playgroup and

Kindergarten telah berhasil menciptakan komunikasi yang efektif demi

mencapai tujuan utama dari mengajarkan hafalan surat-surat pendek Al-Quran pada anak-anak usia TK, yaitu memperkenalkan surat-surat pendek kepada murid sejak usia dini. Hanya saja dalam mengajarkan pelafazan dalam surat-surat para guru harus lebih memperhatikan pemilihan strategi yang diterapkan agar para murid selain telah mengenal dan sudah sering mendengar surat-suratnya, dapat melafazkan bacaan-bacaannya suratnya secara baik.


(65)

☎ ☎✆

6.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terkait startegi komunikasi guru TK Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten dalam

mengajarkan hafalan surat-surat pendek Al-Quran, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai saran dan masukan, yaitu:

1. Strategi komunikasi yang diterapkan guru TK Ar-Raudah Playgroup and

Kindergarten telah berjalan dengan baik walaupun dalam beberapa tahapan

belum berjalan sesuai yang diharapkan. Peneliti berharap agar TK Ar-Raudah dapat melaksanakan strategi komunikasi dengan maksimal dan dapat menciptakan inovasi-inovasi yang baru dalam pembelajaran dengan menambahkan media-media lain yang dapat memudahkan anak menghafal dan menunjang proses belajar mengajar yang lebih efektif, misalnya menambahkan media seperti puzzle yang berisi potongan surat-surat pendek

yang digabungkan.

2. Peneliti berharap agar setiap Taman Kanak-kanak khususnya yang berada di Bandar Lampung lebih banyak mengembangkan potensi anak di bidang keagamaan. Peneliti juga berharap Taman Kanak-kanak lain dapat mengembangkan strategi komunikasi pada setiap bentuk kegiatan, karena anak usia dini adalah masa belajar yang membutuhkan strategi khusus agar proses belajar dapat berjalan lebih efektif.

3. Peneliti berharap agar penelitian yang telah dilakukan dapat dikembangkan lagi dengan melakukan penelitian yang lebih baik, contohnya menambahkan penelitian tentang menghafal doa-doa dan hadits.


(1)

✁ ✁✁

3. Media yang digunakan guru Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten untuk memudahkan proses murid menghafal surat-surat pendek Al-Quran adalah dengan menggunakan media speaker yang dipasang di masing-masing kelas. Pembelajaran dengan menggunakan media audio/speakerini juga merupakan salah satu strategi yang diterapkan di TK Ar-Raudah. Speaker merupakan media penghantar suara yang berisi beberapa jumlah surat-surat pendek yang diputar setiap pagi selama setiap hari.

4. Komunikasi verbal yang digunakan para guru dalam mengajarkan murid menghafal surat-surat pendek Al-Quran terdiri dari 2 indikator, yaitu:

1. Bahasa untuk membangkitkan semangat anak adalah dengan menggunakan bahasa Taubiah atau bahasa yang baik.

2. Pemotongan surat per-ayat untuk memudahkan murid menghafal surat-surat pendek.

Sementara komunikasi nonverbal yang digunakan para guru dalam mengajarkan murid menghafal surat-surat pendek terdiri dari 4 indikator, diantaranya :

1. Gerakan tubuh yang dilakukan para guru dalam mengajarkan hafalan surat-surat pendek.

2. Kontak mata(eye contact) 3. Ekspresi wajah

4. Paralanguge 5. Jarak fisik


(2)

✂ ✂✄

5. Strategi komunikasi yang diterapkan oleh guru Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten telah berhasil menciptakan komunikasi yang efektif demi mencapai tujuan utama dari mengajarkan hafalan surat-surat pendek Al-Quran pada anak-anak usia TK, yaitu memperkenalkan surat-surat pendek kepada murid sejak usia dini. Hanya saja dalam mengajarkan pelafazan dalam surat-surat para guru harus lebih memperhatikan pemilihan strategi yang diterapkan agar para murid selain telah mengenal dan sudah sering mendengar surat-suratnya, dapat melafazkan bacaan-bacaannya suratnya secara baik.


