MAKALAH KELOMPOK 1 PERISTIWA PERISTIWA K

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Peristiwa-Peristiwa Kejiwaan” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Psikologi. Dengan harapan bahwa penulis serta pembaca dapat memperoleh pengetahuan yang cukup tentang beberapa peristiwa-peristiwa kejiwaan yang sering terjadi dalam diri manusia, dimana dalam makalah ini kami membahas mengenai sensasi, perhatian, dan persepsi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. O. Hasbiansyah, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung, sekaligus selaku dosen Pengantar Psikologi.

2. Ibu Yulianti, S.Sos., M. Si selaku dosen Pengantar Psikologi.

Demikianlah, pada akhirnya setiap ikhtiar ini akan kembali kepada Allah Yang Maha Esa. Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan tulisan ini.

Bandung, 9 Oktober 2015


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

BAB I... 1

PENDAHULUAN...1

Latar Belakang Masalah...1

Rumusan Masalah...2

Tujuan Makalah...2

Manfaat Makalah...3

Metode Penulisan...3

Sistematika Penulisan...4

BAB II... 5

PEMBAHASAN (TEORI-TEORI)...5

2.1 Sensasi...5

2.2 Persepsi...6

2.3.1 Perhatian (attention)...6

2.3.1. Faktor Eksternal Penarik Perhatian...7

2.3.2. Faktor Internal Penarik Perhatian...7

2.3.3. Faktor-Faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi...8

2.3.4. Faktor-Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi...9

BAB III... 11

PENUTUP... 11

Saran... 11

Kesimpulan...11


(3)

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang berjiwa, dan kenyataan ini kiranya ada yang membantah dan kehidupan kejiwaan itu direfleksikan dalam perilaku, aktivitas manusia. Sudah sejak dari dahulu kala para ahli telah membicarakan masalah ini, antara lain Plato, Aristoteles, sebagai ahli-ahli piker yang telah membicarakan mengenai soal jiwa ini. Kalau manusia mengadakan intropeksi kepada diri masing-masing, memang dapat dimengerti bahwa dalam dirinya manusia merasa senang kalau melihat sesuatu yang indah, berpikir kalau menghadapi sesuatu masalah, ingin membeli sesuatu kalau membutuhkan sesuatu barang, semua ini memberikan gambaran bahwa dalam diri manusia berlangsung kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas kejiwaan.

Ada satu hal yang dapat dikemukakan lagi yaitu bahwa selain manusia mempunyai kemampuan untuk menerima stimulus dari luar dan menyatakan apa yang diinginkan, manusia masih dapat melihat efek atau akibat dari stimulus yang menimbulkan state, atau keadaan yang terdapat dalam jiwa manusia itu; manusia akan merasa senang apabila melihat sesuatu yang indah atau sebaliknya. Karena itu disamping adanya kognisi dan konasi masih ada proses kejiwaan manusia yang berhubungan dengan emosi atau perasaan (peristiwa-peristiwa kejiwaan). Walaupun kemampuan jiwa itu digolong-golongkan, namun haruslah selalu diingat bahwa jiwa manusia itu merupakan suatu kesatuan, suatu kebetulan atau suatu totalitas [Ahmadi, H. Abu dan Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar].


(5)

Makalah ini akan menguraikan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya, dan menghasilkannya kembali. Proses pengolahan informasi, yang di sini kita sebut komunikasi intrapersonal, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses memberi makana pada sensasi sehingga manusia memeroleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensai menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan menggalinya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons [Rakhmat, Jalaluddin]. Namun, dalam konteks ini penulis membatasi bahasannya yang hanya meliputi ‘sensasi’ dan ‘persepsi’ yang di dalamnya terdapat ‘perhatian’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, fokus utama dari penulisan ini adalah

sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana sensasi mempengaruhi persepsi?

1.2.2. Bagaimana perhatian mempengaruhi persepsi?

1.2.3. Bagaimana faktor-faktor persepsi menentukan persepsi?

1.3 Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Memahami keterkaitan antara sensasi dan persepsi

1.3.2. Memahami keterkaitan antara perhatian dan persepsi


(6)

1.3.4. Memahami bagaimana persepsi ditentukan oleh faktor-faktornya

1.4 Manfaat Makalah 1.4.1. Manfaat Akademis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia intelektual atau perguruan tinggi khususnya bagi mahasiswa di lingkungan Universitas Islam Bandung, yang secara umum dan secara khusus sebagai pengembangan konsep psikologi dalam bidang ilmu komunikasi.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penulisan ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dalam mengerjakan tugas ataupun makalah. Selain itu, dapat dijadikan sebagai referensi psikologi umum baik dalam perspektif ilmu psikologi maupun ilmu komunikasi.

