111
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa 1.
Kemandirian belajar siswa Kelas V SD Negeri Prawirotaman, Yogyakarta pada mata pelajaran IPA dapat meningkat melalui penerapan strategi
pembelajaran Active Learning. Pada Siklus I, penerapan strategi pembelajaran Active Learning
dilakukan dengan melaksanakan tahap-tahap, yaitu 1 Guru membantu siswa merencanakan kegiatan belajarnya dengan mengisi kolom “Kontrak
Belajar”, “Target Waktu”, dan “Rencana Produk” pada Jurnal Belajar; 2 Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai dengan
topik melalui pengamatan lapisan pada telur rebus sebagai analogi struktur bumi, melengkapi nama-nama lapisan pada gambar struktur bumi,
tayangan video tentang Struktur Bumi, dan pembuatan model struktur bumi; 3 Guru memerintahkan siswa untuk saling bercerita tentang
pengalaman kegiatan belajar siswa; 4 Guru memerintahkan siswa untuk menuliskan pengalaman kegiatan belajarnya; 5 Guru memerintahkan
siswa untuk menuliskan refleksi dan tindak lanjut kegiatan belajarnya pada Jurnal Belajar; 6 Guru mengumpulkan Jurnal Belajar; 7 Guru
mengingatkan siswa tentang tindak lanjut yang akan dilakukan; 8 Guru menganalisis Jurnal Belajar kemudian mengembalikannya kepada siswa
pada hari berikutnya.
112 Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata kemandirian belajar
siswa sebesar 47,27. Angka ini berada pada kategori sedang. Hasil angket menjunjukkan bahwa rata-rata kemandirian belajar siswa sebesar
61,27. Angka ini berada pada kategori baik. Hasil tersebut belum mencapai indikator. Pada Siklus I juga masih terdapat kekurangan pada
pelaksanaan pembelajaran IPA dengan penerapan strategi pembelajaran Active Learning sehingga penelitian dilanjutkan ke Siklus II.
Pada Siklus II, perbaikan yang dilakukan antara lain 1 Format Jurnal Belajar diubah menjadi lebih sistematis dan desain berwarna; 2
Guru memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berpartisipasi aktif; 3 Diterapkan metode presentasi agar siswa lebih
berani tampil; dan 4 Kegiatan saling bercerita diganti dengan diskusi terbuka dipandu oleh guru untuk menghindari pengalihan fokus cerita.
Penerapan tersebut menghasilkan rata-rata kemandirian belajar siswa sebesar 62,05 berdasarkan hasil observasi dan 61,55 berdasarkan hasil
angket. Hasil tersebut juga masih belum mencapai indikator keberhasilan dan masih terdapat kekurangan pada Siklus II sehingga penelitian
dilanjutkan ke Siklus III. Pada Siklus III, perbaikan yang dilakukan yaitu 1 Diterapkan
metode bermain peran sehingga siswa lebih berani tampil dan bertanggung jawab; dan 2 Isi Jurnal Belajar ditambah dengan Lembar Kreativitas dan
Lembar Prestasi sehingga siswa dapat menuangkan kreativitas, lebih berinisiatif bertanya dan menjawab, serta dapat terus memanfaatkan waktu
113 untuk belajar. Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata kemandirian
belajar siswa sebesar 90,91. Hasil tersebut sudah jauh melampaui indikator keberhasilan, yaitu rata-rata kemandirian belajar siswa
berdasarkan hasil observasi ≥ 65. Hasil angket menunjukkan bahwa rata- rata kemandirian belajar siswa sebesar 66,00. Hasil tersebut sudah
mencapai indikator keberhasilan, yaitu rata-rata kemandirian belajar siswa berdasarkan hasil observasi ≥ 65.
2. Hasil observasi dan angket kemandirian belajar siswa Kelas V SD Negeri
Prawirotaman, Yogyakarta menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil observasi, kemandirian belajar siswa meningkat
sebesar 21,36 dari pratindakan ke Siklus I, 14,78 dari Siklus I ke Siklus II, dan 28,86 dari Siklus II ke Siklus III. Hasil observasi pada
Siklus III sudah jauh melebihi indikator keberhasilan penelitian, yaitu rata- rata kemandirian belajar siswa
≥ 65. Hasil angket menunjukkan penurunan dari pratindakan ke Siklus I
yaitu sebesar 2. Namun, dari Siklus I ke Siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,48. Pada Siklus III juga terdapat peningkatan
sebesar 5,51. Pada Siklus III, indikator keberhasilan penelitian sudah tercapai, yaitu rata-rata kemandirian belajar siswa berdasarkan hasil angket
≥ 65 sehingga tindakan dihentikan.
114
B. Saran