(3)

☎ ☎✆

6.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terkait startegi komunikasi guru TK Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten dalam mengajarkan hafalan surat-surat pendek Al-Quran, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai saran dan masukan, yaitu:

1. Strategi komunikasi yang diterapkan guru TK Ar-Raudah Playgroup and Kindergarten telah berjalan dengan baik walaupun dalam beberapa tahapan belum berjalan sesuai yang diharapkan. Peneliti berharap agar TK Ar-Raudah dapat melaksanakan strategi komunikasi dengan maksimal dan dapat menciptakan inovasi-inovasi yang baru dalam pembelajaran dengan menambahkan media-media lain yang dapat memudahkan anak menghafal dan menunjang proses belajar mengajar yang lebih efektif, misalnya menambahkan media seperti puzzle yang berisi potongan surat-surat pendek yang digabungkan.

2. Peneliti berharap agar setiap Taman Kanak-kanak khususnya yang berada di Bandar Lampung lebih banyak mengembangkan potensi anak di bidang keagamaan. Peneliti juga berharap Taman Kanak-kanak lain dapat mengembangkan strategi komunikasi pada setiap bentuk kegiatan, karena anak usia dini adalah masa belajar yang membutuhkan strategi khusus agar proses belajar dapat berjalan lebih efektif.

3. Peneliti berharap agar penelitian yang telah dilakukan dapat dikembangkan lagi dengan melakukan penelitian yang lebih baik, contohnya menambahkan penelitian tentang menghafal doa-doa dan hadits.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahsin W. Alhafidz. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Akbar, Purnomo Setiady. 2003. Metodelogi Penelitian Sosial. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Amanah, 2001.Pengantar Ilmu Al-Quran&Tafsir.As-Syifa. Semarang. Amin, Ismail. 2000.Cara Menghafal Al-Quran.Universitas Terbuka. Jakarta. Book, Cansandra. L. 1980. Human Communication: Principles, Contexst, and

Skills.St. Martin’s Press. New York.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Daryanto. 2013.Media Pembelajaran.Gava Media. Yogjakarta.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Hidayat, Otib Satibi. 2000. Metode Pengembangan Moral Dan Nilai-Nilai Agama.Universitas Terbuka. Jakarta.

Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Kencana Prenanda Media Group. Jakarta.

Liliweri, Alo. 1991.Komunikasi Antarpribadi.Citra Aditya Bakti. Bandung. Mansur. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Pustaka Pelajar.

Yogjakarta.

Marhaeni, Fajar. 2009.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik.Graha Ilmu. Jakarta. Masitoh, dkk. 2007.Strategi Pembelajaran TK.Universitas Terbuka. Jakarta. Moloeng J. Lexy. 2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Muhammad, Arni. 2002.Komunikasi Organisasi.Bumi Aksara. Jakarta.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.


(5)

Mutiah, Diana. 2012.Psikologi Bermain Anak Usia Dini.Prenada Media. Jakarta. Nazir, Moh. 2011.Metode Penelitian. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sagala, Syaiful. 2013.Konsep dan Makna Pembelajaran.Alfabeta. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Prenada Media. Jakarta.

Santoso, Soegeng. 2007. Dasar-Dasar Pendidikan TK. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sudarna. 2014.Paud Pendidikan Anak Usia Dini Berkarakter.Genius. Jakarta. Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2013. Media Pengajaran. Sinar Baru

Algensindo. Jakarta.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Indeks. Jogjakarta.

Suyadi. 2010.Psikologi Belajar Paud.Pedagogia. Jakarta.

Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar Dan Pembelajaran: Teori Dan Konsep Dasar.PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta. Jakarta.

Wiyani, Novan Ardy, 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Gava Media. Jogjakarta.

Yufiarti. 2008.Profesionalitas Guru PAUD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yusuf, Pawit. 2010. Komunikasi Instruksional: Teori dan Praktik. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Zawawie, Yahya Abdul Fattah.Revolusi Menghafal Al-Quran.2011. Insan Kamil. Jakarta.


(6)

Sumber Internet

Soeprapto, Riyadi. 2007. Teori Interaksi Simbolik. Averroes

Community-Membangun Wacana Kritis Rakyat. Melalui :

http://www.averroes.or.id/research/teori-interaksionisme-simbolik.html (26/10/2015)

Skripsi

Jesyka Mutiara Yudha, 2012. Strategi Komunikasi Guru TK Dalam Mengajarkan Shalat Lima Waktu Pada Murid.Skripsi, Universitas Lampung.

Yeni Pramuka Sari, 2009. Peran Guru TK Dalam Membina Kemampuan Komunikasi dan Sosialisasi Antar Siswa.Skripsi, Universitas Lampung.