1.5 Metode Penulisan

Sebuah penulisan harus dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya. Penulisan itu diperlukan metode-metode yang dapat digunakan selama penulisan berlangsung, sehingga dapat diperoleh data yang valid. Metode penulisan adalah langkah-langkah yang berkaitan dengan apa yang akan dibahas. Uraian tentang metode penulisan perlu menegaskan jenis penulisannya (kualitatif atau kuantitatif), dan menyampaikan secara rinci prosedur dan proses penelitian untuk menjamin keterulangan hasil penelitian. [M. Thoyibi, Sistematika dan Teknik Penulisan Artikel Publikasi Hasil Penelitian, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Utama, 1985), hal.62.]

Penelitian bersifat studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan data-data yang berupa naskah dan tulisan dari buku yang bersumber dari perpustakaan. [Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm.28]


(7)

Jadi, metode penulisan makalah ini menggunakan metode qualitative research. Dalam pengumpulan data-data dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan (library research), dengan merujuk kepada artikel, buku-buku, internet, dan berita-berita media yang relevan. Dalam pengumpulan data-data tersebut penulis lebih mengacu kepada data-data dari internet dan buku-buku, karena keterbatasan penulis dalam mencari data-data yang original.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penulisan ini disusun dengan sistematis, sehingga dapat mempermudah proses pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang akan diteliti. Adapun sistematika penulisan ini adalah:

BAB I, yang meliputi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan terakhir sistematika penulisan. Secara keseluruhan uraian pada bab pertama adalah penjelasan awal tentang cara pandang dan pendekatan yang dipakai merupakan pertanggungjawaban penulis tentang proses penelitian ini.

BAB II, yang meliputi membahas tentang kerangka teori dari penulisan makalah ini. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih spesifik, maka dibahas pula mengenai sensasi dan persepsi yang didalamnya terdapat perhatian (attention), faktor fungsional, dan faktor struktural.

BAB III, yang meliputi penutup, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan memuat sejumlah jawaban terhadap rumusan masalah dari semua pembahasan teori dan mengklarifikasi kebenaran serta saran atau kritik yang dirasa perlu.


(8)

BAB II

PEMBAHASAN (TEORI-TEORI)

Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memeroleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi untuk memengaruhi kebutuhan atau memberikan respons.

2.1 Sensasi

Sensasi adalah tahap palinga awal dalam penerimaan informasi. Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat penginderaan, yang menghubungkan organism dengan lingkungannya. Dennis Coon (1977: 79) mengatakan “bila alat-alat indera mengubah informasi menjad impuls-impuls saraf dengan ‘bahasa’ yang dipahami (‘komputer’) otak maka terjadilah proses sensasi.” Sedangkan Benyamin B.Wolman (1973: 3443) menuliskan “sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”

Seorang filusuf bernama John Locke beranggapan bahwa there is nothing in the mind except what wa first in the sense(tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dulu lewat alat indera). Filusuf lain, Berkeley, beranggapan bahwa andaikan kita tidak mempunyai alat indera, dunia tidak akan ada.

Psikologi menyebut sembilan (bahkan ada yang menyebut sebelas) alat indera: penglihatan, pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperature, rasa sakit, perasa, dan penciuman. Kita dapat


(9)

mengelompokkannya pada tiga macam indera penerima, sesuai sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri individu sendiri(internal). Informasi dari luar diinderai oleh ekseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh interoseptor(misalnya, sistem peredaran darah). Selain itu gerakan tuhuh kita sendiri diindera oleh proprioseptor (misalnya, organ vestibular).

Apa saja yang menyentuh alat indera disebut stimulus. Stimulus yang diubah menjadi energi saraf disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera, stimulus harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimulus disebut ambang mutlak (absolute threshold).

Ketajaman sensasi ditentukan oleh faktor-faktor personal. Brakesley, seorang peneliti mengatakan “we live in different taste worlds”. Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya, disamping kapasitas alat indera yang berbeda.

2.2 Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Ada yang dinamakan kekeliruan persepsi, ada salah persepsi. Kekeliruan persepsi dapat dicontohkan jika anda memanggil teman sekelas anda, namun ternyata orang itu ternyata adalah orang asing yang baru anda kenal. Kesalahan persepsi dicontohkan ketika saya mengucapkan kata “nasi”, tetapi Anda mendengar “asi”.

Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krench dan Richard S. Crutchfield (1977: 235) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor lainnya yang sangat mempengaruhi persepsi, yakni perhatian


(10)

2.3.1 Perhatian (attention)

Kennetth E. Andersen (1972:46) mendefinisikan “perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah”. Perhatian terjadi bile kita mengonsentrasiakn diri pada salah satu alat indera kita, dan mengenyampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

2.3.1. Faktor Eksternal Penarik Perhatian

Stimulius diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimulus, kebaruan, dan perulangan. Perulangan mengandung unsure sugessti. Emil Dofivat (1968), tokoh aliran publistik Jerman, menyebut perulangan sebagai satu diantara tiga prinsip pnting dalam menaklukkan massa.

Dofivat menyebut tiga prinsip dalam menggerakkan massa (die Grundgesetze der Masssenfuhgung):

1. Die Geistige Vereinfachung: tema-tema yang disampaikan harus disajikan dengan bahasa yang sederhan dan jelas.

2. Die hammernde Weiderhoulung: gagasan yang sama diulang-ulangberkali-kali dengan cara penyajian yang mungkin beraneka ragam. Dofivat mengutip Al dous Huxley dalam brave New World bahwa kebenaran adalah kebohongan diaklikan dengan 62.000.

3. Die gefuhlmassige stigerung: Penggunaan emosi secara intensif. Emosi itu antara lain kebencian, rasa belas kasihan, perasaan bersalah, keinginan menonjol (Dofivat, 1968: 114-164).

2.3.2. Faktor Internal Penarik Perhatian

1. Faktor-faktor biologis

2. Faktor-faktor sosiopsikologis

3. Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita perhatikan.

Kenneth E. Andersen (1972:51-52) menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi:


(11)

1. Perhatian itu merupakan proses yang harus aktifa dan dinamis, bukan pasif dan refleksif.

2. Kita cenderung memerhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri kita.

3. Kita menaruh perhatian pada hal-hal tertentu

4. Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita.

5. Dalam situasi tertentu, kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan timuli tertentu yang ingin ita abaikan.

6. Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita. 7. Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita.

8. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.

9. Intensitas perhatian tidak konstan.

10. Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.

11. Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mungkin akan berhenti.

12. Kita mampu menaru perhatian pada berbagai stimuli secara serentak. 13. Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan

mempertahankan perhatian.

2.3.3. Faktor-Faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi

Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus. Nilai sosial satu objek bergantung pada kelompok sosial orang yang menilai. Disini, Krench dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memengaruhi tujuan individu yang melakukan persepsi.


(12)

 Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukkan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergatung pada rangkaian objek yang dinilainya.

 Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan memengaruhi bagaimana orang member makna pada pesan yang diterimanya.

 Menurut McDavid dan Harari (1968:140), para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.

2.3.4. Faktor-Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi

Menurut teori Gestalt, bila kita memersepsi sesuatu, kita memersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Menurut Kohler, “… de afzonderlijke veldgebieden (van het waarnemingsveld) in dynamische samenhang (d.w.z. in wissel-werking) staan endat dientegevolge de eigen dynamisch dinnen deze samenhang de veerdeling van het gegeuren en van zijn plaatselijke hoedaningheid mede bepaalt” (Menicke, 1957:79). Maksudnya, jika kita ingin memehami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami sesorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya. Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua: Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.

Gestalt memiliki prinsip yang disebut principles of similarity. Kebudayaan juga berperan dalam melihat kesamaan. Dalam komunikasi, dlil kesamaan dan kedekata sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya. Ia menghubungkan dirinya atau mengakrabkan dirinya dengan orang-orang yang mempunyai prestise tinggi, maka terjadilah sebutan gilt by association (cemerlang kerena hubungan) atau guilt by association (bersalah karena hubungan).

Jadi kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimulus ditanggap sebagai bagian ari struktur yang sama. Menurut Krech dan Crutchfield,


(13)

kecenderungan untuk mengelompokkan stimulus berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.


(14)

BAB III

PENUTUP

3.1 Saran 3.2 Kesimpulan


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat, Jalaluddin. 1992. Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Remaja Rosdakarya, Bandung.

Ahmadi, H. Abu dan Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, (Jakarata: Rineka Cipta, 2004)

Ahmadi, H. Abu dan Sholeh, Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2005)

https://dayatfarras.wordpress.com/2011/01/06/pengantar-psikologi-umum/

http://bacca19.blogspot.co.id/2014/01/peristiwa-peristiwa-kejiwaan.html


(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)